Anda di halaman 1dari 13

WISATA SEJARAH KERATON KASUNANAN

SURAKARTA

Makalah untuk Memenuhi Tugas Individu dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Yakik Setiawan H0517110

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………....................... i
DAFTAR ISI….…………………………………………………..………...... .. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………....... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 2
C. Tujuan ……………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Sejarah Keraton Kasunanan Surakarta…………………………………….. 3
B. Warisan Budaya Keraton Kasunanan Surakarta…………………. ……….. 5
C. Koleksi – Koleksi dalam Museum Kasunanan Surakarta………………..... 5
D. Makna Keraton bagi Masyarakat Indonesia……………………………….. 8
BAB III PENUTUP............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 10
B. Saran ……………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 11

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan
rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
wisata sejarah keratin kasunanan surakarta.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT
2. Bapak Muhammad Rizqi Romadlon, S.Pd., M.Pd.
3. Teman-teman seperjuangan
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh karena itu
dengan tanan terbuka, kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini member manfaat kepada pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 21 Desember 2020

Penyusun

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebudayaan merupakan hasil dari karya, rasa, dan cipta yang diperoleh dari
masyarakat. Seiring berjalannya waktu dan teknologi yang semakin canggih, kelestarian
budaya semakin pudar. Masyarakat cenderung melupakan kebudayaan sendiri dan
beralih ke budaya luar. Negara kita ini memiliki kebudayaan yang sangat beragam,
maka kita harus mempunyai kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk melestarikannya.
Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun tidak
langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia gelombang besar
kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam, bahkan melalui
eksistensi Negara-negara kebangaan termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah
terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan
kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Dan sejarah nusantara bangsa ini kita
tidak boleh lupa akan perjuangan para pahlawan kita, sehingga kita sadar betapa beratnya
perjuangan para pahlawan kita demi Indonesia yang sekarang ini. Tempat sejarah Indonesia
dalam mencapai kemerdekaan adalah keraton Indonesia.
Keraton ini terletak di pusat kota Solo, Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon,
Kota Surakarta. Pembangunan keraton dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Arsitek keraton
ini adalah Pangeran Mangkubumi, kerabat Susuhunan (raja Solo) yang kelak memberontak dan
berhasil mendirikan kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwana I. Jadi
tidak mengherankan jika bangunan kedua keraton memiliki banyak kesamaan. Setelah
pembangunan selesai, keraton baru yang diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut
resmi digunakan oleh raja pada tanggal 17 Februari 1745.
Dalam museum pengunjung dapat menyaksikan benda-benda peninggalan Keraton
Kasunanan Surakarta dan beberapa fragmen candi yang ditemukan di Jawa Tengah. Koleksinya
antara lain alat masak abdi dalem, senjata-senjata kuno yang digunakan keluarga kerajaan, juga
peralatan kesenian. Koleksi menarik lain adalah kereta kencana, topi kebesaran Paku Buwana
VI, Paku Buwana VII, serta Paku Buwana X. Di keraton solo ada menara yang disebut
Panggung Sanggabuwana. Konon, menara digunakan oleh Susuhunan untuk bersemedi dan
bertemu Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai Selatan. Selain sebagai tempat semedi, menara ini
juga berfungsi sebagai menara pertahanan untuk mengontrol keadaan di sekeliling keraton.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Keraton Kasunanan Surakarta?
2. Apa saja warisan budaya yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta?
3. Apa saja koleksi - koleksi dalam museum yang ada di dalam keraton kasunanan
Surakarta ?
4. Bagaimana makna keraton bagi masyarakat indonesia ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan sejarah Keraton Kasunan Surakarta.
2. Menjelaskan warisan budaya apa saja yang ada di Keraton Kasunanan Surakarta.
3. Menjelaskan peninggalan sejarah yang ada di dalam keraton kasunanan
Surakarta
4. Menjelaskan makna keraton bagi masyarakat Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Keraton Kasunanan Surakarta
Keraton Kasunanan Surakarta adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang
berdiri tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Perjanjian
antara VOC dengan pihak-pihak yang bersengketa di Kesultanan Mataram, yaitu Sunan
Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi, menyepakati bahwa Kesultanan Mataram
dibagi dalam dua wilayah kekuasaan yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Kasunanan Surakarta umumnya tidak dianggap sebagai pengganti Kesultanan
Mataram, melainkan sebuah kerajaan tersendiri, walaupun rajanya masih keturunan raja
Mataram. Setiap raja Kasunanan Surakarta yang bergelar Sunan (demikian pula raja
Kasultanan Yogyakarta yang bergelar Sultan) selalu menanda-tangani kontrak politik
dengan VOC atau Pemerintah Hindia Belanda.
Nama "Surakarta" diberikan sebagai nama "wisuda" bagi pusat pemerintahan baru
akibat runtuhnya kerajaan Mataram. Pembangunan keraton ini menggunakan bahan
kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri dan kayunya dihanyutkan
melalui Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari
1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa, Wuku Landep, Windu
Sancaya).
Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta
menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya Pakubuwana III.
Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya Sultan
Hamengkubuwana I. Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755, dengan
pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun. Perjanjian
Salatiga 1757 memperkecil wilayah Kasunanan, dengan diberikannya wilayah sebelah
utara keraton kepada pihak Pangeran Sambernyawa (Mangkunagara I).
Daftar sunan Kasunanan Surakarta Hadiningrat:
1. Pakubuwana II (1745-1749)
2. Pakubuwana III (1749-1788)
3. Pakubuwana IV (1788-1820)
4. Pakubuwana V (1820-1823)
5. Pakubuwana VI (1823-1830)

