PEMBAHASAN
1) Mrinmaya Lingga
Merupakan suatu lingga yang dibuat dari tanah liat, yang prosesnya dengan
cara dibakar. Dalam kitab Kamikagama dijelaskan bahwa pembuatan lingga ini
berasal dari tanah liat putih dan tempat yang bersih. Proses pengolahannya adalah
tanah dicampur susu, tepung, gandum, serbuk cendana, menjadi adonan setelah
beberapa lama disimpan lalu dibentuk sesuai dengan ketentuan, lalu dibakar.
2) Lohaja Lingga
Yaitu suatu lingga yang terbuat dari jenis logam, seperti : emas, perak,
tembaga, logam besi, timah dan kuningan.
3) Ratmaja Lingga
4) Daruja Lingga
Yaitu lingga yang terbuat dari bahan kayu seperti kayu sami, tinduka,
karnikara, madhuka, arjuna, pippala dan udumbara. Dalam kitab Kamikagama
3
disebutkan juga jenis kayu yang digunakan yaitu khadira, chandana, sala, bilva,
badara, dan dewadara.
5) Kshanika Lingga
Yaitu lingga yang dibuat untuk sementara jenis-jenis lingga ini dibuat dari
saikatam, beras, nasi, tanah pekat, rumput kurcha, janggery dan tepung, bunga dan
rudrasha.
3) Arsha lingga. Lingga yang dibuat dan dipergunakan oleh para Resi. Bentuknya
bundar dengan bagian puncaknya bundar seperti buah kelapa yang sudah dikupas.
4) Daivika lingga. Lin/gga yang memiliki kesamaan dengan Ganapatya lingga dan
arsha lingga hanya saja tidak memiliki brahma sutra (selempang tali atau benang
suci, dipakai oleh brahman).
5) Manusa lingga. Lingga yang paling umum ditemukan pada bangunan suci,
karena langsung dibuat oleh tangan manusia, sehingga mempunyai bentuk yang
bervariasi. Lingga ini umumnya mencerminkan konsep tri bhaga yang Brahma
bhaga (dasar), Wisnu bhaga (badan) dan Rudra bhaga (puncak). Mengenai ukuran
panjang maupun lebar menyamai pintu masuk tempat pemujaan utama. Untuk
manusalingga, ada pula yang memberikan pembagian berdasarkan cara
pembuatannya yang terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya adalah :
3). Saivadhika, jenis lingga ini mempunyai perbandingan panjang, 2 bagian bawah
sama panjang dan 1 bagian (atas) lebih panjang. Perbandingan yang umum adalah
7:7:8, 5:5:6, dan 4:4:5.
4). Svastika, jenis lingga ini yang mempunyai proporsi semakin ke atas semakin
panjang (bagian atas terpanjang) dengan perbandingan 2:3:4.
5). Varddhamana, jenis lingga degnan proporsi makin ke atas makin panjang
dengan perbandingan 4:5:6, 5:6:7, dan 7:8:9.
6). Trairasika, jenis lingga yang mempunyai proporsi tinggi keseluruhan lingga
dibagi 9, dengan ketentuanperbandingan antara Rudrabhaga: Visnubhaga;
Brahmabhaga, 6:7:8 (Gunawan, 2012; 82-83).
(1). Astotarasata “108 lingga kecil”. Manusalingga jenis ini adalah lingga yang
pujabhaga (permukaaan lingga)nya dibagi atas garis-garis vertikal dan horizontal,
sehingga terlihat seperti dihiasi lingga-lingga kecil.
(2). Dhara, adalah lingga yang bagian pujabhaga-nya dihiasi garis-garis vertikal
yang memanjang (fluted vertikal) sebanyak 50-60 buah. Kitab Suprabhedagama
menjelaskan garis vertikal tersebut dapat saja berjumlah 5,7,9,12,16,20,24,
maupun 28, sedangkan kitab Karanagama memberi ketentuan 16 buah garis.
6
(3). Sahasra, lingga jenis ini pujabhaga-nya dihiasi garis-garis vertikal dan
horizontal. Bedanya dengan astottarasata, pada sahasra garis-garis horizontal dan
vertikal itu tidak membentuk lingga-lingga kecil. (Gunawan, 2012; 83)
1. Wujud lingga berbentu vertical, ujung oval, umumnya terbuat dari batua
andesit sebagai wujud cahaya Brahman yang transcendental untuk untuk
menciptakan alam semesta beserta isinya.
2. Aksara “OM”, gema suara Brahman dan simbol kekuatanNya untuk
penciptaan.
3. Bangunan suci “Yoni” tempat tegaknya “Lingga” untuk menciptakan
alam semesta, dengan kelengkapan kekuatan Bedawangnala Nandi,
mengawal, menjaga keseimbangan ciptaanNya.
Dalam Ganapatitattwa perwujudab batara siwa dilambangkan dengan lingga.
Lingga pada hakekatnya mempunyai arti, peranan dan fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat lampau, khususnya bagi umat beragama
Hindu. Hal ini terbukti bahwasannya peninggalan lingga sampai saat ini pada
umumnya di Bali kebanyakan terdapat di tempat – tempat suci seperti pura –
pura kuno. Bahkan ada juga ditemukan pada goa – goa yang sampai sekarang
masih tetap dihormati dan disucikan oleh masyarakat setempat. Lingga berasal
dari Bahasa sansekerta yang berarti tanda, ciri, isyarat, sifat khas, bukti,
keterangan, penunjuk, lambing kemaluan laki – laki, terutama lingga siwa dalam
bentuk tiang batu, patung dewa, titik tuju pemujaan, titik pusat, poros, sumbu.
Sedangkan pengertian umum ditemukan dalam bahasa bali, bahwa lingga
diidentikkan dengan linggih, yang artinya tempat duduk, pengertian ini tidak
jauh menyimpang dari pandangan umat beragama Hindu di bali, dikatakan
bahwa lingga sebagai linggih dewa siwa. Dalam siva purana salah satu nama
siwa ialah Lingadhyaksa( dewa pemimpin Lingga ).