Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Lokasi ............................................................................................................ 3
2.2 Gambaran Umum .......................................................................................... 4
2.3 Sejarah ........................................................................................................... 4
2.4 Tata Ruang .................................................................................................... 5
2.5 Tipologi ......................................................................................................... 8
2.6 Arca dan Patung .......................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Arsitektur merupakan sebuah bidang ilmu yang memfokuskan pada


perencanaan dan perancangan sebuah bangunan. Dalam pengertian yang lebih
sempit arsitektur merupakan sebuah ruang, baik ruang terbuka maupun yang
tertutup dimana ruangan ini dapat mewadahi dari keperluan pengguna didalamnya
dalam beraktifitas. Hubungan dari setiap ruang juga diperhatikan dalam proses
perencanaannya agar setiap ruang tersebut dapat memberikan hubungan yang baik
dan harmonis.

Salah satu bagian dari ilmu arsitektur adalah arsitektur sacral, dimana dalam
pengertiannya merupakan sebuah bagian dari bidang ilmu arsitektur yang lebih
memfokuskan pada jenis-jenis bangunan yang berkaitan dengan tempat
peribadahan. Dalam hal ini mempelajari tentang sejarah, sistem, dan
perkembangannya dari masa ke masa di suatu daerah. Perkembangan-
perkembangan yang diamati kemudian menjadi bahan pembelajari guna
mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi dari perkembangan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah pada Pura Goa Gajah?


2. Bagaimana arsitektur pada Pura Goa Gajah?
3. Bagaimana tata ruang pada area Pura Goa Gajah ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah Pura Goa Gajah.


2. Untuk mengetahui arsitektural pada Pura Goa Gajah.
3. Untuk mengetahui tata ruang pada area Pura Goa Gajah.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Lokasi
Pura Goa Gajah ini terletak di desa Bedulu, kecamatan Blahbatuh, kabupaten
Gianyar, provinsi Bali. Secara geografis desa ini terletak pada koordinat 8° 29’ 1”
Lintang Selatan. Pura Goa Gajah ini bisa ditempuh dari kota Denpasar jaraknya
sekitar 26 kilometer dengan perkiraan waktu 1 jam.

Gambar 1 : Peta Lokasi Pura Goa Gajah


Sumber : www.google.co.id

Gambar 2 : Peta Lokasi Pura Goa Gajah


Sumber : www.google.co.id

3
2.2 Gambaran Umum
Goa Gajah merupakan kawasan yang menyimpan peninggalan arkeologi
dari masa perkembangan Hindu dan Buddha di Bali. Di kawasan ini, dapat
ditemukan dua kompleks peribadatan dari dua agama. Letak dua kompleks
peribadatan ini saling berdampingan. Keberadaan keduanya menjadi bukti bahwa
kerukunan dalam beragama telah ada di nusantara sejak berabad-abad silam.
Pura Goa Gajah telah diakui oleh organisasi badan dunia PBB (UNESCO)
menjadi salah satu warisan dunia. Tempat suci ini sering disebut dengan nama
Candi Gua Gajah.
Pura Hindu Goa Gajah sudah dikenal sejak masa pemerintahan beberapa raja di
pulau Bali, diantaranya yaitu:
 Sri Dharmawangsa Wardhana Marakata Pangkajastano Tunggadewa (tahun
1022 Masehi)
 Raja Anak Wungsu (tahun 1053 Masehi)
 Paduka Sri Maha Guru (tahun 1324 Masehi)

2.3 Sejarah
Nama candi berasal dari kata "Lwa Gajah", yang ditulis oleh Mpu Prapanca
pada tahun 1365 Masehi berdasarkan kitab "Negara Kertha Gama". Situs purbalaka
Pura Goa Gajah dibangun pada abad ke-11, ketika pada saat itu masih diperintah
oleh Raja "Sri Bedahulu". Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di era
Majapahit menulis bahwa "Lwa Gajah" terletak di desa Bedulu sebagai tempat
pertapaan "Sang Bodadyaksa".
Ada juga disebutkan istilah Kunjarakunja yang berarti "Asrama Kunjara"
dimana dalam bahasa Sansekerta berarti "Gajah". Asrama kunjara adalah
asramanya "Rsi Agastya" yang terletak di Mysore (India Selatan), dimana terdapat
banyak gajah liar hidup di sekitar asrama tersebut, jadi ada kemungkinan bahwa
Goa Gajah dibangun untuk mengingatkan tentang Asrama Kunjarakunjapada di
India.