3
6. Pakubuwana VII (1830-1858)
7. Pakubuwana VIII (1858-1861)
8. Pakubuwana IX (1861-1893)
9. Pakubuwana X (1893-1939)
10. Pakubuwana XI (1939-1940)
11. Pakubuwana XII (1945-2004)
12. Pakubuwana XIII (2004-sekarang)
Umur bangunan Keraton Solo sekitar 2,6 abad. Yang dibangun oleh Raja
Pakubuwono ke 2 pada tanggal 17 Februari 1745. Keraton Solo bukan lagi bangunan
asli karena Keraton Solo pernah mengalami musibah yaitu kebakaran yang di akibatkan
karena adanya konsleting listrik pada tanggal 31 Januari 1985. Luas dari Keraton Solo
adalah 5312 meter, terbagi menjadi 4 yaitu Pendopo Paligi, Pendopo Agung
Sasonosewoko, Dalem Agung Probosuyoso, Sasono Gondroweno
Untuk memasuki keraton perjalanan diawali dari gerbang Kraton paling utara
yaitu gapura Gladag. Gapura ini dijaga oleh dua arca Dwarapala bersenjata gada.
Menyusuri ruas jalan yang teduh dengan pohon beringin tua di kanan kirinya, sampai di
Alun-Alun Utara. Layaknya gaya khas sebuah tata kota tua, Kraton Kasunanan
Surakarta terletak dalam satu kompleks dengan Alun-Alun dan Masjid Agung. Sebuah
pendapa terbuka besar berdiri megah tepat di seberang alun-alun, sementara bangunan
utama kraton berada di belakangnya. Di dalam bangunan utama ini terdapat sebuah
museum yang dulunya merupakan kompleks perkantoran pada jaman Pakubuwana X.
Bangunan ini terbagi atas 9 ruang pameran yang berisi aneka macam benda dan pusaka
peninggalan Kraton, hingga diorama kesenian rakyat dan upacara pengantin kerajaan
lengkap dengan berbagai macam peralatannya.

Sebuah lorong sempit menghubungkan museum dengan kompleks utama kraton.


Untuk menghormati adat istiadatnya, kita tidak diperbolehkan mengenakan celana
pendek, sandal, kaca mata hitam, dan baju tanpa lengan. Sandal juga dilepas dan kita
harus berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pelataran yang konon diambil dari Pantai
Selatan. Pohon Sawo Kecik yang menaungi pelataran membuat udara senantiasa sejuk.
Secara jarwa dhosok, nama pohon itu dimaknai sebagai lambang yang artinya sarwo
becik atau serba baik.

4
B. Warisan Budaya Keraton Kasunanan Surakarta
1. Grebeg
Upacara Garebeg atau Grebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun
kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ketiga),
tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan
kedua belas).
2. Sekaten
Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh
hari untuk memperingati kelahahiran Nabi Muhammad.

3. Kirab Mubeng Beteng atau Malam Satu Sura


Malam 1 Sura (1 Muharram) dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan
tahun baru menurut kalender Jawa.

4. Pusaka dan tari tarian sakral


Keraton Surakarta memiliki sejumlah koleksi pusaka kerajaan diantaranya
berupa singgasana Sri Sunan, perangkat musik gamelan dan koleksi senjata.

C. Koleksi – koleksi dalam Museum dalam keraton kasunanan Surakarta

Di dalam kawasan Keraton Surakarta, terdapat sebuah museum yang


menyimpan berbagai hal tentang sejarah, seni, budaya Surakarta. Secara administratif,
Museum Keraton Surakarta terletak di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon,
Surakarta.Bangunan museum sebenarnya merupakan deretan ruang yang membentuk
persegi panjang. Tapi, hanya dua sisi panjang yang digunakan sebagai area pamer. Pada
masa Pakubuwana X, bangunan yang saat ini digunakan sebagai museum merupakan
gedung perkantoran. Ruang-ruang kantor itu kemudian dipugar menjadi ruang pamer
museum. Pemugaran terakhir pada museum ini dilakukan pada tahun 2003.

