BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Lokasi ............................................................................................................ 3
2.2 Gambaran Umum .......................................................................................... 4
2.3 Sejarah ........................................................................................................... 4
2.4 Tata Ruang .................................................................................................... 5
2.5 Tipologi ......................................................................................................... 8
2.6 Arca dan Patung .......................................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bagian dari ilmu arsitektur adalah arsitektur sacral, dimana dalam
pengertiannya merupakan sebuah bagian dari bidang ilmu arsitektur yang lebih
memfokuskan pada jenis-jenis bangunan yang berkaitan dengan tempat
peribadahan. Dalam hal ini mempelajari tentang sejarah, sistem, dan
perkembangannya dari masa ke masa di suatu daerah. Perkembangan-
perkembangan yang diamati kemudian menjadi bahan pembelajari guna
mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi dari perkembangan tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lokasi
Pura Goa Gajah ini terletak di desa Bedulu, kecamatan Blahbatuh, kabupaten
Gianyar, provinsi Bali. Secara geografis desa ini terletak pada koordinat 8° 29’ 1”
Lintang Selatan. Pura Goa Gajah ini bisa ditempuh dari kota Denpasar jaraknya
sekitar 26 kilometer dengan perkiraan waktu 1 jam.
3
2.2 Gambaran Umum
Goa Gajah merupakan kawasan yang menyimpan peninggalan arkeologi
dari masa perkembangan Hindu dan Buddha di Bali. Di kawasan ini, dapat
ditemukan dua kompleks peribadatan dari dua agama. Letak dua kompleks
peribadatan ini saling berdampingan. Keberadaan keduanya menjadi bukti bahwa
kerukunan dalam beragama telah ada di nusantara sejak berabad-abad silam.
Pura Goa Gajah telah diakui oleh organisasi badan dunia PBB (UNESCO)
menjadi salah satu warisan dunia. Tempat suci ini sering disebut dengan nama
Candi Gua Gajah.
Pura Hindu Goa Gajah sudah dikenal sejak masa pemerintahan beberapa raja di
pulau Bali, diantaranya yaitu:
Sri Dharmawangsa Wardhana Marakata Pangkajastano Tunggadewa (tahun
1022 Masehi)
Raja Anak Wungsu (tahun 1053 Masehi)
Paduka Sri Maha Guru (tahun 1324 Masehi)
2.3 Sejarah
Nama candi berasal dari kata "Lwa Gajah", yang ditulis oleh Mpu Prapanca
pada tahun 1365 Masehi berdasarkan kitab "Negara Kertha Gama". Situs purbalaka
Pura Goa Gajah dibangun pada abad ke-11, ketika pada saat itu masih diperintah
oleh Raja "Sri Bedahulu". Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di era
Majapahit menulis bahwa "Lwa Gajah" terletak di desa Bedulu sebagai tempat
pertapaan "Sang Bodadyaksa".
Ada juga disebutkan istilah Kunjarakunja yang berarti "Asrama Kunjara"
dimana dalam bahasa Sansekerta berarti "Gajah". Asrama kunjara adalah
asramanya "Rsi Agastya" yang terletak di Mysore (India Selatan), dimana terdapat
banyak gajah liar hidup di sekitar asrama tersebut, jadi ada kemungkinan bahwa
Goa Gajah dibangun untuk mengingatkan tentang Asrama Kunjarakunjapada di
India.
Penemuan awal Goa Gajah dimulai dari laporan Hindia Belanda secara
resmi oleh L.C. Heyting pada tahun 1923, yang melaporkan penemuan Arca
4
Ganesha, Patung Tri Lingga, juga Patung Hariti kepada pemerintahan Hindia
Belanda. Kemudian Dr. W.F. Stutterhiem mulai melakukan penelitian lanjutan pada
tahun 1925, dan pada tahun 1950 situs Arkeologi Kantor Indonesia melalui bagian
dari bangunan kuno di Bali yang dipimpin oleh J.L. Krijgman melakukan penelitian
dan penggalian pada tahun 1954 hingga tahun 1979, dan mereka menemukan
sebuah kolam air suci kuno dengan enam patung perempuan dilengkapi dengan
pancuran dada.