Penemuan awal Goa Gajah dimulai dari laporan Hindia Belanda secara
resmi oleh L.C. Heyting pada tahun 1923, yang melaporkan penemuan Arca

4
Ganesha, Patung Tri Lingga, juga Patung Hariti kepada pemerintahan Hindia
Belanda. Kemudian Dr. W.F. Stutterhiem mulai melakukan penelitian lanjutan pada
tahun 1925, dan pada tahun 1950 situs Arkeologi Kantor Indonesia melalui bagian
dari bangunan kuno di Bali yang dipimpin oleh J.L. Krijgman melakukan penelitian
dan penggalian pada tahun 1954 hingga tahun 1979, dan mereka menemukan
sebuah kolam air suci kuno dengan enam patung perempuan dilengkapi dengan
pancuran dada.

Gambar 3 : Dr. W.F. Stutterhiem bersama penduduk


Sumber : www.google.co.id

2.4 Tata Ruang

Gambar 4 : Site Plan Goa Gajah

5
Berdasarkan sesuai perletakan masa bangunan pelinggih pada area Pura Goa
Gajah, sebagai berikut adalah :

1. Arca bekas penggalian arkeologi dari Belanda


2. Bale Pawedan
3. Bale Penganteb
4. Pelinggih Ratu Brayut, Ganesha dan Guaravala
5. Goa gajah
6. Rambut Sedana
7. Gunung Lebah
8. Gunung Agung
9. Arya Pengalasan
10. Pengaruman Agung
11. Pengelurah Agung
12. Piasan Bale Gede
13. Pura Taman Sari
14. Perantenan
15. Piasan Panjang
16. Bale Peselang
17. Panggungan
18. Patung Air Mancur
19. Bale Angklung
20. Bale Kulkul
21. Are Pedagang
22. Wantilan
23. Tukang Pangkung

Pura Goa Gajah ini memiliki struktur bangunan layaknya tempat suci
lainnya di Bali, yang menerapkan konsep Tri Mandala pada halaman pura seperti:

 Utama Mandala
Merupakan area yang paling suci, setiap orang yang masuk ke utama
mandala harus memenuhi persyaratan kesucian seperti menggunakan celana

6
panjang atau menggunakan kamen, tidak dalam keadaaan kotor atau
cuntaka. Area yang disebut utama mandala merupakan Goa Gajah.

Gambar 5 : Area Utama

Sumber : Observasi Lapangan

 Madya Mandala
Merupakan halaman tengah pura sebagai tempat melakukan
kegiatan untuk mempersiapkan perlengkapan bagi pelaksanaan upacara
seperti mejejahitan. Pada halaman jaba tengah terdapat bangunan
suci/pelinggih yang merupakan peninggalan dari masa Hindu Siwa
Pasupata dan Hindu Siwa Siddhanta. Pelinggihyang terdapat di Pura Goa
Gajah yaitu, Limas Catu, Limas Mujung, Pura Gedong, Pelinggih Dewi
Laksmi/Betara Rambut Sedana, Pelinggih Pengaruman, Bale Gede, Bale
Panjang, Bale Peselang, Wantilan, Balai Pelindung Arca Kuno
dan kolam petirtaan.

Gambar 6 : Area Madya


Sumber : Observasi Lapangan

7
 Nista Mandala
Merupakan area disebelah selatan Pura Goa Gajah untuk melakukan
kegiatan yang mendukung pada saat upacara keagamaan berlangsung,
seperti tempat hiburan, tempat berdagang, MCK, dll.

Gambar 7 : Area Nista


Sumber : Observasi Lapangan

2.5 Tipologi
Goa ini dipahatkan pada batu padas keras yang menjorok keluar sejauh 5,75
meter dari dinding batu tersebut, berukuran tinggi 6,75 meter dan lebar 8,6 meter.
Permukaan goa berhiaskan motif daun daunan, batu karang, raksaasa, kera, dan
babi.

