Anda di halaman 1dari 35

BAB I

KERAJAAN HINDU, BUDHA, ISLAM DI INDONESIA

KERAJAAN HINDU DI INDONESIA

Sebelum adanya agama Hindu, nenek moyang kita menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme. Animisme adalah kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau roh
halus. Dinamisme adalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki
kekuatan gaib. Misalnya keris, tombak, batu akik, dan patung.
Agama Hindu dibawa oleh para pedagang dari India. Di antara pedagang tersebut ada yang
menetap di Indonesia. Mereka menikah dengan penduduk Indonesia. Pengaruh agama dan
kebudayaan India semakin kuat di Indonesia.
Bukti-buktinya sebagai berikut:
1. Banyak penduduk yang memeluk agama Hindu setelah para pendatang dari India
memperkenalkan agama Hindu.
2. Masyarakat Indonesia dahulu tidak mengenal sistem kerajaan. Sistem pemerintahan
yang ada pada waktu itu adalah pemerintahan desa yang dipimpin oleh kepala suku.
Kedudukan sebagai kepala suku tidak diwariskan secara turun-temurun. Karena
pengaruh agama Hindu, sistem pemerintahan desa diganti kerajaan.
3. Adanya hasil kebudayaan khas India seperti bangunan candi, seni pahatan patung, seni
relief, dan seni sastra. Dalam bidang sastra kebudayaan India memperkenalkan budaya
baca tulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Ajaran Hindu
merupakan ajaran yang memuja banyak dewa. Dewa-dewa
yang dianggap menempati posisi paling tinggi yaitu Dewa
Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa. Ketiga dewa itu
disebut Trimurti atau tiga dewa yang bersatu. Trimurti
diwujudkan dalam bentuk patung.

Masyarakat dalam ajaran agama Hindu mengenal adanya kasta. Kasta yaitu susunan
kelompok masyarakat sesuai tingkatan kehidupan sosial. Kasta-kasta dalam masyarakat
Hindu adalah sebagai berikut:
1. Kasta Brahmana terdiri para pendeta.
2. Kasta Ksatria terdiri atas golongan para raja, prajurit, dan bangsawan.
3. Kasta Waisya terdiri atas golongan pemilik modal, pedagang kaya, dan petani kaya.
4. Kasta Sudra terdiri atas golongan buruh dan petani miskin.
A. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan
Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan
Kutai didirikan sekitar tahun 400
masehi. Letaknya di tepi Sungai
Mahakam, Kaltim. Raja pertamanya
bernama Kudungga. Raja yang terkenal
adalah Mulawarman.
Bukti adanya kerajaan Kutai adalah ditemukannya prasasti berbentuk Yupa
menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
Yupa adalah tiang batu pengikat hewan korban untuk dipersembahkan
kepada Dewa.
Peninggalan kerajaan Kutai antara lain:
1. tujuh buah Yupa yang ditemukan di daerah sekitar Muarakaman;
2. kalung Cina yang terbuat dari emas;
3. satu arca Bulus;
Yupa
4. dua belas arca batu.

B. TARUMANEGARA
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Jawa. Letaknya di tepi
Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 M.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman. Purnawarman
penganut agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu.
Peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain:
1. Prasasti Ciaruteun
Ditemukan di Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Pada prasasti ini terdapat telapak kaki Raja
Purnawarman dan lukisan laba-laba. Raja Purnawarman
dianggap sebagai perwujudan Dewa Wisnu.
2. Prasasti Jambu
Ditemukan di Bukit Koleangkak, 30 km sebelah barat daya Kota Bogor. Pada
prasasti ini tertulis kata tarumayam (Tarumanegara).
3. Prasasti Lebak (Cidanghiang)
Ditemukan di Kampung Lebak, Pandeglang, Banten. Prasasti ini menyebutkan
bahwa Raja Purnawarman adalah raja yang agung, pemberani, dan perwira.
4. Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan di Kampung Muara Hilir, Bogor. Pada prasasti ini terdapat lukisan
telapak kaki Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu).
5. Prasasti Tugu
Ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini memiliki tulisan
terpanjang. Prasasti ini menceritakan pembuatan saluran air (Gomati dan
Chandrabhaga) oleh Raja Purnawarman.
6. Prasasti Pasir Awi
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini terdapat lukisan tapak
kaki. Prasasti ini belum bisa dibaca karena dalam huruf ikal.
7. Prasasti Muara Cianten
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, Jawa Barat. Seperti Prasasti Pasir Awi,
prasasti ini juga belum bisa terbaca.
8. Arca-arca
Misalnya arca Rajarsi ditemukan di Jakarta. Di Desa Cibuaya ditemukan arca
Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.

Tempat penemuan prasasti Kerajaan Tarumanegara.

C. KERAJAAN MATARAM HINDU (DINASTI SANJAYA)


Kerajaan Mataram terletak di daerah Yogyakarta. Raja yang pertama adalah Raja
Sanna, kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan ini dikenal dari sebuah
prasasti di desa Canggal, barat Magelang. Prasasti ini tertulis tahun 732 Masehi. Ditulis
dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta. Prasasti ini menceritakan tentang
didirikannya sebuah lingga Syiwa di atas sebuah bukit di Kuncarakunja oleh Raja
Sanjaya. Wilayah kekuasaannya mencapai pulau Jawa dan Bali.
Berdasarkan Prasasti Canggal, Kerajaan Mataram Hindu secara berturut-turut
diperintah oleh:
1. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
2. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
3. Sri Maharaja Rakai Warak
4. Sri Maharaja Rakai Garung
5. Sri Maharaja Rakai Pikatan
6. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
7. Sri Maharaja Rakai Watu Humalang
8. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
Di bidang budaya, peninggalannya berupa candi antara lain:
1. Candi Dieng terletak di Wonosobo, Jawwa Tengah
2. Candi Gedong Songo terletak di Ungaran, Jawa Tengah
3. Candi Prambanan (Candi Roro Jonggrang) terletak di Prambanan, Jawa Tengah

D. KEDIRI
Kerajaan Kediri berdiri sejak tahun 1115 – 1222 M. Kerajaan Kediri merupakan
gabungan dari dua kerajaan, yaitu Jenggala dan Kahuripan. Kerajaan Kediri terletak
di daerah Kediri Jawa Timur, sekitar lembah Sungai Brantas dengan beribukota di
Daha.
Raja Kediri yang pertama adalah Bameswara yang bergelar Sri Maharaja Sirikan
Kameswara. Raja Kediri yang terkenal adalah Jayabaya. Jayabaya terkenal pula
sebagai pujangga. Ia pernah membuat ramalan tentang Negara Indonesia yang dikenal
sebagai Jangka Jayabaya.
Raja Kediri terakhir adalah Kertajaya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Kediri
mengalami kemunduran. Kerajaan ini runtuh setelah dikalahkan oleh Ken Arok dari
Singasari.
Peninggalan Kerajaan Kediri ada 2 macam yaitu berupa prasasti dan karya sastra/kitab.
Peninggalan berupa prasasti di antaranya sebagai berikut:
1. Prasasti Penumbangan (1120)
2. Prasasti Hantang (1135)
3. Prasasti Talan (1136)
4. Prasasti Jepun (1144)
5. Prasasti Weleri (1169)
6. Prasasti Angin (1161)
7. Prasasti Padlegan (1170)
8. Prasasti Jaring (1181)
9. Prasasti Semandhing (1182)
10. Prasasti Ceker (1185)
Peninggalan dalam bidang kesusastraan di antaranya sebagai berikut.
1. Kakawin Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa
2. Kresnayana oleh Mpu Triguna
3. Samanasantaka oleh Mpu Managuna
4. Smaradahana oleh Mpu Darmaja
5. Hariwangsa oleh Mpu Panuluh
6. Gathotkaca Sraya oleh Mpu Panuluh
7. Bharatayuda oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah
8. Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka oleh Mpu Tanakung.

E. SINGOSARI
Kerajaan Singasari berdiri pada tahun 1222. Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok. Ia
mendirikan Singasari setelah mengalahkan Kerajaan Kediri pada pertempuran di
Ganter. Kerajaan Singasari terletak di Singosari - Malang, Jawa Timur.
Raja yang memerintah Singasari secara berturut-turut sebagai berikut:
1. Ken Arok (1222–1227)
Kemenangan Ken Arok atas Kertajaya membuat namanya terkenal dan arum. Raja
pertama Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Ia bergelar Sri Rajasa Batara Sang
Amurwabhumi. Ken Arok membuat dinasti baru dengan nama Girindrawangsa.
Ken Arok menganggap dirinya keturunan Dewa Syiwa.
Ken Arok tidak lama memerintah Kerajaan Singasari karena ia dibunuh oleh
Anusapati yang balas dendam atas kematian ayahnya (Tunggul Ametung).
2. Anusapati (1227–1248)
Anusapati menjadi raja Singasari menggantikan Ken Arok. Selama berkuasa,
Anusapati tidak berhasil membuat kemajuan bagi Singasari. Anusapati mempunyai
kegemaran menyabung ayam. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan nasib
rakyat. Anusapati juga terbunuh dengan keris Mpu Gandring. Anusapati dibunuh
Tohjaya yang dendam atas kematian ayahnya (Ken Arok).
3. Tohjaya (1248 M)
Tohjaya naik tahta kerajaan hanya bertahan satu tahun. Hal ini diakibatkan
serangan dari Ranggawuni (anak Anusapati) yang dibantu Mahisa Cempaka.
4. Ranggawuni (1248–1268)
Ranggawuni naik tahta menggantikan Tohjaya. Ia bergelar Sri jaya
Wisnuwardhana. Dalam memerintah, Ranggawuni didampingi Mahisa Cempaka
(anak Mahisa Wong Ateleng). Sepeninggal Ranggawuni, kekuasaannya digantikan
oleh puteranya yang bernama Kertanegara.
5. Kertanegara (1268–1292)
Kertanegara menduduki tahta kerajaan bergelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Singasari mengalami puncak
keemasan. Kertanegara seorang raja yang arif dan bijaksana. Kertanegara bercita-
cita mempersatukan Nusantara dan menjadikan Singasari sebagai kerajaan besar.
Cita-cita Kertanegara tersebut bernama Cakrawala Mandala. Untuk mewujudkan
cita-citanya, Kertanegara melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
a. Mengganti beberapa pejabat pemerintahan yang kurang mendukung cita-cita
besarnya.
b. Mempembarui sistem pemerintahan. Ia membentuk penasihat raja yang terdiri
Rakyan I Hino, Rakyan I Sirikan, dan Rakyan I Halu. Ia juga membentuk
pejabat tinggi yang terdiri Rakyan Mahapatih, Rakyan Demang, dan Rakyan
Kanjuruhan.
c. Menaklukkan beberapa wilayah. Di antaranya Bali, Sunda, Pahang,
Kalimantan Barat, dan Maluku. Selain itu juga melakukan Ekspedisi
Pamalayu yaitu pengiriman pasukan ke Sriwijaya.
d. Mempererat hubungan dengan luar negeri. Misalnya dengan Negara Campa.
Beberapa peninggalan masa kebesaran Singasari antara lain:
1. Candi Kagenengan, sebagai makam Ken Arok,
2. Candi Jago/Jajaghu, sebagai makam Wisnuwardhana,
3. Candi Singasari dan Candi Jawi, sebagai makam Kertanegara,
4. Candi Kidal, sebagai makam Anusapati,
5. Patung Prajnaparamita, sebagai perwujudan Ken Dedes.
6. Arca Amoghapasya.
7. Prasasti Sarwadhana (1269)

Candi Singasari Candi Jago / Jajaghu Patung Kendedes


F. KERAJAAN MAJAPAHIT
Majapahit adalah Kerajaan Hindu terakhir. Kerajaan Majapahit terletak di selatan
Sungai Brantas yang berpusat di Trowulan, Mojokerto. Sebelah barat Surabaya.
Kerajaan Majapahit didirikan oleh RadenWijaya yang merupakan menantu dari
Kertanegara (Raja Singasari).
Raja-raja yang pernah memerintah di Majapahit antara lain:
1. Raden Wijaya (1293–1309)
Raden Wijaya merupakan raja pertama sekaligus pendiri Majapahit. Raden Wijaya
bergelar Sri Kertarajasa Jayawardana. Beliau memerintah didampingi empat
putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Di antaranya Tribhuwaneswari,
Narendradahita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Para pengikut Raden Wijaya yang
berjasa diangkat menjadi pejabat tinggi pemerintahan. Pada tahun 1309, Raden
Wijaya meninggal. Akhirnya, Kerajaan Majapahit diberikan kepada Jayanegara.
Jayanegara ialah putra dari perkawinannya dengan Tribhuwaneswari.
2. Jayanegara (1309–1328)
Pada masa pemerintahan Jayanegara banyak terjadi pemberontakan. Semua
pemberontakan pada dasarnya kelanjutan pada masa Raden Wijaya. Ada
pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan Sora (1311), pemberontakan
Nambi (1316), pemberontakan Rasemi (1318), dan pemberontakan Kuti (1319).
Pemberontakan yang paling besar adalah Kuti. Beruntung muncul seorang ksatria
bernama Gajah Mada. Ia berhasil menyelamatkan raja dari pembunuhan. Ia juga
berhasil menumpas pemberontakan. Pada tahun 1328, Jayanegara meninggal.
Jayanegara diracun tabib istana yang bernama Tancha.
3. Tribhuwanatunggadewi (1328–1350)
Jayanegara tidak mempunyai anak. Oleh karena itu, tahta selanjutnya digantikan
oleh Tribhuwanatunggadewi yang merupakan adik tiri dari Jayanegara.
Tribhuwanatunggadewi adalah putri Raden Wijaya dengan Gayatri. Pada masa
pemerintahannya, terjadi pemberontakan di Sadeng (1331). Gajah Mada berhasil
menumpasnya. Akhirnya Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit.
Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan Nusantara. Sumpah itu disebut
Sumpah Palapa. Isi dari sumpah palapa adalah cita-cita Gajah Mada untuk
mempersatukan Nusantara. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Gajah Mada
membangun armada laut. Karena memiliki angkatan laut yang kuat, Kerajaan
Majapahit dikenal sebagai kerajaan maritim. Pimpinan armada laut dipercayakan
kepada Empu Nala. Dengan armada yang kuat, Majapahit berhasil menaklukkan
Dompo pada tahun 1340 dan Bali pada tahun 1343.
4. Hayam Wuruk (1350–1389)
Hayam Wuruk merupakan anak Tribhuwanatunggadewi dengan Kertawardhana.
Ketika naik tahta Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun dan bergelar bergelar Sri
Rajasanegara.
Masa kejayaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah
kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Indonesia. Bahkan, sampai ke Siam, Birma,
Kamboja, Amman, India, dan Cina. Pada masa ini, kebudayaan Majapahit
berkembang dengan pesat.
5. Wikramawardhana (1389–1400)
Setelah Hayam Wuruk wafat, tahta Kerajaan Majapahit diduduki oleh
Wikramawardhana (menantu Hayam Wuruk). Setelah 12 tahun memerintah, ia
mengundurkan diri pada tahun 1400.
6. Putri Suhita
Putri Suhita anak Wikramawardhana. Pengangkatan Suhita tidak disetujui oleh
Bhre Wirabhumi, yaitu anak Hayam Wuruk dari selir. Perang saudara pun terjadi
antara Ratu Suhita dengan Bhre Wirabhumi. Perang ini disebut Perang Paregreg
(1401–1406).
Sepeninggal Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mengalami
kemunduran. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan mundurnya KerajaanMajapahit
sebagai berikut:
1. Tidak adanya tokoh yang kuat untuk menjaga kesatuan wilayah sepeninggal
Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
2. Terjadi perang saudara yang memperebutkan tahta kerajaan (Perang Paregreg).
3. Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
Peninggalan kerajaan Majapahit antara lain:
1. Karya sastra
a. Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.
Kitab ini berisi tentang keadaan kota Majapahit dan perjalanan Hayam Wuruk
keliling ke daerah kekuasaannya. Dalam kitab ini terdapat nama Pancasila.
b. Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular
Kitab ini berisi tentang ungkapan “Bhinneka Tunggal Ika” yang kemudian
menjadi semboyan bangsa Indonesia.
c. Kitab Arjuna Wiwaha dikarang oleh Mpu Tantular
Kitab ini berisi tentang raksasa bernama Newatakawaca yang dikalahkan oleh
Arjuna Sasrabahu.
2. Candi
a. Candi Brahu di Trowulan, Mojokerto Jawa Timur yang merupakan makam
Raja Brawijaya V
b. Candi Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto Jawa Timur
c. Candi Bentar di Trowulan, Mojokerto Jawa Timur
d. Candi Tikus di Trowulan, Mojokerto Jawa Timur
e. Candi Penataran di Blitar, Jawwa Timur
f. Segaran yaitu laut buatan peninggalan Kerajaan Majapahit yang merupakan
tempat untuk menjamu para tamu dari mancanegara
PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK HINDU

1. CANDI
Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan
atap.
Candi-candi peninggalan agama Hindu:
No. Nama Candi Lokasi Pembuatan Peninggalan
1. Prambanan Yogyakarta Abad ke-7 M Mataram Lama
2. Dieng Dieng, Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
3. Badut Malang, Jawa Timur 760 M Kanjuruhan
4. Canggal Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
5. Gedong Sanga Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
6. Penataran Blitar, Jawa Timur Abad ke-11 M Kediri
7. Sawentar Blitar Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
8. Candi Kidal Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9. Singasari Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
10. Sukuh Karang Anyar, Jateng Abad ke-13 M Majapahit

2. Prasasti
Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau.
Tulisan itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti
Berikut ini daftar prasasti-prasasti peninggalan kebudayaan Hindu.
No. Prasasti Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1. Kutai Kutai, Kaltim Abad ke-4 M Kutai
2. Ciaruteun Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3. Tugu Cilincing, Jakut Abad ke-5 M Tarumanegara
4. Jambu Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5. Kebon Kopi Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
6. Cidanghiang Pandeglang Abad ke-5 M Tarumanegara
7. Pasir Awi Leuwiliang, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
8. Muara Cianten Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
9. Canggal Magelang, Jateng Abad ke-7 M Mataram Lama
10. Kalasan Yogyakarta 732 M Mataram Lama
11. Dinoyo Malang, Jatim 760 M Mataram Lama
12. Kedu Temanggung, Jateng 778 M Mataram Lama
13. Sanur Bali Abad ke-9 M Bali

3. Patung
Wujud patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat
karena hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat
untuk mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi.
No. Patung Lokasi Pembuatan Peninggalan
1. Trimurti - - -
2. Dwarapala Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3. Wisnu Cibuaya I Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
4. Wisnu Cibuaya II Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5. Rajasari Jakarta Abad ke-5 M Tarumanegara
6. Airlangga Medang Kemulan Abad ke-10 M Medang Kemulan
7. Ken Dedes Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri
8. Kertanegara Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9. Kertarajasa Mojekerto, Jatim Abad ke-13 M Majapahit

4. Karya sastra (kitab)


Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab.
No. Nama Kitab Lokasi Dibuat Peninggalan
1. Carita Parahayangan Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
2. Kresnayana Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3. Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kemulan
4. Lubdaka Kediri, Jatim Abad ke-11 M Kediri
5. Baratayuda Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri

5. Tradisi
Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat
ini. Tradisi agama Hindu yang berkembang antara lain:
1. Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.
2. Upacara potong gigi (mapandes).
3. Upacara pembakaran mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi Ngaben, jenazah
dibakar beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang yang dibakar.
4. Ziarah, yaitu mengunjungi makam orang suci dan tempat suci leluhur seperti
candi.
KERAJAAN BUDHA DI INDONESIA

Agama Buddha lahir di India sesudah agama Hindu. Kitab suci agama Buddha adalah
Tripitaka (tiga keranjang) yang diajarkan oleh Sidharta Gautama putra Raja Syudodana di
Kapilawastu. Kata Buddha berarti orang yang sudah suci budinya dan sangat besar
kebijaksanaannya.
Agama Buddha pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-5 M. Kedatangannya
bersamaan waktunya dengan masuknya ajaran agama Hindu. Agama Buddha diterima baik
di masyarakat karena tidak mengenal kasta. Semua golongan dianggap mempunyai
kedudukan yang sama. Bahkan, kelompok Waisya dan Sudra banyak yang berpindah ke
agama Buddha, karena dalam agama Hindu mereka dianggap kasta rendah.
Jadi, inti ajaran Buddha adalah sebagai berikut.
1. Tidak percaya adanya dewa.
2. Tidak mengenal kasta.
3. Orang berjuang untuk mencapai nirwana harus melaksanakan Arya Setyani (empat
kenyataan hidup) yaitu hidup itu sengsara, sengsara muncul karena nafsu, nafsu yang
jahat harus dibinasakan, dan untuk membinasakan nafsu melalui hastamarga.

Kerajaan di Indonesia yang bercorak Buddha adalah Kerajaan Kaling, Mataram Budha dan
Kerajaan Sriwijaya.
A. KERAJAAN HOLING / KALINGGA
Kerajaan Kaling atau Holing terletak di daerah Jawa Tengah. Hal ini berdasarkan
berita dari Cina, yaitu Dinasti Tang (618-906). Dari sumber tersebut, pada tahun 647
M, kerajaan ini diperintah oleh Ratu Simo (Sima) dan rakyat hidup makmur.
Pada tahun 664 M, seorang pendeta Buddha dari Cina yang bernama Hwining datang
ke Kaling. Selama tiga tahun di Kaling, ia menerjemahkan Kitab Buddha Hinayana.
Peninggalan sejarah berupa prasasti terdapat di Desa Tukmas di kaki gunung Merbabu.
Prasasti tersebut bertuliskan tahun 650 M dan ditulis menggunakan huruf Pallawa
dalam bahasa Sanskerta.

B. KERAJAAN MATARAM BUDHA (DINASTI SYAILENDRA)


Raja yang terkenal dari Dinasti Syailendra adalah Smaratungga. Smaratungga berhasil
membangun Candi Borobudur di atas bukit. Candi ini dibangun mengitari bukit hingga
ke puncaknya. Candi disusun hingga berundak-undak yang terdiri dari 9 tingkat.
Semakin ke atas ukurannya semakin mengecil. Pada puncak atasnya diberi mahkota
berupa Stupa besar. Stupa adalah bangunan dari batu yang bentuknya seperti genta
atau lonceng. Stupa biasanya merupakan tempat untuk menyimpan relic (benda-benda
suci sang Budha).
Persatuan Dinasti Sanjaya dengan Dinasti Syailendra terjadi ketika adanya perkawinan
antara Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya) dengan Pramudhawardhani (Dinasti
Syailendra).

C. KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertama Sri Jayanegara dan
berpusat di Palembang, Sumatera Selatan (Muara Sungai Musi). Kerajaan Sriwijaya
mencapai zaman keemasan ketika diperintah oleh Balaputradewa. Ia adalah putra Raja
Samaratungga dari Jawa.
Bukti-bukti yang menunjukkan adanya Kerajaan Sriwijaya ditunjukkan oleh prasasti-
prasasti yang ditulis huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno berikut ini:
1. Prasasti Kedukan Bukit (683 M) di Palembang.
2. Prasasti Talang Tuo (684 M) di Palembang.
3. Prasasti Telaga Batu (tanpa tahun) di Palembang.
4. Prasasti Kota Kapur ( 686 M) di Pulau Bangka.
5. Prasasti Karang Berahi (686 M) di Jambi.
6. Prasasti Palas Pasemah (abad ke-7 M) di Lampung Selatan.

Sriwijaya disebut kerajaan maritim/kerajaan laut (sarjawala) karena mempunyai


wilayah perairan yang luas dan angkatan laut yang kuat. Dalam perkembangannya,
Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan pusat agama Buddha.
1. Sebagai Pusat Perdagangan
Letak Sriwijaya yang strategis di jalur perairan dunia membuat perdagangan
menjadi maju. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan terbesar di Asia Tenggara,
Cina, dan India. Mereka bertemu dan berdagang di Sriwijaya. Sementara dalam
perdagangan antar daerah di Indonesia, Sriwijaya menjadi pusat dan pintu
perdagangan Indonesia dengan Barat. Kapal-kapal yang singgah ke Sriwijaya
antara lain dari Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Cina, India, Persia,
Filipina, dan Campa.
2. Sebagai Pusat Agama Buddha
Dalam bidang agama, Sriwijaya menjadi pusat pendidikan dan persebaran agama
Buddha. Banyak pendeta Buddha yang datang untuk memperdalam agama
Buddha, seperti I- Tsing dari Cina, serta guru agama Buddha dari India, yaitu
Sakyakirti dan Dharmapala. Sebaliknya, banyak juga para pemuda Sriwijaya
yang belajar dan memperdalam agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda,
India. Selain itu, banyak berdiri candi atau bangunan suci sebagai tempat
beribadah umat Buddha, misalnya Candi Muaratakus.
Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada tahun 850 M. Masa kejayaan
berlangsung selama pemerintahan Raja Balaputradewa, di mana rakyat hidup
tenteram dan makmur.
Namun, Kejayaan Sriwijaya mulai surut pada abad ke-11 karena faktor-faktor berikut
ini.
1. Setelah Balaputradewa wafat, tidak ada lagi raja yang cakap memerintah.
2. Letak Palembang yang jauh dari laut membuat kapal-kapal tidak mau singgah dan
mencari tempat lain untuk berlabuh.
3. Banyak wilayah bawahan yang melepaskan diri, misalnya Jawa Tengah dan
Melayu.
4. Serangan dari kerajaan lain, seperti dari Kerajaan Colamandala, India Selatan
(1017 M); ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan Singasari (1275 M), dan serangan
Majapahit (1377 M).
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berupa candi yang terkenal adalah Candi Muara
Takus dan Candi Biara Bihal.
PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK BUDDHA

