Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam konteks berdikari dalam bidang ekonomi, Bung Karno menyatakan bahwa
“bangsa Indonesia harus bersandar pada kekuatan, dana, tenaga yang memang sudah dimiliki dan
sudah ditangan kita yang digunakan semaksimalnya untuk kemakmuran rakyat”. Dalam
rancangan pembangunan ekonomi yang termanifestasi dalam Deklarasi Ekonomi (Dekon), Bung
Karno menempatkan kedudukan rakyat sebagai sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi
dalam pembangunan. Dalam konteks tersebut sudah dinyatakan oleh pemangku kekuasaan
pertama di Indonesia yaitu presiden soekarno bahwa bangsa Indonesia harus bersandar pada
kekuatan, dana dll agar digunakan untuk memakmurkan rakyatnya akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak rakyat Indonesia yang hingga hari ini hidup di bawah garis
kemiskinan. Pembangunan yang tidak merata, terlebih di daerah perbatasan. Dominasi
penguasaan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi yang strategis dimiliki oleh warga
asing, juga kesenjangan kemakmuran yang hanya dinikmati oleh segelintir orang. Berkedaulatan
secara ekonomi, sekali lagi solusinya adalah keberanian pemimpin ini untuk bersikap tegas.
Dalam era globalisasi saat ini yang kian hari kian bertambah rumit apalagi jika bercermin
dalam perekonomian Indonesia yang semakin mencekik masyarakatnya. Sektor pariwisata
merupakan salah satu industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Sektor
pariwisata ini akan menjadi salah satu pendorong utama perekonomian dunia karena dilihat dari
beberapa keutungan salah satunya dapat memberikan devisa yang cukup besar bagi berbagai
negara, memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan budaya. Dalam pengembangan
pariwisata yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta sudah meningkatkan jumlah
kedatangan wisatawan. Kedatangan para wisatawan akan merangsang masyarakat ddalam
berbagai aspek, dan merupakan sebuah keuntungan bagi masyarakat sekitarnya.
Taman soekasada lebih dikenal masyarakat yaitu Taman Ujung atau juga disebut WATER
PALACE, merupakan Objek wisata dan peninggalan situs kerajaan Karangasem yang bersejarah
di tanah Bali. Taman Soekasada terletak di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem dan
Kabupaten Karangasem. Sekitar ±65 km jarak dari Kota Denpasar, sekitar ±6 km dari Kota
Amlapura, dan jika ditempuh perjalanan kendaraan bermotor seperti media mobil atau

1
transportasi bus menempuh ±2 jam dari Kota Denpasar dan beberapa menit dari Kota Amlapura.
Pada umumnya Taman Soekasada banyak dikunjungi wisatawan lokal untuk tempat membuat
tugas atau media belajar bagi mahasiswa, siswa ataupun masyarakat umum. Selain itu banyak
terdapat kalangan anak muda yang berwisata bersama kawanya, pasanganya dan keluarganya
untuk menghilangkan rasa penat mereka. Selain dari pada itu banyak pula wisatawan manca
Negara yang berkunjung keTaman Soekasada, Taman soekasada bukan hanya dimanfaatkan
untuk berwisata dan media pendidikan saja, ada juga yang memanfaatkanya sebagai media
olahraga sperti jogging diantara pepohonan, bangunan yang unik dan kolam-kolam yang sangat
asri. Terdapat beberapa bangunan-bangunan yang didirikan oleh raja Karangasem terakhir.
Namun saat ini kondisinya telah berbeda, pada tahun 2001-2003 dan diresmikan kembali pada
tahun 2004 yang menghabiskan dana yang cukup besar diantaranya, dana pendamping dari
bantuan Pemerintah Kabupaten Karangasem dan dana Bank Dunia sebagai Dana utamanya,
dikarenakan rusak terkena dampak letusan Gunung Agung pada tahun-tahun sebelumnya. Serta
seiring berjalanya waktu Taman Soekasada menunjukan perkembangan yang signifikan dari
tahun-ketahun. Letak Geografis Taman Soekasada ialah sangat berdekatan sekali dengan Pantai
Ujung, jika kita ke taman dan mencari tempat yang agak lebih tinggi, kita dapat melihat
pemandangan selat Lombok dan dapat kita jumpai pula nelayan yang sedang melaut unutk
memenuhi kebutuhan mereka. Dari pantai Ujung terdapat pula Pura, tempat persembahyangan
umat Hindu ini dinamakan Pura Linggayoni yang saat ini sedang populer. Pura ini sangat unik
dan banyak dikunjungi walaupun belum mendapatkan perhatian yang lebih baik dikarenakan
kemunculan pura ini digolongkan masih baru. Sekitar Taman Soekasada juga terdapat Mukiman
Warga masyarakat yang terdiri dari berbagai agama. Taman soekasada yang terletak di Desa
Tumbu, dimana Potensi desa tumbuh sangatlah perlu untuk diketahui agar mempermudah
pelestarian dan pemeliharaan Potensi Desa dan Taman Soekasada itu sendiri. Dari berbagai
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Tumbu, memungkinkan untuk membantu
perkembangan Taman Soekasada dan Perkembangan Desa itu sendiri pula.
Maka dari tujuan dari tulisan ini adalah antaranya untuk memahami dan mengetahui lebih lanjut
tentang korelasi yang terjadi di Taman Soekasada terutama Implikasi bagi masyarakat
sekitarnya, dan mengetahui apa arti penting Taman Soekasada bagi kita semua dan masyarakat
sekitarnya di Desa tersebut, guna untuk memajukan dan melestarikan situs kerajaan Karangasem
tersebut. Hal tersebutlah yang merupakan pedoman atau yang melatar belakangi tulisan ini.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pariwisata ?
2. Bagaimanakah manfaat sektor pariwisata dalam perekonomian ?
3. Bagaimanakah perkembangan sektor pariwisata di Indonesia ?
4. Bagaimanakah strategi pengembangan sektor pariwisata ?
5. Bagaimanakah deskripsi obyek wisata Taman Ujung Karangasem ?
6. Apakah keunikan yang ada di Taman Ujung Karangasem ?
7. Bagaimanakah implikasi sosial ekonomi masyarakat akan keberadaan obyek wisata
Taman Ujung Karangasem ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pariwisata.
2. Untuk mengetahui manfaat sektor pariwisata dalam perekonomian.
3. Untuk mengetahui perkembangan sektor pariwisata di Indonesia.
4. Untuk mengetahui strategi pengembangan sektor pariwisata.
5. Untuk mengetahui deskripsi obyek wisata Taman Ujung Karangasem.
6. Untuk mengetahui keunikan yang ada di Taman Ujung Karangasem.
7. Untuk mengetahui implikasi sosial ekonomi masyarakat akan keberadaan obyek wisata
Taman Ujung Karangasem.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pariwisata


Pengerian pariwisata secara Etimologi, pariwisata berasal dari dua kata yaitu “ pari” yang
berarti banyak atau berkeliling, sedangkan pengertian wisata berarti “pergi”. Dalam kamus besar
Indonesia pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi.
Sedangkan pengertian secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan
Adapun pengertian pariwisata menurut para ahli yaitu:
1. Menurut UU No.10/2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
2. Koen Meyers (2009) pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh semntara
waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau
mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu
senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.
3. Suwantoro (1997) , pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau
lebih menuju tempat lai dari luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan uang.
4. James J. Spillane, pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan untuk
mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetaui dsesuatu, memperbaiki kesehatan,
menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, dan berziarah.
5. Soekadijo (1996), pariwisata adalah gejalayang komples dalam masyarakat, di dalamnya
terdapat hotel, objek wisata, souvenir, pramuwisata, angkutan wisata, biro perjalanan wisata,
rumah makan dan banyak lainnya.
6. Drs. E.A.Chalik, pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau
berkeliling.