Gambar 8 : Goa Gajah


Sumber : www.google.co.id

8
Ditengah tengah relief tersebut terdapat relief mulut goa dengan ukuran
lebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Di ambang mulut goa terdapat pahatan muka
raksasa yang menyeramkan dengan mata bulat besar melirik kearah kanan, rambut
dan alis tampak kasar, hidung besar, bibir atas dengan sederetan gigi tepat berada
di atas lubang goa. Pada dinding timur goa terdapat dua baris tulisan berbunyi
'Kumon' dan baris bawah 'Sahy(w)angsa' menilik bentuk hurufnya berasal dari abad
ke-11.Kompleks Goa Gajah terdiri atas 2 bagian utama, yaitu kompleks bagian
utara merupakan warisan ajaran Siwa, dengan bukti adanya Trilingga dan patung
Ganesha di dalam goa, merupakan tempat umat Hindu melakukan
persembahyangan. Komplek sebebelah selatan Goa Gajah yakni area Tukad
Pangkung, berupa stupa Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitabha bersusun
13 stupa dan stupa bercabang 3 yang dipahat dibatu besar.

Di bagian depan terdapat arca Hariti, arca Ganesha, arca Raksasa. Patung
Ratu Brayut atau Hariti (bahasa Avesta Harauhuti) dipercaya sebagai tokoh yang
berkarakter jahat namun setelah belajar agama Buddha ia berubah menjadi
penyayang anak, sebagaimana yang terlihat dalam patung tersebut. Selain itu
terdapat arca Pancuran dalam sebuah kolam permandian sakral. Saat J.L Krijgman
menjabat kepala kantor Purbakala di Bali, maka tahun 1954 permandian itu digali.

Di kolam pemandian atau pentirtaan terdapat arca Widyadara dan


Widyadhari. Arca Widyadhari pancuran ini terdapat enam buah. Tiga berjejer di
bagian utara dan tiga di bagian selatan. Arca bidadari ini diletakkan di atas lapik
teratai atau padma. Padma adalah simbol alam semesta stana Hyang Widhi.
Sedangkan arca Widyadara berada di tengah keenam Widyadhari. Hal ini
berdasarkan konsep Sapta Nadi yaitu tujuh sungai suci Gangga, Sindhu, Saraswati,
Yamuna, Godawari, Serayu dan Narmada. Area Tukad Pangkung
berbentuk lembah pura Patapan, disini tersimpan arca Budha.

Dalam goa terdapat lowongan bercabang dua, satu ke timur dan satu ke barat
sehingga denah menyerupai huruf 'T'. Lorong yang membentang dari timur-barat
itu berukuran panjang 13.5 meter, lebar 2.75 meter dan tinggi 2 meter. Pada dinding
utara dari lorong yang melintang kearah barat terdapat 7 buah ceruk, salah satu dari
7 buah ceruk itu berhadapan dengan jalan masuk goa dan merupakan ceruk yang

9
terbesar dengan ukuran tinggi 1,26 meter, kedalaman 1,35 meter, terletak 0.7 meter
dari permukaan tanah.

Gambar 9 : Denah Lorong Goa Gajah


Sumber : www.google.co.id
Di dalamnya terdapat fragmen arca raksasa dan fragmen arca siwa. Pada
kedua ujung lorong yang melintang ke arah timur-barat juga terdapat ceruk. Ceruk
di ujung timur terdapat trilingga dan ceruk di ujung barat terdapat arca Ganesha.

Gambar 10 : Trilingga
Sumber : www.google.co.id

10
Gambar 11 : Arca Ganesha
Sumber : www.google.co.id

Sejak tahun 1950 setelah Badan Purbakala Republik Indonesia membuka


kantor seksi bangungan cabang Bali yang berkedudukan di Gianyar di bawah
pimpinan J. C. Krijgsman, penelitian terhadap peninggalan purbakala di Goa Gajah
mendapat perhatian secara Khusus. Hal ini dibuktikan pada tahun 1951/1952
dengan diadakan penggalian di pelataran depan mulut goa. Dari penggalian itu
ditemukan pondasi kuno berbentuk persegi panjang, di mana dinding muka goa
sebagai salah satu sisi panjangnya. Pada tahun itu ditemukan pula retakan pada
langit-langit goa sebagai akibat dari akar-akar pohon kamboja yang tumbuh di atas
tebing sebelah kanan mulut goa. Sewaktu dilakukan pembersihan tanah dan akar
dibagian barat goa ditemukan dua buah pecahan batu, pecahan pertama merupakan
bagian atas kepala raksasa di atas lubang goa, pecahan kedua merupakan bagian
berukir dari tembok sebelah timur. Disamping itu ditemukan pula sebuah pedang
dari batu padas yang merupakan bagian dari arca raksasa di depan goa.