1. Candi
Candi-candi Buddha digunakan sebagai tempat pemujaan. Ciri candi Buddha adalah
adanya stupa dan patung Sang Buddha Gautama. Stupa adalah bangunan dari batu
tempat menyimpan patung Sang Buddha.
Beberapa Candi Buddha dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
No. Candi Lokasi Penemuan Dibangun Peninggalan
1. Sewu Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
2. Plaosan Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
3. Mendut Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
4. Borobudur Jawa Tengah 770-842 M Mataram Lama
5. Muara Takus Sumatra Selatan Abad ke-8 M Sriwijaya
6. Jago Malang, Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
7. Sari Jawa Tengah Abad ke-13 M Majapahit
8. Pawon Jawa Tengah Abad ke-13 M Majapahit
9. Tikus Mojokerto, Jawa Timur Abad ke-13 M Majapahit

2. Prasasti
Di Sumatra Selatan ditemukan beberapa prasasti warisan Kerajaan Sriwijaya. Di
sekitar Palembang ditemukan Prasasti Telaga Batu, Prasasti Talang Tuwo, dan
Prasasti Kedukan Bukit. Ketiganya menceritakan berdirinya kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Karang Berahi dan Prasasti Kota Kapur ditemukan di Jambi dan Bangka.
Kedua prasasti itu menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya.

3. Patung
Patung yang bercorak Buddha biasanya berupa arca Sang Buddha Gautama. Arca Sang
Buddha Gautama pertama kali ditemukan di Sikendeng, Sulawesi Selatan. Berikut ini
daftar patung atau arca peninggalan sejarah Buddha.
No Nama Patung Lokasi Dibuat Peninggalan
1. Patung Buddha Sikendeng Abad ke-2 M -
2. Arca Bhumisparsa Mudra Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
3. Arca Dhyana Mudra Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
4. Arca Abhaya Mudra Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
5. Arca Vitarka Mudra Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
6. Dharmacakra Mudra Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
7. Arca Vara Mudra Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
8. Arca Buddha Palembang Abad ke-8 M Sriwijaya

4. Karya sastra (kitab)


Ada beberapa karya sastra peninggalan sejarah yang bercorak Buddha. Berikut ini
daftar karya sastra atau kitab-kitab peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.
No Kitab Lokasi Dibuat Peninggalan
1. Negara Kertagama Jawa Timur Abad ke-13 M Majapahit
2. Sutasoma Jawa Timur Abad ke-13 M Majapahit
3. Pararaton Jawa Timur Abad ke-13 M Majapahit
4. Ranggalawe Jawa Timur Abad ke-13 M Majapahit
5. Arjunawiwaha Jawa Timur Abad ke-13 M Majapahit

5. Tradisi
Tradisi agama Buddha yang sekarang ini kita jumpai banyak dipengaruhi oleh budaya
Cina. Tradisi agama Buddha yang ada, misalnya berdoa di wihara. Tradisi lain agama
Buddha yang masih ada adalah ziarah. Ziarah dilakukan dengan mengunjungi tempat
suci leluhur seperti candi. Kegiatan yang dilakukan pada saat ziarah adalah membaca
doa dan membawa sesajen.
KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13. Agama Islam sampai ke Indonesia dibawa
oleh pedagang Arab, Persia, dan India (Gujarat). Para pedagang tersebut mengunjungi
kota-kota pelabuhan di sekitar Selat Malaka, misalnya Samudra Pasai. Sambil berdagang
mereka menyebarkan agama Islam. Kemudian banyak penduduk yang memeluk agama
Islam. Dalam waktu singkat agama Islam berkembang di Nusantara. Proses penyebaran
agama Islam dapat berlangsung karena mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Mengapa agama Islam dapat diterima dengan mudah? Sebab-sebabnya antara lain sebagai
berikut.
1. Syarat-syarat untuk masuk Islam tidak sulit. Untuk masuk Islam seseorang cukup
mengucapkan dua kalimat syahadat.
2. Peran ulama, kyai, dan para pendakwah giat melakukan siar agama. Banyak tokoh
penyebar agama Islam menggunakan sarana budaya setempat. Misalnya, beberapa wali
di Pulau Jawa menggunakan sarana wayang untuk sarana dakwah.
Adapun pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan ajaran Islam adalah sebagai
berikut:
1. Pedagang
Hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara lain sangat erat. Misalnya, para
pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India. Apalagi setelah Selat Malaka dikuasai
Portugis. Para pedagang tersebut tidak berani melewati Selat Malaka. Mereka mulai
mengalihkan pelayarannya dari Malaka dengan rute sebagai berikut:
Aceh→ pantai barat Sumatra → Selat Sunda → Banten → Jepara → Tuban →
Gresik→ Banjarmasin → Gowa → Ambon → Ternate → kembali ke Barat.
Dengan rute pelayaran tersebut, wilayah perdagangan semakin luas. Wilayah yang
dilalui berkembang menjadi bandar pelabuhan yang besar. Perkembangan Islam pun
semakin lancar. Para pedagang tersebut berinteraksi dengan penduduk sekitar. Dari
sinilah agama Islam mulai dikenal dan dianut bangsa lain.
2. Ulama
Ulama adalah orang yang ahli dalam agama Islam. Pada awal perkembangan Islam di
Indonesia, peran ulama sangatlah penting. Tokoh-tokoh ulama sangat berjasa dalam
penyebarluasan agama Islam. Di Pulau Jawa dilakukan oleh Walisanga.
Perkembangan Islam di Pulau Jawa berjalan dengan baik. Penduduk di Pulau Jawa
mulai meninggalkan kepercayaan animisme. Ulama yang termasuk Walisanga
biasanya mendapat sebutan Sunan.
Peranan ulama di antaranya sebagai berikut:
1. Sebagai sumber ilmu dan tempat belajar agama Islam. Terutama bagi penduduk
2. yang baru masuk Islam.
3. Teladan dan panutan bagi masyarakat.
4. Sebagai pemimpin umat. Hal ini dibuktikan banyak ulama menjadi kepala Negara
atau raja. Mereka dianggap mempunyai kelebihan dibanding yang lain.
5. Dai dalam menyiarkan agama Islam.
Atas peran para ulama dan pedagang, Islam mengalami perkembangan pesat.
Perkembangan Islam juga didukung faktor-faktor berikut:
1. Perjuangan dan penyebaran Islam yang gigih melalui dakwah.
2. Agama Islam bersifat demokratis dan tidak mengenal perbedaan sosial atau derajat.
3. Adanya perkawinan antara pedagang dan ulama Islam dengan putri bangsawan,
sehingga Islam dapat memasuki keluarga kerajaan.
4. Pendidikan Islam yang efektif melalui pondok pesantren.
Dengan masuknya pengaruh budaya dan agama Islam telah melahirkan kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam itu biasa disebut kesultanan. Sedangkan
rajanya disebut Sultan.
Kerajaan Islam di Indonesia antara lain:
A. KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan Samudera
Pasai terletak di Lhokseumawe, Aceh Utara. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13
oleh Marah Silu atau Sultan Malik as Shaleh.
Menurut keterangan Marcopolo dari Venesia, Samudera Pasai berasal dari pusat
kerajaan yang dulunya di Samudera kemudian dipindahkan ke Pasai. Selain itu, Ibnu
Batutah dari Maroko (Kesultanan India) juga berkunjung ke Samudera Pasai dan ia
mengejanya menjadi Sumatrah. Itu yang menjadi nama Pulau Sumatra sampai
sekarang.
Adapun raja-raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai berikut.
a. Sultan Malik as Shaleh (1270–1297)
Merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Samudera Pasai.
b. Sultan Malik al Tahir I (1297–1326)
Setelah Sultan Malik as Saleh wafat, penggantinya adalah Sultan Malik al Tahir.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mulai membina hubungan
dengan Kerajaan Pidie dan Barus. Selain itu, membangun Bandar kerajaan bagi
pedagang Islam.
c. Sultan Malik al Tahir II (1326–1348)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan.
Samudera Pasai juga sebagai pusat perdagangan dan penyiaran agama Islam.
d. Sultan Zainal Abidin (1349–1496)
Pemerintahan Sultan Zainal Abidin memegang peranan penting dalam
perkembangan Islam di Jawa. Ia mengirimkan dua pendakwah dari Samudera
Pasai ke Pulau Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Iskak.
Peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai adalah
1. Mata uang emas
2. Makam Raja Malik Al-Saleh di Gedong Aceh Utara.
3. Cakra Donya yang merupakan salah satu hadiah dari Kaisar Cina.

