KELOMPOK VII
“PENGARUH HINDU BUDHA, KARAKTERISTIK PERIODE
GAYA HINDU BUDHA, DAN UNSUR SENI INDONESIA
HINDU BUDHA”
Dosen Pengampu :
Dra.jupriani M.Sn. dan Rifqi Aulia Zaim S.pd, M.Pd
Disusun Oleh:
Cara masuknya unsur-unsur seni India atau Hindu ke Indonesia dari beberapa analisis
antara lain:
a. Atas dasar penjajahan, yaitu ada penjajahan terhadap penduduk asli Indonesia.
b. Dengan adanya penyebaran kebudayaan atas dasar dagang atau hubungan dagang yang
akan berulang pada zaman Madya di Indonesia
c. Di samping itu kedatangan orang-orang India dari golongan Brahmana dan Ksatria
yang meninggalkan tanah airnya karena alasan politik.
d. Kaum Brahmana yang dipanggil oleh raja-raja Indonesia untuk mengembangkan
agama, terutama untuk penyelenggaraan upacara agama dalam penobatan raja.
e. Kreativitas seni bangsa Indonesia dipengaruhi oleh unsur-unsur seni India yang
didasari oleh agama Hindu,
f. Terdapat juga pendapat baru bahwasannya bangsa Indonesia mengenal kebudayaan
baru itu sebagian besar disebabkan oleh keaktifan bangsa Indonesia sendiri.
Bentuk-bentuk peninggalan seni rupa pengaruh agama Hindu di Indonesia yang berupa
Seni bangunan (arsitektur), contohnya candi, wihara, stupa, tempat pemandian, rumah
pemujaan, dan pintu gerbang.Seni patung (arca) baik yang dibuat dari batu maupun
perunggu, Seni kriya seperti wayang kulit, batik, logam maupun tembikar sebagai berikut.
1. Candi
Candi yaitu suatu tanda peringatan dari batu, dimana
di dalamnya tersimpan abu dari orang yang telah meninggal. Candi sebagai tempat
pemakaman hanya terdapat dalam agama Hindu, kalau dalam agama Budha candi sebagai
tempat pemujaan dewa.
Asal perkataan candi dalam masyarakat Jawa berarti mesan atau jirat, jadi
menurut masyarakat jawa candi adalah tempat memakamkan orang dalam hal ini adalah para
raja. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata candi dapat dihubungkan dengan salah seorang
istri dewa Siwa yaitu Dewi Durga Candika.
Dalam pembuatan candi para ahli bangunan tempo dulu terikat pada aturan-
aturan yaitu Silpasastra, dimana candi harus dibuat menurut rencan-rencana tertentu. Pada
bangunan candi terdapat tiga bagian yang tepenting yaitu:
a. Kaki candi atau Soubasemen denahnya bujur sangkar, dan biasanya agak tinggi serupa
batur dan dapat dinaiki serupa batur, dan dapat dinaiki melalui tangga yang menuju
terus kedalam bilik candi.
b. Tubuh candi atau Cella terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudannya, arca
ini berdiri ditengah bilik, tepat diatas perigi, dan menghadap ke arah pintu masuk
candi.
c. Kepala candi atau Cikara selalu terdiri atas susunan tiga tingkatan, yang semakin ke
atas ukurannya semakin kecil. Pada bagian puncak candi berbentuk semacam genta.
Makna simbolis susunan bangunan candi di Indonesia mempunyai arti penting
dalam kepercayaan masyarakat pada waktu itu
a. Kaki candi melambangkan dunia bawah
b. Tubuh candi merupakan lambang antara dunia atas dan bawah, manusia dan dewa.
c. Kepala candi melambangkan dunia para dewa.
Teknik yang dipergunakan dalam membuat candi adalah teknik susun timbun. Bahan
yang dipergunakan kebanyakan adalah batu andesit yakni batu lahar gunung api yang sudah
membeku, yang banyak ditemukan disungai-sungai
Adapun hiasan-hiasan yang dipergunakan adalah hiasan tumbuhan menggunakan
bentuk teratai atau ratna, yang dipakai untuk hiasan adalah jenis bunga, kuntum dan daun.