2.6 Arca dan Patung

Kompleks Utara (Warisan Hindu)


1. Arca Ganesha
Ganesha adalah putra dari Dewa Siva dengan Dewi Parwati (Uma). Dewa
Ganesha juga sering disebut sebagai penolak bahaya (Ganapati), juga sebagai
simbol kebijaksanaan (Vinayaka). Selain itu, Ganesha memiliki tujuh nama sesuai
dengan tugasnya. Dan wajah Ganesha sendiri memiliki wajah gajah, dengan tubuh
manusia, dan dia memiliki 4 lengan, masing - masing tangan membawa sesuatu
yang berbeda yang merupakan simbol dari:
a. Paracu (kapak): Sebagai simbol untuk menghancurkan semua bahaya (artinya:
memerangi kebodohan yang ada di dalam pikiran kita).
b. Mangkuk (Semangkuk Air / Permen): dengan belalai menyedot ke dalam
mangkuk (artinya: simbol pengetahuan yang harus diperoleh melalui

11
pendidikan, di mana kita harus selalu belajar baik di sekolah maupun di
masyarakat untuk masa depan yang lebih baik.
c. Patahan taring (fraktur gigi taring): simbol dari sifat keganasan (keraksasaan)
yang telah diatasi (kontrol keganasan diri / introspeksi diri).
d. Aksamala (Rantai Tak Terputus): Simbol pengetahuan yang tak terbatas
(walaupun kita merasa pintar tetapi, masih ada banyak hal yang harus kita
pelajari ketika kita masih hidup di dunia, karena pada dasarnya bahwa
pengetahuan itu tidak akan pernah berakhir).

Gambar 12 : Arca Ganesha


Sumber : www.google.co.id

2. Patung Tri Lingga


Dalam goa ini terdapat 3 (tiga) lingga yang pada dasarnya menjadi simbol
"Siwa", berdasarkan konsep Hindu Tri Murti, yaitu: (Brahma / Pencipta, Wisnu /
Pemelihara, dan Siwa / Pelebur). Masing - masing dari lingga ini dikelilingi oleh
8 lingga kecil dengan landasan di satu tempat, serta secara umum "Lingga Yoni
(batu tegak)" adalah lambang kekuatan / kekuasaan, kehidupan, kemakmuran, dan
kesejahteraan hidup.

Gambar 13 : Trilingga
Sumber : www.google.co.id

12
3. Patung Air Mancur Widyadara - Widyadari
Merupakan deretan patung dengan air yang keluar, menjadi simbol malaikat
dari surga yang memberi kemakmuran. Warisan peninggalan ini, terutama air
biasanya digunakan untuk upacara penyucian terutama pada ritual keagamaan
yang diadakan setiap 210 hari pada kalender Bali atau setiap enam (6) bulan, dan
air di tempat ini adalah simbol "Amerta" (air kehidupan). Filosofi lainnya tentang
mata air yang keluar dari patung juga menjadi simbol "Sapta Gangga" atau (7)
tujuh Sungai Suci seperti: Sungai Gangga, Sungai Yamuna, Sungai Sindhu,
Sungai Saraswati, Sungai Godavari, Sungai Narmada, dan Sungai Serayu.

Gambar 14 : Patung Widyadara - Widyadari


Sumber : www.google.co.id

4. Arca Men Brayut / Ratu Brayut (Patung Dewi Hariti)


Keberadaan dari patung ini menceritakan tentang kisah keluarga yang
memiliki banyak anak dengan simbol kemakmuran, mitologi lainnya juga
menceritakan tentang kisah-kisah Dewi Hariti, dalam agama Buddha
dikategorikan sebagai "Yaksa" diklasifikasikan sebagai predator (Pemangsa) anak
- anak, yang bernama "Yaksa Pancika", dan suaminya bernama "Yaksa Atawaka",
tapi setelah menerima pelajaran kebaikan dari Budha, akhirnya Dewi Hariti
menjadi pengasuh dan pecinta anak-anak.