B. KERAJAAN ACEH
Kerajaan Aceh berdiri sekitar abad ke-16 M. Kerajaan ini terletak di tepi Selat Malaka
dan beribu kota di Kutaraja atau sekarang Banda Aceh. Aceh bekembang pesat setelah
Malaka dan Samudera Pasai dikuasai Portugis sehingga para pedagang Islam
memindahkan kegiatan berdagang dari Malaka ke Aceh. Karena menjadi pusat agama
Islam, Aceh sering disebut Serambi Mekah.
Berturut-turut raja-raja yang memerintah Kerajaan Aceh adalah sebagai berikut:
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514–1530)
Semula wilayah Kerajaan Aceh merupakan bagian Kerajaan Pidie. Atas
perjuangan Sultan Ali Mughayat Syah, Aceh dapat melepaskan diri. Bahkan, Aceh
dapat menaklukkan daerah Perlak, Pasai, dan Nias.
b. Sultan Salahudin (1530–1537)
Sultan Salahudin hanya sebentar memerintah di Kerajaan Aceh. Ia dianggap
kurang berhasil memimpin Kerajaan Aceh. Pada tahun 1537, digantikan oleh adik
Sultan Ali Mughayat Syah yang bernama Sultan Alaudin Riayat Syah.
c. Sultan Alaudin Riayat Syah
Selama masa pemerintahannya, Sultan Alaudin Riayat Syah mampu meluaskan
wilayah. Ia juga menyiarkan agama Islam sampai ke daerah Siak, Pariaman, dan
Indrapura.
d. Sultan Iskandar Muda (1607–1636)
Pemerintahan Sultan Iskandar Muda menjadi zaman keemasan bagi Kerajaan
Aceh. Ia menjalin hubungan baik dengan berbagai negara, seperti Persia, Turki,
Cina, dan India. Kerajaaan Aceh menjadi pelabuhan internasional yang dikunjungi
pedagang Nusantara dan pedagang negara lain.
Sultan Iskandar Muda berhasil meluaskan wilayah Kerajaan Aceh hingga meliputi
seluruh Sumatra dan Semenanjung Malaya. Selain itu, agama Islam juga semakin
berkembang pesat dengan munculnya tokoh-tokoh seperti Hamzah Fansuri,
Syamsudin, dan Nurudin ar Raniri.
e. Sultan Iskandar Thani (1636–1641)
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami
kemunduran karena banyak perlawanan di berbagai daerah. Hal ini diperburuk
dengan adanya persaingan dari Belanda yang akhirnya berhasil menguasai Malaka
pada tahun 1641.
Peninggalan sejarah Kerajaan Aceh, antara lain makam Sultan Iskandar Muda dan
Muhamad Syah Kuala.

C. KERAJAAN DEMAK
Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan Demak berpusat di
daerah Demak, Jawa Tengah berdiri sekitar abad ke-15 M. Kerajaan ini didirikan oleh
Raden Patah setelah berhasil melepaskan diri dari Majapahit. Kerajaan Demak
merupakan pusat penyebaran agama Islam. Dari Demak, agama Islam menyebar ke
kawasan pantai utara Jawa Barat dan pedalaman Jawa Tengah. Bahkan, pantai utara
Jawa Timur dan daerah Banjar di Kalimantan Selatan.
Secara berturut-turut raja-raja yang memerintah Demak antara lain sebagai berikut.
1. Raden Patah (1500–1518)
Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Demak meliputi Semarang, Jepara, Pati,
Rembang. Selain itu, kepulauan di Selat Karimata, Kalimantan, serta pelabuhan di
pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, dan Jepara. Awalnya Raden Patah adalah
seorang bupati Demak. Ia berhasil melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit dan
memeluk agama Islam. Raden Patah berhasil mendirikan Kerajaan Demak dibantu
para ulama. Penyebaran Islam di Pulau Jawa berkembang dengan baik atas jasa
Walisanga. Nah atas bantuan Walisanga pula, Raden Patah berhasil mendirikan
sebuah masjid. Masjid itu dikenal dengan nama Masjid Agung Demak.
2. Adipati Unus (1518–1521)
Adipati Unus menggantikan Raden Patah. Ia memerintah Demak selama 3 tahun.
Ia berhasil mengusir Portugis yang menganggu kelancaran perdagangan Demak.
Adipati Unus menyeberang ke utara menuju Malaka. Oleh karena itu, ia mendapat
julukan Pangeran Sabrang Lor.
3. Sultan Trenggono (1521–1546)
Pengganti Adipati Unus seharusnya Sekar Seda Lepen. Namun, Sekar Seda Lepen
dibunuh oleh Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono). Akhirnya, kerajaan jatuh
ke tangan Sultan Trenggono. Pada masa pemerintahannya, wilayah Demak
semakin luas dan mengalami kejayaan.
Bahkan, Kerajaan Demak berhasil mengusir Portugis dan merebut Sunda Kelapa.
Sultan Trenggono mempunyai dua menantu yaitu Fatahillah dan Joko Tingkir.
Fatahillah mempunyai nama asli Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Dan, Joko Tingkir disebut juga Sultan Hadiwijaya.
Tahun 1546 Sultan Trenggono gugur saat melakukan perluasan wilayah ke
Blambangan, Jawa Timur. Akhir Kerajaan Demak ditandai dengan perebutan
kekuasaan. Sultan Prawata (anak Sultan Trenggono) berebut dengan Arya
Penangsang (putra Sekar Seda Lepen). Di tengah perebutan kekuasaan itu,
muncullah Joko Tingkir. Ia berhasil membunuh Arya Penangsang. Lalu pusat
pemerintahan Demak dipindah ke Pajang pada tahun 1586.
Peninggalan sejarah Kerajaan Demak, antara lain Masjid Agung Demak. Mesjid ini
didirikan oleh Walisongo (dipimpin oleh Sunan Kalijaga) pada 1478 Masehi. Di
mesjid ini terdapat Pintu Bledeg yang dibuat oleh Ki Ageng Selo. Saka Tatal dibuat
oleh Sunan Kalijaga. Saka Tatal merupakan tiang utama Masjid Agung Demak, dan
piring Campa.

D. KERAJAAN BANTEN
Semula Kerajaan Banten berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Ketika
Kerajaan Demak mulai surut, Kerajaan Banten memisahkan diri. Pusat Kerajaan
Banten terletak di Kabupaten Serang, Banten. Kerajaan Banten merupakan pusat
kerajaan Islam di daerah barat Pulau Jawa.
Kerajaan Banten didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati, panglima Kesultanan Demak. Tahun 1526, Fatahillah berhasil merebut Sunda
Kelapa dari Portugis dan tanggal 22 Juni 1527 diubah namanya menjadi Jayakarta
(Jakarta). Tahun 1552, Banten diserahkan kepada putranya Pangeran Hassanudin dan
Cirebon diberikan ke Pangeran Pasarean.
Ketika Sultan Hasanuddin berkuasa, Kerajaan Banten berkembang pesat. Kerajaan
Banten mempunyai pelabuhan internasional. Pelabuhan tersebut didatangi pedagang
dari berbagai bangsa.
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah dari 1651 sampai tahun 1892. Semasa
pemerintahannya, agama Islam berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya ulama Islam yang didatangkan ke Banten. Salah satunya Syekh Yusuf dari
Sulawesi. Selain itu, Banten juga bekerja sama dengan Turki dan Moghul. Sultan
Ageng Tirtayasa selalu membina hubungan baik dengan negara lain. Setelah beliau
wafat, Kerajaan Banten mulai mengalami kemunduran.
Peninggalan Kerajaan Banten, antara lain Masjid Agung
Banten, Benteng Speelwijk, dan Meriam Ki Amuk.