4
A. Jenis-Jenis Pariwisata
Walaupun banyak sekali jenis pariwisata yang ditentukan menurut motif tujuan
perjalanan,dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)
Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya
untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak
keingingintahunya, dll. Jenis parwisata ini menyangkut begitu banyak unsur yang sifatnya
berbeda-beda, disebabkan pengertian pleasure akan selalu berbedakadar pemuasnya sesuai
dengan karakter, cita rasa, latar belakang kehidupan, serta temperamen masing-masing
individu.
2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari
liburnya untuk beristirahat dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan. Dengan
kata lain, mereka lebih menyukai health resorts.
3. Pariwisata untuk kebudayaaan (cultural tourism)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar
dipusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, untuk mengunjungi
monumen bersejarah, untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olah raga (sports tourism)
Jenis ini dibagi menjadi dua kategori yaitu:
a. Big Sports Events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar, seperti Olympiade Games,
kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian orang
banyak.
b. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktikkan sendiri, seperti pendakian gunung,olah raga naik kuda dan
lain-lain. Negara yang memiliki banyak fasilitas atau tempat-tempat olah raga seperti itu
akan menjadi daya tarik para wisatawan.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism)
Dalam istilah business tourism tersirat tidak hanya professional trips yang dilakukan kaum
pengusaha atau industrialis, tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan
ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-orang diluar profesi ini. Perlu diperhatikan

5
bahwa para pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat kepada konsumen, tetapi dalam
waktu-waktu bebasnya, sering dibuat sebagai wisatawan biasa dalam pengertian sosiologis
karena mengambil dan memanfaatkan kuntungan sari atraksi yang terdapat dinegara lain.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism)
Peranan pariwisata ini makin lama makin penting. Tanpa menghitung banyaknya konvensi
atau konferensi nasional, banyaknya simposium maupun sidang yang diadakan setiap tahun
diberbagai negara. Konvensi atau pertemuan ini sering dihadiri oleh ratusan atau bahkan
ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapahari dikota atau dinegara penyelenggara.
Banyak negara-negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata
konverensi ini sehingga mereka saling berusaha untuk menyiapkan dan mendirikan
bangunan-bangunan yang khusus diperlengkapi untuk tujuan membangun pusat-pusat
konverensi lengkap dengan fasilitas mutakhir yang diperlukan untuk menjamin efisiensi
operasi konverensi.

2.2 Manfaat Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian


Manfaat dan keuntungan dari sektor pariwisata dapat terlihat dan dirasakan baik dari segi
ekonomi, sosail, budaya, politik dan lingkungan hidup. Dan Ada banyak sekali manfaat dan
keuntungan sektor pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan baik ayaitu seperti:
1. Penerimaan Devisa
Masuknya wisatawan mancanegara akan membawa valuta asing, yang berarti akan
memperkuat neraca pembayaran dan perdagangan. Penerimaan devisa negara dari pariwisata
bersumber dari:
a. Uangyang dikeluarakan atau dibelanjakan oleh wisatawan asing selama yang
bersangkutan melakukan kunjungan,berupa pengeluaran untuk penginapan (akomodasi),
makan dan minum, transportasi lokal dan lain-lain
b. Biaya yang diterima oleh perusahaan penerbangan dimana wisatawan yang berkunjung
dimasukkan sebagai penerimaaan sektor pariwisata
c. Investasi bidang pariwisata
d. Biaya promosi pariwisata dari negara lain

6
2. Kesempatan Berusaha
Kesempatan berusaha semakin terbua luas, baik usaha yang langsung memenuhi kebutuhan
wisatawan maupun yang tidak langsung. Contoh lapangan usaha langsung yaitu seperti
usaha akomodasi, restoran dan rumah makan, biro perjalanan toko cendera mata, sanggar-
sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata, pusat perbelanjaaan danlain sebagainya. Dan
contoh lapangan usaha tidak langsung seperti pertanian, perikanan, perternakan,
perindustrian dan kerajinan, industri oleh raga, industri pakaian jadi dan usaha lainnya.
3. Meningkatkan Pendapatan Masyarakat dan Pemerintah
Wisatawan yang datang berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk
keperluan selama perjalanannya. Hal ini akan menambah pendapatan masyarakat setempat,
seperti biaya penginapan,angkutan lokal, makan danminum, pembelian jasa-jasa dan barang-
barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempat akan memperoleh pendapatan berupa
pajak dari perusahaan dan dari uang asing yang dibelanjakan oleh wisatawan.
4. Mendorong pembangunan Daerah
Berkembangnya kepriwisataan di daerah akan mendorong pemerintah daerah dan
masyarakat mempersiapkan dan membangun sarana dan prasarana yang diperlukan seperti:
pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air, instalasi listrik, pembenahan obyek dan
daya tarik wisata, perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan kelembagaan
dan pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan mendorong investor untuk
menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana
akomondasi, usaha jasa biro, restoran dan lainnya.

2.3 Perkembangan Sektor Pariwisata di Indonesia


Pada tahun 1990-1996, Indonesia menikmati dampak dari meningkatnya pariwisata dunia.
Sejak akhir tahun 1997 pada saat itu badai krisis menerjang Indonesia, Indonesia melakukan
revitalization dan positioning di sektor kegiatan pariwisata.
Ketika Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, Jumlah
wisatawan mancanegara saat itupun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pariwisata
mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara yang menerima kedatangan
wisatawan. Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusikan devisa dari

7
kunjungan wisatawan mancanegara dan Produk Domestik Bruto (PDB) beserta
komponennya.Tidak sedikit wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara datang untuk
menikmati daya tarik wisata yang ada di Indonesia. Dan sektor pariwisata juga merupakan
alternatif dalam segi ekonomi untuk menanggulangi kemiskinan di indonesia. Ada bebrapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan pengembangan pariwisata yaitu:
1. Wisatawan (Tourist)
Harus mengetahui karekteristik dari wisatawan, dari negara mana saja mereka datang, usia,
hobi dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.
2. Transportasi
Harus melakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa
wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.
3. Atraksi atau obyek wisata
Bagaimana obyek wisata yang akan dijual, apakah sudah memenuhi tiga syarat berikut: apa
yang dapat dilihat, apa yang dapat dibeli di DTW yang dikunjungi dan apa yang dilakukan
di daerah wisata tersebut.
4. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas apa sja yang tersedia dikawasan tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang
ada, restoran, pelayanan umum seperti bank atau money changers, kantor pos, telepon, toilet
di DTW yang akan dikunjungi wisatawan.
5. Informasi dan Promosi
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan
sehingga calon wisatawan mengetahui tiappaket wisata dan wisatawan cepat mengambil
keputusan.

2.4 Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata


Berdasarkan potensi dan peluang yang ada maka pengembngan pariwisata perlu dilakukan
dalam rangka meningkatkan prtumbuhan ekonomi dengan sektor pariwisata. Pengembangan
pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal yaitu:
1. Perlu ditetapkan beberapa peraturan yang berpihak padapeningkatan mutu pelayanan
pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak-pihak

8
tertentu.Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi pihak-pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.
2. Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal itu penting karena
pengalaman pada beebrapa daerah tujuan wisata (DTW), sama sekali tidak melibatkan
masyarakat setempat, akibatnya tidak ada sumbangsih ekonomi yang diperoleh masyarakat
sekitar.
3. Kegiatan promosi yang dilakukan harus beragam, selain dengan mencanangkan cara
kampanye dan program visit indonesian year seperti yang sudah dilakukan sebelumnya,
kegiatan promosi juga perlu dilakukan dengan membentuk sistem informasi yang handal
dan membangun kerjasama yang baik dengan pusat-pusat informasi pada negara-negara
yang potensial,
4. Perlu menentukan DTW-DTW utama yang memiliki keunikan dibanding dengan DTW lain,
terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan saat ini obyek wisata yang alami dan
tradisional menjadi sasaran utama para wisatawan asing. Obyek ini sangat banyak
ditemukan diluar jawa.
5. Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah daerah
setempat, dengan sistem yang jujur, terbuka dan adil. Kerjasama ini penting untuk lancarnya
pengelolaan secara profesional dengan mutu pelayanan yang memadai. Selain itu kerjasama
diantara penyelenggara juga perlu dibangun. Kerjasama diantara agen biro perjalanan,
penyelenggara tempat wisata, pengusaha jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait
lainnya merupakan hal yang sangat penting bagi keamanan, kelancaran dan kesuksesan
pariwisata.
6. Perlu dilakukan pemerataan aruswisatawan bagi semua DTW yang ada di seluruh Indonesia.
Dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan perhatian yang sama kepada semua DTW,
perhatian DTW yang sudah mandiri hendaknya dikurangi dan memberikan perhatian yang
lebih terhadap DTW yang memerlukan perhatian lebih.
7. Mengajak masyarakat sekitar DTW agar menyadari peran, fungsi dan manfaat pariwisata
serta merangsang mereka untuk memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta bagi berbagai
keiatan yang dapat menguntungkan secara ekonomi. Masyarakat diberikan kesempatan
untuk memasarkan produk-produk lokal serta membantu mereka untuk meningkatkan
keterampilan dan pengadaan modal bagi usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan.