5
Berdasarkan sesuai perletakan masa bangunan pelinggih pada area Pura Goa
Gajah, sebagai berikut adalah :
Pura Goa Gajah ini memiliki struktur bangunan layaknya tempat suci
lainnya di Bali, yang menerapkan konsep Tri Mandala pada halaman pura seperti:
Utama Mandala
Merupakan area yang paling suci, setiap orang yang masuk ke utama
mandala harus memenuhi persyaratan kesucian seperti menggunakan celana
6
panjang atau menggunakan kamen, tidak dalam keadaaan kotor atau
cuntaka. Area yang disebut utama mandala merupakan Goa Gajah.
Madya Mandala
Merupakan halaman tengah pura sebagai tempat melakukan
kegiatan untuk mempersiapkan perlengkapan bagi pelaksanaan upacara
seperti mejejahitan. Pada halaman jaba tengah terdapat bangunan
suci/pelinggih yang merupakan peninggalan dari masa Hindu Siwa
Pasupata dan Hindu Siwa Siddhanta. Pelinggihyang terdapat di Pura Goa
Gajah yaitu, Limas Catu, Limas Mujung, Pura Gedong, Pelinggih Dewi
Laksmi/Betara Rambut Sedana, Pelinggih Pengaruman, Bale Gede, Bale
Panjang, Bale Peselang, Wantilan, Balai Pelindung Arca Kuno
dan kolam petirtaan.
7
Nista Mandala
Merupakan area disebelah selatan Pura Goa Gajah untuk melakukan
kegiatan yang mendukung pada saat upacara keagamaan berlangsung,
seperti tempat hiburan, tempat berdagang, MCK, dll.
2.5 Tipologi
Goa ini dipahatkan pada batu padas keras yang menjorok keluar sejauh 5,75
meter dari dinding batu tersebut, berukuran tinggi 6,75 meter dan lebar 8,6 meter.
Permukaan goa berhiaskan motif daun daunan, batu karang, raksaasa, kera, dan
babi.
8
Ditengah tengah relief tersebut terdapat relief mulut goa dengan ukuran
lebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Di ambang mulut goa terdapat pahatan muka
raksasa yang menyeramkan dengan mata bulat besar melirik kearah kanan, rambut
dan alis tampak kasar, hidung besar, bibir atas dengan sederetan gigi tepat berada
di atas lubang goa. Pada dinding timur goa terdapat dua baris tulisan berbunyi
'Kumon' dan baris bawah 'Sahy(w)angsa' menilik bentuk hurufnya berasal dari abad
ke-11.Kompleks Goa Gajah terdiri atas 2 bagian utama, yaitu kompleks bagian
utara merupakan warisan ajaran Siwa, dengan bukti adanya Trilingga dan patung
Ganesha di dalam goa, merupakan tempat umat Hindu melakukan
persembahyangan. Komplek sebebelah selatan Goa Gajah yakni area Tukad
Pangkung, berupa stupa Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitabha bersusun
13 stupa dan stupa bercabang 3 yang dipahat dibatu besar.
Di bagian depan terdapat arca Hariti, arca Ganesha, arca Raksasa. Patung
Ratu Brayut atau Hariti (bahasa Avesta Harauhuti) dipercaya sebagai tokoh yang
berkarakter jahat namun setelah belajar agama Buddha ia berubah menjadi
penyayang anak, sebagaimana yang terlihat dalam patung tersebut. Selain itu
terdapat arca Pancuran dalam sebuah kolam permandian sakral. Saat J.L Krijgman
menjabat kepala kantor Purbakala di Bali, maka tahun 1954 permandian itu digali.
Dalam goa terdapat lowongan bercabang dua, satu ke timur dan satu ke barat
sehingga denah menyerupai huruf 'T'. Lorong yang membentang dari timur-barat
itu berukuran panjang 13.5 meter, lebar 2.75 meter dan tinggi 2 meter. Pada dinding
utara dari lorong yang melintang kearah barat terdapat 7 buah ceruk, salah satu dari
7 buah ceruk itu berhadapan dengan jalan masuk goa dan merupakan ceruk yang
9
terbesar dengan ukuran tinggi 1,26 meter, kedalaman 1,35 meter, terletak 0.7 meter
dari permukaan tanah.