Motif hias binatang berupa gajah, singa, kera, dan bermacam burung terutama burung nuri.
Hiasan yang berbentuk kala dan makara, dimana bentuk kala berasal dari bentuk wajah
manusia raksasa.
a.Candi Prambanan
Candi Prambanan juga disebut CandiRoro Jonggrang. Yang terletak di daerah
Sleman, Yogyakarta. Candi Prambanan arsitekturnya tampak menjulang indah dan ramping
dan memiliki ketinggiannya sampai 47 meter. Candi Ini adalah candi hindu terbesar di
Indonesia sekaligus terindah di Asia Tenggara. Candi Prambanan telah menjadi warisan
dunia yang diakui oleh badan PBB bidang kebudayaan yaitu UNESCO. Candi Prambanan
dibuat pada zaman abad 9 dan dikaitkan dengan cerita legenda yang menyebutkan wujud
Candi Prambananadalah hasil dari kutukan Bondowoso terhadap Roro Jonggrang.
Kompleks candi prambanan memiliki empat arah penjuru mata angin, sedangkan
bangunan candi sendiri menghadap ke arah arah timur, karena itulah pintu masuk utama
candi ini adalah gerbang timur. Arsitektur Candi Prambanan memiliki kekhasan tersendiri,
dengan berpedoman pada tradisi arsitektur Hindu yang tercantum dalam kitab Wastu
Sastra, denah candi mengikuti pola mandala dan bentuk candi yang tinggi menjulang
merupakan ciri khas candi Hindu. Bentuk dari candi prambanan mengikuti bentuk dari
gunung suci mahameru yang merupakan tempat para dewa bersemayam. Model dari
kompleks candi prambanan mengikuti model alam semesta yang menurut konsep
kosmologi Hindu terbagi atas beberapa lapisan tanah, alam atau local.
b.Candi Jago
Candi Jago berlokasi di Malang, Jawa Timur. Candi ini Diperkirakan dibangun pada
abad ke-13 oleh Raja Kartanegara.. Seperti pahatan dan ukiran batu yang tersusun apik, relief
yang masih terpahat di sepanjang dinding candi.Relief ini mengisahkan dua ekor kura-kura
yang sedang belajar terbang. Kemudian ada seekor angsa yang berbaik hati.
f. Candi Panataran
Candi Panataran terletak di kota Blitar Jawa Timur. Komplek percandian ini terbagi
dalam tiga bagian yakni halaman dengan tiga buah bangunan utama, halaman tengah
dilengkapi candi naga dan halam timur yang dilengkapi candi induk terdiri tiga tingkat
Gambar 41
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008:46)
g. Candi Dieng
Candi Dieng terletak di daerah Wonosobo Jawa Tengah merupakan candi agama Hindu.
Komplek percandian ini dibangun oleh Wangsa Sanjaya pada abad ke-8 dan abad ke-9
Masehi. Candi yang terdapat di dataran Dieng ini adalah candi Gatotkaca, Arjuna, Semar,
Srikandi, Puntadewa dan Sembadra
Gambar 42
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008:46)
h. Candi Badut
Candi Badut dibangun pada masa Hindu Mataram. Dalam candi ini ditemukan sebuah
lingga lambang dewa Syiwa. Candi Badut terletak di daerah Kanjuruhan Malang Jawa Timur
merupakan candi agama Hindu Wangsa Sanjaya
Gambar 43
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008:16)
Gambar 44
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008:17)
2. Patung atau Arca Masa Hindu
Patung atau arca adalah patung yang dibentuk menyerupai figur binatang atau
manusia. Patung terbuat dari berbagai media diantaranya batu, perunggu, dan perak.
