Anda di halaman 1dari 37

SEJARAH SENI RUPA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia

1. Bersifat tradisional/statis

Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang


berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun

2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering
dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan
dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri

3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan
alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang
beraneka ragam

4. Bersifat Seni Kerajinan


Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam
bahan untuk membuat kerajinan

5. Bersifat Non Realis


Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada
ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme

B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia

Jaman prasejarah (Prehistory)


adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen –
dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh
bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu
animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media
upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam

1. Seni Rupa Jaman Batu


Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman
batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian
berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman
megalithikum (Batu Besar)

Peninggalan – peninggalannya yaitu:

a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup
mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food
gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman
Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa.Seperti
goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa
rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang
ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang
(Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan
berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah –
rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan
dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti
punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll

b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung
nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari
kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung –
patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural

c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada
dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan
Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti
adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari.
Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan
pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan
ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)

2. Seni Rupa Jaman Logam


Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena
banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti
ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut
dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik
mencetak:

1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang


2) Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak
bisa diulang)

C. SENI RUPA INDONESIA HINDU

Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar


abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan
politik.Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian
bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan
istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia
berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan
proses:
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)

1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu

a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi


pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu
pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia

2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu


a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa
kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen
untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk
memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
- Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
- Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk,
contohnya candi Bajang Ratu
- Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh
candi Belahan
- Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa,
contohnya candi Jalatunda
- Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya
candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
- Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya
(berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
- Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
- Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau
amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua
system dalam pengelempokan candi, yaitu:
- Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di
tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi
lorojongrang dan prambanan
- System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi
berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak
didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri
dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada
yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai

3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan
pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri
antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara
meratakan gigi (Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan
Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma
Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut
keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala
empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan
pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan
sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani
Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki
tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru
yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam
pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib.
Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk
struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
1) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada
dinding / bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana:
sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan

3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha


a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya
merupakan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau
garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi
Sewu, Candi Borobudurm, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan
Kelompok Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa
di Candi Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni
jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki
candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni
patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah
diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni
Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya:
candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya
Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung
singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan
contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena
terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang
terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi
Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya
klasik Jawa Tengah, melainkan gaya magis monumental yang lebih
menonjolkan tradisi Indonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian
batik dan perhiasan khas Indonesia. Selain patung dari batu juga dikelan
patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan
China, contohnya patung wajah Gajah Mada
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal
Kultus Raja. Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri.Pura
sebagai bangunan suci tetapi di dalamnya tidak terdapat patung
perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak mengenal an-Iconis yaitu
tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun patung hanya
sebagai hiasan saja

4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur


a. Perbedaan struktur bangunan candi
- Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari
batu bata
- Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
- Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
- Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
- Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim
dengan system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
- Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja
sedangkan di Jatim ada pula perwujudan manusia bisaa
- Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman
Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis
monumental
- Prambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada
bagian belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian belakang
seluruh tubuh menyerupai lidah api
- Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi
India, sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang
dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
- Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di
Jatim bergaya Wayang (distorsi)
- Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan
Ramayana, sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia,
misalnya cerita Panji
- Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di
Jatim ada pula hias asli Indonesia sperti motif penawakan dan gunungan
serta perlambangan
- Hiasan pada candi di Jatim lebih padat dan dipusatkan pada seni Cina
seperti motif awan dan batu karang

D. Seni Rupa Indonesia Islam


Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang
dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus
memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi
kebudayaan
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana
sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian
dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan
dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah
Islam disampaikan dengan media seni wayang

1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam


a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media
pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu
Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1. Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas
bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap
mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten
2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat
pemerintahan.Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana
bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan
parit pertahanan.
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh
dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk
makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak
pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara.
Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap
sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian
Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian
ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi
dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti
kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara
realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau
diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan

E. Seni Rupa Indonesi Modern


Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan
seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam
perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk
melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang
seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di
Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh
dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet,
Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis
Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr,
Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di
Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S.
Sujoyono, seangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur,
Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan
agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif
dan berkepribadan Indonesia
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai
kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus
Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri
lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh
empat Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa
Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni
Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung
berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni
Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja.Selanjutnya LPKJ
(Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan
di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan
formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede
Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll

F. Aliran – Aliran Seni Lukis


Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh
pesatya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori –
teori baru itu kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan
kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam
seni:
1. Kalsisisme, cirinya: Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif,
berkesan indah dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun,
Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh
agama, bersifat intelektual dan akademis.Semua bentuk dibatasi dengan
garis nyata, berkesan tenang dan agung.Pelopornya Louis Davis kemudian
dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau
kegemilangan sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan,
emosional kaya dengan warna dan kontras cahaya, kesan gerak lebih
menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya. Tokohnya: Teodore
Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan
objek lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup,
penderitaan dan kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan
George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual
(forografis) tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le
Mayeur, R. Locatelli dab Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat
berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan
warna, pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk
menampilkan efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya
menyimpang dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis
dana menggunakan warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent, Van
Gogh dan para pengikutnya: Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan
menyerupai susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme
sintesis cirinya objek lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang
berkesan 2 dimensi. Pelukisnya Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris,
dan Fernand Leger
10. Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara
pengulangan bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla,
Severini, dan Carlo Carra
11. Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada
identifikasinya di dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis,
bidang, warna dan unsur seni rupa lainnya.Pelukisnya : Wassily Kadinsky,
Piet Mondrin dan Malevich
12. Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf,
lucu, menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13. Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah –
olah hanya terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador dali, Marc
Ghagall Joan Miro dll.
14. Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan
apa adanya dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim
dalam karya seni, senimannya Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15. Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan
bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur
rapih dan terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson
Pollok, William de Kooning dan Andy Warhol
SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA
1. Zaman Batu dan Logam
Indonesia adalah bangsa yang besar dengan sejarah kebudayaan
yang sangat panjang.Menurut hasil temuan-temuan yang ada kebudayaan
Indonesia sudah dimulai dari zaman Zaman batu, kira-kira 1.7 juta tahun
yang lalu. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli prehistoris, zaman
batu dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
b. Zaman Batu Pertengahan (Mesolitikum)
c. Zaman Batu Muda (Neolitikum)

a. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)


Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden dalam kumpulan kecil
untuk mencari makanan.Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan
mengambil hasil hutan sebagai makanan.Mereka belum bisa bercocok
tanam.Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk
membuat peralatan memburu.Mereka membuat pakaian dari kulit binatang
tangkapan mereka. Selain itu, mereka telah pandai menggunakan api
untuk memasak, memanaskan badan dan mengusir binatang.

b. Zaman Batu Pertengahan (Mesolitikum)


Ketika masa mesolitikum, penduduk Indonesia sudah mulai hidup
dengan cara menetap dan sudah mulai bercocok tanam secara sederhana
untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka, disamping berburu hewan
dan menangkap ikan. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya
berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous
roche).
· Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang berisi siput, kerang dan
barang-barang hasil kebudayaan seperti kapak genggam, ditemukan di
sepanjang pantai timur Pulau Sumatera.
· Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang
digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Ditemukan didaerah Madiun,
Besuki, Timor dan Rote.

c. Zaman Batu Muda (Neolitikum)


Zaman batu muda (Neolitikum) benar-benar membawa revolusi
dalam kehidupan manusia.Pada zaman ini, mereka telah hidup menetap,
membuat rumah, membentuk kelompok masyarakat desa, bertani dan
berternak untuk memenuhi kebutuhan hidup.Sejalan dengan itu revolusi
alat-alat penunjang kehidupanpun terjadi.
Setelah masa Neolitikum, kemudian kebudayaan Indonesia berlanjut
kemasa zaman logam.Hal ini ditandai dengan dikenalnya tekhnik untuk
mengecor / mencairkan logam dari biji besi, dan menuangkan kedalam
cetakan-cetakan serta mendinginkannya.Oleh karena itulah mereka
mampu membuat aneka ragam senjata berburu dan berperang serta alat-
alat lain yang mereka perlukan.

2. Kebudayaan Hindu dan Budha


Berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun
dengan yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur tengah,
di Indonesia pun mulai berkembang kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi
(sekitar abad ke 2 sampai abad ke 4), dibawa oleh para musafir dari India
antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan
Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni
musafir Budha Pahyien.
Agama Budha sendiri mulai masuk ke Indonesia pada sekitar abad
ke-5.Agama Budha sendiri dikemudian hari berkembang lebih pesat,
dikarenakan dalam agama Budha tidak menghendaki adanya kasta-kasta
dalam masyarakat.
Kedua agama tersebut tumbuh dan berkembang secara
berdampingan secara damai.Kebudayaan Hindu dan Budha beralkulturasi
dengan kebudayaan asli Indonesia yang sebelumnya telah ada.Masa
kedua agama tersebut ditandai dengan munculnya banyak kerajaan-
kerajaan di Nusantara. Berikut adalah daftar kerajaan-kerajaan Hindu-
Budha yang ada di Nusantara :
· Kerajaan Hindu/Buddha di Kalimantan
a. Kerajaan Kutai
· Kerajaan Hindu/Buddha di Jawa
a. Kerajaan Salakanagara (150-362)
b. Kerajaan Tarumanegara (358-669)
c. Kerajaan Sunda Galuh (669-1482)
d. Kerajaan Kalingga
e. Kerajaan Mataram Hindu
f. Kerajaan Kadiri (1042 - 1222)
g. Kerajaan Singasari (1222-1292)
h. Kerajaan Majapahit (1292-1527)
· Kerajaan Hindu/Buddha di Sumatra
a. Kerajaan Malayu Dharmasraya
b. Kerajaan Sriwijaya

Baik penganut agama Budha dan Hindu sama-sama melahirkan


karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan/arsitektur,
seni pahat, seni ukir maupun seni sastra, seperti tercermin dalam
bangunan/arsitektur, relief-relief yang dibuat dalam dalam candi-candi di
Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Candi-candi yang dimaksud
diantaranya : Borobudur, Mendut, Prambanan, Kalasan (Jawa Tengah),
Badut, Kidal, Jago, Singosari (Jawa Timur).
Candi Borobudur sendiri adalah candi terbesar dan termegah di Asia
Tenggara.

3. Kebudayaan Islam
Pada abad ke 11, diperkirakan agama Islam telah masuk ke
Indonesia, khususnya daerah Jawa dan Sumatra. Hal ini ditandai dengan
ditemukannya makam dari seorang wanita islam di kota Gresik. Islam
sendiri masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, di bawa oleh para
saudagar-saudagar yang berasal dari Timur Tengah. Karena Islam masuk
dengan damai tanpa adanya pemaksaan, Islam pun dengan cepat dapat
berkembang di Indonesia.
Bersamaan dengan makin surutnya kejayaan Majapahit di Nusantara
pada abad ke-15, muncullah kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara.Kerajaan-kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Malaka di
Semenanjung Malaka, kerajaan Aceh di Ujung Pulau Sumatera, kerajaan
Banten di Jawa Barat, kerajaan Demak dipesisir Utara pulau Jawa Tengah.
Persebaran Islam di Indonesia, khususnya di jawa sebagian besar
dilakukan oleh wali songo. "Walisongo" berarti sembilan orang wali.
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan
Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan.
Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan
darah juga dalam hubungan guru-murid.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga
pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-
Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta
Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi
pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai
bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga,
kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.Mereka
adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu
banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang
sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya
terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara
langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding
yang lain.
Sekarang agama islam telah menjadi agama terbesar di Indonesia,
dengan persentase sekitar 90% warga Indonesia memeluk agama Islam.
Bahkan Indonesia sekarang adalah negara dengan jumlah pemeluk agama
Islam di dunia. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa kebudayaan islam adalah
pemberi saham yang besar dalam perkembangan kebudayaan dan
kepribadian bangsa.