Ada 13 ruang di museum ini. Masing-masing ruang memamerkan jenis koleksi


yang berbeda ruangan tersebut antar lain :

5
Ruang pertama memamerkan foto-foto raja yang pernah berkuasa di Surakarta.
Selain itu, ada pula beberapa kursi peninggalan Pakubuwono IV serta beberapa lemari
yang dihiasi ukiran yang indah.

Ruang kedua adalah ruang arca. Sisi-sisi ruang ini dihiasi lemari berlapis kaca
yang memamerkan arca perunggu seperti Buddha, Buddha Avalokiteswara, serta
berbagai alat upacara. Koleksi lain yang juga ada di ruang ini adalah arca batu
peninggalan zaman purbakala.

Ruang ketiga menyimpan patung kuda milik pasukan keraton. Patung kuda di
sini terbuat dari kayu dan lengkap dengan pakaiannya. Beralih ke ruang selanjutnya
adalah ruang pengantin keraton. Di ruang ini, terdapat diorama yang dibuat pada masa
Pakubuwono X. Diorama ini merupakan adegan pernikahan pengantin Jawa. Selain itu,
pada dinding, juga terdapat relief yang menceritakan prosesi adat pernikahan Keraton
Surakarta.

Ruang berikutnya adalah ruang kesenian rakyat. Di ruang ini, dipamerkan


berbagai alat kesenian yang berkembang di Solo, seperti wayang kulit, klenengan, serta
jaran kepang. Ruang keenam menyimpan berbagai jenis topeng. Topeng-topeng ini
merupakan topeng yang digunakan dalam tari topeng – yang mengambil cerita dari
Panji Inukertapati, Asmarabangun, Dewi Galuh Candrakirana, dan Klana.

Ruang ketujuh memamerkan berbagai alat upacara yang biasa dipakai oleh
masyarakat dan anggota keraton Surakarta. Alat-alat yang disimpan di ruang ini antara
lain bokor, kendi, tampan, sumbul, kencohan, dan perhiasan. Di ruang ini juga terdapat
sebuah payung bersusun tiga yang pernah digunakan dalam upacara khitanan
Pakubuwono IV.

Berikutnya adalah ruang alat angkut tradisional Keraton Surakarta. Alat angkut
tradisional yang digunakan merupakan alat angkut yang diangkat oleh beberapa orang
abdi dalem keraton. Ada beberapa alat angkut yang digunakan, yaitu tandu (biasa
disebut “joli jempono”) digunakan oleh putri raja saat jadi pengantin atau bepergian,
kremun digunakan untuk mengangkut peralatan keraton, jolen yang digunakan untuk

6
mengangkut benda sakral, dan gawangan yang digunakan untuk menggantungkan
sesaji.

Selanjutnya adalah ruang kereta raja. Di ruang ini, dipamerkan sejumlah koleksi
kereta raja, seperti Kereta Kyai Garuda (persembahan VOC kepada Pakubuwono II
pada tahun 1726), Kereta Kyai Garuda Putra (kereta yang digunakan dari masa
Pakubuwono VII sampai Pakubuwono X), dan Kereta Kyai Morosebo (kereta kerajaan
yang dipakai oleh Pakubuwono III).

Ruang kesepuluh adalah ruang kuda untuk berburu. Di dalam ruang ini, terdapat
diorama yang menceritakan pertemuan Pakubuwono VI dengan Pangeran Diponegoro.
Pertemuan tersebut berlangsung saat meletusnya Perang Jawa (1825-1830). Selanjutnya
adalah ruang senjata yang menyimpan berbagai senjata seperti bedil, pedang, perisai,
keris, panah, dan pelana kuda.

Masuk ke ruang berikutnya, dapat ditemukan sebuah patung Rojomolo. Patung


Rojomolo merupakan patung kepala raksasa penguasa laut yang dipasang sebagai
hiasan perahu yang digunakan Pakubuwono IV. Di Solo, ada dua patung Rojomolo.
Patung yang satu lagi disimpan di Museum Radya Pustaka. Selain itu, di ruang ini,
terdapat pula berbagai maket rumah Jawa, mulai dari yang bergaya limasan, gaya
kampong, dan lainnya.

Terakhir adalah ruang alat perlengkapan rumah dan dapur. Di ruang ini,
dipamerkan sejumlah keramik porselin kuno yang dulu menjadi perlengkapan rumah
tangga dan dapur. Selain itu, juga terdapat alat menanak nasi yang digunakan oleh para
tentara saat sedang berperang.

