Anda di halaman 1dari 8

1

PEMBAHASAN

Arti Lingga Yoni


Lingga Yoni adalah tanda budaya yang ditemukan sebagai bagian dari
beragam jejak peradaban masyarakat Jawa dan Bali. Kebermaknaan atau artinya
bergantung dari sudut pandang yang digunakan si pemakna (reseptor). Dalam
kepercayaan Hindu, Lingga Yoni merupakan pengejawantahan dari penyatuan
Siwa dan Parvati. Mitologi itu secara harfiah dimaknai bahwa seks menjadi
tema yang cukup fundamental, menjadi pondasi filosofis dan teologis yang
mendasar dalam keyakinan Hindu. Oleh karena itu, Lingga menjadi atau
dimaknai sebagai simbol kelamin pria, sedangkan Yoni dimaknai sebagai
simbol kelamin wanita. Dengan begitu, seks yang disimbolkan dan dimaknai
secara harfiah dengan penyatuan Lingga dan Yoni dalam ajaran Hindu tidak
dimaknai sebagai pengejaran kenikmatan sesaat. Karena itu, ketika seseorang
menganggap kotor dan rendah perwujudan seksualitas, dengan tidak mampu
mengaktualisasikan seks dengan kondisi kejiwaan yang bebas, maka akan
muncul perasaan dikejar – kejar rasa bersalah. Untuk itu, kondisi jiwa bebas dan
bersih ketika seksualitas diaktualkan tanpa rasa bersalah dan menyakiti orang
lain menjadi pengejawantahan penyatuan Lingga Yoni. Dalam konteks tersebut,
diartikan sebagai pernikahan (vivaha) menjadi dipahami sebagai pencapaian
spiritualitas seks dengan pengertian lebih dalam. Lingga adalah simbol atma
atau roh, sedangkan Yoni adalah simbol Shakti, kekuatan dan kesadaran atma.
2

Jenis – Jenis Lingga Yoni


Berdasarkan penelitian dan TA.Gopinatha Rao yang terngkum dalam
bukunya berjudul ‘’ Elements Of Hindu Iconografi Vol .II part 1’’ di sini beliau
mengatakan bahwa berdasarkan jenisnnya Lingga dapat dikelompokkan atas dua
bagian lain:
1. Chalalingga
2. Achalalingga
Chalalingga adalah lingga-lingga yang dapat bergerak, artinya lingga itu
dapat dipindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengurangi suatu arti
yang terkandung. Adapun yang termasuk dalam kelompok lingga ini adalah:

1) Mrinmaya Lingga

Merupakan suatu lingga yang dibuat dari tanah liat, yang prosesnya dengan
cara dibakar. Dalam kitab Kamikagama dijelaskan bahwa pembuatan lingga ini
berasal dari tanah liat putih dan tempat yang bersih. Proses pengolahannya adalah
tanah dicampur susu, tepung, gandum, serbuk cendana, menjadi adonan setelah
beberapa lama disimpan lalu dibentuk sesuai dengan ketentuan, lalu dibakar.

2) Lohaja Lingga

Yaitu suatu lingga yang terbuat dari jenis logam, seperti : emas, perak,
tembaga, logam besi, timah dan kuningan.

3) Ratmaja Lingga

Jenis batu-batuan yang berharga seperti, permata, mutiara, kristal, jamrud,


waidurya, kwarsa, blue stone dan lain-lain.

4) Daruja Lingga

Yaitu lingga yang terbuat dari bahan kayu seperti kayu sami, tinduka,
karnikara, madhuka, arjuna, pippala dan udumbara. Dalam kitab Kamikagama
3

disebutkan juga jenis kayu yang digunakan yaitu khadira, chandana, sala, bilva,
badara, dan dewadara.

5) Kshanika Lingga

Yaitu lingga yang dibuat untuk sementara jenis-jenis lingga ini dibuat dari
saikatam, beras, nasi, tanah pekat, rumput kurcha, janggery dan tepung, bunga dan
rudrasha.