9
8. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secarabaik untuk menunjang
kelancaran pariwisata. Pengadaan dan perbaikan jalan, telepon, angkutan, pusat perbelanjaan
wisata danfasilitas lain di sekitar lokasi DTW sangat diperlukan.
Dengan memperhatikan beberapa strategi dikiranya dapat membantu bagi penyelenggara
pariwisata yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Tentunya saran-saran dan masukan
tersebut tidak berlaku untuk semua DTW, hal ini sangat tergantung pada kebutuhan DTW
masing-masing yang memiliki permasalahannya sendiri dari waktu ke waktu dan lingkungan
yang berbeda-beda.

2.5 Deskripsi Obyek Wisata Taman Ujung Karangasem


Desa Tumbu merupakan salah satu dari ribuan desa-desa yang terdapat di Bali. Terletak di
Kabupaten Karangasem dan Kecamatan Karangasem, Desa yang memiliki luas 400 Ha yang
terdiri tanah pekarangan atau pemukiman, tegalan, sawah, perkantoran, pertokohan atau sekolah,
kuburan/setra dan lainya ini jika ditempuh dari kota Denpasar sekitar ±65 Km dengan 2 jam
perjalanan. Dari luas wilayahnya tersebut, sebagian besar merupakan tanah perkebunan dan
keseluruhanya merupakan tanah dataran berupa tanah produktif dan pemukiman penduduk yang
terletak di kentinggian ±0-150 meter dari permukaan laut dengan curah hujan 2.000 mm/bulan
dan suhu 30º-35º
Desa Tumbu sebelum tahun 1995 adalah merupakan Desa yang mewilayahi 23 (dua puluh
tiga) Banjar Dinas. Mengingat dengan tuntutan pelayanan masyarakatnya dan luas wilayah Desa
Tumbu maka pada tahun 1993, atas prakarsa tokoh masyarakat yang tergabung dalam Lembaga
Desa seperti LMD, LKMD disepakati demi pemerataan pelayanan masyarakat, maka Desa
Tumbu Sebagai Desa Induk disepakati dimekarkan menjadi 3 ( tiga ) Desa Dinas yaitu dengan
Desa Tumbu yaitu mewilayahi 5 Banjar Dinas, Desa Tegallinggah yaitu mewilayahi 5 Banjar
Dinas, Desa Bukit yaitu mewilayahi 13 Banjar Dinas. Hingga pada tahun 1995 telah disahkan
menjadi Desa Persiapan yang dijabat oleh seorang Pejabat atas nama I Nyoman Pasek Yasa
sebagai Pejabat Sementara ( PJS). Maka dari Desa Persiapan ditetapkan menjadi Desa Difinitif
dengan SK Gubenur Nomor 68 Tahun 1997 Tingkat I Bali tanggal 11 Maret 1997 dan
selanjutnya Desa Tumbu sebagai Desa Induk mewilayahi 5(lima) Dusun Yaitu Dusun Tumbu
Kaler, Dusun Tumbu Kelod, Dusun Kebon Tumbu, Dusun Ujung Tengah dan Dusun Ujung
Pesisi pada saat itu. Desa Tumbu dengan jumlah kepadatan penduduknya pada tahun terakhir

10
yaitu 2013 sebanyak 3861 jiwa dimana diantaranya terdiri dari perempuan 1919 jiwa dan laki-
laki 1903 jiwa dan memiliki jumlah KK(kepala keluaraga) sebanyak 995 KK.3 Hal ini
menyebabkan salah satu faktor pendukung untuk memajukan Desa, jika dilihat dari tingkat
perkembangan Desa, Desa Tumbu memiliki tingkat perkembangan yang cukup baik dari segi
Bidang Pendidikan, kesehatan, kepemerintahan dan Ekonomi masyarakatnya yang makmur.2
Mengenai masalah ekonomi, Desa Tumbu merupakan Desa dengan ikon sebagai Desa penghasil
berbagai macam kerajinan yang terbuat dari pandan. Disamping itu juga Desa Tumbu memiliki
kawasan pantai yang sudah barang tentu sebagian masyarakatnya ada yang bermata pencaharian
sebagai nelayan dan inilah salah satu penunjang perekonomian masyarakat Desa Tumbu. Selain
itu, sebagian besar masyarakat Desa Tumbu merupakan masyarakat yang bermata pencaharian
sebagai petani. Ini dapat dilihat dari luasnya lahan persawahan dan tegalan yang ada di wilayah
Desa Tumbu. Selain itu juga di Desa Tumbu terdapat beberapa masyarakat yang berprofesi
sebagai pengerajin bata merah dengan kwalitas yang sangat bagus, sehingga menarik konsumen
dari luar daerah untuk membeli produk bata merah tersebut. Dan masih banyak lagi penunjang-
penunjang perekonomian di Desa Tumbu yang sangat membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat Desa Tumbu selama 3 tahun terakhir ini. Pada umumnya Masyarakat Desa Tumbu
50% bermata pencaharian sebagai Petani, 20% sebagai buruh, 10% sebagai nelayan, 10%
sebagai Wirausaha dan 10% sebagai PNS dan Karyawan Swasta.4 Dengan demikian berbagai
kegiatan Ekonomi yang terjadi di Desa Tumbu dengan tujuan untuk mendapatkan nafkah demi
kehidupan keluarga mereka yang dalam hal ini waraga Desa Tumbu.
Desa Tumbu juga merupakan Desa yang asri dikarenakan seperti yang dijelaskan sebelumnya
memiliki wilayah yang sebagian besarnya merupakan dearah perkembunan. Kemudian jika
dilihat dari Potensi Desa yang dimiliki merupakan Potensi unggulan Desa Tumbu sebagai acuan
dan prestasi destinasi tersendiri bagi Desa Tumbu, diantaranya penghasil berbagai macam
potensi seperti kerajinan yang terbuat dari bahan pandan, usaha pembuatan abon ikan laut, usaha
kerajinan pembuatan bata merah, usaha pemindangan ikan laut (ikan tongkol), usaha pengolahan
makanan menjadi makanan siap saji, usaha pembuatan keripik dan kacang kapri. Bukan itu saja,
potensi Desa Tumbu dapat juga meliputi terdapatnya Taman Soekasada yang termasuk dalam
wilayah Desa Tumbu, selain itu pantai Ujung dan Pura LinggaYoni juga merupakan salah satu
yang populer dikalangan masyarakat dari berbagai kalangan dan bidangnya masing-masing. Hal

11
semacam inilah merupakan faktor cara untuk memajukan Desa dan Masyarakatnya dengan cara
mengembangkan Potensi-potensi yang ada.
Apa itu Taman Soekasada? Taman Soekasada merupakan salah satu objek wisatawan dan
salah satu situs kerajaan dan peninggalan purbakala dari Kerajaan Karangasem. Taman
Soekasada pada zaman dahulu berfungsi sebagai tempat peristirahatan Raja-Raja Karangasem,
dimana memiliki perjalanan dan pengaruh yang penting bagi masyarakat dari berbagai bidang
sosial, ekonomi, hokum maupun politik. Taman Soekasada merupakan salah satu situs sejarah
penting dari Kerajaan Karangasem, dimana sebelum dibangunya Taman, Taman Soekasada
merupakan dua kolam besar yang bernama Kolam Rangdeing Girah, Rangdeing Girah
memrupakan slah satu nama tokoh Calonarang yang diceritakan dikisahnya merupakan manusia
sakti yng memiliki ilmu hitam dan merupakan mantan istri dari Mpu Kuturan. Kolam Rangdaing
Girah dahulunya berfungsi sebagai tempat penyucian diri bagi masyarakat Kerajaan Karangasem
yang melakukan kesalah dimana mereka dahulu dihukum di Kolam tersebut untuk merendamkan
diri mereka yang bersalah. Dan hingga suatu ketika Kolam Rangdaing Girah dibangunlah istana
yang unik dan megah.
Taman Soekasada Ujung, juga dikenal sebagai Istana Air Ujung atau Taman Ujung, berada
di wilayah paling timur Kabupaten Karangasem, di Desa Tumbu, yang berjarak sekitar dua
setengah jam dari Kuta. Istana ini dibangun pada tahun 1919 oleh Raja Karangasem terakhir, I
Gusti Bagus Jelantik, yang memerintah di Karangasem antara 1909 dan 1945. Letusan Gunung
Agung pada tahun 1963 menghancurkan istana air dan semakin rusak akibat gempa bumi besar
tahun 1979. Namun pemerintah telah melakukan pemugaran terhadap tempat ini. Sebuah istana
air yang dibangun bagi raja untuk menyambut para tamu penting dan raja-raja dari kerajaan
lainnya, juga sebagai tempat rekreasi bagi raja dan keluarga kerajaan. Pada masa itu taman-
taman luas bergema dengan tawa dari istri raja dan anak-anak saat mereka bersantai, seraya
mencelupkan kaki mereka di kolam. Sekarang daerah ini sepi dan diisi dengan kekosongan.
Beberapa wisatawan lokal dan asing sibuk mengabadikan keindahan yang tersisa untuk difoto
dan menikmati suasana yang tenang disini.
Sebuah jembatan beton yang panjang menghubungkan area parkir dan area istana. Di ujung
jembatan terdapat taman yang luas. Pada sisi utara terdapat sebuah bangunan persegi kecil putih
di tengah kolam utama yang dihubungkan dengan dua jembatan di sisi kiri dan kanan. Bangunan
ini sebelumnya berfungsi sebagai kamar tidur raja, ruang pertemuan, ruang keluarga, dan