Menurut dugaan agama Jawa kuno, kecuali agama Budha tidak mengenal pemujaan
patung-patung yang banyak kita jumpai terutama dipulau Jawa. Patung-patung
tersebut hanya berfungsi sebagai:
a. Alat bantu dalam menjalankan semedi yang berhubungan dengan ritual keagamaan,
b. Sebagai hiasan semata seperti yang terdapat di Bali yang sering disebut dengan Togog.
c. Berfungsi sebagai patung-patung kuburan yakni yang terdapat dalam ruangan-ruangan
candi.
Raja-raja pada waktu itu umumnya digambarkan sebagai dewa Wisnu yang
sering juga disebut dewa Siwa, sedangkan permaisuri dipatungkan sebagai dewi Parwati. Hal
ini dikarenakan patung dewa atau dewi tidak merupakan potret dari wajah atau bentuk
seseorang sehingga umumnya memiliki bentuk yang hampir sama. Pembeda antara patung
yang satu dengan yang lainnya hanya dari tanda-tanda tertentu atau atribut yang terdapat
pada patung tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat beberapa patung dengan tanda-tanda
yang terpenting seperti:
a. Patung Wisnu cirinya di patungkan bertangan 4 yang masing-masing memegang gada,
cakra, dan cangka berdiri diatas Garuda terdapat di candi Banon Jawa Timur.
b. Patung Siwa sebagai Maha Dewa cirinya di patungkan beratribut camara dan aksamala
berkendaraan nandi atau lembu terdapat di Singosari
c. Patung Parwati cirinya: mempunyai artribut seperti Siwa karena istri Siwa, terdapat
dicandi Rimbi.
d. Patung Siwa sebagai guru cirinya dengan di patungkan sebagai orang tua berjanggut
runcing, perut gendut, dan beratribut kamandalu dan trisula.
e. Patung Durga dijuluki sebagai dewa pencabut nyawa cirinya di patungkan berlengan 8
dan memegang berbagai atribut seperti cangka, perisai, panah, busur, pedang.
f. Patung Ganesa cirinya di patungkan dengan kepala gajah, memegang peracu dan
aksamala.
Gambar 45
Patung Dewa brahma, digambarkan dengan kepala empat, dan tangan empatyang dua
dibelakang memegang aksamala dan camara.Kendaraan Brahma adalah Hangsa dan memiliki
istri Saraswati yaitu dewi kesenian dan kecantikan (Sumber: Soekmono, 1973:92)
Gambar 46
Patung dewa Syiwa terbuat dari perunggu memiliki tangan empat yang masing-masing
memegang camara, aksamala, kamandalu dan trisula. (Sumber: Soekmono, 1973:92)
Gambar 47
Patung Dewa Wisnu memiliki tangan empat yang masing- masing memegang gada, cakra,
cangkha (kerang bersayap) dan buah atau kuncup teratai. Kendaraan dewa wisnu adalah
garuda dan memiliki istri dewi Lakmi atau Sri sebagai dewi kebahagiaan (Sumber:
Soekmono, 1973:92)
3. Patung-Patung Perwujudan
Patung-patung perwujudan merupakan patung yang dibuatkan kepada raja-raja atau
penguasa yang terdapat di beberapa candi peninggalan agama Hindu. Konsep Dewaraja tidak
terlepas adanya patung perwujudan dan biasanya patungnya disesuaikan dengan kepercayaan
terhadap dewanya. Biasanya patung yang sering dibuatkan adalah raja atau permaisuri raja.
Konsep Dewa-Raja merupakan konsep yang menganggap bahwa seorang raja
memiliki sebuah sifat kedewaan yang dimiliki sebab karena seorang raja merupakan titisan
atau utusan dewa untuk mengatur kehidupan di tanah yang dikuasainya.