4. Kebudayaan Barat
Dimulai dengan kedatangan bangsa Portugis pada tahun 1512 di
Ternate, setelah itu disusul oleh Spanyol dan Belanda.Inilah awal dari
masuknya kebudayaan Barat di Indonesia.Portugis dan Belanda yang
akhirnya menjajah nusantara juga menyebarkan agama Nasrani di
Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang hampir belum tersentuh
agama Islam.
Selama sekitar 350 Indonesia dijajah oleh bangsa asing, selama itu
pula Indonesia mendapat masukan kebudayaan dari barat.Setelah
Indonesia dikuasai mereka, munculnya budaya-budaya barat, contohnya
bangunan-bangunan bergaya arsitektur barat, tradisi-tradisi dari barat
seperti acara pesta dansa, dan lain-lain.
5. Kebudayaan dan Kepribadian
Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, serta
masyarakat Jawa khususnya, bahwa dalam menerima setiap kebudayaan
yang datang dari luar, kebudayaan yang dimilikinya tidaklah diabaikan.Hal
ini harus kita pertahankan terus untuk memfilter kebudayaan asing yang
tidak sesuai dengan kebudayaan kita.Kita harus menjaga kebudayaan kita
dengan baik agar kebudayaan kita berkembang makin baik dan kita tidak
kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

Budaya Indonesia Dalam 4 Zaman Besar


Oleh Afif Jatijajar
Sudah jelas sekali bukan bahwa antara Budaya dan Sejarah sangat
berkaitan erat, salah satunya yang terjadi di negara kita. Untuk itu, saya
akan mengulas sejarah Budaya Indonesia yang terbagi dalam 4 zaman
besar yaitu zaman pra-sejarah, zaman kuno, madya dan modern. Pada
posting kali ini saya baru akan jelaskan garis besarnya terlebih dahulu.
Sedangkan untuk yang lebih rinci akan diposting lain waktu.

A. Budaya Indonesia Zaman Pra Sejarah

Budaya bangsa Indonesia pada zaman ini terbagai dalam beberapa poin
1. Zaman Batu
2. Zaman Logam
3. Zaman Megalithicum
Sementara keadaan masyarakat Indonesia pada masa ini terbagai dalam 4
poin yaitu :
1. Zaman Paleolithicum
2. Zaman Mesolithicum
3. Zaman Neolithicum, dan
4. Zaman Logam

B. Budaya Indonesia Zaman Kuno

Budaya bangsa Indonesia pada zaman Kuno lebih dititikberatkan pada


hubungan masyarakat di kawasan sekitar asia, yang secara garis besarnya
terbagi menjadi :
1. Hubungan bangsa Indonesia dengan Asia Tenggara
2. Hubungan bangsa Indonesia dengan Asia Selatan
3. Hubungan bangsa Indonesia dengan Asia Timur
Sedangkan perubahan bentuk-bentuk kebudayaan pada masa ini tentu
sedikit lebih maju dibandingkan pada masa sebelumnya, yaitu
1. Seni Bangun
2. Seni Rupa
3. Seni Sastra
4. Seni Kriya
C. Budaya Indonesoa pada Zaman Madya

Jika pada zaman sebelumnya, interaksi bangsa Indonesia mencakup 3


wilayah Asia, maka di zaman ini bertambah lagi satu kawasan yaitu Asia
Barat. Singkatnya, proses terjadinya hubungan budaya Indonesia dengan
Asia Barat melalui pelayaran dan perdagangan.

Adanya interaksi atau hubungan, tentu saja ada perubahan yang terjadi di
antara kedua bangsa terutama Indonesia dan ini termasuk salah satu
faktor perubahan budaya atau kebudayaan.. Tapi, mengapa saya katakan
'terutama Indonesia'?.Jelas, meski bangsa kita sudah menjalin hubungan
dengan bangsa-bangsa Asia waktu itu, namun bisa dikatakan bahwa
perubahan Budaya hanya terjadi di satu pihak saja, yaitu pada masyarakat
Indonesia. Sebagai contoh, banyak kebudayaan yang berasal dari
Tiongkok atau India yang masuk atau mempengaruhi masyarakat kita
waktu, namun budaya bangsa Indonesia waktu itu tidak diketahui seberapa
besar pengaruhnya bagi kawasan Asia terutama yang sudah menjalin
interaksi.

Pertanyaannya adalah mengapa hanya bangsa kita yang 'diimpor' budaya


dari bangsa lain, sedangkan budaya kita tidak bisa 'meninggalkan jejak' di
kawasan Asia. Atau apakah bangsa kita waktu itu sama sekali tidak
memiliki kebudayaan atau kesenian sendiri yang khas? atau saya sendiri
yang memang kurang wawasan?...hehehe