12
lainnya. Di sini anda dapat melihat foto-foto lama Taman Ujung dan juga beberapa foto keluarga
kerajaan.
Di samping kolam utama, terdapat pula kolam dengan bale, sebuah bangunan tradisional terbuka
Bali, di tengah-tengahnya. Kompleks Taman Ujung menggabungkan arsitektur Bali dan Eropa.
Di puncak bukit teradapat sisa-sisa bangunan yang terlihat seperti sebuah kapel tetapi memiliki
gaya khas Bali dengan ukiran di dinding. Di sisi lain, terdapat patung besar badak dan banteng di
bawahnya. Dari tempat ini anda dapat menikmati pemandangan laut biru berkilauan, hutan hijau
subur, dan tentu saja Gunung Agung yang perkasa yang mendominasi pemandangan langit.
Taman Ujung Karangasem yang disebut juga
Taman Sukasada, atau populer juga sebagai
''Water Palace'', terletak di tepi pantai Desa
Ujung, Karangasem. Taman ini adalah salah
satu bukti historis yang monumental dari
kebesaran Kerajaan Karangasem di masa
lalu. Berdasarkan hasil-hasil penyelidikan
arkeologis-historis dapat diketahui bahwa
taman ini adalah sebuah contoh hasil
akulturasi budaya yang serasi antara arsitektur tradisional lokal (Bali) dengan arsitektur Eropa,
yang memancarkan kearifan atau keungguhan lokal (local genius).
SANG Arsitek Otodidak Pendiri Taman Ujung Soekasada , salah seorang raja Karangasem,
dengan kemampuan teknis-arsitektural dan estetik, telah berhasil memanfaatkan bentang alam
dan lingkungan di sekitarnya yang berteras-teras, dengan gunung-gunung sebagai latar belakang
alami, sumber air, sungai-sungai dan pesisir Pantai Ujung. Dalam pembangunan taman ini, sang
raja kemungkinan basar telah menggunakan konsepsi kosmologi masyarakat Bali sebagai
landasan ideologis. Secara kosmologis, pesisir pantai atau laut adalah bagian hilir atau muara
(tebenan), adalah tempat menunggalnya segala kekuatan magis yang berasal dari gunung atau
bukit, yang kemudian mengalir ke hilir melalui sungai-sungai, seakan-akan secara simbolis
membagi-bagikan air kehidupan kepada masyarakat.

13
Selain itu, gunung adalah bagian hulu
(luwanan) yang punya kekuatan adikodrati
yang tak tertandingi. Sebaliknya, gunung
juga tak selamanya merupakan kekuatan
alam yang ramah, karena dapat menimbulkan
bencana besar secara tiba-tiba, jika
ekosistemnya terganggu. Menurut kosmologi
masyarakat Bali dan juga masyarakat lainnya
di nusantara, gunung adalah dunia arwah para
leluhur yang punya kekuatan magis, yang dapat memberikan pengaruh baik-buruk kepada kaum
kerabat atau masyarakat yang masih hidup. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika pengaruh
agama Hindu telah meluas di daerah Bali, gunung juga dianggap sebagai tempat bertahtanya para
Dewa, yaitu Dewa Gunung seperti Bhatara Gunung Agung, dll.
Demikianlah gunung menjadi suci dan sakral. Dengan berpedoman kepada konsepsi
kosmologi itu, pendiri Taman Ujung telah berupaya untuk menyatukan dan memanfaatkan
kekuatan-kekuatan yang terkonsentrasi di gunung -- kekuatan alam adikodrati, magis arwah
leluhur, dan para Dewa -- untuk kepentingan pembangunan masyarakatnya. Dengan dasar
ideologi ini, maka Taman Ujung dapat juga disebut sebagai ''Water Palace'' yang menyandang
makna simbolis-magis-religius seperti yang tampak juga pada lambang kerajaan, yaitu Amerta
Jiwa. Dari sisi lain, taman ini menjadi lebih signifikan lagi karena berada dalam bingkai segitiga
sosiokultural -- Tirta Gangga, Puri Karangasem, dan Taman Ujung.
Tidak mengherankan apabila dalam Perwujudan dari Pemilihan Lokasi, Penataan Lay Out,
Penerapan dalam Arsitektur Bangunan dan Penggunaan Ornamen di Taman Ujung dijiwai oleh
makna simbolisasi dan Nilai-Nilai Ritual Spiritual seorang Raja yang dilandasi oleh Agama
Hindhu. Dan hal yang mendukung saat itu juga muncul hasil karya berupa Geguritan, Sinom dan
Tembang-lagu yang mengambil sosok dari keagungan Arsitektur Taman Ujung.
A. Sejarah Taman Ujung Karangasem
Taman soekasada atau yang lebih dikenal oleh wisatawan sekitarnya “Taman ujung”
bahkan dahulunya juga bernama demikian (Taman Ujung), memiliki sejarah yang sangat
menarik, dimana dahulu kala sebelum tahun 1908 Karangasem wilayah bersistem kerajaan.
Dengan Rajanya bergelar Ida Anak Agung Gede Jelantik yang membawahi 21 punggawanya.

14
Setelah itu pada tahun 1909 Belanda menyerang Kerajaan Karangasem dan menguasainya.
Belanda menguasai Karangasem dengan keputusan Gurbernur Jendral Hindia belanda tertanggal
28 Desember 1908. Kemudian kerajaan karangasem diubah menjadi Gounvenment Landsscape
karangasem dengan pemimpin I Gst Gd Jelantik. Dengan keputusan Jendral Hindia-Belanda
pada tanggal1 September 1928 gelar steheuder digantikan dengan gelar Ida Anak Agung Ketut
Anglurah Karangasem kemudian diangkat menjadi Lestheteur yang dikenal dengan sebutan
swaparaja(kabupaten). Ida Anak Agung Anglurah ketut Karangasem yang merupakan raja
Karangasem yang terakhir,beliau merupakan keturunan dari Gusti Made Putu. Ida Anak Agung
Ketut Anglurah Karangsem merupakan raja yang berbudaya dan kreatif dalam hal ini beliau
menunjukan sebuah karya dari buah fikir yang berbekal pengetahuan arsitektur tradisioanal
untuk membangun sebuah kerajaan yang berkonsepkan Istana Air. Awalnya, dimana Taman
Soekasada dahulu ialah merupakan terdapat dua kolam pada saat itu beliau berada di Pura
sebagai tempat persembahyangan beliau dan keluarganya. Pura tersebut dinamakan Pura
Manikan. Disinilah beliau mendapatkan inspirasi membangun kerajaanya, Pura Manikan pada
awalnya didirikan oleh Raja Karangasem yang bergelar I gusti Anglurah Made Karangasem
Sakti. Hingga suatu ketika setelah beliau bersemedi tepatnya pada proses pendirian istana yang
memerlukan waktu cukup lama yaitu pada tahun 1919-1925 namun pada tahun 1921 Taman
Soekasada telah dibuka sebelum selesai dibangun secara sempurna. Taman Soekasada dibangun
dengan konsep arsitek dari Ida Anak Agung Anglurah Ketut karangasem yaitu perpaduan antara
pengetahuan arsitektur China, Eropa atau Belanda Dan Bali. Dan beliau juga merupakan
pemimpin pendirian Taman Soekasada pada saat itu. Arsiteknya ialah Dent Hentz (Belanda) dan
Loto Ang (china).
Hingga pada tahun 1925 Taman Soekasada selesai didirikan namun kelanjutan taman
soekasada belum berakhir hingga pada tahun 1937 Taman Soekasada diresmikan secara spiritual
atau dalam hal ini disebut upacara Melighya8. Upacara malighya kini dapat kita temukan bukti
berupa dituliskanya Prasasti diatas batu marmer dengan berbahasa dan huruf masing-masih dua
jenis huruf dan bahasanya diantaranya huruf latin dengan bahasa Indonesia Kuno dan Bali yang
terpasang di Bangunan Bale Warak Taman Soekasada Ujung.
Kedua prasasti tersebut menunjukkan bahwa pembangunan selesai pada tanggal 6 Agustus
1937. Dari upacara malighya ini pula memberikan insprasi kepada sastrawan Karangsem dan
beliau menciptakan geguritan Lighya Karangasem 1937 dengan menggunakan pupuh sinom,