Gambar 48
Patung Tribhuwan Parwati (Sumber: Soekmono, 1973:97)
Gambar 49
Patung Kertarajasa yang didewakan berupa Harihara yaitu perwujudan dewa Syiwa dan dan
dewa Wisnu (Sumber: Soekmono, 1973:69)
Gambar 50
Patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita (Sumber: Soekmono, 1973:61)
Gambar 51
Patung Airlangga yang didewakan berupa Dewa Wisnu mengendarai garuda kencana
(Sumber: Soekmono, 1973:56)
Gambar 53
Relief yang menceritakan tentang penculikan Dewi Sinta yang terdapat pada candi
Prambanan (Sumber: Claire Holt dalam Soedarsono, 1991: 129)
Gambar 54
Stupa di atas teras bundar Candi Borobudur (Sumber: Claire Holt
dalam Soedarsono, 1991: 129)
1. C
a
n
d
i
1. CANDI
Candi dalam agama Budha berbeda dari segi fungsinya. Fungsi pada candi Budha yaitu
sebagai tempat ibadah. Candi dari agama budha di Indonesia diantaranya candi Borobudur,
candi Plaosan, candi Kalasan, Candi Mendut, candi Pawon dan sebagainya.Makna simbolis
candi Budha juga sangat berbeda dengan candi Hindu. Candi pengaruh agama Budha salah
satu yang menjadi contoh candi Borobudur yang memiliki tingkatan simbolis yang menurut
Stutterhaim dalam Soedarsono telah membagi teras-teras menjadi tiga lingkungan dhatuyaitu
:
1. Bagian atas disebut Arupadhatu yang merupakan tingkatan para Budha di Nirwana.
2. Bagian Tengah di sebut Rupadhatuyang merupakan tingkatan rupa,
3. Bagian Bawah disebut Kamadhatu. Bagian Kamadatu merupakan tingkatan kehidupan
manusia yang masih terikat oleh kama sehingga mereka masih harus mengalami
kelahiran-kelahiran kembali.
Candi dari agama budha di Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang adalah
candi Borobudur di Magelang, candi Plaosan, candi Kalasan di Kalasan sebelah Timur
Yogyakarta, Candi Mendut, candi Pawon dan sebagainya.
a. Candi Borobudur
Candi Borobudur sebagai peninggalam agama Budhayangmelambangkan alam raya.
Candi ini menjadi makam monumental bagi raja Syailendra yang berkuasa. Candi ini
memiliki tinggi 31-35 meter, lebar 113 meter dari pojok ke pojok dan diameter 123 meter.
Candi Borobudur memilki 505 buah patung Budha
Gambar 55
.(Sumber: Thomas Wendoris, 2008: 21)
b. Candi Mendut
Candi Mendut didirkan oleh wangsa Syailendra, berbentuk segi empat yang mempunyai
ruang masuk di atas teras bertangga. Di dalam candi ini terdapat tiga buah arca budha yang
duduk bersila sambil mengajar.
Gambar 56 (Sumber: Thomas Wendoris, 2008: 19)
c. Candi Kalasan
Candi Kbentuk persegi empat dan berdiri diatas subasemen yang luasnya 14,20 meter
persegi yang merupakan dasar bagi dasar kaki candi. Di bagian selatan candi ini terdapat dua
relief Bodhisatwa
Gambar 57
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008: 23)
d. Candi Sari
Candi Sari juga disebut candi Bedah terletak di sekitar 130 meter dari candi Kalasan.
Candi ini bertingkat dua dan berbentuk persegi empat dan dibuat dari batu alam
Gambar 58
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008: 24)
e. Candi Plaosan
Candi Plaosan terletak di sebelah timur candi sewu. Candi Plaosan merupakan hadiah
raja Rakai Panangkaran bagi permaisurinya Rakai Gurun Wangi Dyah Saldu yang beragama
Budha
Gambar 59 (Sumber: Thomas Wendoris, 2008: 24)
d. Candi Ngawen
Candi Ngawen adalah candi Budha terletak di desa Ngawen, Muntilan, Magelang dan
didirikan oleh wangsa Syailendra. Candi ini terdiri lima buah candi kecil, dua diantaranya
mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada ke empat sudutnya
Gambar 61
(Sumber: Thomas Wendoris, 2008: 32)
f. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di wilayah Pulau Sumatera yang
merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi yang bersifat
Budhis.
Gambar 62
Candi Muara Takus di Kampar Riau sebagai peninggalan agama
Budha yang ada di Sumatera (Sumber: Thomas Wendoris,
2008)
3. Patung
Patung dalam agama Budha kebanyakan mengambarkan Budha. Sebagai contoh
patung yang ada di candi Borobudur. Patung dalam candi Borobudur sebagian besar
mengambarkan Budha (DhayaniBudha) yang disesuaikan dengan arah mata angin. Cara
membedakan patung Budha adalah dari sikap tangannya (mudra) dan bentuk tubuhnya sama
dengan sikap yogi yang sedang duduk bersila.
Gambar 63
Patung Budha yang terdapat dalam dagoba yang berlubang-lubang
di atas teras bundar Candi Borobudur (Sumber: Claire Holt dalam
Soedarsono, 1991: 130)
Adapun patung Dayani Budha yang menguasai arah mata angin menurut Soekmono
yaitu:
a. Sebelah Timur disebut Patung Aksobhya dengan sikap Bhumisparca Mudra
(menyentuh bumi) ialah telapak tangan kanan menelungkup pada lutut kanan, sedang
telapak tangan kiri menelentang pada pangkuan.
b. Sebelah Selatan disebut Patung Ratnasambhawa dengan sikap BhumisparcaMudra
(menyentuh bumi) ialah telapak tangan kanan menelentang pada lutut kanan, sedang
telapak tangan kiri menelentang pada pangkuan.
c. Sebelah Barat disebut Patung Amithaba dengan sikap DhyanaMudra (bersamadi) ialah
telapak tangan kanan terlentang di atas telapak tangan kiri di atas pangkuan.
d. Sebelah Utara disebut Patung Amoghasidhadengan sikap
AbhayaMudra (jangan takut) ialah telapak tangan kanan terbuka menghadap ke depan
dengan jari-jari lurus, sedikit diangkat di atas kaki kanan, sedang telapak tangan kiri
menelentang pada pangkuan.
e. Bagian Tengah (zenith) disebut Patung Wairocana dengan sikap WitarkaMudra
(sedang berbicara) telunjuk dan ibu jari tangan kanan rapat (bersentuhan).
Gambar 64
Patung Amoghasidha sebelah Utara dengan sikap AbhayaMudra (Sumber: Soekmono,
1973:95)
Gambar 65
Patung Amithabadi sebelah Barat (Sumber: Soekmono, 1973:95).
Gambar 66
Patung Wairocana di Zenith dengan sikap WitarkaMudra (Sumber: Soekmono, 1973:95)
Gambar 67
Patung Aksobhya di sebelah Timur dengan sikap Bhumisparca (Sumber: Soekmono,
1973:95)
Gambar 68
Patung Ratnasambhawadi sebelah Selatan dengan sikap BhumisparcaMudra (Sumber:
Soekmono, 1973:95)
5. Relief
Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu.
Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candi budha, dan tempat bersejarah
kuno. Pada masa Budha Di Indonesia relief banyak terdapat pada dinding candi Borobudur
salah satu contoh yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sang Budha dan ajaran-
ajarannya.Pada Candi Borobudur ada lebih dari 1400 panel relief ini yang dipakai untuk
menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.
Beberapa contoh yang relief yang menceritakan ajaran sang Buddha Gautama yang
ada di candi-candi Budha yang salah satunya ada di candi Borobudur diantaranya yaitu:
Gambar 69
Relief yang terdapat di candi Borobudur yang menceritakan tentang pangeran Sidharta
Gautama yang memangkas rambutnya untuk menandai pengunduran dirinya dari dunia
(Sumber : Claire Holt Dalam Soedarsono, 1991:132)
Gambar 70
Relief yang terdapat di candi Borobudur yang menceritakan tentang pangeran Sidharta
Gautama yang memangkas rambutnya untuk menandai pengunduran dirinya dari dunia
(Sumber : Claire Holt Dalam Soedarsono, 1991:131)
B. SENI RUPA INDONESIA HINDU
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama
Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik.Pusat perkembangannya di Jawa,
Bali dan Sumatra yang kemudian
Berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan
Proses: