Kertanegara mengakui kekuasaan Mongol. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Kertanegara. Di sisi lain, strategi penaklukan wilayah di luar Jawa berdampak pada lemahnya pertahanan dalam negeri kerajaan Singasari. Sebab angkatan perang mereka banyak dikirimkan ke luar pulau guna mendukung strategi penaklukan kerajan lain. Akibatnya, ketika terjadi pemberontakan oleh bupati Gelang-gelang yaitu Jayakatwang, Kerajaan Singasari tidak lagi memiliki kekuatan. Akhirnya Kertanegara yang merupakan sepupu, ipar dan sekaligus besan Kertanegara berhasil mengalahkan Kerajaan Singasari dan Kertanegara terbunuh. Jayakatwang kemudian memindahkan kerajaan baru di Kediri. Dan bersama itu pula, sejarah kerajaan Singasari pun usai.
atas Kerajaan Kediri ini membuat Ken Arok segera memproklamasikan berdirinya kerajaan baru yang bernama Kerajaan Singasari. Berdasarkan Prasasti Kadudu, awalnya Kerajaan Singasari bernama Kerajaan Tumapel. Kerajaan Tumapel ini beribu kota di Kutaraja. Kemudian, pada saat Kerajaan Tumapel dipimpin oleh Wisnuwardhana atau bertepatan pada tahun 1253, ibu kota Kerajaan Tumapel diubah menjadi Singasari. Setelah ibu kota kerajaan menjadi singasari, namanya pun berubah menjadi Kerajaan Singasari karena nama singasari lebih terkenal daripada Kutaraja. Menurut kitab Negarakretagama, pendirian Kerajaan Tumapel terjadi pada tahun 1222, tahun yang sama yang disebutkan dalam prasasti kadudu. Namun, dalam kitab Negarakretagama, tidak disebutkan Ken Arok sebagi pendiri Kerajaan Tumapel sebagai cikal bakal Kerajaan Singasari. Dalam kitab itu disebutkan pendiri kerajaan tumpael sebagai cikal bakal Kerajaan Singasari adalah Ranggah Rajasa Sang Ghirinaputra. Sang pendiri itu berhasil megalahkan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh raja Kertajaya. Sumber sejarah yang meyebutkan keberadaan Kerajaan Singasari antara lain Negarakretagama dan Pararaton (kitab raja-raja). Kedua kitab yang bersejarah itu berisikan sejarah raja-raja Jawa hingga Kerajaan Singasari. Dalam kedua kitab tersebut, disebutkan bahwa raja-raja Majapahit adalah keturunan Kerajaan Singasari. Selain kedua kitab tersebut, ada benda sejarah yang membuktikan keberadaan Kerajaan Singasari. Benda sejarah itu berupa prasati dan candi. Candi dan prasasti tersebut menceritakan perjalanan Kerajaan Singasari. Dalam pararaton, disebutkan bahwa raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari antara lain Ken Arok (12221227), Anusapati (1227-1248), Tohjaya (1248), Ranggawuni (1248-1268), dan Kertanagara (1268-1292). Menurut kitab Negarakretagama, awah pendiri kerjaan singasari sering dipuja dengan Siwa. Sementara itu, menurut Pararaton meyebutkan bahwa sebelum Ken Arok menyerang Kerajaan Kediri, Ken Arok mendapatkan julukan Bhatara Siwa.
Selanjutnya, Tohjaya pun menjadi raja Kerajaan Singasari. Namun sayang, kekuasaan Tohjaya dalam memimpin Kerajaan Singasari hanya sebentar. Kekuasaannya berakhir pada 1248. Kekuasaannya berakhir karena Tohjaya dibunuh oleh anak Anusapati yang bernama Ranggawuni. Pada 1268, raja Kerajaan Singasari, Raja Ranggawuni wafat. Abu jenazah Ranggawuni dimakamkan di dua tempat, yaitu di Weleri di dekat Blitar sebagai Dewa Siwa dan di Candi Jago sebagi sang Budha. Kekosongan posisi raja dalam Kerajaan Singasari ini membuat putera ranggawuni yang bernama Kertanagara menggantikan posisi ayahnya untuk memerintah Kerajaan Singasari. Pada masa kepemimpinan Kertanagara, Kerajaan Singasari berhasil membawa Kerajaan Singasari menuju puncak kejayaan. Raja Kertanagara mengeluarkan kebijakan untuk urusan dalam negeri Kerajaan Singasari, misalnya menganti atau memindahtugaskan pejabat yang tidak loyal kepadanya. Selain itu, raja Kertanagara pun mengeluarkan kebijakan dengan memberi penghargaan kepada lawan politiknya. Contohnya, mengangkat Jayakatwang sebagai Adipati Kediri. Di bawah kepemimpinan Kertanagara, Kerajaan Singasari melakukan ekspansi ke luar negeri. Contoh invasi yang dilakukan Kerajaan Singasari saat kepemimpinan Kertanagara adalah menaklukan wilayah-wilayah yang ada di Sumatera dan Semenanjung Melayu. Ekspansi wilayah kekuasaan yang dilakukan oleh Kartanagara bernama Pamalayu. Ekspansi wilayah Kerajaan Singasari itu terjadi pada 1275. Namun, ekspansi kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Singasari di bawah kepemimpinan raja Kertanagara membuat keamanan wilayah dalam negeri Kerajaan Singasari menjadi lemah. Lemahnya keamanan ini disebabkan banyaknya tentara Kerajaan Singasari yang dikirim untuk melakukan ekspansi di Sumatera dan Semenanjung Melayu. Kelemahan keamanan dalam negeri Kerajaan Singasari ini dimanfaatkan oleh musuhmusuh Kerajaan Singasari untuk meyerang Kerajaan Singasari. Pada 1292, Jayakatwang dari Kediri menyerang Kerajaan Singasari. Dalam penyerangan itu, raja Kertanagara terbunuh beserta pada pembesar-pembesarnya. Namun, keempat putri Kertanagara beserta menantunya, Raden Wijaya selamat. Pemakaman Kertanagara dilakukan di dua tempat, yaitu sebuah candi di Tretes, Malang dan di Candi Singasari deket Malang.
Ken Arok (1222-1227). Anusapati (1227-1249). Tohjaya (19249-1250). Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250-1272). Kertanagara (1272-1292)
Sementara itu, silsilah raja Kerajaan Singasari menurut Negarakretagama berbeda dengan pararaton. Berikut ini silsilah raja-raja Singasari menurut Negarakretagama.
Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227). Anusapati (1227-1248). Wisnuwardhana (1248-1254). Kertanagara (1254-1292).
Itulah penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Singasari. Semoga penjelasan mengenai Kerajaan Singasari ini dapat menjadi referensi bagi Anda yang tertarik sejarah kerajaan Indonesia, khususnya Kerajaan Singasari.