1. Pariwisata Alam
Indonesia dikenal oleh dunia memiliki sumber daya alam yang kaya dan indah bernafaskan ke-
Hinduan. Keindahan alam Indonesia mejadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dunia. Bangsa
Indonesia lebih dari wajar harus memelihara kelestarian alamnya mestinya. Realisasi dari wisata
alam ini dapat memberikan pendapatan negara yang juga dapat meningkatkan kesejahtraan bangsa
ini. Ajaran Hindu yang bersifat kreatif mengantarkan bangsa ini bebas dari kemiskinan material
dan rohani. Contoh dari pariwisata alam adalah : Gunung Agung Bali, Tanah lot, dan Alas kedaton
2. Wisata budaya
Budaya anak bangsa Indonesia melahirkan kebudayaan. Dari berbagai macam suku bangsa
yang ada di Indonesia berbuah beraneka-macam kebudayaanya yang dapat dinikmati oleh para
wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Hindu sebagai agama tertua di dunia termasuk
Indonesia, menjiwai kebudayaan anak bangsa ini sehingga semuanya itu menjadi hidup ”metaksu”.
Kebudayaan yang ‘metaksu’ menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan (lokal dan asing) untuk
menikmatinya. Temuan-temuan yang diperoleh, taksu pada dasarnya merupakan landasan berpikir
dalam upaya mengungkapkan nilai-nilai dan makna keindahan yang tertinggi. Berdasarkan
keterangan di atas ditemukan tiga unsur penting yang saling mempengaruhi untuk tercapainya
pemahaman nilai-nilai taksu, yaitu : undagi (arsitek), griya (karya), dan masyarakat umum
(penghuni griya). Undagi dengan karyanya bila mendapatkan suatu pengakuan, penghargaan dari
masyarakat dikatakan sebagai undagi metaksu dan griya metaksu. Metaksu adalah hasil apresiasi
masyarakat sebagai penikmat karya, karena secara kreatif seniman tersebut telah mampu
menghasilkan dan menyampaikan suatu karya yang memenuhi nilai-nilai yang hendak
dikomunikasikan, berupa pesan-pesan estetik.
Inti dari pencapaian taksu menjadi metaksu, adalah didalam suatu karya tersembunyi
subjektivitas undagi, dan masyarakat melihat sebagai suatu karya yang utuh (manunggal). Maka
taksu dapat dikatakan semacam “ideologi” bagi masyarakat Hindu Bali; dalam pengertian sebagai
suatu kumpulan nilai-nilai budaya asli daerah yang dijadikan landasan pemikiran, pendapat yang
memberikan arah tujuan untuk mencapai kualitas dalam kehidupan.
Semuanya itu lagi-lagi dapat menambah pendapatan negara dan daerah yang
dikunjunginya. Selanjutnya beberapa bentuk kebudayaan sumbangan agama Hindu yang dapat
disajikan dalam tulisan ini, seperti : Krthagosa Klungkung, Tari Barong Di Batubulan, Desa
Trunyan
3. Candi
Berdasarkan prasasti Siwagrha, diketahui bahwa candi ini mulai dibangun sekitar tahun
850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu,
pada masa kerajaan Medang Mataram. Dari prasasti ini juga diceritakan bahwa Candi Prambanan
dibangun sebagai persembahan kepada Trimurti (tiga dewa utama dalam Hindu), yakni Brahma,
Wisnu, dan Siwa.
Berada di pegunungan Dieng, Candi Dieng merupakan Candi Hindu beraliran Siwa yang
diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9. Memiliki luas mencapai
sekitar 1.8 x 0.8 km2, kompleks Candi Dieng dibagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri
sendiri yang namanya diadopsi dari tokoh dalam kisah dalam Kitab Mahabarata, yakni kelompok
Arjuna, kelompok Gatotkaca, kelompok Dwarawati dan Candi Bima
Ditemukan oleh Raffles pada 1804, Candi Gedong Songo merupakan Candi Hindu
peninggalan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-9, tepatnya 927 masehi. Kompleks Candi yang
terdisi dari 9 Candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini berada di ketinggian sekitar 1200
m di atas permukaan laut.
Candi Jago – Malang, Jawa Timur
Berdasar informasi dari kitab Negarakertagama dan Pararaton, Candi Jago memiliki nama asli
Jajaghu yang berarti ‘keagungan’ yang pembangunannya dilakukan untuk penghormatan Raja Sri
Jaya Wisnuwardhana, Raja Singasari penganut agama Syiwa Buddha, aliran peraduan antara
ajaran Hindu dan Buddha.
Candi Penataran merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Jawa Timur yang telah ada
sejak masa kerajaan Kediri. Menilik informasi dari prasasti Palah, Candi ini diduga dibangun pada
1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara
Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa dengan nama Candi Palah.
Awalnya candi ini juga dibangun sebagai tempat upacara pemujaan untuk menolak mara bahaya
dari Gunung Kelud yang kala itu kerap meletus.
Didirikan pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung pada zaman Kerajaan
Mataram Kuno, candi ini tak sengaja ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa
Sambisari. Pada saat ditemukan, posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan
tanah. Diduga kuat hal ini dikarenakan timbunan lahar dari Gunung Merapi yang meletus ]pada
awal abad ke-11 yang bisa terlihat dari banyaknya batu material volkanik di sekitar Candi
Sambisari
4. Karyasastra
Indonesia memiliki banyak Pujangga besar pada masa pemerintahan raja-raja di nusantara
ini. Para pujangga pada masa itu tergolong varna Brahmana yang memiliki kedudukan sebagai
purohita kerajaan. Banyak karya sastra yang ditulis oleh pujangga kerajaan. Kekawin Ramayan
ditulis oleh Empu Yogiçwara. Dalam salah satu bait karya beliau menjelaskan
sebagai berikut;
Dalam karya ini Empu Yogiswara ingin mengajarkan bagaimana pentingnya hubungan
harmonis dan timbal-balik antara para raja dengan para brahmana. Karya sastra yang lainnya yang
penuh dengan makna tersebar di masyarakat dapat dijadikan penuntun hidup menghadapi dunia
pariwisata di era globalisasi ini, antara lain;