D. Budaya Indonesia pada Zaman Modern

Setelah Asia, di awal-awal zaman modern, bangsa Indonesia mulai


menjajaki interaksi dengan bangsa-bangsa Eropa yang juga terjadi melalui
pelayaran dan perdagangan. Selain mengenal budaya dan kesenian, di
zaman ini bangsa Indonesia lebih maju lagi dalam hal pengetahuan,
misalnya politik.
aktor-Faktor Perubahan Kebudayaan
Oleh Afif Jatijajar
Jumat, 09 Oktober 2015
Bagikan :
Tweet
Ada dua faktor besar yang berpengaruh pada bentuk perubahan
kebudayaan seperti yang sudah diposting beberapa hari lalu, yaitu faktor
dari dalam (internal) atau faktor dari luar (eksternal).Faktor internal meliputi
discovery, invention (invensi), innovation (inovasi) dan enkulturasi,
sedangkan untuk faktor yang datangnya dari luar (eksternal) meliputi difusi,
Akulturasi, penetrasi, asimilasi, invasi, hibridisasi.
A. Faktor dari Dalam (internal)
1. Discovery merupakan penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang
baru, baik yang berupa suatu alat baru, atauapun yang berupa suatu
ide baru yang diciptakan oleh seorang individu. Atau bisa juga
dikatakan sebagai suatu rangkaian ciptaan-ciptaan dari individu-
individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Contoh penemuan
baru untuk faktor discovery misalnya; mobil, sepeda motor,
handphone, tablet dan sebagainya.
2. Invention (invensi) adalah adanya pengakuan, penerimaan dan
penerapan dari suatu masyarakat atas penemuan baru (discovery)
tersebut. Hal ini disebabkan karena untuk membuktikan bahwa
seorang individu itu telah menemukan suatu yang baru
membutuhkan tidak hanya satu individu atau penemu/pencipta saja,
akan tetapi harus ada rangkaian-rangkain dari pencipta atau penemu
hal yang baru tersebut. Penemuan sebuah mobil misalnya,
merupakan suatu rangkaian penemuan dari motor gas pada tahun
1875 sampai pada bentuk mobil yang dapat dipakai sebagai alat
pengangkutan pada tahun 1911.
3. Innovation (inovasi) terjadi apabila hasil penemuan baru tersebut,
misalnya mobil, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sebagai
alat angkutan, sedangkan masyarakat juga harus menyesuaikan diri
dengan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh sebuah mobil,
misalnya ada sopir, bensin, solar, bengkel, onderdil, montir, jalan
raya dan sebagainya. Adanya pendorong atau motivasi yang
menyebabkan individu-individu untuk mencari penemuan-penemuan
baru adalah :
1. Kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan
2. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan
3. Perangsang bagi penciptaan-penciptaan baru
4. Proses Enkulturasi atau "pembudayaan" ini terjadi ketika seorang
individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Jadi sejak seorang individu itu masih kecil itu proses
enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikirannya. Bermula dari
keluarganya (pendidikan, kasih sayang dan sebagainya), kemudian
berlanjut ke teman-teman sepermainan. Seringkali ia belajar meniru
berbagai macam tindakan, setelah perasaan dan nilai budaya yang
memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah dinternalisasikan
dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya
menjadi pola yang tetap, dan norma yang mengatur tindakannya itu
"dibudayakan"
B. Faktor-Faktor dari Luar (eksternal)
1. Difusi adalah suatau proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan
dari orang perorangan kepada orang perorangan lainnya, dan dari
suatu masyarakat ke masyarakat lain, dari bangsa ke bangsa lain.
Ada dua tipe difusi, yaitu difusi intra-masyakat (intra society diffusion)
dan difusi antar masyarakat (inter society diffusion). (Akan dijelaskan
secara detail pada posting berikutnya)
2. Akulturasi atau acculturation atau culture contract adalah mengenai
proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertetentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing itu lambat laun akan diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan
itu sendiri. (untuk selengkapnya akan dibahas pada posting
berikutnya)
3. Asimilasi (assimilation) adalah proses yang timbul apabila
golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan
berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif dan terus
menerus dalam jangka waktu yang lama sehingga kebudayaan
golongan-golongan tadi, masing-masing berubah sifatnya yang khas
dan juga unsur masing-masing kebudayaan berubah wujudnya
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
4. Penetrasi adalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dari luar
ke suatu daerah. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing tersebut
bisa terjadi secara damai ( penetration pacifique) maupun secara
paksaan.
5. Invasi adalah penyerangan dari suatu negara atau bangsa ke negara
atau bangsa lainnya yang bertujuan untuk menduduki daerah milik
bangsa atau negara lain dengan maksud menjalankan penjajahan
atas bangsa yang ditaklukannya dengan melenyapkan atau
meminimalisir kebudayaan asli suatu bangsa.
6. Hibridisasi adalah perkawinan campuran di antara kelompok ras
manusia yang berbeda, yang menghasilkan ciri-ciri ragawi yang
bersamaan, yang disebabkan oleh komponen rasial yang
bersamaan. Hibridisasi dapat terjadi sejalan dengan migrasi
kelompok-kelompok mansuia, misalnya pada zaman berburu tingkat
lanjut (zaman Mesolitikum). Pada masa berburu tingkat lanjut ini,
tidak saja terdapat pantangan "inces" (perkawinan antar anggota
keluarga sedarah), tetapi diduga dalam banyak hal telah berlangsung
exogami atau perkawinan yang terjadi di luar klan. Sebagai contoh
percampuran antara ras Papua Melanesoide, Europaeide dan
Mongoleide yang menghasilkan bangsa Austronesia (nenek moyang
bangsa Indonesia) di Asia Tenggara.
Itulah 2 faktor besar yang datang dari dalam dan dari luar yang
berpengaruh pada perubahan kebudayaan. Untuk masing-masing item di
atas, akan diposting pada lain hari, InsyaAllah..

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA


Diposting oleh Rizki Agung pada 06:17, 31-Jan-13

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Sejara Seni Rupa Indonesia ”.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian seni rupa, ciri-


ciri, unsur, serta fungsi dan tujuan seni. serta membahas seni rupa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin ya
robbal `alamin

Menes, 30 Januari 2013


Penyusun

I. Seni Rupa Tradisional Indonesia

1. Seni Rupa Prasejarah


Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan
media yang bisa ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan rabaan.Kesan
ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volulme,
warna, tekstur dan pencahayaan dengan acuan estetika.Seni rupa dapat
dibedakan menjadi 3 macam yakni Seni rupa murni, seni rupa kriya dan
seni rupa design.
Seni rupa murni meliputi seni lukis, grafis, patung, instalasi, pertunjukan,
keramik, film, koreografi dan fotografi. Seni rupa design kriya meliputi seni
arsitektur, design grafis, design interior, design busana dan design produk.
Sedangkan seni rupa kriya meliputi tekstil, kayu, keramik dan rotan.
Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia
a. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk
kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
b. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering
dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan
dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
c. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan
lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk
ungkapan seni yang beraneka ragam
d. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam
– macam bahan untuk membuat kerajinan
e. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada
ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
A. Perkembangan Seni Rupa Di Indonesia
1. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber –
sumber atau dokumen dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia.
Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang
disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda.Agama asli pada
waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian
sebagai media upacara (bersifat simbolisme).
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas:
a. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Paleolitikum),
jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum),
kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman
megalithikum (Batu Besararkofaq), meja batu dll.
Ø Seni Rupa Zaman Poleolitikum( Batu Tua )
Karya peninggalanya :
- Kapak gengam ( chopper )
- Batu berwarna ( Chalcedon )
- Lukisan tangan dan babi
Ø Seni Rupa Zaman Meseolitikum (Batu tengah)
Karya peninggalannya :
- Mata panah
- Batu penggiling
- Kapak batu
Ø Seni Rupa Zaman Neolitikum (Batu Muda/Dasar Kebudayaan
Bangsa Indonesia)
Karya peninggalannya :
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Gelang
- Kalung
- Cincin dari batu berwarna
- Tembikar ( pengaruh masuknya bangsa cina ke Indonesia)
Ø Seni Rupa Zaman Megalitikum( Batu Besar )
Karya peninggalannya :
- Menhir-
- Dolmen Kubur batu
- Keranda batu (sarcopagus)
-Punden berundak
- Arca batu

b. Seni Rupa Jaman Logam


Zaman logam di Indonesia dimulai sejak tahun 500 SM, yaitu sejak
kebudayaan indo-cina masuk ke Indonesia. Kebudayaan logam di
Indonesia hanya mengalami zaman perunggu.disebut zaman perunggu
karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu
seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni
tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan
2 teknik mencetak:
- Bivalve ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
- Acire Perdue ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai
(tidak bisa diulang)
B. Seni Rupa Hindu Budha
Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia membawa pengaruh
yang kuat bagi susunan masyarakatnya.Agama tersebut lahir ratusan
tahun yang sebelum masehi.Ajaran Hindu-Buddha mengajarkan etika
hidup layaknua menjadi seorang yang suci yang lepas dari hawa nafsu
keduniawian.Agama ini hanya berkembang di negara-negara Asia.Di
negara-negara Eropa maupun Amerika agama ini kurang pengaruh bagi
masyarakat.Di Indonesia agama inilah yang menjadi pelopor
terbentuknya kerajaan tua. Kerajaan tua yang dipengaruhi oleh ajaran
Hindu-Buddha adalah Kutai, Tarumanegara,Kalingga, Sriwijaya,
Mataram Jawa Tengah, Kahuripan, Kediri, Singosari, Majapahit, Sunda
dan Bali.

Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha Terhadap Masyarakat di


Indonesia
Kebudayaan Hindu-Buddha yang dibawa oleh orang-orang India lambat
laun diadopso oleh masyarakat Indonesia.Sudah barang tentu kemudian
mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat Indonesia secara
umum.Sebelum datangnya orang India Indonesia sebenarnya juga
memiliki kebudayaan asli yang berkembang dan tumbuh di kalangan
masyarakat.Datangnya orang-orang India ke Indonesia menyebabkan
bertemunya dua kebudayaan yang berlatar belakang
berbeda.Pertemuan inilah yang disebut dengan akulturasi budaya, yaitu
bertemunya dua kenudayaan yang kemudian menjadi budaya baru yang
dipengaruhi oleh kedua budaya yang bertemu.Bertemunya dua
kebudayaan ini menghasilkan unsur-unsur kebudayaan baru yang
dianut oleh masyarakat Indonesia. Tetapi pada kenyataannya unsur
kebudayaan India lebih mendominasi dari proses akulturasi budaya
akibatnya masyarakat Indonesia mulai terpengaruh dengan kebudayaan
India dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun hasil akulturasi
tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal.
a. Bangunan Candi
Bangunan candi sering ditemukan di daerah Jawa. Bangunan ini
digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan peribadahan.Candi
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua banginan
peninggalan di Indonesia, terutama di Jawa tengah dan Jawa
Timur, yang dipengaruhi oleh arsitektur Hindu-Buddha.Dalam
agama Hindu, candi adalah dijadikan sebagai semacam pemujaan
dewa belaka.Oleh karena itu, dalam candi Buddha di dalamnya
tidak terdapat peti pripih dan arcanya tidak mewujudkan seorang
raja.

b. Seni Rupa
Seni rupa adalah suatu hasil cipta karya manusia yang bertujuan
untuk menghibur masyarakat. Di Indoneisa ada banyak seni yang
berkembang, diantaranya adalah seni rupa, seni tari, dan seni
teater. Tetapi seni yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-
Buddha adalah seni rupa Hindu-Buddha ditampilkan baik secara
antropomorfik(pengenaan ciri-ciri manusia pada binatang,
tumbuhan, atau benda mati) maupun non-antropomorfik. Motif yang
paling umum digunakan adalah “teratai” atau padma, yang banyak
dijumpai pada seni patung Hindu-Buddha.
c. Seni Patung
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha juga terlihat dari seni patung
yang terdapat di Indonesia. Peninggalan patung di Indonesia
mencerminkan ajaran dari Hindu-Buddha.Peninggalan patung
banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur.Pada masa ini,
pembuatan patung dikaitkan dengan candi.Jadi, patung-patung
tersebut digunakan untuk melakukan pemujaan dan mengabdi pada
agama Hindu-Buddha.
d. Seni Sastra
Seni sastra adalah seni yang menjadi mendia hiburan bagi
masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Banyak pengaruh
ajaran Hindu-Buddha yang mempengaruhi karya sastra Indonesia.

Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief
dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak
menggambarkan suatu kisah/ceritayang berhubungan dengan ajaran
agama Hindu ataupun Budha.
relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda
oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa
relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti
yang terdapat dalam kitab Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang
terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana.Yang
digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran
Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian
tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg). Karya seni
yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang
telah mencapai puncak (tidak dapat berkembang lagi), (2) merupakan
standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia
lebih dari setengah abad. Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum
bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada
bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan
bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi
Rembesan Seni Rupa Masa Hindu-Budha
Seni rupa pada masa Hindu-Budha berkembang pesat.Seni rupa
pada zaman ini mendapat pengaruh kuat dari India.Setidaknya ada
beberapa ciri dari seni rupa pada masa ini.Pertama adalah bersifat feodal,
yaitu kesenian ini hanya berpusat di istana sebagai media pengabdian raja
atau pengkultusan raja.Kedua, bersifat sakral yang artinya kesenian
sebagai alat untuk upacara agama.Ketiga, bersifat konvensional, yaitu
kesenian tersebut bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum dan
agama.

Seni rupa dari masa ini terdapat dalam bangunan-bangunan seperti candi,
patung-patung dewa atau raja, dan hiasan-hiasan, relief atau ornamen.Ciri
bangunannya adalah atapnya yang meninggi seperti kerucut.Terlihat dari
bangunan candi yang semakin ke atas bentuk bangunannya semakin
mengerucut.Pola ini mencirikan bahwa semakin ke atas, tingkatan tertentu
ditempati oleh sebagian kecil orang-orang suci.Konsep ini sesuai dengan
kepercayaan agama Hindu-Budha yang mengenal konsep Moksa, dan
Nirwana.

Menurut Onghokham, ada beberapa faktor yang mempengaruhi


perkembangan kesenian. Pertama, ungkapan kesenian tradisional
mempunyai hubungan yang erat dengan alam pikiran penduduk setempat
mengenai soal-soal spiritual seperti magis, agama, mistik dan
sebagainya.Kedua, seni sangat dipengaruhi oleh organisasi sosial atau
politik dari masyarakat tersebut dalam berbagai versinya.Terakhir, pengaruh
luar yang mempengaruhinya. Seni rupa dari masa Hindu-Budha pun
tentunya mempengaruhi perkembangan seni rupa di Indonesia.

Pengaruh seni rupa masa Hindu-Budha terlihat pada masa


sesudahnya, yatu masa Islam.Pada masa Islam, bangunan-bangunan
ibadah merupakan bangunan yang banyak mengambil filosofi bangunan
masa sebelumnya.Seperti mesjid Demak yang memiliki kubah yang
arsitekturnya berundak.Konsep berundak ini terdapat seperti pada candi-
candi.Juga makam-makam Islam. Dibuatnya nisan dan makam yang di
atasnya didirikan bangunan (astana) merupakan konsep perupaan yang
terpengaruh dari masa Hindu-Budha.
C. Seni Rupa Islam
Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang
dari India, Persia dan Cina.Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus
memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi
kebudayaan.
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana
sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian
dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan
dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah
Islam disampaikan dengan media seni wayang.
D. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai
media pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni
Hindu Budha)