Bahan dan pembuatan lingga erat kaitannya dengan tujuan dilakukannya


pemujaan. Lingga yang terbuat dari emas bertujuan untuk mendapatkan kekayaan.
Lingga yang terbuat dari nasi umumnya digunakan bila pemujanya mengharapkan
makanan, terutama nasi. Adapun lingga tanah liat ditujukan untuk mendapatkan
kekayaan, sedangkan lingga dari kotoran sapi digunakan untuk menghilangkan
penyakit. Lingga dengan bahn dasar mentega umumnya memberikan suasana
gembira. Pemuja lingga yang ingin mendapatkan umur panjang maka
mengadakan pemujaan dengan menggunakan lingga yang terbuat dari
bunga-bungaan. Untuk mendapatkan kebahagiaan lingga yang dipuja umumnya
terbuat dari sadlewood. (Gunawan, 2012; 81-82).

Achala Lingga merupakan lingga yang tidak dapat dipindah-pindahkan


seperti gunung sebagai linggih Dewa-Dewi dan Bhatara-Bhatari. Di samping itu
pula lingga ini biasanya berbentuk batu besar dan berat yang sulit untuk
dipindahkan. I Gusti Agung Gde Putra dalam bukunya berjudul : “Cudamani,
kumpulan kuliah-kuliah agama jilid I”, menjelaskan bagian lingga atas bahan
yang digunakan. Beliau mengatakan lingga yang dibuat dari barang-barang mulia
seperti permata tersebut spathika lingga, lingga yang dibuat dari emas disebut
kanaka lingga dan bahkan ada pula dibuat dari tahi sapi dengan susu disebut
homaya lingga, lingga yang dibuat dari bahan banten disebut Dewa-Dewi, lingga
yang biasa kita jumpai di Indonesia dari di Bali khususnya adalah linggapala yaitu
lingga terbuat dari batu. Mengenai keadaan masing-masing jenis lingga T.A.
4

Gopinatha Rao dalam bukunya berjudul “Elements of Hindu Iconografi Vol. II


part I” dapat dijelaskan, sebagai berikut:

1) Svayambhuva lingga. Dalam mitologi, lingga dengan sendirinya tanpa


diketahui keadaannya di bumi, sehingga oleh masyarakat lingga yang paling suci
dan lingga yang paling utama (uttamottama). Atau dapat dikatakan “terjadi
dengan sendirinya”.

2) Ganapatya lingga. Lingga ini berhubungan dengan Ganesa, Ganapatya lingga


yaitu lingga yang berhubungan dengan kepercayaan dibuat oleh Gana (padukan
Dewa Siwa) yang menyerupai bentuk mentimun, sitrun atau apel hutan.

3) Arsha lingga. Lingga yang dibuat dan dipergunakan oleh para Resi. Bentuknya
bundar dengan bagian puncaknya bundar seperti buah kelapa yang sudah dikupas.

4) Daivika lingga. Lin/gga yang memiliki kesamaan dengan Ganapatya lingga dan
arsha lingga hanya saja tidak memiliki brahma sutra (selempang tali atau benang
suci, dipakai oleh brahman).

5) Manusa lingga. Lingga yang paling umum ditemukan pada bangunan suci,
karena langsung dibuat oleh tangan manusia, sehingga mempunyai bentuk yang
bervariasi. Lingga ini umumnya mencerminkan konsep tri bhaga yang Brahma
bhaga (dasar), Wisnu bhaga (badan) dan Rudra bhaga (puncak). Mengenai ukuran
panjang maupun lebar menyamai pintu masuk tempat pemujaan utama. Untuk
manusalingga, ada pula yang memberikan pembagian berdasarkan cara
pembuatannya yang terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya adalah :

1). Sarvadesika lingga. Jenis ini panjangnya ditentukan oleh perbandingan


dengan sisi ruangan dalam candi. Lingga jenis ini ada 3 macam sesuai dengan
besarnya. Pembagian terdiri atas uttama, yaitu 3/5 sisi ruangan, madhyama 5/9 sisi
ruangan, dan adhama ½ sisi ruangan.