Meriam Ki Amuk

E. KERAJAAN MATARAM ISLAM


Mataram didirikan oleh Sutawijaya, yang bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan
Mataram berpusat di Kota Gede. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Mataram
berkembang sampai ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, dan Galuh.
Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601. Beliau dimakamkan di Kota Gede.
Tahta Mataram dilanjutkan oleh Mas Jolang yang bergelar Anyakrawati. Pada masa
pemerintahan Mas Jolang banyak terjadi pemberontakan. Mas Jolang meninggal tahun
1613 di Desa Krapyak. Oleh karena itu, beliau mendapat gelar Pangeran Seda
Krapyak. Mas Jolang digantikan putranya yang bernama Mas Rangsang.
Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma menjadi raja terbesar
Mataram. Pada masa pemerintahannya, wilayah Mataram meluas sampai Gresik,
Surabaya, Kediri, Pasuruan, Tuban, Lasem, Pamekasan, Sukanada, Goa, dan
Palembang. Pada tahun 1628 dan 1629, Sultan Agung mengirim pasukan.
Tujuannya untuk menyerang VOC di Batavia. Namun, kedua
serangan itu mengalami kekalahan. Sultan Agung wafat pada
tahun 1645. Kedudukannya digantikan putranya bernama Sultan
Amangkurat I. Dari sinilah kejayaan Mataram mulai menurun.
Wilayah Kerajaan Mataram mulai mengecil. Hal ini disebabkan
adanya perjanjian dengan Belanda.
F. KERAJAAN GOWA-TALLO (MAKASAR)
Kerajaan Gowa merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Kerajaan Gowa-Tallo
merupakan kerajaan kembar yang bersatu.
Sebelum bersatu, kedua kerajaan ini saling bermusuhan dapat disatukan melalui suatu
perjanjian yang disebut Rua Kara Eng Se’re at yang artinya dua raja seorang hamba.
Kerajaan ini disebut juga Kerajaan Makassar. Pusat Kerajaan Gowa-Tallo terletak di
Sobaopu, Makassar (Sulawesi Selatan). Pada tahun 1605, agama Islam masuk ke
kerajaan Gowa-Tallo melalui seorang ulama dari Minangkabau bernama Dato ri
Bandang. Raja pertama dari kerajaan ini Karaeng Tunigallo yang bergelar Sultan
Alaudin. Setelah beliau meninggal, digantikan oleh Sultan Hasannudin.
Ketika dipimpin Sultan Hasanudin, kerajaan ini giat menyebarkan agama Islam dan
melakukan perlawanan terhadap monopoli perdagangan Belanda, sehingga dikenal
dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur.
Karena pengkhianatan putra mahkota Kerajaan Bone, yaitu
Aru Palaka yang berpihak pada Belanda, maka Sultan
Hasanuddin dapat dikalahkan. Ia dipaksa menandatangani
Perjanjian Bongaya (18 November 1667 M).

Sultan Hasanudin
Peninggalan sejarah Kerajaan Gowa-Tallo, antara lain:
1. Istana tua dari kayu (museum Balompua)
2. Makam Sultan Hasanuddin
3. Benteng Fort Rotterdam
4. Istana Kerajaan Gowa

G. KERAJAAN TIDORE dan TERNATE


Kesultanan Ternate berdiri sekitar abad ke-13 di Maluku Utara dengan ibu kota di
Sampalu. Kesultanan Ternate mendapat pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan
Melayu. Bahkan, Raja Ternate belajar membaca dan menulis huruf Arab dalam
Alquran dari Maulana Husayu (raja dari Jawa). Kesultanan Ternate mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Baabullah.
Kerajaan Islam lainnya di Maluku adalah Kesultanan Tidore. Raja yang terkenal dari
Tidore adalah Sultan Nuku. Kesultanan Tidore dan Ternate sama-sama penghasil
rempah-rempah (cengkeh) terbesar di Nusantara.
Kedua kesultanan ini hidup damai berdampingan. Sebagai pusat perdagangan rempah-
rempah, Kerajaan Tidore dan Ternate mempunyai dua persekutuan dagang. Nama
kedua persekutuan dagang itu ialah Uli Lima dan Uli Siwa.
1. Uli Lima atau persekutuan lima saudara.
Wilayahnya meliputi Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Persekutuan Uli
Lima dipimpin oleh Kerajaan Ternate.
2. Uli Siwa atau persekutuan sembilan saudara.
Wilayahnya meliputi Tidore, Makyan, Jailolo (Halmahera), Mare, Moti, Hitu, dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Tidore.
PENINGGALAN SEJARAH BERCORAK ISLAM

A. MASJID
Mesjid adalah tempat beribadah bagi pemeluk agama Islam sekaligus seni arsitektur
yang paling menonjol.
Ciri-ciri masjid adalah sebagai berikut:
1. Atapnya berbentuk atap tumpang, yaitu atap yang bersusun semakin ke atas makin
mengecil; tingkatan yang paling atas berbentuk limas; pada puncaknya terdapat
mustaka (penutup puncak);
2. Terdapat menara yang berfungsi untuk mengumandangkan adzan;
3. Biasanya berada di ibu kota atau tempat kedudukan para pembesar kerajaan;
4. Di dalam kompleks mesjid biasanya terdapat kolam untuk berwudhu;
5. Pindu gerbangnya dilengkapi dengan gapura seperti keraton atau candi.
Masjid-masjid peninggalan kerajaan Islam antara lain sebagai berikut:
1. Masjid raya Baiturahman terletak di Banda Aceh ibu
kota Nangro Aceh Darussalam. Masjid ini dibangun
dibangun pada tahun 1879–1881, pada masa Kerajaan
Islam Aceh tepatnya emerintahan Sultan Iskandar Muda
dan merupakan masjid termegah se-Asia Tenggara.
2. Masjid Raya Medan terletak di Kota Medan, Sumatra Utara. Masjid ini dibangun
oleh Sultan Deli yang bernama Makmun Al Rasyid Perkasa Alam pada 1906.
3. Masjid Raya Banten didirikan pada tahun 1906
pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang dipimpin
Sultan Maulana Yusuf.
4. Masjid Demak didirikan oleh Raden Patah
sekitar abad ke-14 dengan pimpinan Sunan
Kalijaga. Masjid ini terletak di kota Demak
(Jawa Tengah)
5. Masjid Sultan Suriansyah merupakan masjid pertama di Pulau Kalimantan. Masjid
ini didirikan pada masa kekuasaan Pangeran Suriansyah yaitu abad ke-16.
6. Masjid Kudus terdapat di Kudus, Jawa
Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus.
Menara Massjid Kudus
B. KALIGRAFI
Kaligrafi yaitu seni menulis indah menggunakan huruf
Arab.
Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid,
batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu
nisan pertama yang ditemukan di Indonesia adalah batu
nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran,
Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang
di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.

C. MAKAM
Makam merupakan tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal. Letak
makam umumnya berada di lereng-lereng bukit. Makam dibangun sesuai dengan
kedudukan orang yang meninggal. Makam raja biasa dibangun layaknya sebuah istana.
Makam sunan dilengkapi dengan mesjid.
Makam terdiri atas cungkup, kijing, dan nisan. Cungkup adalah bangunan rumah
untuk melindungi makam orang-orang penting. Adapun kijing adalah batu penutup
makam yang menyatu dengan batu nisannya, sedangkan nisan adalah tonggak pendek
yang ditanamkan di atas kubur sebagai penanda.
No. Kaligrafi Lokasi Dibuat Peninggalan
1. Makam Fatima binti Maimun Gresik, Jatim Abad 13 M -
2. Makam Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M S. Pasai
3. Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jatim Abad 15 M -
4. Makam S. Giri Gresik, Jatim Abad 15 M -
5. Makam S. Gunung Jati Cirebon, Jabar Abad 15 M Cirebon
6. Makam S. Kudus dan S. Muria Kudus, Jateng Abad 15 M -
7. Makan Sunan Kalijaga Demak, Jateng Abad 15 M Demak
8. Makan raja-raja Banten Banten Abad 15 M Banten
9. Makam raja-raja Mataram Imogiri Abad 16 M Mataram
10. Makam raja-raja Mangkunegaran Astana Giri Abad 16 M Mataram
11. Makam raja-raja Gowa Katangga Abad 16 M Gowa

D. ISTANA
Istana merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Istana juga berfungsi sebagai
pusat pemerintahan.
Istana peninggalan kerajaan Islam di antaranya sebagai berikut:
No Nama Istana Lokasi Dibuat Peninggalan
1. Istana Kesultanan Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate
2. Istana Kesultanan Tidore Tidore, Ambon Abad 14 M K. Tidore
3. Keraton Kasepuhan Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
4. Keraton Kanoman Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
5. Keraton Kesultanan Aceh NAD Abad 15 M K. Aceh
6. Istana Sorusuan Banten Abad 15 M K. Banten
7. Istana Raja Gowa Gowa, Sulsel Abad 16 M K. Gowa
8. Keraton Kasultanan Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram
9. Keraton Pakualaman Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram
10. Istana Maemun Medan, Sumut Abad 18 M K. Deli

E. PESANTREN
Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam. Pengajar di
pesantren adalah seorang kiai. Para siswanya dinamakan santri. Materi yang diajarkan
adalah kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab. Para santri biasanya tinggal di
asrama yang dinamakan pondok pesantren. Para santri belajar bahasa Arab, kitab
Kuning, fiqih, pendalaman Al Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi tasawuf.
Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di
Jombang, Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren
Asembagus di Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.

