KERAJAAN KAHURIPAN
Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang
didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan
Medang yang runtuh tahun 1006. Airlangga atau sering pula disingkat Erlangga, adalah
pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah tahun 1009-1042, dengan gelar Abhiseka Sri
Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Ia
dibesarkan di istana Watugaluh (Kerajaan Medang) di bawah pemerintahan raja
Dharmawangsa. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat bahkan mengadakan
penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta mengadakan serangan ke
Sriwijaya.
Tahun 1006, ketika Airlangga berusia 16 tahun, Sriwijaya mengadakan pembalasan
atas Medang. Wurawari (sekutu Sriwijaya) membakar Istana Watugaluh, Dharmawangsa
beserta bangsawan tewas dalam serangan itu. Airlangga berhasil melarikan diri ke hutan.
Dalam meloloskan diri ke hutan pegunungan (wanagiri) ditemani pembantunya Mpu
Narotama. Saat itu ia berusia 16 tahun, dan mulai menjalani hidup sebagai pertapa. Salah satu
bukti petilasan Airlangga sewaktu dalam pelarian dapat dijumpai di Sendang Made, Kudu,
Jombang, Jawa Timur.
Setelah 3 tahun hidup di hutan, Airlangga didatangi utusan rakyat yang memintanya
supaya membangun kembali Kerajaan Medang. Mengingat kota Watan sudah hancur,
Airlangga pun membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung
Penanggungan.
Menurut prasasti Terep (1032), Watan Mas kemudian direbut musuh, sehingga
Airlangga melarikan diri ke desa Patakan.
Berdasarkan prasasti Kamalagyan (1037), ibu kota kerajaan sudah pindah ke
Kahuripan (daerah Sidoarjo sekarang).
Menurut prasasti Pamwatan (1042), pusat kerajaan kemudian pindah ke Daha (daerah
Kediri sekarang). Berita ini sesuai dengan naskah Serat Calon Arang yang menyebut
Airlangga sebagai raja Daha.
Bahkan, Nagarakretagama juga menyebut Airlangga sebagai raja Panjalu yang
berpusat di Daha
Ketika Airlangga naik takhta tahun 1009, wilayah kerajaan hanya meliputi daerah
Sidoarjo dan Pasuruan saja, karena sepeninggal Dharmawangsa Teguh, banyak daerah
bawahan yang melepaskan diri. Mula-mula yang dilakukan Airlangga adalah menyusun
kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Pertama
mengalahkan Raja Hasin. Pada tahun 1030 Airlangga mengalahkan Wisnuprabhawa raja
Wuratan, Wijayawarma raja Wengker, kemudian Panuda raja Lewa.
Pada tahun 1031 putra Panuda mencoba membalas dendam namun dapat dikalahkan
oleh Airlangga. Ibu kota Lewa dihancurkan pula. Pada tahun 1032 seorang raja wanita dari
daerah Tulungagung berhasil mengalahkan Airlangga. Istana Watan Mas dihancurkannya.
Airlangga terpaksa melarikan diri ke desa Patakan ditemani Mapanji Tumanggala. Airlangga
membangun ibu kota baru di Kahuripan. Dalam tahun 1032 itu pula Airlangga dan Mpu
Narotama mengalahkan Raja Wurawari, membalaskan dendam Wangsa Isyana:
Membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 untuk mencegah banjir musiman.
Memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, yang letaknya di muara Kali Brantas, dekat
Surabaya sekarang.
Membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan.
Meresmikan pertapaan Gunung Pucangan tahun 1041.
Memindahkan ibu kota dari Kahuripan ke Daha.
Pada tahun 1042 Airlangga turun takhta menjadi pendeta. Menurut Serat Calon Arang
ia kemudian bergelar Resi Erlangga Jatiningrat, sedangkan menurut Babad Tanah Jawi ia
bergelar Resi Gentayu. Namun yang paling dapat dipercaya adalah prasasti Gandhakuti
(1042) yang menyebut gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang
Pinaka Catraning Bhuwana.
Menurut cerita rakyat, putri mahkota Airlangga menolak menjadi raja dan memilih
hidup sebagai pertapa bernama Dewi Kili Suci. Nama asli putri tersebut dalam prasasti Cane
(1021) sampai prasasti Turun Hyang (1035) adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Airlangga
terpaksa membagi dua wilayah kerajaannya. Mpu Bharada ditugasi menetapkan perbatasan
antara bagian barat dan timur. Peristiwa pembelahan ini tercatat dalam Serat Calon Arang,
Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II.
Kerajaan barat disebut Kadiri berpusat di kota baru, yaitu Daha, diperintah oleh Sri
Samarawijaya, kerajaan timur bernama Janggala berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan,
diperintah oleh Mapanji Garasakan. Setelah membagi kerajaan menjadi 2 Airlangga
Kemudian menjadi pertapa, dan meninggal tahun 1049. Airlangga semasa hidupnya dianggap
titisan Wisnu, dengan lancana kerajaan Garudamukha. Sehingga sebuah arca indah yang
disimpan di musium Mojokerto mewujudkannya sebagai Wisnu yang menaiki garuda.