13
Gambar 15 : Arca Men Brayut
Sumber : www.google.co.id

Kompleks Selatan

Gambar : Kawasan Tukad Pangkung


Sumber : Hasil Observasi

Kompleks Kawasan Selatan Warisan Buddhism dekat Tukad Petanu /


Tukad Pangkung ditemukan oleh Mr. Concrat Spies (th. 1931), Artefak yang
terdapat di area ini yaitu:

1. Tiga Belas Stupa Budha Berjenjang


Terdiri dari komposisi Catra atau ukiran seperti payung dan Tiga stupa
bercabang yang dipahat pada batu besar: merupakan simbol jaman keemasan
agama Buddha. Catra ini dibuat pada abad ke-10 masehi, sejaman dengan prasasti

14
Blanjong (Sanur) sekitar tahun 913. Kondisi stupa tidak lengkap yang disebabkan
oleh Bencana yang terjadi di Bali pada tahun 1917.

Gambar : Stupa Budha Berjenjang


Sumber : Hasil Observasi

2. Kuil Petapan Ratu Buddha


Terletak di selatan, diatas sungai Petanu (Tukad pangkung), dan terdapat
patung Buddha yang disimpan pada sebuah bangunan. Keberadaan dari patung ini
diperkirakan ada sejak abad ke-9, hal ini merupakan salah satu bukti dari
penyebaran agama Buddha di Bali. Kawasan Candi Goa Gajah ini dibangun oleh
"Raja Sri Bedahulu" tahun 1365 Masehi, dan Raja ini ditaklukkan oleh Maha Patih
Gajah Mada pada tahun 1341 Masehi, serta menjadi kerajaan bawahan Majapahit.
Dalam prasasti tersebut telah dijelaskan bahwa Raja Sri Bedahulu memiliki nama
"Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten". Sehingga konsep dasar di kuil Goa Gajah
adalah budaya campuran agama Hindu dan agama Budha (Buddism dan
Shivaism) adalah bukti arkeologi di Goa gajah yang merupakan refleksi toleransi
beragama di masa lalu yang masih dapat kita temukan saat ini di Bali. Menurut
sejarah, peninggalan agama Buddha lebih tua sekitar abad ke-9 masehi sampai
abad ke-10 masehi, dan agama hindu abad ke-11 masehi.

3. Arca Buddha (Dhyani Budha)


Patung ini merupakan simbol dari dunia Buddha Amitaba sekarang dengan
konsep "Vajradatu", yang mengontrol sisi barat dengan sikap tangan dalam
"Meditasi Tapa (Dhyana Mudra)".

15
Gambar 4.12 Patung Dhyana Mudra
Sumber : www.google.co.id

16
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada awalnya Pura Goa gajah ini banyaknya berdatangan para penelian dan
menemukan arca yang nilai sejarah yang tinggi. Pada saat itu penemuan arca
bertahap yang mulai dari kompek utara yang terdapat goa gajah tersebut, 3 lingga,
patung ganesha dan patung yang terdapat pada area pancoran dan setelah itu
berkelanjutan penemuan arca pada komplek selatan. Untuk perkembanganan Pura
Goa Gajah ini dari dulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan karena dari
penjagaan dan pelesatarian arca yang berada pada Pura Goa Gajah ini masih terjaga
dengan baik sampai sekarang.

Pada awalnya di Pura Goa gajah ini agama Hindu dan Budha sangat
berhubungan erat. Dari penemuan arca pada area ini Goa Gajah difungsikan sebagai
tempat wisata yang dimana tempat ini menjadi banyak orang yang mengunjungi
dan peneliti. Pada area ini yang dibagi menjadi dua kompleks yang fungsinya
berbeda. Terlihat dari wujud arsitektural Pura Goa Gajah ini yang terlihat unik dan
nama dari Goa Gajah itu tidak banyak orang yang mengetahui asal usul dari nama
Goa Gajar tersebut dari dulu sampai sekarang.

3.2 Saran

Menyadari bahwa Pura Goa Gajah ini difungsikan sebagai tempat beribadah
dan tempat pariwisata, karena pada area pura Goa Gajah ini terdapat arca yang
mengandung nilai sejarah yang tinggi. Untuk saran, perlu adanya pengamanan yang
lebih ketat pada area arca yang diletakan, karena banyaknya pengunjung kesana
kita tidak tahu maksud kedatangan meraka ke Pura Goa Gajah dan agar tidak terjadi
kehilangan atau kerusakan benda disana.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Goa_Gajah
http://www.ilmusosial.info/2016/03/goa-gajah.html
https://www.kamerabudaya.com/2017/04/goa-gajah-peninggalan-sejarah-hindu-
dan-budha-di-gianyar-bali.html

18

Anda mungkin juga menyukai