Anda di halaman 1dari 4

SEMUA TENTANG JAWA

1. KERIS
Keris menjadi senjata yang sangat populer di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Diperkirakan keris sudah dikenal
masyarakat Indonesia sejak abad ke-9. Terbukti dari beberapa kisah tradisional, seperti Ken Arok dan Ken Dedes.
Senjata keris milik Indonesia resmi diakui UNESCO, sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi. Keris tidak hanya
dipakai sebagai senjata, namun juga dipercaya memiliki kekuatan supranatural.

Kerajinan tangan yang terinspirasi dari kebudayaan lokal nonbenda yang memiliki bagian mata, hulu, dan sarung, yaitu
keris. Senjata keris memang termasuk dalam kerajinan tangan dan di dalamnya terkandung nilai-nilai kebudayaan dan
tradisional. Menurut Fatkurrohman dan Rifchatullaili dalam jurnal Keris dalam Tradisi Santri dan Abangan (2018), keris
berasal dari bahasa Jawa Kuno, yang merujuk pada kata ‘kris’ dalam bahasa Sanskerta, artinya menghunus. Keris juga
sering diartikan sebagai senjata perang jarak pendek. Senjata tradisional ini sering digunakan di kawasan Pulau Jawa,
Sunda, hingga Sumatera.

Fungsi utama keris adalah sebagai senjata tradisional. Namun, pada saat ini, keris lebih berfungsi sebagai bagian atau
kelengkapan pakaian adat Jawa. Keris juga berfungsi sebagai kerajinan tangan atau benda seni yang banyak disimpan
oleh masyarakat. Keris juga sering dimanfaatkan dalam aktivitas manusia, yakni untuk perlengkapan petunjukan
wayang, pertunjukan ketoprak, pertunjukan budaya, acara bersih desa, dan lainnya.

2. WAYANG KULIT
Wayang kulit adalah salah satu seni tradisional Indonesia yang penuh warna, kaya makna, dan mendalam dalam budaya
bangsa. Seni ini menggabungkan seni pertunjukan, cerita epik, musik, dan unsur-unsur spiritual dalam satu kesatuan
yang mengagumkan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam mengenai wayang kulit, sejarahnya, jenis-
jenisnya, dan bagaimana seni ini tetap hidup dan berkembang hingga saat ini.

Wayang kulit memiliki sejarah panjang di Indonesia yang dapat ditelusuri hingga lebih dari seribu tahun yang lalu. Seni
ini memiliki akar dalam budaya Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia pada masa lampau. Pertunjukan wayang kulit
dipercayai memiliki asal-usul dalam upacara keagamaan dan digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai moral serta
legenda epik seperti Ramayana dan Mahabharata. Seiring waktu, wayang kulit menjadi semakin terintegrasi dengan
budaya lokal dan agama Islam di Indonesia.

3. PUNAKAWAN DALAM PEWAYANGAN

Dikutip dari website Pemerintah Kota Surakarta, Punakawan merupakan tokoh pewayangan yang diciptakan oleh
pujangga Jawa. Tokoh ini pertama kali muncul dalam karya Gatotkacasraya karangan Mpu Panuluh pada zaman
Kerajaan Kediri.

Tokoh-tokoh Punakawan diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang berfungsi sebagai sarana penyebaran agama Islam di
tanah Jawa. Punakawan berasal dari kata "pana" yang berarti cerdik, jelas, terang, dan cermat dalam pengamatan, dan
kata "kawan" yang berarti teman atau sahabat. Lalu jika digabungkan, Punakawan berarti teman atau sahabat yang
sangat cerdik, dapat dipercaya dan memiliki pandangan luas, serta memiliki pengamatan yang tajam dan cermat.
Punakawan terdiri dari empat tokoh yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat tokoh ini merupakan
perwujudan dari sifat dan watak manusia seperti karsa, cipta, karya, rasa, dan budi pekerti.

1. Semar
Semar memiliki ciri, yaitu berupa kuncung putih di kepala yang diartikan sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih
atau cipta. Tokoh Semar digambarkan memiliki badan bulat dan gemuk, wajah bulat, mata berair, tangan kanan
menunjuk, tangan kiri mengepal, dan kaki yang pendek. Tokoh semar melambangkan kehendak yang luhur, sehingga
tidak pernah mau mengabdi kepada manusia yang berbuat jahat. Dan hanya akan mengabdi pada manusia yang berbuat
baik.

2. Gareng
Gareng memiliki ciri yaitu mata yang juling, bertangan cekot, dan berkaki pincang. Penggambaran fisik yang cacat ini
menyimbolkan sebuah rasa kewaspadaan, rasa ketelitian, dan rasa kehati-hatian. Gareng memiliki sifat penuh toleransi,
suka menolong, dan sifat sepi ing pamrih rame ing gawe atau rajin bekerja dan jauh dari watak aji mumpung.

3. Petruk
Petruk memiliki ciri yaitu badan besar dan tinggi, kepala besar, bahu lebar, mata terbuka dan jernih, telinga besar, mulut
tertawa, dada lebar, perut tebal, serta tangan dan kaki yang panjang. Penggambaran fisik yang serba berlebih pada
tokoh Petruk ini memiliki makna bahwa tokoh ini suka menolong, serta selalu memberi kasih sayang terhadap sesama.