Gambar 10 : Trilingga
Sumber : www.google.co.id
10
Gambar 11 : Arca Ganesha
Sumber : www.google.co.id
11
pendidikan, di mana kita harus selalu belajar baik di sekolah maupun di
masyarakat untuk masa depan yang lebih baik.
c. Patahan taring (fraktur gigi taring): simbol dari sifat keganasan (keraksasaan)
yang telah diatasi (kontrol keganasan diri / introspeksi diri).
d. Aksamala (Rantai Tak Terputus): Simbol pengetahuan yang tak terbatas
(walaupun kita merasa pintar tetapi, masih ada banyak hal yang harus kita
pelajari ketika kita masih hidup di dunia, karena pada dasarnya bahwa
pengetahuan itu tidak akan pernah berakhir).
Gambar 13 : Trilingga
Sumber : www.google.co.id
12
3. Patung Air Mancur Widyadara - Widyadari
Merupakan deretan patung dengan air yang keluar, menjadi simbol malaikat
dari surga yang memberi kemakmuran. Warisan peninggalan ini, terutama air
biasanya digunakan untuk upacara penyucian terutama pada ritual keagamaan
yang diadakan setiap 210 hari pada kalender Bali atau setiap enam (6) bulan, dan
air di tempat ini adalah simbol "Amerta" (air kehidupan). Filosofi lainnya tentang
mata air yang keluar dari patung juga menjadi simbol "Sapta Gangga" atau (7)
tujuh Sungai Suci seperti: Sungai Gangga, Sungai Yamuna, Sungai Sindhu,
Sungai Saraswati, Sungai Godavari, Sungai Narmada, dan Sungai Serayu.
13
Gambar 15 : Arca Men Brayut
Sumber : www.google.co.id
Kompleks Selatan
14
Blanjong (Sanur) sekitar tahun 913. Kondisi stupa tidak lengkap yang disebabkan
oleh Bencana yang terjadi di Bali pada tahun 1917.
15
Gambar 4.12 Patung Dhyana Mudra
Sumber : www.google.co.id
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada awalnya Pura Goa gajah ini banyaknya berdatangan para penelian dan
menemukan arca yang nilai sejarah yang tinggi. Pada saat itu penemuan arca
bertahap yang mulai dari kompek utara yang terdapat goa gajah tersebut, 3 lingga,
patung ganesha dan patung yang terdapat pada area pancoran dan setelah itu
berkelanjutan penemuan arca pada komplek selatan. Untuk perkembanganan Pura
Goa Gajah ini dari dulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan karena dari
penjagaan dan pelesatarian arca yang berada pada Pura Goa Gajah ini masih terjaga
dengan baik sampai sekarang.
Pada awalnya di Pura Goa gajah ini agama Hindu dan Budha sangat
berhubungan erat. Dari penemuan arca pada area ini Goa Gajah difungsikan sebagai
tempat wisata yang dimana tempat ini menjadi banyak orang yang mengunjungi
dan peneliti. Pada area ini yang dibagi menjadi dua kompleks yang fungsinya
berbeda. Terlihat dari wujud arsitektural Pura Goa Gajah ini yang terlihat unik dan
nama dari Goa Gajah itu tidak banyak orang yang mengetahui asal usul dari nama
Goa Gajar tersebut dari dulu sampai sekarang.
3.2 Saran
Menyadari bahwa Pura Goa Gajah ini difungsikan sebagai tempat beribadah
dan tempat pariwisata, karena pada area pura Goa Gajah ini terdapat arca yang
mengandung nilai sejarah yang tinggi. Untuk saran, perlu adanya pengamanan yang
lebih ketat pada area arca yang diletakan, karena banyaknya pengunjung kesana
kita tidak tahu maksud kedatangan meraka ke Pura Goa Gajah dan agar tidak terjadi
kehilangan atau kerusakan benda disana.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Goa_Gajah
http://www.ilmusosial.info/2016/03/goa-gajah.html
https://www.kamerabudaya.com/2017/04/goa-gajah-peninggalan-sejarah-hindu-
dan-budha-di-gianyar-bali.html
18