15
durma dan ginanti. 10 kemudian dari geguritan tersebut membawakan sastrawan tersebut merasa
senang atau bahagia dan kemudian menamai Taman Soekasada atau yang sebelumnya Taman
Ujung dengan sebutan Taman Soekasada hingga lambat laun Taman Soekasada mengalami masa
kejayaanya dan sehingga memiliki nama yang lain pula yaitu Water Palace. Secara kosmologi,
Taman Ujung Karangasem merupakan pertemuan antara gunung dan laut yang masing-masing
terwakili oleh Gunung Lempuyangan di sebelah timurlaut, Gunung Agung di sebelah barat, dan
laut atau Selat Lombok di sebelah Timurnya yang hanya berjarak beberapa puluh meter. Konsep
gunung-laut sangat dihormati dan sering diterapkan pada masyarakat tradisional di Nusantara.
Konsep ini dapat diartikan sebagai tempat memutaran mandalagiri dalam pencarian air
kehidupan atau sebagai tempat pertemuan antara penguasa gunung dan penguasa lautan sehingga
menghasilkan kemakmuran (kehidupan) pada bumi.
Hingga kenyataanya Water palace berarti, gunung agung yang suci dan sakral. Dengan
berpedoman kepada konsepsi kosmologi itu, pendiri Taman Ujung telah berupaya untuk
menyatukan dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang terkonsentrasi di gunung -gunung
kekuatan alam adikodrati, magis arwah leluhur, dan para Dewa untuk kepentingan pembangunan
masyarakatnya. Dengan dasar ideologi ini, maka Taman Ujung dapat juga disebut sebagai
''Water Palace'' yang menyandang makna simbolis-magis-religius seperti yang tampak juga pada
lambang kerajaan, yaitu Amerta Jiwa.

B. Revitalisasi Taman Soekasada Tahun 2001-2004


Masa-masa kebesaran Taman Soekasada mulai menurun, hal tersebut diakibatkan oleh
adanya Perang Dunia II saat Jepang datang kePulau Bali, awalnya Jepang menawarkan
persahabatan bagin masyarakat Bali, namun pada akhirnya Jepang melakukan Politik-politiknya
dan menerapkan system tanam paksa, pada saat itu nasib Taman Soekasada mengalami awal
keruntuhan seperti Jepang membongkar batang-batang besi di taman ini untuk membuat senjata
yang kemudian disusul oleh letusan Gunung Agung pada tahun 1963. Gunung Agung merupakan
Gunung tertinggi di Bali yang terletak di Kabupaten Karangasem. Gunung merapi yang memiliki
ketinggian mula-mula 3.142 meter diatas permukaan air laut, hingga pada tahun 1963 Gunung
Agung meletus dan menyisakan ketinggian Gunung hingga berkurang. Gunung agung yang
sebelumnya mengalami tidur panjang yaitu kurang lebih 120 tahun masa istirahat meletus yang
meluluh lantakan Taman Soekasada akibat Gempa yang dahsyat yang membutuhkan waktu

16
hampir 1 tahun masa erupsi Gunung. Selain itu Gempa Bumi di Bali Utara sekitar tahun 1976
turut menghancurkan Taman Ujung hingga berkeping-keping. Untuk mengembalikan
kemegahan Taman Soekasada pada tahun 2001-2003 dan diresmikan kembali pada tahun 2004,
Pemerintah Kabupaten Karangasem yang memanfaatkan dana bantuan Bank Dunia untuk
melakukan koservasi dengan membangun kembali Taman Soekasada Ujung. Tujuannya untuk
mengembalikan keberadaan taman ini pada bentuk semula demi melestarikan warisan budaya
yang menjadi kebanggaan Karangasem. Kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu
tersebut terdiri dari dua tahap. Tahap I dengan biaya (nilai kontrak) Rp 1.256.484.000 dan Tahap
II dengan biaya Rp 5.226.616.000. Pada konservasi Taman Ujung, karena kondisi awal obyek
dalam keadaan rusak parah, maka kegiatan koservasi yang dilaksanakan adalah rekonstruksi/
pembangunan kembali.14 Dan berikut merupakan bangunan-bangunan yang terdapat di Taman
Soekasada:
1. Balai Gili
Balai gili ini adalah tempat peristirahatan Raja, yang dihubungkan oleh Jembatan dari
Selatan dan dari arah Utara dengan hiasi Gapura disepanjang Jembatan. Terdapat Enam Gapura
disebelah selatan Balai Gili Kambang ini merupakan lambang Sad Ripu.16 Sedangkan diutara
Balai Gili Kambang berjumlah 3 ( Tiga gapura ) yang melambangkan TriMurti. Trimurti antara
lain Brahma, Wisnu, dan Siwa.
2. Pura Manikan
Pura Manikan merupakan cikal bakal pemikiran di bangunya Taman soekasada. Pura
Manikan kalau dikaitkan dengan Mikrokosmos, maka menjadi Symbol dari Badan kita yang kita
jaga Kesuciannya. Manikan berarti berasal dari Manik yang berarti Jiwa dan pikiran. Jadi Pura
Manikan Symbplis dari Jiwa dan Pikiran yang suci yang bermuara kepada ketenangan dan
kebahagiaan ( Soeka ). Kata soeka ini kita dapat jumpai pada tatanan nama Taman soekasada itu
sendiri.17 Pura manikan berarti Manik yang Suci, yang dimaksud dengan Manik adalah Hati
Yang Paling Dalam dan Pikiran yang Suci. Pura Manikan didirikan oleh raja Karangasem yaitu
Raja I gusti Anglurah Made Karangasem Sakti. Yang telah terjabarkan diatas.
3. Balai Kambang
Balai Kambang merupakan balai yang terletak ditengah-tengah kolam bagian selatan yang
dihubungkan oleh sebuah jembatan transportasi bagi wisatawan. Tempat ini merupakan tempat
pertemuan dan jamuan makan bagi tamu kerajaan.