2). Sarvasama, jenis lingga yang perbandingan antara Rudrabhaga, Visnubhaga,


dan Brahmabhaga sama tinggi.
5

3). Saivadhika, jenis lingga ini mempunyai perbandingan panjang, 2 bagian bawah
sama panjang dan 1 bagian (atas) lebih panjang. Perbandingan yang umum adalah
7:7:8, 5:5:6, dan 4:4:5.

4). Svastika, jenis lingga ini yang mempunyai proporsi semakin ke atas semakin
panjang (bagian atas terpanjang) dengan perbandingan 2:3:4.

5). Varddhamana, jenis lingga degnan proporsi makin ke atas makin panjang
dengan perbandingan 4:5:6, 5:6:7, dan 7:8:9.

6). Trairasika, jenis lingga yang mempunyai proporsi tinggi keseluruhan lingga
dibagi 9, dengan ketentuanperbandingan antara Rudrabhaga: Visnubhaga;
Brahmabhaga, 6:7:8 (Gunawan, 2012; 82-83).

Manusalingga terbagi atas 3 bagian, yaitu : Rudrabhaga (lingga bagian


atas) berpenampang garis lengkung, Visnubhaga (lingga bagian tengah)
mempunyai bentuk segi-8 (octagonal), dan Brahmabhaga (lingga bagian bawah)
mempunyai bentuk persegi. (Gunawan, 2012; 83).

Puncak lingga (sirivartthana) jenis ini mempunyai beberapa macam


bentuk, diantaranya bentuk chattrakara (bentuk payung), tripusakara (bentuk
ketimun), kukkutaudakara (bentuk telur), ardhacandrakara (bentuk bulan sabit),
budolasadrisa (bentuk menggelembung). Pada puncak lingga ditemukan 2 garis
vertical yang bertemu dengan 2 garis melengkung. Garis-garis tersebut dinamakan
garis Brahmasutra. Jenis-jenis manusalingga yaitu:

(1). Astotarasata “108 lingga kecil”. Manusalingga jenis ini adalah lingga yang
pujabhaga (permukaaan lingga)nya dibagi atas garis-garis vertikal dan horizontal,
sehingga terlihat seperti dihiasi lingga-lingga kecil.

(2). Dhara, adalah lingga yang bagian pujabhaga-nya dihiasi garis-garis vertikal
yang memanjang (fluted vertikal) sebanyak 50-60 buah. Kitab Suprabhedagama
menjelaskan garis vertikal tersebut dapat saja berjumlah 5,7,9,12,16,20,24,
maupun 28, sedangkan kitab Karanagama memberi ketentuan 16 buah garis.
6

(3). Sahasra, lingga jenis ini pujabhaga-nya dihiasi garis-garis vertikal dan
horizontal. Bedanya dengan astottarasata, pada sahasra garis-garis horizontal dan
vertikal itu tidak membentuk lingga-lingga kecil. (Gunawan, 2012; 83)

Bentuk dan Fungsi Lingga Yoni


Lingga Yoni paling sering ditemukan berada di dekat candi. Lingga
berbentuk batu tegak seperti kemaluan laki-laki dengan bentuk bujur sangkar
pada bagian paling bawah, segi delapan pada bagian tengah dan bulat pada
bagian teratas. Lingga berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti tanda, ciri,
isyarat, bukti, dan keterangan, sedangkan, yoni berdenah bujur sangkar dan
biasanya terdapat lubang untuk tonjolan di di salah satu sisinya. Di tengah Yoni
biasanya terdapat lubang untuk menanamkan Lingga. Permukaan Yoni tidak
rata dengan bagian tepi lebih tinggi yang berfungsi agar air tidak keluar apabila
di siram dari Lingga dan hanya akan keluar melalui ceret. Yoni pada era
Kerajaan Majapahit memiliki perbedaan daripada zaman sebelumnya.
Perbedaan tersebut terletak pada tubuh yoni yang terdapat hiasan serta naga
seperti yang ada pada Yoni Klinterejo. Wujud Lingga Yoni umumnya terbuat
dari batu andesit sebagai wujud cahaya Brahman yang transcendental untuk
menciptakan alam semesta beserta isinya. Selain itu, pada Lingga Yoni terdapat
aksara “OM” (AUM) sebagai symbol kekuatan Brahman untuk mencipta.
Bentuk-bentuk dan puncak lingga ada banyak ragam, antara lain berbentuk
payung (chhatrakara), berbentuk telur (kukkutandakara), berbentuk buah
mentimun (tripusha kara), berbentuk bulan setengah lingkaran
(arddhacandrakara), dan berbentuk balon (budbudhasadrisa).
Fungsi dari Lingga Yoni antara lain :
1. Mengukuhkan takhta seorang yang Berjaya di suatu tempat.
2. Memperingati suatu peristiwa penting.
7