Di tengah bangunan museum, terdapat sebuah taman. Di sekitar area taman,


terdapat beberapa patung malaikat. Selain itu, ada pula sebuah kayu besar yang
dinamakan Kayu Jati Kyai Dhanalaya. Kayu ini merupakan bagian yang tersisa dari
pohon yang ditebang Pakubuwono V saat akan membuat patung Rojomolo. Di dekat
kayu besar ini, juga dapat ditemukan sebuah sumber mata air. Sumber mata air ini
merupakan tempat persemedian Pakubuwono IX. Pengunjung biasanya mencuci muka
mereka di sumber mata air ini, berharap mendapat berkah atau mendapat kemudaan.

7
Museum Keraton Surakarta buka dari Hari Senin sampai Hari Kamis jam 9.00
WIB-14.00 WIB, sementara Hari Sabtu dan Minggu jam 9.00 WIB-15.00 WIB. Tiket
masuk ke museum ini sebesar Rp10.000 pada hari biasa dan Rp15.000 pada akhir pecan

D. Makna Keraton Kasunanan bagi masyarakat Indonesia

Budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya dengan
cara belajar. Sedangkan budaya bangsa adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya yang dihasilkan dan menjadi karakteristik bangsa tersebut. Karakter
adalah kebijakan akhlak dan moral yang terpatri yang menjadi nilai intrisik dalam diri
manusia yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilakunya. Lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan dapat
dikembangkan.
Kita sebagai generasi penerus bangsa kita harus menjaga budaya asli bangsa
Indonesia dan menghormati budaya Indonesia. Karena sudah banyak budaya asli bangsa
Indonesia di ambil oleh orang asing dan di akui bahwa itu budaya asli bangsa mereka,
maka kita harus mempertahankan dan menjaga budaya asli bangsa kita. Sebagai
masyarakat Indonesia untuk terus menjaga budaya kita, dan budaya khas kota Solo.
Seperti menjaga bangunan Keraton, merawat bangunan Keraton dan lain-lain. Serta
memasarkan wisata kota Solo tepatnya Keraton Solo kepada masyarakat luas. Agar
semua masyarakat mengetahui akan makna sejarah keraton bagi negera Indonesia ini.

8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan wawancara ini dapat kita simpulkan bahwa Keraton Solo mempunyai
banyak sejarah, makna bagi bangsa Indonesia. Umur bangunan Keraton Solo sekitar 2,6
abad. Yang dibangun oleh Raja Pakubuwono ke 2 pada tanggal 17 Februari 1745.
Keraton Solo bukan lagi bangunan asli karena Keraton Solo pernah mengalami
musibah yaitu kebakaran yang di akibatkan karena adanya konsleting listrik pada
tanggal 31 Januari 1985. Di dalam kawasan keraton ini terdapat museum yang
menyimpan berbagai koleksi – koleksi , seni, budaya Surakarta yang diantaranya itu di
simpan dalam 13 ruangan. Luas dari Keraton Solo adalah 5312 meter, terbagi menjadi 4
yaitu Pendopo Paligi, Pendopo Agung Sasonosewoko, Dalem Agung Probosuyoso,
Sasono Gondroweno. Untuk itu kita sebagai rakyat Indonesia serta sebagai pemuda
pemudi untuk selalu menjaga budaya kita, menjaga keraton sebagai tempat sejarah
Indonesia.

B.Saran
Setelah kelompok kami melakukan wawancara dan berkunjung ke Keraton
Kasunanan Surakarta ini kami lebih mengerti bagaimana sejarah dan suasana dalam
keraton maupun ke dalam museum nya secara n pada saat yata dan Kmi ingin memberi
saran kepada para pembaca yang kiranya berguna bagi kita semua saat mengunjungi
Keraton Kasunanan Surakarta ini antara lain
1. Pada saat berkunjung hendaklah mencatat hal-hal yang penting pada objek
2. Berhati –hati lah saat di area lokasi keraton karena banyak tempat –tempat suci
dan di sakralkan di dalamnya, maupun tidak boleh merusak dan menyentuh
barang-barang yang ada di dalam museum keraton.
3. Mengikuti tata tertib yang berlaku di keraton
Demikian saran dari kami semoga bisa bermanfaat bagi pembaca saat ingin
berkunjung melakukan wawancara ke Keraton Kasunanan Surakarta

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/w/index.Museum_Keraton_Solo&oldid
http://peran-keraton-surakarta-html
http://praptoprasojo/kebudayaan-daerah-solo

10

Anda mungkin juga menyukai