17
4. Balai Bundar
Balai Bundar merupakan balai yang dibuat sedimikian sesuai dengan namanya, dimana
balai ini merupakan perpaduan antara arsitektur eropa dan Bali. Balai Bundar memiliki makna
sebagai tempat sacral yaitu tempat manakala Sang Raja melakukan Yoga Smadhi.
5. Balai Kapal
Balai ini merupakan salah satu pintu masuk ke taman soekasada, selain itu balai ini
dahulunya berfungsi sebagai memonitoring kapal-kapal yang melintas di selat Lombok, Tampat
ini terletak paling atas daerah taman soekasada melaui ketinggianya ini kita dapatmenyaksikan
panorama gunung dan laut yang indah. Namun pada rekrontruksi tahun 2001-2003 bangunan ini
tidaklah direnovasi tetapi membawakan kesan peninggalan kerajaan yang kuat. Hal ini
merupakan pesan dari Bank Dunia terhadap kepengurusan Taman Soekasada pada saat itu.
Gambar l 6. Balai Lunjuk Bangunan yang terletak diterasering sebelah barat laut taman, yang
dihubungkan oleh dua buah tangga. Dari sebelah barat terdapat 7 anak tangga yang memiliki arti
dan 97 anak tangga terdapat di sebelah timur. Dari tempat inilah beliau raja Karangasem member
petunjuk, arahan ataupun perintah kepada abdi kerajaanya.
6. Balai Warak
Balai Warak terletak diatas bukit, sekitar 350 meter dari Balai Lunjuk. Bangunan
berbentuk persegi empat ini disebut Warak karena terdapat patung badak (warak) bercula satu.
Di sisi timur Balai Warak terdapat patung badak (warak), dibawah patung warak terdapat patung
singa. Dibawah patung singa terdapat patung sapi. Patung badak dibuat sebagai kenangan
terhadap binatang badak yang digunakan sebagai pelengkap upacara Dewa Yadya dan Maligia di
Puri Agung Kawan Karangasem. Raja Karangasem menggunakan Balai Warak sebagai tempat
upacara Nyegara Gunung. Dan disinilah terpampang prasasti ynag menggunakan dua bahasa
tersebut.19 Peran Pemerintah terhadap kelangsungan Taman Soekasada sangatlah ada hal ini
dapat kita ketahui dengan adanya pengadaan dana bantuan dalam rekontruksi tahun 2001-2003
dan dana operasional misalnya dana pengadaan, dana kariawan dan sebagainya. Dana tersebut
didapatkan dari APBD dan Biaya tiket masuk wisatawan yang datang ketempat ini. Dengan
demikian kepedulian Pemerintah Kabupaten Karangasem terhadap Taman soekasada sangatlah
ada. Saat kini Taman soekasada Populer dikalangan wisatawan lokal dan manca Negara yang
setiap tahunya mengalami perkembangan yang awalnya mengalami pasang surut pengunjung
yang datang hingga sejak tahun 2010 perkembanganya mulai signifikan kurang lebih 303

18
wisatawan yang datang dalam sehari dan kurang lebih 9103 wisatawan yang datang pada bulan
terakhir tahun 2013. dan lebih lengkapnya secara berurutan dapat dijabarkan dari sejak
selesainya rekrontruksi Taman Soekasada tahun2001-2003 dan peresmian tahun 2004. Pada
tahun 2005 terdapat 21. 574 Wisatawan lokal maupun asing , Pada tahun 2006 sekitar 12 .666
wisatawan lokal maupun asing, pada tahun 2007 sekitar 15.722 wisatawan yang berkunjung,
tahun 2008 sekitar 21.555 wisatawan, kemudian tahun 2009 sekitar 12.582 , pada tahun 2010
sekitar 52.675 wisatawan, pada tahun 2011 sekitar 66. 235 wisatawan, lalu pada tahun 2012
sekitar 101.355 wisatawan dan pada tahun 2013 sekitar 109.080. 20 Taman soekasada saat ini
dikelola dengan baik oleh Yayasan Amerta Jiwa Puri Agung Karangasem, Dinas Seni dan
Budaya Kabupaten Karangasem, dan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

2.6 Keunikan Yang Ada di Taman Ujung Karangasem


Tentunya saat wisata ke taman Ujung Soekasada, tidak akan menarik jika hanya melihat
kolam. Jika anda tidak keberatan menaiki anak tangga, diatasnya terdapat bangunan pilar tanpa
atap. Nah dari atas bangunan inilah, anda akan melihat keistemewaan pemandangan yang
ditawarkan oleh tempat wisata taman Ujung Karangasem. Di arah tenggara, anda akan melihat
lautan biru dan pantai Ujung. Di bagian timur dengan melihat ke bawah, pesona dan keunikan
dari arsitektur taman Ujung Soekasada, akan terlihat. Selain itu dibagian timur atas, anda akan
melihat bukit hijau, bernama bukit Bisbis.
Bicara mengenai objek wisata Bali memang
seakan tak ada habisnya. Dari A sampai Z
lokasi dan objek wisata di Pulau Dewata
yang terkenal ke seantero dunia ini lengkap
dan sangat memanjakan pengunjungnya. Dari
mulai lokasi wisata pantai, laut, pegunungan,
hutan, pura, semuanya serba tersedia di Bali.
Begitu juga dengan apa yang dinamakan
dengan Taman Ujung yang selain dijadikan
sebagai lokasi wisata juga memiliki nilai sejarah yang tinggi.
Taman Ujung ini mulai dibangun sekitar tahun 1919 dan diresmikan tiga tahun kemudian
atau tepatnya tahun 1921. Taman ini dibangun oleh Raja Karangasem yang dimaksudkan untuk

19
tempat peristirahatan raja dan keluarganya disamping juga untuk menjamu tamu kehormatan
yang datang ke Karangasem seperti tamu negara, para raja sahabat, dsb. Intinya Taman Ujung ini
memiliki peran yang sangat sentral dalam konteks kenegaraan. Di Taman Ujung terdapat tiga
buah kolam yang besar dan luas dimana ditengah kolam paling utara terdapat bangunan yang
cukup besar dan merupakan bangunan utama yang dihubungkan oleh dua buah jembatan. Di
sebelah kolam terdapat berbagai hiasan seperti taman kecil, pot bunga, dan patung-patung.
Bentuk bangunan di Taman Ujung tersebut sangat khas dan megah karena merupakan perpaduan
arsitektur Bali asli dengan Eropa. Sementara di kolam sebelah barat terdapat sebuah bangunan
yang cukup megah berbentuk bundar yang disebut dengan Bale Bengong yang biasanya
digunakan untuk menikmati keindahan alam dan sekitarnya.
barat ada sebuah perbukitan yang menawan dimana untuk mencapainya dibuat jalan
berundak yang berukuran tinggi dan lebar. Sementara di sebelah utara taman tersebut, diatas
bukit terdapat Patung Warak yang berukuran sangat besar dan dibawahnya terdapat Patung
Banteng dimana dari mulut kedua patung tersebut keluar air mancur yang menuju ke kolam. Jika
pengunjung sudah mencapai puncak bukit tersebut maka dipastikan bisa menyaksikan
pemandangan alam khas Bali yang sulit ada tandingannya.
Dari puncak bukit tersebut, jika melihat ke sebelah timur akan terlihat Bukit Bisbis yang
memiliki hutan yang subur dan kelihatan menghijau dari jauh. Sementara disekitar taman akan
banyak dijumpai petakan-petakan sawah yang berundak-undak khas Bali sehingga karenanya
siapapun yang berkunjung akan bisa menyaksikan perpaduan keindahan pesawahan, laut dan
perbukitan. Namun, sangat disayangkan karena peninggalan budaya tersebut kini telah hancur
akibat letusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1979. Meski demikian, hal tersebut tak
sampai mengurangi nilai keindahan dan seni alam Bali.
a. Tata Letak Kolam
Di taman Ujung Soekasada terdapat 3
kolam besar yang terdapat dalam satu
tempat, hanya letak kolam dipisah-
pisah. 1 kolam berada di bagian selatan
dan 2 kolam berada di bagian utara.
Di tengah kolam bagian selatan, terdapat
sebuah bangunan yang berada di tengah

20
kolam, nama dari bangunan ini adalah Bale Bengong. Bangunan dari Bale Bengong tidak
menggunakan dinding.
Kolam yang berada di Utara, luasnya lebih besar dari pada kolam yang berada di selatan. Di
tengah-tengah kolam di bagian utara, terdapat jembatan yang digunakan untuk melintasi kolam.
Ditengah kolam yang dihubungkan oleh jembatan, terdapat bangunan yang dulunya digunakan
sebagai tempat peristirahatan raja Karangasem. Karena bagunan peristirahatan raja ini terlihat
menggantung, maka masyarakat setempat menyebutnya dengan nama istana gantung.

b. Keunikan Arsitektur Istana Peristirahatan Raja Karangasem Bali


Arsitektur dari istana peristirahatan raja Karangasem memiliki keunikan tersendiri, karena
penggambungan dari arsitektur Eropa jaman pertengahan dan arsitektur Bali.
Ciri khas dari arsitektur Eropa dapat dilihat dari terdapatnya kaca warna warni, yang terdapat di
dinding bangunan peristirahatan raja, mirip seperti desain dari gereja yang ada di Eropa.
Dari jendela dalam kamar
peristirahatan raja, anda dapat
melihat kolam dengan bunga
Tujung / Lotus yang berwarna
putih dan merah. Arsitektur dari
taman Ujung Soekasada, saat ini
tidak seperti aslinya. Hal ini
dikarenakan terjadi berbagai
peristiwa sejarah, membuat
arsitektur dari taman Ujung
Soekasada mengalami kerusakan. Seperti pada peristiwa penjajahan Jepang di Bali. Pagar besi
digunakan untuk sejata berperang oleh masyarakat sekitar. Kerusakan terparah terjadi pada tahun
1963, pada saat gunung Agung (gunung tertinggi di Bali) meletus. Semenjak saat itu, taman
Ujung Soekasada, tidak mendapat perawatan. Pada tahun 2000, puri Karangsem dan pemerintah
kabupaten Karangasem melakukan perbaikan tanpa merubah bentuk asli dari taman
Ujung Soekasada.