4. Bagong
Bagong memiliki ciri yaitu badannya yang bulat, mata mleleng, mulut dower, badan ngropoh, dan memiliki tangan yang
megar. Penggambaran fisik dari Bagong ini memiliki makna bahwa seseorang harus memiliki hati yang bahagia, hati
yang hidup, dinamis, dan optimis.

4. GUNUNGAN PEWAYANGAN

Gunungan adalah struktur/karya berbentuk kerucut atau segitiga (bagian atas meruncing) yang terinspirasi dari bentuk
gunung (api). Secara lebih khusus, pewayangan dan tradisi grebeg menggunakan istilah ini untuk dua hal yang berbeda.
Dalam pewayangan, gunungan adalah figur khusus berbentuk gambar gunung beserta isinya.[1][2] Gunungan memiliki
banyak fungsi dalam pertunjukan wayang, karena itu, terdapat banyak penggambaran yang berbeda-beda.

5. CANDI PRAMBANAN

Candi Prambanan merupakan candi Hindu yang terbesar di Indonesia. Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan
candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan
abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu. Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti
Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti
berangka tahun 778 Saka (856 M) ini ditulis pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
6. CANDI BOROBUDUR

Dinasti Sailendra membangun peninggalan Budha terbesar di dunia antara 780-840 Masehi. Dinasti Sailendra
merupakan dinasti yang berkuasa pada masa itu. Peninggalan ini dibangun sebagai tempat pemujaan Budha dan tempat
ziarah. Tempat ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan dan
kebijaksanaan menurut Buddha. Peninggalan ini ditemukan oleh Pasukan Inggris pada tahun 1814 dibawah pimpinan Sir
Thomas Stanford Raffles. Area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.

7. TUGU JOGJA
Tugu Jogja yang memiliki nama asli Tugu Pal Putih berada di sebelah utara Jalan Mangkubumi. Pada awalnya tugu
dibangun oleh Kraton Kasultanan Yogyakarta pada masa pemerintahan Hamengku Buwana I pada tahun 1757 sebagai
simbol persatuan rakyat dalam melawan penjajahan Belanda.

8. ANDONG
Andong berasal dari Jawa, khususnya Yogyakarta. Andong adalah alat transportasi tradisional beroda empat yang ditarik
oleh kuda. Sejarah Andong tidak terlepas dari keberadaan raja-raja Mataram yang memiliki kendaraan khusus, yaitu
kereta yang ditarik oleh kuda. Pada awalnya, andong hanya boleh digunakan oleh para bangsawan, terutama raja dan
keluarganya. Pada awal abad ke-19 saat Mataram dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono VII, andong merupakan
salah satu penanda status sosial para kerabat keraton. Saat itu, rakyat jelata tidak boleh menggunaan andong dan hanya
boleh menggunakan gerobak.

9. DELMAN
Delman adalah kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin
tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. Variasi alat transportasi yang menggunakan kuda antara lain adalah
kereta perang, kereta kencana dan kereta kuda.

Nama kendaraan ini berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur
pada masa Hindia Belanda.[1] Orang Belanda sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama dos-à-dos (punggung pada
punggung, arti harfiah bahasa Prancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi.
Istilah dos-à-dos ini oleh penduduk pribumi Batavia disingkat lagi menjadi 'sado'.
10. KUDA LUMPING

Tarian Kuda Lumping ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong
menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang.
Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan
adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan,
kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran
Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari Reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga
diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di
Malaysia, Suriname, Hong Kong, Jepang , Singapura , Inggris , dan Amerika.

11. BANTENGAN

Bantengan merupakan pengembangan dari kesenian Kebo-keboan Ponoragan yang ada di Ponorogo. Ponorogo yang
bersebelahan dengan Madiun sebagai kota berbagai perguruan silat, sehingga banyak pesilat yang berkunjung ke
Ponorogo sebagai kota Reog. Seni Kebo-keboan dimaknai sebagai tolak bala dan penyelamat Raja Surakarta Paku
Buwana II dari berbagai serangan pemberontak keraton.

Pesilat dari pegunungan sekitar Mojokerto, Malang dan Batu melihat kesenian Kebo-keboan sehingga berinisatif
membuat kesenian serupa tetapi menggunakan bentuk hewan Banteng yang mulai punah di Hutan sekitar Lereng
Gunung, dengan tujuan sebagai pengingat Bela Diri dan menarik masyarakat untuk mengikuti Bela Diri Pencak Silat. Di
Malang khususnya juga terdapat relief peninggalan candi jago di daerah tumpang yang bergambar banteng dan
harimau.

Maka Dari itu, sebelum tahun 2000 Bentuk tanduk pada Bantengan selalu menyerupai atau menggunakan Tanduk
Kerbau seperti pada seni kebo-keboan di Ponorogo, barulah setelah masuknya internet di pedesaan mulai
menggunakan tanduk banteng. Akan Tetapi hingga saat ini masih ada yang menggunkana tanduk Kerbau sebagai cikal
Bakal seni bantengan.

Anda mungkin juga menyukai