3. Yoni yang berpasangan dengan lingga berfungsi sebagai tempat untuk


meletakkan lingga.
4. Sebagai sarana untuk upacara khususnya untuk pemujaan kepada Dewa
Siwa.

Lingga Yoni Sebagai Pratima


Pratima merupakan perwujudan - perwujudan bentuk, arca, personifikasi.
Demikianlah perwujudan itu tidak merupakan bentuk yang sebenarnya ( asli )
dari dewa, tetapi sebagai manifestasi dari bentuk dewa, dan itulah sebabnya
mereka yang menghormat secara langsung kepada dewa ( tuhan ). Salah satu
bentuk manifestasi dari dewa tersebut salah satunya adalah Lingga Yoni. Lingga
dan Yoni memiliki suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara
tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan
tindakan manusia dalam melaksanakan persembahyangan kepada Tuhan, dewa
– dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan
mereka.
Lingga Yoni merupakan salah satu bentuk ikon Siva yang paling banyak
digunakan, ditemukan hampir di semua mandir Siva. Bentuknya bundar, eliptik,
citra aniconic, biasanya diletakkan diatas dasar bundar, atau pitha. Sivalingga
adalah symbol yang paling kuno paling sederhana dan Siva, khususnya Parasiva,
Tuhan di luar semua bentuk dan sifat – sifat. Pitha mempresentasikan
Parashakti, kekuatan Tuhan.
Lingga Yoni diwujudkan menjadi tempat suci atau bangunan suci dalam
bentuk arca pelinggih, candi, seperti bangunan padmasana yang kita kenal
sekarang. Ciri utama yang melekat pada bangunan arsitektur suci Lingga yaitu :
8

1. Wujud lingga berbentu vertical, ujung oval, umumnya terbuat dari batua
andesit sebagai wujud cahaya Brahman yang transcendental untuk untuk
menciptakan alam semesta beserta isinya.
2. Aksara “OM”, gema suara Brahman dan simbol kekuatanNya untuk
penciptaan.
3. Bangunan suci “Yoni” tempat tegaknya “Lingga” untuk menciptakan
alam semesta, dengan kelengkapan kekuatan Bedawangnala Nandi,
mengawal, menjaga keseimbangan ciptaanNya.
Dalam Ganapatitattwa perwujudab batara siwa dilambangkan dengan lingga.
Lingga pada hakekatnya mempunyai arti, peranan dan fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat lampau, khususnya bagi umat beragama
Hindu. Hal ini terbukti bahwasannya peninggalan lingga sampai saat ini pada
umumnya di Bali kebanyakan terdapat di tempat – tempat suci seperti pura –
pura kuno. Bahkan ada juga ditemukan pada goa – goa yang sampai sekarang
masih tetap dihormati dan disucikan oleh masyarakat setempat. Lingga berasal
dari Bahasa sansekerta yang berarti tanda, ciri, isyarat, sifat khas, bukti,
keterangan, penunjuk, lambing kemaluan laki – laki, terutama lingga siwa dalam
bentuk tiang batu, patung dewa, titik tuju pemujaan, titik pusat, poros, sumbu.
Sedangkan pengertian umum ditemukan dalam bahasa bali, bahwa lingga
diidentikkan dengan linggih, yang artinya tempat duduk, pengertian ini tidak
jauh menyimpang dari pandangan umat beragama Hindu di bali, dikatakan
bahwa lingga sebagai linggih dewa siwa. Dalam siva purana salah satu nama
siwa ialah Lingadhyaksa( dewa pemimpin Lingga ).

Anda mungkin juga menyukai