21
Harga Tiket Masuk Taman Ujung Soekasada
 Tiket masuk, Rp 10.000 / orang
 Parkir mobil, Rp 5.000 / mobil
 Tiket masuk untuk photo shooting, IDR 600.000 (untuk semua krew)

2.7 Implikasi Sosial Ekonomi Masyarakat Akan Keberadaan Obyek Wisata Taman
Ujung Karangasem
Setelah usai melaksanakan upacara Malighya, Taman Soekasada sekaligus Kerajaan
Karangasem mengalami masa-masa kejayaanya, sebagai mana kehidupan sosial ekonomi
masyarakat mereka pada saat itu masih tergolong sangat tradisional dan pada saat itu nilai
Istanasentris masih sangatlah kuat adanya. Keberadaan penjajah Belanda masih ada yang dimulai
sejak penyerangan Belanda dan menguasai kerajaan pada tahun 1908 sebelum Taman Soekasada
didirikan, dan berakhir ketika jepang mengalahkan Belanda pada perang Dunia ke-1, namun
Kerajaan Karangasem karangasem kemudian melewati masa-masa kepenjajahan Jepang, pada
perang dunia ke-2 dan berakhir sejak meledaknya dua Kota besar Jepang yang dilakukan oleh
pasukan sekutu dan hal tersebut terdengar oleh bangsa Indonesia, dan berhasil memerdekakan
Indonesia. Pada tahun 1950 Karangasem tergabung dalam NKRI. Nama Karangasem berasal dari
dua buah kata yaitu karang dan semadhi .21kemudianpada tahun 1958 tepatnya pada tanggal 1
Desember 1958, berdasarkan UU nomor 69 tahun 1958 daerah swaparaja diubah menjadi
Kabupaten Daerah tingkat II. Pada saat itu invasi Belanda belum berakhir yang dapat kita
ketahui awalnya ada tahun 1908 memperoleh Bupati Karangasem terpilih dari raja-raja Sejarah
karangasem, kerajaan karanasem tidak lepas dari pemerintahan kerajaan gelgel. sejarah kerjaan
Karangasem pula tidaklah lepas dari kekuasaan kolonial Belanda. Dengan posisi goegrafis
Taman soekasada yang sangatlah strategis dimana letak Taman didekat Pantai diujung Pulau Bali
yang dapat kita jumpai berbagai kegiatan laut di selat Lombok. Memang demikian kejesengajaan
Raja Karangasem mendirikan kerajaan dekat selat Lombok agar lebih mudah memahami gerak-
gerik musuh di Lombok, sesuai sejarah Perang Lombok yang terjadi pada saat itu.
Di Desa tumbu terdapat banyak Umat beragama muslim pendatang dari Lombok, hal ini dapat
kita ketahui dikarenakan Lombok berdekatan dengan Karangasem seperti halnya diNegara
dengan Jawa. Begitu juga di daerah Lombok banyak pula umat agama hindu yang bertempat
tinggal disana, hal semacam ini terjadi dikarenakan Sejarah Kerajaan Karangasem sebagian besar

22
merupakan sejarah Lombok, yaitu sejak tahun 1740 M, sampai kalahnya sub dinasti Anglurah
Ketut Karangasem melawan kolonial Belanda dalam perang kolonial Lombok tahun 1894. Hal
semacam ini bermula Ketika laskar Karangasem menyerang Lombok dan melakukan ekspedisi-
ekspedisi di bawah pimpinan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem. Hingga pada suatu ketika I
Gusti Anglurah Ketut Karangasem diikuti oleh ribuan laskar bersenjata lengkap, pada hari baik
yang telah ditentukan tahun caka 1614 /1692 M menyerang Lombok lagi. Pagi-pagi hari itu 4
buah perahu berangkat berlayar dari pantai Jasri, mula-mula menyusuri pantai, kemudian
berbelok mengarungi lautan Selat Lombok. Waktu itulah nampak diangkasa yang cerah, ribuan
kupu-kupu yang kuning warnanya terbang bergelombang ikut menyeberang di Selat Lombok
yang jumlahnya ribuan. Ternyata kupu-kupu kuning itu mengikuti empat perahu yang
ditumpangi oleh I Gusti Anglurah Ketut Karangasem besertapasukannya itu. Ada beberapa
kelompok terbang mendahului perahu, seakan-akan merupakan menunjuk jalan, menunjuk arah
yang harus dilalui. Kehidupan perekonomian masyarakat pada saat itu ialah seperti berdagang,
nelayan, tani padi dan kebun, dan pengerajin daun pandan. Dengan kata lain pengaruh adanya
Taman Soekasada masih belum menimbulkan implikasi ekonomi yang kemajuanya signifikan
dikarenakan pada saat itu Taman Soekasada mengalami ombang-ambing berbagai zaman, seperti
zaman kepenjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman revolusi G30SPKI, zaman meletusnya
Gunung Agung tahun 1963, dan zaman gempa Bumi yang menghancurkan Desa Culik atau
gempa bumi seririt tahun 1976 sehingga berakhirlah masa kejayaan Taman Soekasada yang
sangat singkat tersebut dan menyebabkan perekonomian masyarakat sekitar tidak menunjukan
kemajuanya. 23 Lalu kemudian pada Tahun 1998 oleh Suaka Purbakala, Taman soekasada
melakukan tahap awal rekrotruksi bangunan-bangunan yang hancur dan hingga pada 2001 yang
telah dipaparkan pada pemaparan sebelumnya Taman Soekasada dibenahi kembali pada
Rekontruksi ke-2 (dua) oleh Diparada Karangasem dan selesai pada tahun 2003 dan resmi
dibuka tahun 2004, dan hal tersebut dilakukan agar keberadaan Taman Soekasada tidaklah
punah.
Tahun 1998 oleh Suaka Purbakala, Taman soekasada melakukan tahap awal rekrotruksi
Bangunan-bangunan yang hancur dan hingga pada 2001 yang telah dipaparkan sebelumnya,
Taman Soekasada dibenahi kembali pada Rekontruksi ke-2 (dua) oleh Diparada Karangasem dan
selesai pada tepatnya diresmikan pada hari Sabtu, 18 September 2004 dan diresmikan oleh
Gurbernur Bali Dewa Berata, yang sesuai tertulis pada Prasasti revitalisasi Taman Soekasada

