Anda di halaman 1dari 4

KERAJAAN MEDANG

Pindahnya kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan meletusnya


gunung Merapi seperti yang dikemukakan oleh ahli geologi R.W. Van Bommelen. Setelah
pindah ke Jawa Timur, Sindok memilih ibu kota di Watu Galuh (sekitar Jombang)
(Brandes, Ojo x 2VIII: Kita prasiddi mangraksa kedatwan rahyangta I Bhumi Mataram ing
Watu Galuh). Purbacaraka→Pu Sindok adalah menantu Raja Wawa yang beristri
Parameswari Dyah Kebi ( Prasasti Cunggrang). Selama pemerintrahannya ( 929 -948 ): Pu
Sindok mengeluarkan prasasti antara lain:
 Prasasti Singasari 929 berisi tentang ibu kota Isana
 Prasasti Bangil 929 menerangkan Pu Sindok dari dynasty Isana
 Prasati Ajuk Ladang 937 menerangkan tentang kemenangan Pu Sindok
 Kitab Sang Hyang Kamahayanikan. Pada awal buku ini disebut Muliawan Sambhara
Suryawarman (merupakan Guru Sindok).

a) Pemerintahan Dharmawangsa ( 991 -1016)


Setelah Sindok wafat, anak perempuannya IsanaTunggawijaya naik tahta kerajaan.
Putri ini kawin dengan Lokapala dan mempunyai anak Makutawangsawardhana (yang
kelak menggantikan ibunya mememgang tahta kerajaan Medang). Masa pemerintahannya
tidak banyak yang diketahui. Ia punyai seorang putri yang menikah dengan Pangeran Bali.
Pengganti Makutawangsawardhana, ialah Sri Dharmawangsa Teguh
Ananthawikramatunggadewa, yang tidak didapati dalam daftar silsilah buatan Airlangga
dalam prasasti Calcuta.
Dharmawangsa adalah anak Makutawangsa, kakak Mahendratta. Tetapi karena tidak
termuat dalam prasasti Calcuta kemungkinan Ia berasal dari keluarga Dharma, yang
karena perkawianannnya menjadi kakak ipar Mahendratta. Dalam piagam tertua dari raja
ini yang bertarik 991 tidak menyebut asal ususlnya. Dia memerintah sekurang-kurangnya
dari 991 sampai 1016. Pada masa pemerintahan Dharmawangsa kitab Mahabaraha
disadur dalam bahasa Jawa Kuno. Dari 18 parwa yang ada disampaikan kepada kita hanya
10 parwa yaitu:
1. Adi parwa, berisi asal-usul pendawa dan Kurawa.
2. Sabhaparwa (sabha: tempat pertemuan). Pertemuan Pandawa-Kurawa untuk main
dadu, Pandawa kalah lalu dibuang ke hutan.
3. Wapandawa di hutan. Arjuna bertapa di Inrakila, mendapat senjata dari Indra,
membunuh Niwatakawaca.
4. Wiraparwa. Pandawa bersembunyi di Wirata selama dua tahun, Abhimanyu kawin
dengan Utari.
5. Udyogaparwa, dalam lakon pewayangan sering disebut Kresna Gugah. Setelah
Landawa kembali dari pebuangan, mengutus Kresna meminta separuh Hastina, tetapi
ditolak, masing-masing lau siap perang.
6. Bhismaparwa. Bhisma menjadi panglima Kurawa.
7. Asramawasinapurwa (wasana: tempat tinggal, wasi: mengekang diri). Sehabis
perang bhatarayuda, Drestharata dijadikan raja Hastina, diolok-olok oleh Bhima lalu
pergi ke hutan bertapa, tetapi menginggal terbakar.
8. Mosalaparwa (mosala: gada). Sombo ( anak Kresna) ingin memperdaya pendeta sakti
dengan berpakaian putri mengandung lalu menanyakan anak laki-laki atau
perempuan.
9. Prastanikaparwa (jalan suci) perjalanan Pandawa setelah perang. Bertapa di gunung
Himalaya. Yudistira dijemput Indra dibawa ke Surga.
10. Swargarohanaparwa. Setelah Yudistira disorga, ia mencari adik-adiknya yang ternyata
tidak ada. Mereka berada di neraka karena menghianati Dorna, gurunya.

KERAJAAN KAHURIPAN

Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang
didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan
Medang yang runtuh tahun 1006. Airlangga atau sering pula disingkat Erlangga, adalah
pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah tahun 1009-1042, dengan gelar Abhiseka Sri
Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Ia
dibesarkan di istana Watugaluh (Kerajaan Medang) di bawah pemerintahan raja
Dharmawangsa. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat bahkan mengadakan
penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan serangan ke
Sriwijaya.
Tahun 1006, ketika Airlangga berusia 16 tahun, Sriwijaya mengadakan pembalasan
atas Medang. Wurawari (sekutu Sriwijaya) membakar Istana Watugaluh, Dharmawangsa
beserta bangsawan tewas dalam serangan itu. Airlangga berhasil melarikan diri ke hutan.
Dalam meloloskan diri ke hutan pegunungan (wanagiri) ditemani pembantunya Mpu
Narotama. Saat itu ia berusia 16 tahun, dan mulai menjalani hidup sebagai pertapa. Salah satu
bukti petilasan Airlangga sewaktu dalam pelarian dapat dijumpai di Sendang Made, Kudu,
Jombang, Jawa Timur.
Setelah 3 tahun hidup di hutan, Airlangga didatangi utusan rakyat yang memintanya
supaya membangun kembali Kerajaan Medang. Mengingat kota Watan sudah hancur,
Airlangga pun membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung
Penanggungan.
Menurut prasasti Terep (1032), Watan Mas kemudian direbut musuh, sehingga
Airlangga melarikan diri ke desa Patakan.
Berdasarkan prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke
Kahuripan (daerah Sidoarjo sekarang).
Menurut prasasti Pamwatan (1042), pusat kerajaan kemudian pindah ke Daha (daerah
Kediri sekarang). Berita ini sesuai dengan naskah Serat Calon Arang yang menyebut
Airlangga sebagai raja Daha.
Bahkan, Nagarakretagama juga menyebut Airlangga sebagai raja Panjalu yang
berpusat di Daha
Ketika Airlangga naik takhta tahun 1009, wilayah kerajaan hanya meliputi daerah
Sidoarjo dan Pasuruan saja, karena sepeninggal Dharmawangsa Teguh, banyak daerah
bawahan yang melepaskan diri. Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun
kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Pertama
mengalahkan Raja Hasin. Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnuprabhawa raja
Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa.
Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun dapat dikalahkan
oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula. Pada tahun 1032 seorang raja wanita dari
daerah Tulungagung berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas dihancurkannya.
Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala. Airlangga
membangun ibu kota baru di Kahuripan. Dalam tahun 1032 itu pula Airlangga dan Mpu
Narotama mengalahkan Raja Wurawari, membalaskan dendam Wangsa Isyana:
 Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk mencegah banjir musiman.
 Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara Kali Brantas, dekat
Surabaya sekarang.
 Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
 Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.
 Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha.
Pada tahun 1042 Airlangga turun takhta menjadi pendeta. Menurut Serat Calon Arang
ia kemudian bergelar Resi Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurut Babad Tanah Jawi ia
bergelar Resi Gentayu. Namun yang paling dapat dipercaya adalah prasasti Gandhakuti
(1042) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang
Pinaka Catraning Bhuwana.
Menurut cerita rakyat, putri mahkota Airlangga menolak menjadi raja dan memilih
hidup sebagai pertapa bernama Dewi Kili Suci. Nama asli putri tersebut dalam prasasti Cane
(1021) sampai prasasti Turun Hyang (1035) adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Airlangga
terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi menetapkan perbatasan
antara bagian barat dan timur. Peristiwa pembelahan ini tercatat dalam Serat Calon Arang,
Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II.
Kerajaan barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri
Samarawijaya, kerajaan timur bernama Janggala berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan,
diperintah oleh Mapanji Garasakan. Setelah membagi kerajaan menjadi 2 Airlangga
Kemudian menjadi pertapa, dan meninggal tahun 1049. Airlangga semasa hidupnya dianggap
titisan Wisnu, dengan lancana kerajaan Garudamukha. Sehingga sebuah arca indah yang
disimpan di musium Mojokerto mewujudkannya sebagai Wisnu yang menaiki garuda.

Anda mungkin juga menyukai