F. KARYA SASTRA
Peninggalan karya sastra dari kebudayaan Islam berupa kitab.
Kitab atau karya sastra dibedakan menjadi empat kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Hikayat
Hikayat adalah cerita atau dongeng pelipur lara atau pembangkit semangat juang.
Beberapa hikayat peninggalan Islam yaitu sebagai berikut:
a) Hikayat Hang Tuah, yaitu cerita kepahlawanan laksamana Kesultanan Malaka.
Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang berani, pandai, dan bijaksana.
Ia juga merupakan abdi raja yang taat dan setia.
b) Hikayat Amir Hamzah, yaitu cerita tentang permusuhan Amir Hamzah dengan
mertuanya yang masih kafir, yakni Raja Marsewan dari Madayin.
2. Babad
Babad adalah cerita berlatar belakang sejarah.
a) Babad Tanah Jawi yang menceritakan sejarah Pulau Jawa dari Nabi Adam
sampai tahun 1722.
b) Babad Giyanti yang menceritakan pecahnya Kesultanan Mataram menjadi
Surakarta, Yogyakarta, dan Mangkunegara pada tahun 1757.
3. Syair
Syair adalah puisi lama yang isinya berupa cerita.
a) Syair Abdul Muluk yang menceritakan perjuangan Siti Rafiah istri Raja Abdul
Muluk yang berhasil merebut kembali tahta kerajaan dari Kerajaan Barabai di
Hindustan.
b) Gurindam 12 yang berisi petuah kepada pejabat negara, pegawai, dan orang
biasa agar menjadi orang yang terhormat, disegani, dan disenangi sesama
manusia.
4. Suluk
Suluk adalah kitab yang berisi yang berisi tasawuf.
a) Suluk Sukarsa yang berisi tentang cerita Ki Sukarsa yang mencari ilmu sejati
untuk mendapat kesempurnaan.
b) Suluk Wujil yang berisi petuah-petuah.

G. TRADISI
Budaya dan adat istiadat peninggalan masa Islam yang masih dilaksanakan sampai
sekarang antara lain sebagai berikut:
1. Seni tradisional betawi seperti Gambang Kromo dan Orkes Gambus.
2. Seni tari, seperti tarian saman, tarian seudati, tarian zapin, tarian rudat dan tarian
hadrah
3. Seni musik rebana, orkes gambus, dan samrah
4. Adat istiadat, seperti pakaian alat pengantin Betawi, yaitu siangko bercadar
5. Pesta Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat
6. Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam.
7. Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk
peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta
perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.
8. Upacara adat, antara lain:
a. Upacara Grebeg Besar di Demak
b. Budaya Dhug Dher yaitu menyambut bulan Ramadhan di Semarang
c. Upacara Sekaten yaitu memperingati tahun baru Islamdi daerah Jawa Tengah
dan Yogyakarta
d. Upacara Gerebeg Mulud yaitu peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw.
TOKOH-TOKOH SEJARAH DI INDONESIA

TOKOH-TOKOH SEJARAH HINDU-BUDHA


TOKOH-TOKOH SEJARAH BUDHA
TOKOH-TOKOH SEJARAH ISLAM
A. Tokoh-tokoh sejarah Islam di Sumatera
Di Sumatra pernah berdiri kerajaan-kerajaan Islam, yaitu Samudra Pasai dan Kerajaan
Aceh. Beberapa tokohnya sebagai berikut.
1. Sultan Malik Al-Saleh
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai.
Sebelum menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah
putera Merah Gajah. Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke
tempat lain. Akhirnya, beliau berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu
Samudra Pasai. Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh
Ismail, seorang Syarif Mekah. Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar
Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat
pada tahun 1297 M.
2. Sultan Ahmad (1326-1348)
Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga. Beliau bergelar Sultan
Malik Al-Tahir II. Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi
oleh seorang ulama Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari
Sultan Delhi, India untuk berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu
Battutah singgah di Samudera Pasai. Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan
Ahmad sangat memperhatikan perkembangan Islam. Sultan Ahmad selalu
berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan
Samudera Pasai. Beliau juga memperhatikan kemajuan kerajaannya.
3. Sultan Alauddin Riyat Syah
Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh ketiga. Beliau memerintah tahun
1538-1571. Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasar-dasar kebesaran
Kesultanan Aceh. Untuk menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerja
sama dengan Kerajaan Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Dengan
bantuan Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat membangun angkatan perang yang
baik. Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan
Persia. Ulama-ulama tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh.
Selain itu, beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman
Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke
Minang Kabau dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada tanggal 28
September 1571.
4. Sultan Iskandar Muda (1606-1637)
Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun
1606-1637. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami
puncak kemakmuran dan kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan
memperoleh kemajuan ekonomi melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat
sampai Indrapura. Aceh meneruskan perlawanan terhadap Portugis dan Johor
untuk merebut Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam
bidang agama. Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid
Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah.
Pada masa inilah, di Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu
Hamzah Fansuri. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem
perundang-undangan yang disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda
juga menerapkan hukum Islam dengan tegas. Bahkan beliau menghukum rajam
puteranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau mengatakan,
“Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.”
Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.
B. Tokoh-tokoh sejarah Islam Di Jawa
Di pulau Jawa terdapat sembilan ulama pelopor dan pejuang pengembangan Islam.
Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat,
Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka lebih
populer dengan sebutan Wali Songo.

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


Sunan Gresik juga dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim,
Maulana Magribi atau Syekh Magribi, dan Jumadil Kubra.
Tapi masyarakat umum di Jawa lebih mengenalnya sebagai Sunan
Gresik, karena beliau menyiarkan agama Islam dan dimakamkan di
Gresik.
Sunan Gresik adalah pendiri pondok pesantren pertama di
Indonesia.
Beliau menyebarkan agama Islam dengan bijaksana. Waktu itu penduduk di
sekitar Gresik belum beragama Islam. Penyebaran agama yang dilakukan Sunan
Gresik dapat diterima dengan cepat. Beliau wafat pada tahun 1419 dan
dimakamkan di Gresik.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)


Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Beliau adalah
putra Maulana Malik Ibrahim. Beliau dilahirkan di Campa, Aceh
sekitar tahun 1401. Ketika berumur 20 tahun, Sunan Ampel hijrah
ke Pulau Jawa. Beliau meneruskan cita-cita dan perjuangan
Maulana Malik Ibrahim. Sunan Ampel memulai kegiatan
dakwahnya dengan mendirikan dan mengasuh pesantren di Ampel
Denta, dekat Surabaya. Di pesantren inilah, Sunan Ampel mendidik
para pemuda menjadi dai-dai yang akan disebar ke seluruh Jawa.
Murid-murid beliau yang terkenal adalah Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah
(raja/sultan pertama kerajaan Demak), Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang),
Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.
Sunan Ampel merancang kerajaan Islam di Pulau Jawa, yaitu kerajaan Demak.
Beliau yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak. Selain itu,
beliau juga berperan besar dalam membangun Masjid Agung Demak. Sunan
Ampel wafat pada tahun 1481. Jenazahnya dimakamkan di daerah Ampel.

3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)


Sunan Bonang adalah penyebar Islam di pesisir utara Jawa Timur.
Beliau adalah putra Sunan Ampel. Nama lain beliau adalah
Maulana Makdum Ibrahim atau Raden Ibrahim. Ketika masih
remaja, bersama dengan Raden Paku, Sunan Bonang dikirim oleh
Sunan Ampel ke Pasai untuk memperdalam ilmu agama. Sepulang
dari sana, beliau mulai berdakwah dengan cara menjadi guru dan
mubalig.
Beliau juga mendirikan pesantren di daerah Tuban, Jawa Timur. Santri-santri yang
menjadi muridnya berasal dari berbagai daerah di Nusantara Islam, Sunan Bonang
selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa. Beliau
dianggap sebagai pencipta gending (lagu) pertama dalam rangka siar agama Islam.
Sunan Bonang dan wali-wali lainnya, menggunakan wayang dan musik gamelan
sebagai sarana dakwah Islam. Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu-lagu untuk
kegiatan dakwah yang dikenal dengan nama Tembang Durma. Sunan Bonang
wafat tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, Jawa Timur.
4. Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri adalah seorang ulama yang menyebarkan agama di
daerah Blambangan. Beliau adalah saudara Sunan Gunung Jati.
Nama asli beliau adalah Raden Paku, dikenal juga dengan nama
Prabu Satmata. Ketika remaja beliau belajar agama di Pondok
Pesantren Ampel Denta yang dipimpin oleh Sunan Ampel.
Bersama Sunan Bonang, beliau memperdalam ilmu agama di Pasai.
Setelah kembali dari Pasai, Sunan Giri menyebarkan agama Islam lewat berbagai
cara. Beliau mendirikan pesantren di daerah Giri. Sunan Giri mengirim juru
dakwah terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa, antara lain Madura,
Bawean, Kangean, Ternate, dan Tidore. Sunan Giri mendidik anak untuk anak
melalui berbagai permainan yang berjiwa agamis, misalnya melalui permainan
Jelungan, Jamuran, Gendi Ferit, Gula Ganti, Cublak-cublak Suweng, dan Ilir-ilir.
Selain aktif menyebarkan agama, beliau juga menjadi pemimpin masyarakat di
daerah Giri. Daerah yang dipimpinnya kemudian berkembang menjadi kerajaan
kecil yang bernama Kerajaan Giri. Sebagai raja Giri, beliau bergelar Sultan Abdul
Faqih. Beliau juga sangat berpengaruh dalam pemerintahan Kesultanan Demak.
Setiap ada masalah penting yang harus diputuskan, para wali yang lain selalu
menanti keputusan dan pertimbangannya. Sunan Giri wafat pada tahun 1506.
Beliau dimakamkan di Bukit Giri, Gresik.

5. Sunan Drajat (Syarifuddin)


Sunan Drajat adalah penyebar agama Islam di daerah Sedayu,
Gresik, Jawa Timur. Beliau putra Sunan Ampel dan adik Sunan
Bonang. Nama asli beliau adalah Raden Kosim atau Syarifuddin.
Namun, kebanyakan masyarakat mengenalnya sebagai Sunan
Sedayu. Untuk melancarkan kegiatan dakwah, Sunan Drajat
menciptakan satu jenis lagu yang disebut gending pangkur.
Beliau menjadikan Sedayu sebagai wilayah penyebaran dakwahnya. Murid-
muridnya berasal dari berbagai wilayah Nusantara. Bahkan, ada yang berasal dari
Ternate dan Hitu Ambon. Sunan Drajat sangat menekankan sifat sosial sebagai
pengamalan agama Islam. Beliau memberi pertolongan kepada masyarakat umum
dan menyantuni anak yatim serta fakir miskin.

6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)


Nama asli Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Syahid. Beliau juga
mendapat julukan Syek Malaya. Beliau adalah putra seorang
bupati Tuban, yang bernama Raden Sahur Tumenggung Wilatikta.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali berjiwa besar, berpikiran
tajam, dan berpandangan jauh. Beliau berdakwah sebagai mubalig
dari satu daerah ke daerah lain.
Karena dakwahnya yang intelek, beliau dapat diterima di kalangan para
bangsawan, kaum cendikiawan, dan para penguasa. Beliau juga menjadi penasihat
Kesultanan Demak. Sunan Kalijaga memiliki pengetahuan luas dalam bidang
kesenian dan kebudayaan Jawa. Beliau menggunakan wayang dan gamelan
sebagai sarana dakwah. Sunan Kalijaga mengarang cerita wayang yang
bernafaskan Islam. Selain itu, beliau juga berjasa dalam mengembangkan seni
ukir, seni busana, seni pahat, dan kesusastraan. Salah satu karya beliau yang
terkenal adalah lagu Ilir-ilir. Lagu ini berisi ajakan untuk masuk Islam.
7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
Sunan Kudus adalah putera Raden Umar Haji, penyebar agama
Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Timur. Nama asli
beliau adalah Ja’far Sadiq. Ketika kecil beliau biasa dipanggil
Raden Undung. Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah
Kudus dan sekitarnya. Selain menjadi pendakwah, Sunan Kudus
juga menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak.
Beliau dipercaya untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus. Di wilayah
tersebut, beliau menjadi pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin agama.
Beliau dianggap sebagai pendiri Masjid Raya Kudus. Masjid Kudus memiliki
menara yang indah. Oleh karena itu, masjid tersebut terkenal dengan nama Masjid
Menara Kudus. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 dan dimakamkan di kota
Kudus.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)


Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama aslinya Raden
Umar Said. Beliau menjadi wali yang banyak berjasa dalam
menyiarkan agama Islam di pedesaan pulau Jawa. Ciri khas Sunan
Muria adalah menyiarkan agama Islam di desa-desa terpencil.
Beliau lebih suka menyendiri dan tinggal di desa serta bergaul
dengan rakyat biasa.
Beliau mendidik rakyat di sekitar Gunung Muria. Cara beliau menyiarkan agama
Islam adalah dengan mengadakan kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan
rakyat biasa. Sebagai sarana dakwah beliau menciptakan Tembang Sinom dan
Kinanti.

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)


Sunan Gunung Jati adalah wali yang banyak berjasa dalam
menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Beliau masih
keturunan raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Ibunya, Nyai Larang
Santang, adalah putri Prabu Siliwangi. Sementara ayahnya,
Maulana Sultan Mahmud (Syarif Abdullah), adalah seorang
bangsawan Arab. Nama kecil beliau adalah Syarif Hidayatullah.
Ketika dewasa, Syarif Hidayatullah memilih berdakwah ke Jawa, daripada
menetap di tanah kelahirannya, Arab. Beliau menemui pamannya Raden
Walangsungsang di Cirebon. Setelah pamannya wafat, beliau menggantikan
kedudukannya. Syarif Hidayatullah berhasil meningkatkan Cirebon menjadi
sebuah kesultanan. Setelah Cirebon menjadi kerajaan Islam, Sunan Gunung Jati
ber-usaha mempengaruhi Kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam. Dari
Cirebon Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain seperti
Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Beliau
meletakkan dasar bagi pengembangan dan perdagangan Islam di Banten. Ketika
beliau kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada Putranya, Sultan Maulana
Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten. Sunan Gunung Jati
wafat pada tahun 1570. Beliau dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.

C. Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku


Perkembangan Islam di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku juga terjadi
melalui jalur perdagangan. Perkembangan Islam di daerah ini semakin cepat karena
peran putra-putra daerah ini menuntut ilmu agama Islam ke Jawa. Ketika pulang
mereka menjadi ulama yang menyebarkan agama di daerahnya. Perkembangan Islam
di wilayah ini ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam seperti Kesultanan Kutai
Kertanegara, Ternate, dan Kerajaan Gowa-Tallo.
Beberapa tokoh dari sejarah perkembangan Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku antara lain sebagai berikut:
1. Dato ri Bandang dan kawan-kawan
Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam di Sulawesi
Selatan. Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal),
Dato ri Patimang (Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro (Jawad Khatib
Bungsu). Dato ri Bandang bersama dengan Dato Suleman datang ke Kerajaan
Gowa-Tallo untuk menyiarkan agama Islam. Mereka berdua dengan giat
mengenalkan agama Islam dan seluk-beluknya kepada masyarakat setempat.
Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik memeluk agama Islam. Setelah
masuk Islam Sultan Gowa tersebut bergelar Sultan Alauddin.

2. Sultan Alauddin
Sultan Alauddin adalah raja Gowa ke-14. Beliau adalah raja Gowa pertama yang
memeluk agama Islam. Beliau masuk Islam bersamaan dengan raja Tallo. Raja
Tallo tersebut sekaligus menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa. Setelah masuk
Islam, raja Tallo itu dinamai Sultan Abdullah Awwal al-Islam. SetelahSultan
Alauddin dan Mangkubuminya Sultan Abdullah Awwal al-Islam masuk Islam,
berangsur-angsur rakyat Gowa-Tallo juga di-islamkan. Sultan Alauddin juga
berusaha menyebarkan Islam ke kerajaan tetangganya. Kerajaan-kerajaan yang
berhasil di-islam-kan antara lain Kerajaan Soppeng (1607), Wajo (1610), dan
Bone (1611). Beliau masih melanjutkan penyebaran Islam ke Buton, Dompu
(Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora, Sumbawa).
3. Tuan Tunggang Parangan
Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di
Kerajaan Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini ada
dua ulama yang melakukan siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang Parangan dan
Dato ri Bandang. Namun setelah beberapa lama, Dato ri Bandang kembali ke
Makasar (Kerajaan Gowa-Tallo) melanjutkan siar yang telah beliau rintis di sana.
Tuan Tunggang Parangan tetap tinggal di Kutai. Berkat ajaran Tuan Tunggang
Parangan, Raja Aji Mahkota memeluk Islam. Hal itu diikuti oleh putranya, Ai Di
Langgar, yang menggantikan kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota diikuti
juga oleh pangeran, hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan
masuk Islam semakin terdesak masuk ke pedalaman. Kerajaan Kutai Kertanegara
berganti nama menjadi Kesultanan Kutai Kertanegara. Ajaran Islam berkembang
pesat di kesultanan ini. Raja memberlakukan undang-undang kesultanan yang
berpedoman pada ajaran Islam.
4. Sultan Zainal Abidin
Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate (1486-1500). Beliau pernah pergi ke
Giri, untuk belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha
memasukkan ajaran Islam dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha
memperluas pengajaran Islam untuk rakyat.Beliau mendirikan pesantren dan
mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu, Zainal Abidin juga
berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya.

Anda mungkin juga menyukai