23
yang diletakan ditengah Taman dekat Balai Gili. Hingga setelah bergulirnya waktu tahun-
ketahun Taman soekasada mengalami kemajuan yang signifikan, berbagai penghargaan yang
didapatkanya salah satunya adalah sebagai pemenang tahun 2014 oleh Tripadvison yang
sertifikatnya tersebut diabadikan di dalam Balai Gili Taman Soekasada. Kemudian mengenai
kehidupan Sosial Ekonomi setelah Renovasi masyarakat sekitar Taman Soekasada dapat kita
lihat sperti halnya banyaknya aktifitas masyarakat Desa tumbu terutamanya yang berdekatan
dengan Taman Soekasada mengalakukan kegiatanya dalam kehidupan sehari-hari mereka,
berbagai kegiatan yang dilakoni atau berbagai matapencaharaian yang mereka lakukan seperti
yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dimana secara umum Masyarakat Desa Tumbu 50%
bermata pencaharian sebagai Petani, 20% sebagai buruh, 10% sebagai nelayan, 10% sebagai
Wirausaha dan 10% sebagai PNS dan Karyawan Swasta, data ini terjadi pada tahun 2013 akhir
dengan kehidupan sosialnya dimana kerukuanan antar umat beragama terjalin dengan baik,
terdapat sekaha (kelompok) Truna-Truni (muda-mudi) disetiap banjarnya. Terdapat yang telah
dijelaskan sebelumnya umat islam yang bermukim disekitaran Taman. 24 Berdasarkan potensi
Desa Tumbu yang diantaranya penghasil berbagai macam potensi seperti kerajinan yang terbuat
dari bahan pandan (tas & tikar pandan), usaha pembuatan abon ikan laut, usaha kerajinan
pembuatan bata merah, usaha pemindangan ikan laut (ikan tongkol), usaha pengolahan makanan
menjadi makanan siap saji, usaha pembuatan keripik dan kacang kapri, dapat mengudang
sedikitnya wisatawan yang datang, biasanya wisatawan membeli salah satu potensi yang ada
untuk dipergunakan sebai oleh-oleh pulang kerumahnya. Sejak awal masyarakat sekitar sudah
memiliki potensi Desa tersebut sebelum hingga sesudah Taman Soekasada selesai rekontruksi.
Dari data-data yang terdapat pada Taman Soekasada dan masyarakat sekitaranya,
hubungan sebab akibat taman dengan implikasi sosial ekonomi masyarakat sejak Taman usai
rekontruksi tahun 2004-2014 dikatakan tidak terlalu mengalami perubahan atau implikasi yang
sangat menonjol, hal tersebut diketahui diantara ratusan masyarakat Desa Tumbu, yang terlibat
dalam dunia wisata Taman Soekasada terdapat hanya beberapa orang saja, misalkan pada
kepegawaian yang memelihara Taman berjumlah 35 (tiga puluh lima) kariawan swasta maupun
negeri , dimana perempuan berjumlah 4 orang kariawan dan 31 kariawan lainya merupakan laki-
laki. Kemudian terdapat 5 orang yang merupakan warga 4 orang luar Desa Tumbu dan salah satu
orang merupakan warga dalam memilih kegiatan perekonomian sebaigai fotografer 25cetak kilat
wisatawan yang datang dan yang ingin mengabadikan kegiatanya disana.

24
Lalu terdapat pula pada hari-hari tertentu misalkan pada hari-hari besar seperti hari raya
Galungan-kuningan (hari raya bagi umat hindu), tahun baru, dan lainya beberapa warga sekitar
taman dengan bermodalkan perahu mereka mengajak keliling wisatawan yang datang dengan
mengenakan perahu tersebut di areal kolam sebelah barat. Jadi dapat kita ketahui beberapa secara
masyarakat secara tidak langsung melakukan kegiatan pariwisata tetapi hanya dipergunakan
sebagai mata pencaharian tambahan bagi mereka yang terlibat. Akan tetapi mereka tidaklah
semena-mena, harus memerlukan izin dan membayar kontrak kepada pihak Puri Agung
Karangasem. Disamping yang telah dijelaskan diatas, merupakan suatu keuntungan pagi
masyarakat yang berjualan seperti penjual ikan tongkol, oleh-oleh khas Desa Tumbu dan
makanan maupun minuman26. Segala kegiatan yang mereka lakoni ini berlaku sejak tahun 2005
dan mengalami perkembangan tidak begitu berubah hingga tahun 2014 dan tidak mengalami
perubahan mata pencaharian bagi masyarakat sekitar Taman Soekasada (Desa Tumbu) secara
pesat disetiap tahunya (2004-2014).
Taman Soekasada merupakan salah satu tempat wisata dan sekaligus merupakan situs
Kerajaan Karangasem yang memiliki nilai Sejarah yang tidak dapat dihapuskan, Taman
Soekasada terletak di tanah Bali tepatnya ujung pulau Bali kabupaten Karangsem. Taman
Soekasada termasuk wilayah Desa Tumbu, kecamatan Karangasem dan Kabupaten Karangasem.
Kemudian Posisi Taman Soekasada yang dekat dengan Pantai Ujung dan Pura Linggayoni
membawakan beberapa dampak bagi masyarakat sekitar dan bagi Taman Soekasada, Pantai
Ujung, dan Pura Linggayoni sendiri.
Dari posisi Taman Soekasada yang terletak di Desa Tumbu akan membawakan keuntungan
pada Desa itu sendiri dan masyarakatnya jika hal tersebut terus dilakukanya pengembangan dan
pemerdayaan secara maksimal. Dampak yang menguntungkan ini dapat mempengaruhi
perubahan yang untuk memajukan masyarakat dan Desa Tumbu. Dimana Desa Tumbu akan
mengalami kepopuleran atau dikenal oleh warga asing baik lokal maupun mancanegara.
Walaupun demikian setiap tempat wisata pastinya memiliki dampak yang menguntungkan dan
merugikan, dampak-dampak yang merugikan penduduk antara lain masuknya budaya asing,
pengaruh dari globalisasi yang tak terkendali yang diakibatkan masuknya berbagai warga asing
yang datang, dan terdapatnya penyakit masyarakat berupa kriminalitas dan lainya. Namun dari
berbagai dampak negatif yang terdapat, tidaklah sangat menonjol atau angkanya masih kecil.
Dan berikut dapat terjabarkan diantaranya, Pura Linggayoni Dan Pantai Ujung dapat

25
membawakan pengunjung baru yang belum mengetahui Taman Soekasada dan baru mengetahui
Pura Linggayoni dan Pantai Saja dan hal tersebut berlaku sebaliknya. Maka dari hubungan
tersebut dapat disimpulakan Taman Soekasada, Pura Lingga Yoni dan Pantai Ujung mengalami
hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain yang secara tidak sengaja berlaku setiap
saat. Selain itu hal tersebut akan membawakan keuntungan bagi masyarakat sekitar (Desa
Tumbu).

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi yang ada mengalami beberapa pertimbangan dan proses panjang
dapat disimpulkan bahwa Taman Sokasada yang didirikan pada tahun 1919 oleh raja Kerajaan
Karangasem terkahir Ida Anak Angung Anglurah Ketut Karangasem yang mengalami pasang
surut ditiap zamanya hingga pernah mengalami kehancuran pada tahun 1963 dan 1976 oleh
erupsi Gunung Agung dan Gempa Bumi, hingga pada tahun 2001-2003 Taman Soekasada
dibenahi dengan konsep Rekontruksi/pembangunan kembali Taman Soekasada oleh pemerintah
yang memanfaatkan dana bantuan dari Bank Dunia dan diresmikan pada tahun 2004, setelah itu
Taman Soekasada secara signifikan mengalami perkembangan dan mempengaruhi kehidupan
sosial ekonomi masyarakat sekitar yang dimana dalam hal ini Taman Soekasada terletak di Desa
Tumbu, namun implikasi yang ditimbulkan tidaklah terlalu menonjol dan hanya beberapa
masyarakat yang mengalami hal tersebut kemudian dengan adanya Pura Lingga dan Pantai
Ujung, Taman Soekasada, dan Masyarakat Desa Tumbu merasakan keuntungan dan kerugian
yang secara tidak langsung dialami dan saling berhubungan. Maka jika dikaitkan dengan
Hipotesis sementara yaitu sedikit belum relevan yaitu mengenai perubahan matapencaharian
masyarakat yang terjadi setiap tahunya.

3.2 Saran
Taman Soekasada merupakan salah satu situs kerajaan yang terdapat di Bali dan salah satu
tempat wisata di Bali pula yang keberadaanya sangat penting dan harus dipelihara,
dikembangkan dan sosialisasikan keadanya. Hal tersebut dilakukan agar kemajuan dapat dialami
oleh Kabupaten Karangsem, Desa Tumbu dan Taman Soekasada itu sendiri selain itu Taman
Soekasada dapat pula dipergunakan untuk mendukung kemajuan dibidang pendidikan terutama
pendidikan di bidan Sejarah dan peninggalan-peninggalan bersejarah. Maka dari itu perlu
kesadaran diri sendiri dan pemerintah setempat untuk memahami dan mengerti tentang keadaan
situai dan posisi situs kerajaan ini agar mempermudah untuk kita jaga dan lestarikan.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://desakekavelayani.blogspot.com/2012/09/taman-ujung-sebuah-istana-air-bagi-raja.html
https://www.ujungwaterpalace.com/history/
https://www.kompasiana.com/nimadesriandani/551b16ada333118d23b65c7a/taman-ujung-
karangasem-tempat-wisatanya-orang-bali

28

Anda mungkin juga menyukai