Karya Seni Rupa Indonesia Islam


a. Seni Bangunan
Ø Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas
bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap
mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
Ø Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat
pemerintahan.Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana
bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling
dan parit pertahanan.
Ø Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan
hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah
tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan
pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif
gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat
India yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Agama Islam masuk ke Indonesia abad VII Masehi yang dibawa
oleh para saudagar Arab yang datang pertama kali di Indonesia lewat
pesisir utara Sumatera. Dari sinilah terbentuk cikal bakal komunitas muslim
yang ditengarai dengan pendirian Kerajaan Islam pertama di Aceh.
Selanjutnya hampir semua corak seni budaya masyarakat Arab
mempengaruhi budaya Indonesia, yang mencakup semua aspek bentuk
kesenian, seni suara, musik, sastra, lukis, arca, tari, drama, arsitektur dan
lain-lain. Seni kaligrafi menduduki posisi yang amat penting.Seni kaligrafi
merupakan bentuk seni / budaya Islam yang pertama ditemukan di
Indonesia dan menjadi aset budaya Islam terdepan hingga kini.Kaligrafi
Islam dibedakan menjadi dua yaitu tulisan dan lukisan.
Lukisan kaligrafi terbagi menjadi dua yaitu murni dan bebas, yang
pertama i menggunakan bentuk huruf baku biasanya dibuat oleh lulusan
pondok pesantren, sedangkan yang kedua tidak menggunakan huruf baku
yang dikerjakan oleh seniman akademik. Aneka bentuk lukisan kaligrafi
mengandung dua elemen, fisioplastis dan ideoplastis.Elemen fisioplastis
berupa penerapan estetis menyangkut unsur-unsur rupa, bentuk, garis,
warna, ruang, cahaya dan volume.Elemen ideoplastis meliputi semua
masalah langsung/tidak yang berhubungan erat dengan isi atau cita
perbahasaan bentuk.
Diangkatnya kaligrafi sebagai tema sentral dalam melukis, menjadi
sejarah penting terbentuknya lukisan kaligrafi Indonesia.Lukisan kaligrafi
sangat diperhitungkan dalam kancah seni rupa Indonesia ketika muncul
pendalaman-pendalaman spiritual, penghayatan, perenungan yang
mengarah ke kedalaman kemanusiaan dan keTuhanan.Sadali dan AD
Pirous layak dicatat sebagai pelopor lukisan kaligrafi Islam Indonesia tahun
1960-an. Selanjutnya seni lukis kaligrafi berkembang pesat dengan tokoh
seni Amri Yahya di Yogya, yang menggunakan medium batik, di Surabaya
Amang Rahman menciptakan surealisme dengan mengambil kekuatan
kaligrafi Islam.
Momentum penting pameran seni rupa (seni lukis kaligrafi Islam) mulai
marak di dalam maupun di luar negeri, antara lain pada tahun 1975
pameran lukisan kaligrafi pertama pada MTQ Nasional XI di Semarang,
pameran pada Muktamar pertama media masa Islam sedunia tahun 1980
di senayan Jakarta, pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981,
kemudian pada pameran kaligrafi Islam Balai Budaya Jakarta tahun
Hijriyah 1405 (1984), disusul pada MTQ XVI di Yogyakarta tahun 1991.
Sambutan masyarakat yang mayoritas Islam terhadap pameran-pameran
itu tak diragukan.Momentum penting lainnya ketika diselenggarakan festifal
Istiglal I (1991) dan II (1995) dengan tema utama seni lukis kaligrafi Islam,
yang melibatkan para perupa di antaranya AD. Pirous, Amri Yahya, Hendra
Buana, Salamun Kaulam, dan Syaiful Adnan. Mereka menampilkan aneka
bentuk, gaya dan ragamnya dari tulisan hingga lukisan, dari ekspresi
hingga transendensi illahi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam
kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari
rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni
kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1. Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2. Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3. Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan
seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk
hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan
stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan
bentuk tumbuh – tumbuhan.
II. Seni Rupa Modern Indonnesia
Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan
seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa.Dalam
perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk
melepaskan diri dari penjajahan.
a. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang
seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di
Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh
dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern.
b. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet,
Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis
Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr,
Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
c. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938
di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekretarisnya S.
Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur,
Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia). PERSAGI bertujuan
agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif
dan berkepribadan Indonesia
d. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah
pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif
ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945
berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga
Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan
KH. Mansur
e. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok –
kelompok diantaranya: Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh
Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat
Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya
Surakarta (HBS) dll.
f. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni
Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah
Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi,
kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar
(sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof.
Syafe Sumarja.Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian
Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri
bahkan sekarag pada tingat SLTA.
g. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang
berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S.
Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.
Contoh Seniman :
- Raden Saleh Syarif Bustaman
- Mooi Indi
- Persagi
- Affandi
- Ahmad Sadali
B. Ciri-ciri dan Unsur Modernisme (Desain dan Seni Rupa)
1. Ciri-ciri seni modern (Desain dan Seni Rupa)
- Minimalis
- Rasionalitas/Rationality
- Dominant bentuk-bentuk geometris
- Tidak ada unsur ornament
- Univeesal
- Fungsionalitas diprioritaskan
- Orisinalitas/kemurnian/purity
- Penguatan dalam konsep
- Kreativitas
- Memutus hubungan dengan sejarah
2. Unsur-unsur Modernisme
- Eksperimen
- Pembaruan (Inovation)
- Kebaruan (Novelty)
- Orisinalitas

C. Fungsi dan Tujuan Seni Modern


1. Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik
maupun psikis
- Fisik :
Munculnya bentuk-bentuk desain arsitektur yang baru dan desain-
desain lainnya seperti alat-alat transportasi, fashion dll
- Psikis:
Mengurangi kejenuhan penikmat karya seni, karena muncul berbagai
aliran baru seperti pada seni lukis dan cabang seni lainnya.
2. Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern selalu
menyertakan nama
senimannya pada setiap karya yang diciptakan
3. Memberikan kemudahan masyarakat, karena banyak penemuan-
penemuan baru dari
hasil eksperimen para seniman modern.
Seniman seni rupa modern Indonesia

1. Raden Saleh (1807 – 1880).


Nama lengkap Raden Saleh yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman.
Beliau merupakan salah satu seniman modern Indonesia, seni rupa
karyanya adalah berupa lukisan. Beliau pernah belajar seni lukis di
Belanda. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda
terperangah. Raden Saleh merupakan seorang pelukis
muda yangdapatmenguasai teknik dan menangkap watak seni lukis
Barat. Oleh karena itu , melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda
terperangah. Lukisan-lukisannya yang dibuat Raden Saleh menampilkan
ekspresi, ini adalah bukti bahwa Raden Salehadalah seorang romantisis.

Lukisan Raden Saleh yang berjudul “Badai” ini merupakan ungkapan


khas karya yang beraliran Romatisme.Dalam aliran ini seniman
sebenarnya ingin mengungkapkan gejolak jiwanya yang terombang-
ambing antara keinginan menghayati dan menyatakan dunia (imajinasi)
ideal dan dunia nyata yang rumit dan terpecah-pecah.Dari petualangan
penghayatan itu, seniman cenderung mengungkapkan hal-hal yang
dramatis, emosional, misterius, dan imajiner.Namun demikian para
seniman romantisme sering kali berkarya berdasarkan pada kenyataan
aktual.
Dalam lukisan “Badai” ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh
mengungkapkan perjuangan yang dramatis dua buah kapal dalam
hempasan badai dahsyat di tengah lautan.Suasana tampak lebih menekan
oleh kegelapan awan tebal dan terkaman ombak-ombak tinggi yang
menghancurkan salah satu kapal.Dari sudut atas secercah sinar matahari
yang memantul ke gulungan ombak, lebih memberikan tekanan suasana
yang dramatis.
Walaupun Raden Saleh berada dalam bingkai romantisisme, tetapi
tema-tema lukisannya kaya variasi, dramatis dan mempunyai élan
vital yang tinggi.Karya-karya Raden Saleh tidak hanya sebatas
pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan binatang yang
bergulat dalam tragedi.Sebagai contoh adalah lukisan “Een Boschbrand”
(Kebakaran Hutan), dan “Een Overstrooming op Java” (Banjir di Jawa),
“Een Jagt op Java” (Berburu di Jawa) atau pada “Gevangenneming van
Diponegoro” (Penangkapan Diponegoro).Walaupun Raden Saleh belum
sadar berjuang menciptakan seni lukis Indonesia, tetapi dorongan hidup
yang diungkapkan tema-temanya sangat inspiratif bagi seluruh lapisan
masyarakat, lebih-lebih kaum terpelajar pribumi yang sedang bangkit
nasionalismenya.
Noto Soeroto dalam tulisannya “Bi het100” Geboortejaar van Raden
Saleh(Peringatan ke 100 tahun kelahiran Raden Saleh), tahu 1913,
mengungkapkan bahwa dalam masa kebangkitan nasional, orang Jawa
didorong untuk mengerahkan kemampuannya sendiri. Akan tetapi, titik
terang dalam bidang kebudayaan (kesenian) tak banyak dijumpai.Untuk itu,
keberhasilan Raden Saleh diharapkan dapat membangkitkan perhatian
orang Jawa pada kesenian nasional.
2. Mooi Indie

Seni Lukis Masa Mooi Indie ( Hindia Molek)


Penjelasan seni lukis karya Mooi Indie diatas :
A. Pengertian :
Mazhab atau cara pandang kolonialisme Belanda atas negeri
jajahannya
yaitu Hindia Belanda ( Indonesia ) yang diasumsikan sebagai alam
pedesaan
yang damai, adem ayem dan harmonis.
B. Latar Belakang.
1. Munculnya usaha dari pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk
menciptakan Hindia Belanda yang adem ayem tanpa pemberontakan.
2. Adanya pengaruh penelitian Wallace yang mengatakan nusantara
adalah
negeri yang tidak cepat berubah.
3. Ketertarikan seniman-seniman eropa pada keindahan alam Indonesia.
4. Adanya usaha dari pemerintah Hindia Belanda dan pelukis-pelukis
asing
untuk mengeksploitasi keindahan alam nusantara untuk dijual kepada para
turis.
C. Tema Seni Lukis Mooi Indie
1. Lanskap / Pemandangan Alam.
D. Ciri-ciri Seni Lukis Mooi Indie
1. Objek lukisan didominasi oleh unsur gunung, sawah, dan pepohonan,
kadang
juga air.
2. Cahaya dan warna-warni alam dilukis / digambarkan semirip aslinya.
3. Suasana keindahan alam dilebih-lebihkan.
E. Tokoh-tokoh Pelukis Mooi Indie
1. A AJ Payen.
2. Arie Smith.
3. Raden Saleh
4. Van Dick.
5. R. Abdullah Suryosubroto
6. Mas Pirngadi.
7. Wakidi.
F. Pengaruh Mooi Indie
1. Melahirkan seniman-seniman bercorak naturalis dan realis, seperti :
a. R. Basuki Abdullah
b. RM Sayid
2. Melahirkan corak lukisan Sokaraja Banyumas.
3. Memperkaya corak seni lukis Bali.
4. Menimbulkan penentangan terhadap Mooi Indie yang di pelopori oleh
S.Sudjojono yang pada akhirnya melahirkan PERSAGI ( Persatuan Ahli
gambar
Indonesia ).
3. PERSAGI

Masa Cita Nasional Bangkitanya kesadaran nasionalyang


dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono,
Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI
(Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta
ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang
mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI
berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan
kepribadian Indonesia yang sebenarnya.Karya-karya seni lukis masa
PERSAGI antara lain :

a.) Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana,


Dalam Taman Nirwana
b.) S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka,
Mainan, Cap Go meh.
c.) Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
Hasil karya mereka mencerminkan :
d.) Mementingkan nilai-nilai psikologis;
e.) Tema perjuangan rakyat ;
f.) Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;
g.) Memiliki kepribadian Indonesia ;
h.) Didasari oleh semangat dan keberanian;
1. Affandi
Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R.
Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari
segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal
yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh
pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk
pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.
Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin
ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya
tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya
lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di dunia, baik
di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni
lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor Honoris Causa dari
University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya,
lebih sering menumpahkan langsung cairan cat dari tube-nya kemudian
menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk
mengekspresikan apa yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris
Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai seorang
pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga
seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh orang lain terutama oleh
orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya.
Namun bagi pecinta lukisan hal demikianlah yang menambah daya
tariknya.
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi
merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan teori
lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan
corak baru aliran ekspresionisme.
Kopi dari lukisan diri yang dibuat oleh pelukis Affandi sendiri.
Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi,
dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan Affandi
yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai
kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai, sehingga tidak dijual.
Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki Abdullah, Popo
Iskandar, Hendra, Rusli,Fajar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi
lukisan-lukisan keluarga Affandi.
Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini
terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada tahun
1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99),
"Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari 99), "Tidak Adil" (Juni
99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan
KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain.Ada pula lukisan Maryati, Rukmini
Yusuf, serta Juki Affandi.

2. Achmad Sadali (1924 -1987)


Dilahirkan di Garut Wetan, 29 Juli 1924. Ia menempuh pendidikan
seni rupa di ITB, di bawah bimbingan Ries Mulder. Ia kemudian
memperoleh beasiswa dari Rockefeller Foundation untuk belajar ke
Amerika Serikat.
Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan Emas”, 1980 ini merupakan
salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai religius

Anda mungkin juga menyukai