Anda di halaman 1dari 14

SENI ARSITEKTUR DALAM ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kesenian Islam

Dosen Pengampu: Marsus S. Hum

Disusun Oleh
Kelompok 13

1. Muhammad Faiz 183231090


2. Muhammad Sayidul Husen S 196131043

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada masa Kerajaan di Indonesia, Islam masuk di Jawa secara kultural, bukan
dengan paksaan. Dengan berbagai media penyampaian, Paham Islam berhasil menyebar
segala penjuru. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, Islam muncul bersama nilai-nilai
agama yang dapat diterima oleh Masyarakat. Nilai-nilai Islam yang melekat pada
kebudayaan Jawa memang seolah telah menjadi kesatuan yang sulit dipisahkan dalam
berbagai bidang nilai Islam mampu memberikan pengaruhnya. Dalam makalah ini sedikit
banyak akan diuraikan bagaimana sejarah arsitektur dalam Islam seiring penyebaran
Islam serta bentuk dan ciri khas Arsitektur Islam di Indonesia.
Sebuah konsep karya arsitektur yang lengkap bukan hanya didasarkan pada
kalkulasi matematis dari kebutuhan kuantitatif para penggunanya, tetapi sekaligus
mengacu pada perkembangan cita kehidupan, tindakan, pola piker, termasuk pemahaman
keyakinan keagamaan. Sebuah karya arsitektur barulah menjadi bermakna ketika fungsi-
fungsi yang dikandungnya, baik fungsi fisik indrawi maupun fungsi nonfisiknya dapat
dikoordinasikan secara terpadu, dan tidak ditangkap secara terpisah-pisah. Dengan
demikian, maka semua berkaitan erat antara gagasan-gagasan kehidupan, perilaku
masyarakat dan keduduan tampilan benda budaya sekaligus dalam sebuah system telah
menjadi jelas posisinya.
Arsitektur Islam pun dapat ditelusuri keadaan suatu masyarakat Muslim, situasi
kemasyarakatannya, pemahaman keagamaannya, di saat dan tempat di mana karya
arsitektur masjid tersebut berada. Arsitektur islam sebagai benda bentukan dengan
sendirinya akan bisa menuntun pada penjelasan tentang pola perilaku, kehendak,
keinginan, dan gagasan keagamaan masyarakat Muslim di sekeliling bangunan islam
tersebut.
Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, telah membawa bangsa
Arab yang semula terbelakang, bodoh, tak dikenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa
lain menjadi bangsa yang meju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia,
membina satu kebudayaan, peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah menusia
hingga sekarang. Bahkan kemajuan barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam.
Landasan “peradaban Islam“ adalah “kebudayaan Islam“ terutama wujud idealnya‚
sementara landasan “ kebudayaan Islam“ adalah agama. Jadi dalam Islam, agama
bukanlah tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta,
rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan seni arsitektur Islam ?
2. Apa saja jenis peninggalan seni arsitektur Islam ?
3. Sebut dan jelaskan fungsinya!
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah perke perkembangan seni arsitektur Islam.
2. Untuk mengetahui jenis peninggalan seni arsitektur Islam.
3. Untuk mengetahui fungsi dari peninggalan seni arsitektur Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Seni Arsitektur Islam


Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya
hubungan perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang
mendorong pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta
dalam hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang
berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang
menjadi pusat-pusat perdagangan dunia. Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka
dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing pedagang yang dapat
dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup. Untuk itu
banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk
setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di
berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan budaya. Ditengah perbedaan penafsiran
proses masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara. Para ahli sepakat bahwa
golongan pembawa agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, guru pengajaran,
serta Golongan lain yang juga disebut sebagai Tasawuf (kaum sufi). Mereka
diperkirakan masuk ke Nusantara pada abad ke-13.
Perkembangan Arsitektur Islam sangat erat hubungannya dengan arsitektur masjid,
yang menjadi unsur utama dari pola Masjid adalah lapangan dimana pola tersebut
merupakan kebiasaan dari adat lama Arab, yang menampilkan bentuk lapangan terbuka
sebagai fasilitas untuk tempat pertemuan dan aktifitas kehidupan serta menjadi pusat
kegiatan masyarakat Arab pada saat itu.
Dapat kita lihat bangunan Indonesia pada zaman dahulu terbuat dari bahan yang
tidak tahan lama. Para ahli arsitektur tidak beruntung karena bahan-bahan hayati ini tidak
dapat bertahan lama dalam iklim Indonesia. Bangunan-bangunan kuno yang masih
bertahan lama yaitu pada bangunan yang terbuat dari bangunan batu. Bangunan batu
tertua di Indonesia dibangun pada akhir zaman prasejarah, lebih kurang 2.000 tahun
yang lalu. Punden Berundak dari batu dan gentang lahan yang berkaitan untuk upacara
dibangun pada lereng pegunungan. Punden Berundak ini digunakan pada periode klasik.
Di beberapa wilayah nusantara, punden Berundak ini masih digunakan untuk kegiatan
keagamaan.
Pada periode klasik Indonesia dimulai dengan berdirinya candi batu dan batu bata
yang menaungi lambang dewa-dewa Hindu dan Budha. Contoh tertua, kerangka tahun
awal abad ke-8 dirancang oleh arsitek Indonesia yang sudah terbiasa bekerja dengan
bahan permanen. Menggunakan paduan ragam hias dan lambang pribumi dan asing.
Mereka mengungkapkan kembali konsep prasejarah Indonesia mengenai hubungan antar
manusia, dewa, dan alam semesta. Pemandangan alam, terutama pegunungan, merupakan
perpaduan dalam pandangan alam semesta mereka.
Terdapat sedikit contoh bentuk arsitektur periode klasik selain candi. Contoh ini
meliputi tempat pemandian dan reruntuhan yang mengundang pertanyaan dari gugus ratu
Baka yang mungkin digunakan untuk beberapa maksud, sebagai tempat tinggal para
bangsawan, tempat upacara umum dan terakhir tempat kegiatan keagamaan penganut
Budha dan Hindu. Sisa bangunan dari Jawa Timur menunjukkan bahwa beberapa wilayah
kediaman bangsawan abad ke-14 sebagian dibangun dari bata dan ubin. Sisa arsitektur
periode klasik terpusat di Jawa, tetapi beberapa tempat di Sumatera, Bali dan Kalimantan
menunjukkan data yang patut dipertimbangkan.
Selama periode klasik di Indonesia lebih kurang 800 tahun lamanya, bidang
arsitektur berevolusi sebagai reaksi terhadap perubahan agama, politik, dan
kecenderungan umum manusia dalam menginginkan perubahan gaya. Beberapa
bangunan periode ini dianggap sebagai bagian dari warisan kebudayaan dunia.
Contoh arsitektur pada bangunan candi zaman klasik dapatlah kita lihat bahwa
konsep dasar rancangannya adalah keinginan menciptakan tiruan gunung pada pusat alam
semesta, tempat roh para dewa dapat dibujuk untuk menjelma menjadi patung atau lingga
yang ditempatkan dalam ruangan yang menyerupai gua.
Arsitektur Indonesia klasik paling awal terdiri atas tempat suci Hindu, dibangun di
gunung api Jawa Tengah secara raga dan perlambang, bangunan ini bersandar pada
kepercayaan bahwa gunung merupakan tempat kekuatan adi kodrati. Setelah “elit” yang
berkuasa mulai membangun dengan batu, tempat bangunan mulai menyebar ke daratan
rendah perluasan ini mungkin berasal dari paduan semangat keinginan membuat tempat
keagamaan lebih mudah dicapai Masyarakat umum dan pengakuan untuk “elite” yang
berkuasa bahwa hubungan dengan kekuatan dewa secara nyata menambah kekuasaan
duniawi mereka.
Dalam bangunan candi terdahulu ada pula yang menggunakan kayu sebagai
penyangga luar, diantaranya dapatlah kita lihat pada arsitektur kayu Indonesia dari salah
satu relief Borobudur (serambi pertama, sisi timur, sayap utara, lubang pengatur suhu
diatas). Bangunan-bangunan ini memakai struktur penahan beban bagian luar dengan
penyangga berbentuk seperti tiang berwujud manusia (canyatid) dalam bentuk satwa liar.
Rancangan ini mirip dengan bangunan di India selatan (abad ke 4-9), tetapi saat arsitek
Jawa membangun dengan batu, teknik para arsitek setempat mulai menyimpang dari
model India. Sementara orang Jawa menggunakan bangunan pendukung dari luar,
mereka mengabaikan penggunaan sosok satwa sebagai penyangga dan menggantikannya
dengan tiang, tahap ini tampak pada relief-relief. Saat orang Jawa menggunakan batu
sebagai bahan bangunan, bangunan penahan berat bagian luar menjadi berlebih, tiang dan
penyangga diubah menjadi unsur hiasan dinding luar.
Bentuk bangunan arsitektur pada zaman prasejarah diantaranya yaitu bangunan-
bangunan candi, candi Borobudur, candi Rara Jonggrang, candi Merak, candi Sewu,
candi Palosan, candi Kidal dan sebagainya. Candi-candi tersebut yang terbuat dari batu-
batuan pada zaman klasik terdahulu.
Masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW adalah masjid Quba
yang semula sebagai masjid Arab asli dengan lapangan terbuka sebagai intinya.
Bentuknya yang sederhana merupakan karya spontan dari masyarakat muslim di Madinah
pada saat itu, pola utamanya adalah adanya penempatan mimbar di sisi dinding arah
kiblat sumber air untuk tujuan bersuci. Maka pola masjid inilah yang kemudian menjadi
dasar pola pembuatan masjid-masjid selanjutnya. Ketika Nabi Muhammad SAW lahir
(570 M) Makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota
di negeri Arab baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur
perdagangan yang ramai, menguhungkan yaman diselatan dan syria di utara. Dengan
adanya Ka’bah ditengah kota makkah menjadi pusat keagamaan arab. Makkah kelihatan
makmur dan kuat. Agama dan masyarakat arab ketika itu mencerminkan realitas
kesukuan masyarakat jazirah arab dengan luas satu juta mil persegi.
Mesjid asli Arab semula kebanyakan beratap datar. Kini mulai menuju atap
meruncing ke atas yang mungkin sebagai akibat akulturasi dengan bentuk-bentuk gereja.
Tipe masjid Arab asli umumnya mempunyai denah dengan lapangan sebagai tempat
ngumpul, pada salah satu dinding yang ada dibagian arah kiblat memakai semacam atap
rata yang beting kemudian penonjolan bentuk atab berkembang menjadi mimbar sebagai
mihrab, pemakaian unsur ornamen untuk menghiasi mesjid dari tumbuhan dan bunga-
bungaan seperti:
1. Ornamen huruf Arab kuxa
2. Ornamen Arabes yang terdiri dari corak geometris
3. Ornamen huruf Arab lainnya.
Di samping bangunan masjid yang mempunyai latar belakang historis sejak Nabi
SAW masih hidup dan mengembangkan agama Islam, terdapat pula tempat bersejarah
yang bernilai arsitektur seperti bekas benteng, dan parit-parit pertahanan atau kuburan-
kuburan para syuhada di sekitar Madinah.
Pada masa Khalifah Rasulillah yaitu pada masa Umar, gelombang ekspansi
(perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi. Pada masa kepemimpinan Umar, wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah arab, palestina, Syria, sebahagian besar wilayah
Persia dan mesir. Di masa pemerintahan usman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan
bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspensi
pertama Islam berhenti sampai di sini. Kebudayaan Persia sangat mempengaruhi
kebudayaan dan peradaban Islam, pada masA khalifah Umar, pola administrasi kerajaan
mengikuti pole administrasi Persia, pada masa kalifah Bani Umayyah, pemerintahannya
bersifat monarchiheridetis (kerajaan turun-temurun) yang mengikuti pola pemerintahan
Persia.
Suatu kebudayaan gemilang bagi Persia sebelum datangnya Islam, suatu
kebudayaan dengan keindahan spiritual dan arsitektur yang mencerminkan peranan
penting dalam menegakkan kebudayaan Islam. Upaya Persia dalam menegakkan agama
maupun kebudayaan Islam telah mengintegrasikan beberapa unsur sejarah mereka ke
dalam perspektif Universal Islam yang kemudian mengalami Islamisasi. Sehingga
terciptalah focus cultural yang kedua di dalam kesatuan Islam, sebagaimana diketahui
masa klasik hingga zaman modern ini Islam dapat dibagi secara kultural ke dalam
kawasan Arab dan Iran.
Masuknya Islam di India dibuktikan dengan adanya kerajaan Islam yang mulai
berdiri sejak kafilah Ummayyah berkuasa tahun 41 H (639 M). Masuknya Islam di India
dibuktikan dengan adanya kerajaan Islam yang mulai berdiri sejak kafilah Ummayyah
berkuasa tahun 41 H (639 M). Delhi adalah ibu kota kerajaan – kerajaan Islam di India
sejak tahun 608 H/ 1211M. Sebagai ibu kota kerajaan – kerajaan Islam, Delhi juga
menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di anak benua India. Kota ini terletak di
pinggir Sungai Jamna. Sebelum Islam masuk ke sana, Delhi berada dibawah kekuasaan
keturunan Johan Rajput. Tahun 589 H (1193 M) kota ini ditaklukkan oleh Qutb al-din
Aybak dan tahun 602 H (1204 M) ini dijadikan ibu kota kerajaan tersendiri oleh nya.
Dinasti Mamluk ini berkuasa sampai tahun 689 H (1260 M), Dinasti Tughlug (1320-1413
M). Babur raja Mughal pertama merebut Delhi dari tangan Dinasti Lodi. Setiap dinasti
Islam memperluas kota itu dengan mendirikan “ kota-kota “ baru di Delhi semula, yaitu
kota yang berada didalam benteng Lalkot. Delhi sekarang mencakup semua kota-kota
baru itu. Semuanya dikenal sebagai 7 kota Delhi.
Pengaruh Islam di India mulai berkembang sejak tahun 1000 M. Kaum muslimim
menyerang India segera setelah mulai perkembangan Islam di Persia. Daerah
perkembangan Islam diutamakan di Delhi, meskipun pengaruh selanjutnya sampai pula
di Agra, Benggala dan Gujarat. Adapun beberapa ciri umum dari arsitektur Islam India,
di antaranya adalah sebagai berikut:

 Merupakan bangunan mesjid dengan berbagai tipe.


 Corak hampir sama yaitu mesjid lapangan.
 Lengkungan-lengkungan awan terdapat pada bentuk gapura mesjid.
 Bentuk salah satu bangunan mirip dengan candi ala India,salah satunya terdapat. pada
garupa.
 Penerapan dari bentuk-bentuk ala Persia seperti pola lengkung dan kubah berbentuk
bunga lotus (teratai) yang berpuncak runcing.
B. Jenis Peninggalan Seni Arsitektur Islam dan Fungsinya
a. Arsitektur Masjid dan Menara
Masjid adalah semua tempat yang ada di muka bumi ini yang yang tidak terbatas
dapat digunakan oleh orang muslim untuk melaksanakan sholat atau sembahyang
sesuai dengan syarat dan rukun yang sudah ditetapkan oleh Islam. Karena pada masa
lalu orang Islam saat melakukan sembahyang, dan terutama dilaksanakan secara
bersama-sama atau berjamaah selalu menyediakan tempat tersendiri yang berupa
sebuah tanah lapang yang diberi batas-batas tertentu atau pagar. Pada
perkembangannya, masjid tidak lagi berupa sebuah tanah lapang yang diberi batasan
tertentu saja. Melainkan umat muslim sudah memberikan batasan tertentu yang lebih
pasti dengan bentuk berupa bangunan fisik. Maka dari itu tidak heran bila di masing-
masing wilayah memiliki bentuk masjid yang beraneka ragam. Hal ini menunjukkan
fleksibelitas dan sifat adaptif dari masjid yang dapatmenyesuaikan diri dengan lokasi
tertentu.
Fungsi masjid yang sebenarnya adalah untuk tempat pusat ibadah dan kebudayaan
Islam, Ibadah dalam Islam antara lain :
1. Hubungan manusia dengan Tuhan : shalat, I’tikaf, dan lain-lain
2. Hubungan manusia dengan manusia : zakat, nikah, dan lain-lain
3. Hubungan manusia dengan dirinya : mencari ilmu, mengaji, dan lain-lain
4. Hubungan dengan alam : memelihara, memanfaatkan dan tidak merusak alam.

