Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“ Peninggalan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia “

KELOMPOK 6
Nama anggota : 1. Dian Riski Sarasati ( 08 )
2. Gaindra Artawan Kusdarmono ( 12 )
3. Kartika Amelya Amin ( 18 )
4. Raykhan Zulfar Musyafa’ ( 27 )
5. Rina Ramadhani ( 28 )
6. Syifa Amalia Putri ( 36 )

SMA NEGERI 3 PEKALONGAN


Jalan Progo No. 28 Kota Pekalongan. TELP ( 0285 ) 421035
Email : http://www.sman3pekalongan.sch.id/
A. Peninggalan Kebudayaan Hindu – Buddha di Indonesia
Masuknya kebudayaan India ke indonesia sangat memengaruhi perkembangan
kebudayan di indonesia, di mana bangsa indonesia sebelumnya memiliki kebudayaan
asli banyak mengadopsi dan mengtembangkan budaya india dalam kehidupan sehari –
hari. Kebudayaan yang datang dari india mengalami proses penyesuaian dengn
kebudayaan yang ada di Indonesia yang disebut proses akulturasi kebudayaan .
Ditemukannya prasasti di Kalimantan Timur, adalah bukti pertama kali adanya
pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia. Prasasti tersebut menandakan ada Kerajaan
Kutai yang bercorak Hindu. Prasasti di daerah lain, seperti Jawa dan Sumatra,
peninggalan Kerajan Tarumanegara, Mataram Lama, dan Sriwijaya, yang semuanya
mendapat pengaruh unsur – unsur budaya India terutama unsur – unsur Hindu –
Buddha.
Pengaruh kebudayaan Hindu – Buddha di Indonesia dapat dilihat dari
peninggalan – peninggalan sejarah dalam berbagai bidang seperti :
a. Bidang agama  berkembangnya agama Hindu – Buddha di Indonesia.
Sebelum masuk pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di
Indonesia masih bersifat animisme ( kepercayaan kepada makhlus halus
dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula – mula muncul
dikalangan manusia yang primitif ) dan dinanisme ( pemujaan terhadap roh
nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat – tempat tertentu,
seperti pohon – pohon besar.
b. Bidang politik dan pemerintahan  pengaruhnya terlihat jelas dengan
lainnya kerajaan – kerajan bercorak Hindu – Buddha di Indonesia.
Kerajaan bercorak Hindu antara lain
Kutai,Taraumanaegara,Kediri,Majapahit,dan Bali,sedangkan kerajaan
yang bercorak Hindu- Budha yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
c. Bidang Pendidikan  membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-
lembaga pendidikan. Bukti – bukti yang menunjukkan telah
berkembangnya pendidikan pada masa kerajaan – kerajaan Hindu Buddha
di Indonesia, antara lain :
1. Dalam catatan perjalanan I –Tsing, seorang pendeta byang berasal
dari Tiongkok, menyebutkan bahwa sebelum ia sampai ke India, ia
terlebih dahulu singgah di sriwijaya.Di Sriwijaya I-Tsing melihat
begitu pesatnya pendidikan agama Budha,sehingga ia memutuskan
untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan
menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta
Buddha yang ternama di Sriwijaya yaitu Satyakirti. Bahkan I –
Tsing menganjurkan kepada siapa saja yang akan pergi ke India
untuk mempelajari agama Buddha untuk singgah dan
mempelajariagama Buddha untuk singgah dan mempelajari terlebih
dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I – Tsing tersebut
menunjukan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah
begitu maju dan tampaknya menjadi yang terbesar di daerah Asia
Tenggara pada saat itu.
2. Prasasti Nalanda, disebutkan bahwa Raja Balaputradewa dari
Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja Dewapaladewa agar
memberikan sebidang tanahuntuk pembangunan asrama yang
digunakansebagai tempatbagi parapelajar agama Buddha yang
berasal dariSriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut, dapat diketahui
begitu besarnya perhatian Raja Sriwijaya terhadap pendidikan dan
pengajaran agama Buddha di kerajaanya. Berdasarkan Prasasti
Nalanda juga dijelaskan bahwa Balaputradewa adalah putra
Samaragrawira, yaitu raja Mataratam Kuno dari Dinasti Syailendra.
3. Dalam catatan perjalanan I – Tsing, Kerajaan Sriwijaya dikatakan
menjadi pusat pembelajaran agama Buddha mahayana di seluruh
wilayah Asia Tenggara dan telah membangun jaringan pembelajaran
agama Buddha hingga India. Hal ini membuat pendeta – pendeta dari
daerah lain berusaha mempelajari agama dengan pendeta yang yang
ada di Kerajaan Sriwijaya.
a. Pada prasasti Turun Hyang, dijelaskan tentang pembuatan
asrama Sriwijaya oleh Raja Airlangga, Asrama Sriwijaya
dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran
keagamaan, bangunan ini juga menjadi bukti perhatian dan
kepedulian Raja Air langga terhadap kegiatan pendidikan dan
pengajaran keagamaan bagi rakyatnya.
b. Adanya istilah surau, surau merupakan tempat yang dibangun
untuk tempat beribadah Hindu – Buddha dan tempat
berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama.
d. Bidang sastra dan bahasa
Dari segibahasa, orang-orang Indonesia mengenal bahasa Sanskerta
dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu – Buddha di Indonesia, seni sastra
sangat berkembang terutama pada zaman kejayaan Kerajaan Kediri. Karya sastra itu
antara lain :
a. Arjunawiwaha, karya Empu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan
Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Empu Sedah dan Empu Panuluh disusun pada zaman
Kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Empu Panuluh disusun pada zaman Kerajaan Kediri.
d. ArjunaWijaya dan Sutasoma, karya Empu Tantular yang disusun pada
zaman Kerajaan Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Empu Prapanca disusun pada zaman Kerajaan
Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Empu Tanakung yang disusun pada
zaman Kerajaan Majapahit.
e. Seni pertunjukan
seni wayang sampai sekarang merupakan salah satu bentuk seni yang masih
populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Seni wayang beragam bentuknya seperti wayang kulit, wayang golek, dan
wayang orang. Seni pertunjukan wayang tampaknya telah dikenal oleh bangsa
Indonesia sejak zaman prasejarah.
Cerita-cerita yang dikembangkan dalam seni wayang sebagian besar
mengambil epik yang berkembang dari agama Hindu – Buddha terutama cerita
Ramayana dan Mahabharata. Meskipun demikian, tampaknya cerita yang
dikembangkan dalam seni pertunjukan wayang tidak seluruhnya merupakan budaya
atau cerita yang sepenuhnya berasal dari India. Unsur – unsur budaya asli
memberikan cirri tersendiri dan utama dalam seni wayang. Hal ini terlihat dengan
dimasukkannya tokoh – tokoh baru yang kita kenal dengan sebutan
Punakawan.Tokoh – tokoh Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong (
dalam seni wayang golek disebut Astrajingga atau Cepot, Dewala dan Gareng ) tidak
akan kita temukan dalam cerita – cerita epik populer India seperti Ramayana dan
Mahabharata, sebab penciptaan tokoh – tokoh tersebut asli dari Indonesia.

Sumber gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_Kulit_Palembang


f. Bidang seni tari.

Sumber gambar : https://www.sutori.com/story/sambang-jiwa-samber-nyawa--


Z9UYdCVAwM8Fk9hHGNjUs9Np
Berdasarkan relief – relief yang terdapat pada candi – candi, terutama Candi
Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang
berkembang sampai sekarang. Bentuk – bentuk tarian yang digambarkan dalam relief
memperlihatkan jenis tarian seperti tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding,
matapukan (taritopeng). Tari – tarian tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan
yang terlihat dari relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang
terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk
kecapi, seruling dan gong.

g. Seni relief pada candi yang kemudian menghasilkan seni pahat


Hiasan pada candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia
didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu
ataupun Budha. Pemilihan epik sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada Candi
Prambanan yang dibangun pada permulaan abad ke-10.Epik yang tertera dalam relief Candi
Prambanan mengambil penggalan kisah yang terdepan dalam cerita Ramayana.Hiasan relief
Candi Penataran pada masa Kediri mengambil epik kisah Mahabharata.

Gambar relief sumber:google

h. Seni arca dan patung


Sebagai akibat akulturasi budaya pemujaan arwah leluhur dengan agama Hindu-
Budha beberapa keluarga raja didewakan dalam bentuk arca yang ditempatkan di candi
makam.Arca-arca dewa tersebut dipercaya merupakan lambang keluarga raja yang
diandaikan dan tidak mustahil termasuk didalamnya watak dan kepribadian dari keluarga
raja tersebut.Beberapa contoh raja yang diarcakan adalah Raja Rajasa yang didewakan
sebagai Siwa di candi makam Kidal, Raja Wisnuwardhana sebagai Budha di candi makam
Tumpang,Raja Kertanegara sebagai Wairocana Locana di candi makam Segala,dan Raja
Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi makam Simping.Patung-patung dalam
agama Hindu yang merupakan peninggalan sejarah di Indonesia,antara lain arca
Lorojonggrang,dan arca perwujudan Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur,serta arca
Ganesha yaitu dewa ilmu pengetahuan.
i. Bidang seni bangunan

Peninggalan budaya Hindu-Budha di Indonesia antara lain berupa candi dan


stupa.Terdapat pula beberapabangunan yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan
seperti ulan,dan sastra merupakan semacam pesanggrahan atau tempat bermalam
peziarah,sima adalah daerah perdikan yang berkewajiban memelihara bangunan suci di
suatu daerah, patapan adalah tempat melakukan tapa,sambasambran yang berarti tempat
persembahan,meru merupakan bangunan berbentuk tumpang yang melambangkan Gunung
Mahameru sebagai tempat tinggal para dewa Hindu.Fungsi candi dalam agama Hindu
adalah sebagai tempat penguburan abu jenazah.Dalam agama Budha candi berfungsi
sebagai tempat pemujaan.Candi-candi yang bercorak agama Hindu-Budha banyak
ditemukan di Pulau Jawa,Sumatra,Kalimantan dan Bali.

1) Candi Jawa Tengah dan Yogyakarta


Di Jawa Tengah dan Yogyakarta banyak ditemukan candi, baik yang bercorak
Hindu maupun Buddha, sebagai berikut.
a) Candi Borobudur
Terletak di Desa Budur, Magelang. Candi ini bercorak Buddha
dan didirikan oleh keluarga Syailendra pada zaman Mataram Lama.
Bentuk Candi Borobudur yang berupa punden berundak
menggambarkan adanya akulturasi antara budaya India dengan budaya
asli Indonesia dari zaman Megalithikum. Berdasarkan ajaran Buddha
Maahayana, Candi Borobudur merupakan Dasya – bhodisatwa –
bhumi, yang artinya tepat mencapai kebuddhaan melalui sepuluh
tingkat bodhisatwa.
Borobudur terdiri dari sepuluh tingkat yang terdiri dari 3
bagian, yaitu kamadatu ( merupakan tingkatan paling rendah atau
disebut kaki candi, pada tingkatan manusia masih terpengaruh oleh
keduniawian ); rupadatu ( merupakan bagian lorong – lorong dengan
dinding – dinding yang penuh dengan hiasan dan relief, pada tingkat
ini manusia masih terikat pada bentuk keduniawian, tetapi telah insaf
untuk mencari kebenaran ); dan arupadatu ( bagian ini terdiri atas
lantai yang bulat, disini terdapat 72 stupa dan stupa induk di
puncaknya sekaligus merupakan mahkota Candi Borobudur ). Hal ini
menggambarkan manusia telah dpat membebaskan diri dari nafsu
keduniawiandan hanya ada satu keinginan, yaitu mencapai moksa.
Sumber gambar : https://www.alodiatour.com/candi-borobudur/

b) Candi Mendut dan Candi Pawon


Terletak tidak jauh dari Candi Borobudur. Kedua candi tersebut
bercorak Buddha dan merupakan candi tiga serangkai dengan Candi
Borobudur. Ketiga candi tersebut terletak pada atu garis lurus, hal ini
sengaja dilakukan berdasarkan ajaran Buddha Mahayana. Menurut
ajaran Buddha Mahayana , untuk mencapai tujuan terakhir ( moksa ),
yaitu mencapai kedudukan sebagai Buddha harus melalui jalan secara
bertahap. Tahap – tahap tersebut terdiri atas 2 bagian, yaitu
Dasyabodhiatwa – bhumi disebut tingkat lokattara ( tingkat diatas
dunia) dan sebelum sampai ke tingkat lokattara lebih dahulu menjalani
tingkat persiapan. Tingkat persiapan tersebut terdiri atas dua tahap
pula, yaitu Sambharamarga dan Prayogamarga. Kedua tahap ini
merupakan tahap kehidupan di dunia atau laukika.
Candi Mendut dan Candi Pawon yang bersifat laukika
menggambarkan Sambharamarga dan Prayogamarga yang dibangun di
atas permukan bumi ( daerah pedataran ).

Candi mendut
c) Candi Prambanan
Dikenal dengan nama Candi RoroJonggrang, bercorak Hindu dan
terletak di Desa Prambanan. Relief Candi Prambanan mengambil kisah Rama
dari kitab Ramayana. Relief tersebut ditatahkan pada dinding lorong di atas
candi pertama, yang mengelilingi kaki candi kedua.

Sumber gambar : https://antarejatour.com/sleman/candi-prambanan-jogja

d) Kelompok Candi Dieng


Terdapat di Pegunungan Dieng letaknya seitar 25 km dari Kota
Wonosobo. Candi – candi tersebut bercorak Hindu. Di dataran tinggi Dieng
terdapat beberapa buah candi, antara lain Candi Bima, Candi Gathotkaca,
Candi Arjuna, Candi Semar, andi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi
Subadra.

Sumber gambar : https://www.nativeindonesia.com/tempat-wisata-di-


dieng/

e) Candi lainnya, yaitu Candi Sukuh


terletak di lereng Gunung Lawu Karanganyar, Candi Sarjiwan terletak
di selatan Prambanan, Candi Lumbung di selatan Candi Sewu, dan Candi Sari
atau Candi Bendah tidak jauh dari Candi Kalasan.

Candi Sarjiwan

Candi Sukuh
Candi Lumbung

Candi Sari / Candi Bendah

2) Candi – Candi Jawa Timur


Candi - candi yang banyak tersebar daerah Indonesia adalah peninggalan kerajaan
di masa lampau daerah yang paling terkenal dengan candinya adalah Jawa Tengah
seperti candi Borobudur, candi Prambanan. Selain di Jawa Tengah dan Yogyakarta
candi juga banyak ditemukan di Jawa Timur terdapat berpuluh-puluh candi-candi
peninggalan kerajaan jaman dahulu, terutama jaman Kerajaan Majapahit dan Singasari.
Candi-candi di Jawa Timur umumnya mempunyai bentuk lebih ramping , bertingkat
dan mengecil keatas dengan atap berbentuk kubus dan berdiri di lahan yang tidak begitu
luas. Satu-satunya candi yang menempati lahan yang agak luas adalah Candi Panataran
di Blitar. Candi di Jawa Timur umumnya lebih artistik dengan relief yang dipahat tipis
dengan tokoh yang umumnya berhubungan dengan Trimurti ( Tiga kekuatan Brahman
Sang Hyang Widhi sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara,
pelindung alam beserta isinya. Trimurti terdiri dari 3 yaitu: Dewa Brahma, dewa yang
berkaitan dengan ajaran Hindu dan cerita wayang. Tatakan atau kaki candi umumnya
lebih tinggi dan berbentuk selasar bertingkat. Candi yang dibangun pada jaman
kerajaan Majapahit umumnya berbahan dasar batu merah dengan hiasan lebih sederhana.

Candi – candi yang terdapat di Jawa Timur :


1. Candi Badut, terletak di desa dinoyo merupakan candi bercorak Hindu yang
didirikan sekitar abad ke-8 M.
2. Candi Jago, berada di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi bercorak
Siwa – Budha dan bentuknya berundak –undak tiga buah serta dihalaman candi
terdapat beberapa patung budha yang dibangun pada masa Raja kertanegara dari
Kerajaan Singasari.
3. Candi Singosari atau Singhasari, berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang. Candi sebagai tempat pendarmaan Raja Kertanegara yang digambarkan
sebagai Bhairawa ( siwa Budha ).
4. Candi Kidal, terletak di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang.
Candi Kidal merupakan bangunan suciuntuk memuliakan Raja Anusapati dari
Kerajaan Singasari.
5. Candi Penataran, terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten
Blitar. Candi Penataran merupakan candi terbesar di Jawa Timur dan merupakan
Candi Siwa.
6. Candi Rimbi,terletak di desa Pulosari berada di Kabupaten Jombang. Candi ini
merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit pada abad ke- 14.
7. Candi Sumberawan, berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi
ini bercorak budha sebagai penghargaan atas kunjungan Raja Hayam Wuruk ke
daerah kaki Gunung Arjuna.
8. Candi Jawi ( Candi Jajawa ), berada di Kecamatan Prigen, Pasuruan. Merupakan
makam Raja Kertanegara.
9. Candi Bajang Ratu, di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur. Merupakan gapura di daerah Trowolan bekas peninggalan
Kerajaan Majapahit.
10. Candi Sumur, terletak di Kabupaten Sidoarjo. Candi sumur merupakan sebuah
peninggalan masa Klasik yang terletak di Kabupaten Sidoarjo.

Candi yang berada di Jawa Tengah sebagian besar merupakan peninggalan


kerajaan mataram yang difungsikan sebagai tempat pemujaan keagamaan baik hindu
ataupun budha. Sedangkan candi – candi yang terdapat di Jawa Timur merupakan candi
yang difungsikan sebagai makam keluarga raja.

Gambar Candi – Candi di Jawa Timur :

Candi Badut Candi Jago ( Candi Jajaghu )

Candi Kidal Candi Penataran


Candi Jajawa Candi Singosari

Candi Rimbi Candi Bajang Ratu

Candi SumberAwan Candi Sumur


3) Candi di Jawa Barat
Meskipun Jawa Barat tercatat sebagai wilayah di Indonesia yang memiliki candi
lumayan banyak, namun umumnya masyarakat di Jawa Barat tidak terlalu
memperhatikan atau bahkan kurang menjaga peninggalan kuno situs-situs bersejarah.
Untuk anda yang ingin mengetahui nama candi di provinsi Jawa Barat yang
merupakan benda peninggalan bersejarah jaman dahulu atau bahkan candi yang baru
dibuat bertujuan sebagai tempat ibadah. Berikut adalah daftar nama-nama candi di
provinsi Jawa Barat :

 Candi Bojong Menje

Candi Bojong menje atau yang lebih dikenal di masyarakat sebagai Situs
Rancaekek, merupakan komplek peninggalan purbakala yang diduga oleh para
arkeologi merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di
Dusun Bojongmenje, Kalurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek,
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Situs Bojong menje terletak di dekat kawasan
industri di daerah Bandung sehingga keberadaan dari situs ini dapat terancam.

Pada bulan Agustus tahun 2002, secara tidak sengaja seorang warga di
Kampung Bojong menje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek yang hendak
mencari tanah guna untuk menggaruk sebuah gang yang tanahnya tidak rata, warga
tersebut menemukan sebuah rongga di dalam tanah yang di sekelilingnya terdapat
sebuah tumpukan batu yang tertata sangat rapi. Penemuan dari tumpukan batu
tersebut akhirnya diputuskan oleh para arkeologi sebagai bagian dari suatu candi,
semenjak saat itu dilokasi tersebut dilakukan ekskavasi oleh para arkeologi untuk
penemuan dan penelitian lebih lanjut di candi tersebut.

 Candi Cangkuang
Candi Cangkuang adalah sebuah Candi Hindu di Indonesia yang terdapat
di Kampung Pulo, wilayah Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut, Jawa Barat. Candi
tersebut bentuknya sangat sederhana dan diperkirakan berasal dari abad ke-8
M. Candi Cangkuang juga yang pertama kali ditemukan di Tatar Sunda serta
merupakan satu-satunya candi Hindu di Tatar Sunda. Candi ini terletak bersebelahan
dengan makam yang sangat bersejarah yaitu Embah Dalem Arief Muhammad, sebuah
makam kuno pemuka agama Islam yang dipercaya oleh warga setempat sebagai
leluhur penduduk Desa Cangkuang. Selain itu, di daerah Jawa Barat ditemukan
beberapa arca dan bangunan suci, baik yang berbentuk bangunan teras berundak,
altar, maupun percandian seperti Batu Kalde di Pantai Pangandaran, Batujaya dan
Cibuyadi Karawang, Astana Gede di Kawali dan Bonjongmenje di daerah
Cikalengka, Kabupaten Bandung.

Candi Cangkuang pertama kali ditemukan pada tahun 1966 oleh tim peneliti
Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita berdasarkan dari laporan Vorderman dalam buku
yang dia tulis “Notulen Bataviaasch Genotschap” terbitan tahun 1893 mengenainya
adanya sebuah arca yang rusak serta makam kuno di bukit Kampung Pulo, Leles yang
tertulis di dalam buku itu. Makam dan arca Syiwa yang dimaksud dalam buku itu
memang diketemukan oleh tim peneliti Harsoyo dan Uka Tjandrasasmita.

3) Candi-candi di luar Pulau Jawa


Di luar Jawa terdapat juga candi-candi, seperti berikut di bawah ini :

 Candi-candi di Sumatra
Kebanyakan candi di Sumatra terletak di lokasi yang cukup jauh dari kota,
sehingga tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Sebagian besar candi di
Sumatra, yang telah diketahui keberadaannya, berada di provinsi Sumatra Utara,
khususnya di Kabupaten Mandailing Natal dan Tapanuli Selatan. Di kompleks Candi
Muara Takus ada beberapa candi, seperti Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi
Mahligai. Kompleks percandian ( stupa ) lainnya adalah kompleks Candi Padang
Lawas yang terletak di sumatera utara dan bercorak siwaisme dan buddhisme. Di
daerah Tapanuli terdapar kompleks Candi Gunung Tua yang bercorak Buddha..
Candi muara takus

Kompleks candi Muara Takus merupakan bangunan suci dimana


pembangunanya diperkirakan berasal dari masa berkembangnya agama Hindu dan
Budha di Indonesia. Asal usul candi ini masih menjadi misteri hingga sekarang,
karena kurang ditemukanya bukti – bukti kuat yang berkaitan dengan candi ini. Candi
ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Sriwijaya yaitu antara abad ke-4
hingga abad ke-11 Masehi.

Kompleks candi Muara Takus merupakan bangunan suci dimana


pembangunanya diperkirakan berasal dari masa berkembangnya agama Hindu dan
Budha di Indonesia. Asal usul candi ini masih menjadi misteri hingga sekarang,
karena kurang ditemukanya bukti – bukti kuat yang berkaitan dengan candi ini. Candi
ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Sriwijaya yaitu antara abad ke-4
hingga abad ke-11 Masehi.

Candi ini merupakan candi Budha di Indonesia tertua yang pernah ditemukan
di Pulau Sumatra yang bernuansa Budha. Hal ini ditunjukkan pada salah satu
bangunanya berbentuk seperti stupa, dimana stupa sendiri merupakan lambang
dari Budha Gautama. Stupa-stupa seperti bisa anda temukan di Candi Sewu,
yang juga salah satu candi agama Budha. Dan juga di Salah satu bangunan
candi di muara takus juga terdapat yoni dan lingga yang menggambarkan
jenis kelamin. Sehingga candi ini juga diperkirakan sebagai bangunan dengan
perpaduan Budha dan Syiwa dimana arsitekturnya menyerupai bangunan
candi-candi di Myanmar.

Penamaan candi Muara takus sendiri terdapat dua pendapat yang


berbeda, dimana yang pertama adalah dimana nama candi Muara takus
diambil dari nama sebuah sungai kecil yang bermuara di Sungai Kampar.
Sungai kecil itu adalah sungai takus. Sedangkan pendapat yang kedua
mengatakan bahwa nama muara takus diambil dari dua kata yaitu “Muara”
yang berarti Tempat dimana akhir dari aliran sungai, daerah tersebut bisa
berupa laut atupun sungai yang memiliki ukuran lebih besar. dan Takus sendiri
diambil dari bahasa China yaitu Takuse. Ta dalam bahasa China berarti besar,
ku memililiki arti tua, dan memiliki arti kuil, dimana jika dirangkai menjadi
satu kalimat berarti sebuah kuil atau candi tua yang berukuran besar dan
terdapat pada Muara sungai.

Agama Hindu dan Budha memiliki konsep dimana setiap bangunan


untuk tempat peribadahan harus memiliki sumber air yang dianggap suci.
Dimana biasanya air tersebut dipergunakan sebagai media dalam upacara
maupun ritual dalam agama. Untuk menjaga kesucian dari air tersebut, pada
bagian pusat bangunan atau brahmasthana harus dijaga dan dipelihara dengan
baik. Dan juga di keempat arah mata angin juga harus dirawat dengan baik
karena disitulah dewa penjaga mata angin atau yang juga dsebut dewa lokapala
menjaga dan melindungi daerah perpaduan antara alam nyata dan alam ghaib,
yang disebut wastupurumasamandala.

 Candi-candi di Bali
Candi Gunung Kawi

Candi di Bali yang pertama adalah candi gunung kawi. Candi Gunung Kawi
terletak Kabupaten Gianyar sebagai peninggalan dari Raja Marakatapangkaja yang
kemudian pembangunannya diselesaikan oleh Raja Anak Wungsu pada abad ke
11 Masehi. Candi yang juga disebut dengan Candi Tebing Kawi ini dikelilingi oleh
panorama asri berupa ragam tumbuhan hijau belukar dan pepohonan yang dekat
dengan tepi sungai.

Aliran sungai juga mengelompokkan para candi yang menghadap ke timur dan
barat. Salah satu kelompok candi membentuk kolam air dan memiliki relung arca
berdinding batu cadas yang dipahat secara terstruktur. Karena dekat dengan lokasi
pertapaan Buddha, keberadaan candi bercorak Hindu ini menunjukkan toleransi
beragama yang terjadi di daerah tersebut.

Candi Kalibukbuk

Tidak hanya Kabupaten Gianyar, kabupaten lain seperti Kabupaten Buleleng


juga meninggalkan warisan sejarah yang dinamai Candi Kalibukbuk. Candi bercorak
Buddha yang baru dibuka untuk umum pada tahun 2009 silam ini memiliki relief
buddha, gajah, gana (manusia kerdil), dan terbuat dari susunan batu andesit dan bata
bermotif sulur-suluran yang disebut bata Majapahit. Jenis bata ini mirip dengan
beragam candi di Mojokerto tepatnya di daerah Trowulan sebagai basis peninggalan
Kerajaan Majapahit.

Masih belum jelas peninggalan dari kerajaan manakah candi ini karena tidak
ada bukti jelas namun saat itu diperkirakan Kerajaan Mataram Kuno memiliki
pengaruh Buddha yang cukup besar di Bali yang dapat dilihat pada silsilah Kerajaan
Mataram Kuno. Ketika ditemukan, situs ini memiliki berbagai artefak seperti arca
perunggu, stupika, alat-alat upacara yang menandakan bahwa candi dibangun karena
adanya pengaruh Buddha yang baru masuk Pulau Bali di abad 8 Masehi.
Candi Tebing Tegallinggah

Menjadi candi yang dikelilingi keindahan alam seperti bebatuan yang telah
menyatu dengan pepohonan dan rerumputan, Candi Tebing Tegallinggah termasuk
salah satu candi hindu di indonesia yang terletak di Kabupaten Gianyar. Sebuah
tebing sungai yang persis di sebelah candi menjadi ciri khas candi ini. Penemuan tiga
lingga yang mewakili Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa ini juga disertai
dengan gapura yang hampir roboh, tiga pahatan candi, dan tujuh cerukan sebagai
tempat beribadah pertapaan.

Sama seperti dengan kebanyakan candi di Bali, tidak ada bukti kerajaan yang
membangun candi tersebut. Hal ini dilatarbelakangi oleh masyarakat Bali yang tidak
mengenal pendermaan mayat Raja untuk disimpan di candi sehingga hanya berfokus
sebagai tempat ibadah. Tradisi ini tentu berbeda dengan beberapa candi di Jawa
Timur yang memiliki tradisi menghormati abu jenazah raja seperti Candi Jago.
Namun ada dugaan bahwa candi yang dekat dengan jurang ini termasuk buatan
Kerajaan Majapahit yang melarikan diri setelah keruntuhan sekaligus menjadi tempat
persembunyian. Tetapi dugaan ini belum bisa dibenarkan karena kurangnya bukti lain.

Candi Ulun Danu

Pura Ulun Danu Bratan menjadi pura yang ikonik dengan atap meru
yang bersusun menjulang dan mengecil semakin ke atas. Kompleks candi yang
memuat pura ini terletak di atas luasnya Danau Bratan sebagai sumber pengairan yang
disebut dengan subak. Selain menjadi lokasi berdirinya pura, terdapat pula temuan
dari zaman Megalitikum berupa sarkofagus dan papan dari batu sehingga lokasi ini
telah terlibat dalam ritual suci sejak zaman logam di Indonesia.

Peninggalan dari Kerajaan Mengwi ini konon dibangun oleh I Gusti Agung
Putu sekaligus sang pendiri kerajaan tersebut. Di dalam kompleks pura terdapat 5
buah pura dan sebuah stupa Buddha. Kelima pura yang terletak di Kabupaten
Tabanan ini memiliki fungsi yang berbeda-beda meliputi tempat pemujaan dewa-
dewa khususnya yang menjadi sumber kesuburan, menjalankan upacara maupun ritual
permohonan anugerah, tempat penyucian diri, dan simbol maupun kepercayaan
terhadap tempat suci.

 Candi – candi di Kalimantan

Candi Agung

Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu yang beratap yang terletak di
kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan
Selatan. Di sekitar candi pernah ditemukan tiang kayu ulin dan pecahan genteng.
Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya
sezaman dengan Kerajaan Majapahit. Ditemukan pada 1962 ketika pemerintah
kabupaten hulu sungai utara meratakan tanah untuk dijadikan jalan dan perluasan
kota ke arah barat. Lokasinya dikelilingi oleh tiga batang sungai yaitu, Sungai
Tabalong , Sungai Balangan dan Sungai Negara. Semua sungai itu bermuara di
barito. Di dekat sungai terdapat sungai buatan yang bermuara di sungai negara..

Menurut sejarah lokal yang lebih tepat disebut cerita rakyat, Candi
Agung merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Khuripan yang dibangun
oleh Empu Jatmika abad ke-14 Masehi. Dari kerajaan tersebut akhirnya melahirkan
Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu
Negaradipa berdiri pada 1438 di persimpangan tiga aliran sungai, yaitu Sungai
Tabalong, Balangan dan Nagara.
Pada 1967 dilakukan penelitian arkeologi di Situs Candi Agung oleh tim kerja
sama Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional dan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan. Hasil ekskavasi berupa struktur tembok / fondasi bangunan
berukuran 7 x 7 meter, fragmen kepala kala dari terakota, lapik padma dalam bentuk
utuh dan fragmen, hiasan bangunan yang berbentuk antefiks, bata, manik-manik dari
bahan tanah liat bakar, dan pecahanpecahan tembikar serta keramik. Ditemukan juga
lima periuk, di antaranya berisi sisa abu, tulang, manik-manik, dan tanah.

Suatu keistimewaan jika dibandingkan dengan candi atau Stupa dari daerah
lain di Indonesia, bangunan Candi Agung itu rupanya dibangun di atas tanah
rawa yang diurug. Melihat sisa undakan, sepertinya bangunan candi ini menghadap
arah tenggara. Sebelum diurug terlebih dahulu diberi tiang pancang dari kayu ulin.
Setelah cukup kuat tanah urugannya, barulah dibuat konstruksi bangunannya.
Keseluruhan bangunan dibuat dari bahan bata, dan hiasannya dibuat dari terrakota.
Material lainnya berupa kayu ulin yang dipakai sebagai fondasi yang ditancapkan ke
tanah rawa.

Penelitian terhadap Candi Agung dilakukan kembali pada 1997 oleh Balai
Arkeologi Banjarmasin. Pada penelitian ini dilakukan analisis radiokarbon C-14
terhadap sampel kayu ulin yang tertancap di halaman kerikil Candi Agung. Hasil
analisis tersebut didapatkan bahwa Candi Agung berasal dari 750 Masehi atau abad
ke-8 M. Hasil penanggalan ini lebih tua enam abad daripada usia berdasarkan cerita
rakyat (abad ke-14 M).

Anda mungkin juga menyukai