Salah satu masjid yang terletak di Kota Kudus, Jawa Tengah, dibangun pada 1956
H/1549 M. Masjid ini terkenal dengan menaranya yang unik, yang merupakan bagian
dari kompleks makam Sunan Kudus. Menara ini pada dasarnya meniru bangunan
candi zaman Majapahit yang terdiri dari kaki dan tubuh bangunan yang berjenjang
beserta pelipit-pelipit mendatar sebagai batas.
Bagian dinding menara terbuat dari material batu bata. Sementara bagian atas
menara berbentuk atap tumbang dengan konstruksi kayu. Hiasan bidang, meskipun
sudah disamarkan, masih tampak seperti bekas-bekas hiasan pada bangunan candi.
b. Arsitektur Makam
Pemakaman Islam ortodoks menekankan kesederhanaandan kesamaan bagi semua
orang di depan Tuhan. Bangunan makam dan pemakaman yang rumit dengan jelas
dilarang dalam Al Qur’an. Namun, pada kenyataannya larangan mengembangkan
bentuk pemakaman terkadang dilanggar umat muslim.
Bangunan makam raja-raja Islam di Indonesia juga menunjukkan hasil dari prosrs
akulturasi. Makam raja-raja Islam Jawa yang dibangun di puncak-puncak bukit
dipengaruhi aspek kepercayaan prasejarah masyarakat Indonesia. Seperti telah
dijelaskan pada bab terdahulu, makam nenek moyang dibangun dipuncak bukit dan
kemudian dipuja oleh penduduk setempat. Tradisi lama seperti itu tampaknya
diteruskan oleh raja-raja Islam di Jawa.
Ada dua jenis bentuk makam asli yang menjadi model beberapa makam Islam
awal. Salah satunya berasal dari Aceh, Sumatra Utara yang dikenal sebagai Batu Aceh.
Jenis ini terdiri atas beberapa ragam. Salah satu cirri utama bentuk tersebut adalah
balok batu persegi panjang yang menyerupai bangunan, terukir dengan ayat-ayat yang
diambil dari Al Qur’an serta dibubuhi ragam hias yang disebut sebagai sayap,
sedangkan jenis yang satu lagi lebih umum disebut sebagai bentuk jada. Jenis ini
dipakai oleh orang-orang di sepanjang Sumatra, dekat kepulauan Riau dan
Semenanjung Malaka pada abad ke-15 dan 17.
makam pada umumnya memiliki batu nisan. Disamping kebesaran nama orang
yang dikebumikan pada makan tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai
budaya tinggi. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah
rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah.
Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
Wujud akulturasi Hindu dan Islam pada bangunan makam memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
1. Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
2. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,
nisannya juga terbuat dari batu.
3. Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut denga cngkup atau
kubba.
4. Dilengkapi dengan tembok atau Gapura yang menghubungkan antara makam
dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang
terbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar
(tidak beratap dan tidak berpintu).
5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid
makam Sendang Duwur di Tuban

c. Arsitektur Kerajaan / Istana dan Kota


Berdasarkan dari apa yang terlihat di Indonesia, peniruan gaya asli perumahan
dari negara Arab yang berikilim panas dan udara pasir memang tidak sesuai di
Indonesia. karena itu penerapan dekorasi terlihat lebih wajar. Sebagai contoh di rumah
tradisional di daerah yang penganutnya taat pada islam, sering terdapat unsur-unsur ke
islaman di dalam rumahnya seperti di rumah-rumah tradisional Aceh, Jakarta, Makasar
dan daerah-daerah lainnya. Dalam bentuknya yang megah, istana sultan deli
menonjolkan gaya “Islam” meskipun bangunan tersebut ciptaan seorang arsitek
belanda.
Istilah “keraton” (bahasa jawa untuk istana) mengacu pada singgasana (ratu- di
tingkat raja atau pangeran). Di Jawa, keratonlah yang menentukan citra kerajaan
secara geografis, bukan wilayah. Pengaruh kehidupan islam dalam bangunan rumah
dan istana banyak terdapat di Indonesia, tetapi unsur tersebut umumnya diterapkan
dalam detail atau dekorasi bangunan.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Masuknya agama dan budaya Islam ke Indonesia dipengaruhi oleh adanya hubungan
perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa Cina dan India, yang mendorong
pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam
hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang
berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang
menjadi pusat-pusat perdagangan dunia.Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka
dapat saling mengenal budayayang dibawa oleh masing-masing pedagangyang dapat
dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup. Untuk itu
banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk
setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di
berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan budaya. Ditengah perbedaan penafsiran
proses masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara. Para ahli sepakat bahwa
golongan pembawa agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, guru pengajaran,
serta Golongan lain yang juga disebut sebagai Tasawuf (kaum sufi). Mereka diperkirakan
masuk ke Nusantara pada abad ke-13.
Jenis peninggalan seni arsitektur dalam Islam diantara lain yaitu pertama masjid
adalah semua tempat yang ada di muka bumi ini yang yang tidak terbatas dapat
digunakan oleh orang muslim untuk melaksanakan sholat atau sembahyang sesuai dengan
syarat dan rukun yang sudah ditetapkan oleh Islam. Karena pada masa lalu orang Islam
saat melakukan sembahyang, dan terutama dilaksanakan secara bersama-sama atau
berjamaah selalu menyediakan tempat tersendiri yang berupa sebuah tanah lapang yang
diberi batas-batas tertentu atau pagar. Kedua pemakaman Makam raja-raja Islam Jawa
yang dibangun di puncak-puncak bukit dipengaruhi aspek kepercayaan prasejarah
masyarakat Indonesia. Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu makam nenek moyang
dibangun dipuncak bukit dan kemudian dipuja oleh penduduk setempat. Ketiga arsitektur
kerajaan / istana dan kota berdasarkan dari apa yang terlihat di Indonesia, peniruan gaya
asli perumahan dari negara Arab yang berikilim panas dan udara pasir memang tidak
sesuai di Indonesia. karena itu penerapan dekorasi terlihat lebih wajar. Sebagai contoh di
rumah tradisional di daerah yang penganutnya taat pada islam, sering terdapat unsur-
unsur ke islaman di dalam rumahnya seperti di rumah-rumah tradisional Aceh, Jakarta,
Makasar dan daerah-daerah lainnya. Dalam bentuknya yang megah, istana sultan deli
menonjolkan gaya “Islam” meskipun bangunan tersebut ciptaan seorang arsitek belanda.
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=makalah+tentang+se
ni+arsitektur+dalam+islam&btnG=
Yatim, Badri. Dr. M.A., 2004, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada.
http://id.wikipedia.org/wiki/india
Fanami, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang.
Prihani, Laurensia 2009. Hiasan pada Rumah Tradisional Jawa: Studi Kasus di Kawasan
Jero Beteng, Yogyakarta. Skripsi, Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada. Vitra Widinanda. 2009. "Menara-menara mesjid kuno di
Pulau Jawa abad ke 16-19 M (tinjauan arsitektural dan ragam hias). Skripsi
Arkeologi: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai