Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASAL USUL ISLAM MELAYU DAN ISLAMISASI DUNIA MELAYU


Untuk memenuhi tugas Islam dan peradaban Melayu
Dosen : Dr. Benny Agusti putra S.Hum. M.H.

Di susun oleh:
Septi Kurnia Zulhijah ( 503230102)
Novi anti ( 503230106 )
M.Nabil Luthfi. ( 503230089 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PRODI AKUNTANSI SYARIAH UNIVERSITAS SUTHAN
SYAIFUDDIN JAMBI 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat
dan hidayah nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Asal usul Islam melayu dan islamisasi dunia Melayu” dengan telat waktu.Tanpa
pertolongannya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga
tetap selalu tercurahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW. Yang selalu
kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Makalah ini di susun dan di tulis sebagai bahan diskusi serta untuk memenuhi tugas
mata kuliah Islam dan peradaban Melayu .Makalah ini di susun dengan kemampuan kami dan
semaksimal mungkin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kemudian
apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Terima kasih.

Jambi, 18 Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebuah konsep karya arsitektur yang lengkap bukan hanya didasarkan pada kalkulasi
Matematis dari kebutuhan kuantitatif para penggunanya, tetapi sekaligus mengacu pada
Perkembangan cita kehidupan, tindakan, pola piker, termasuk pemahaman keyakinan
Keagamaan. Sebuah karya arsitektur barulah menjadi bermakna ketika fungsi-fungsi yang
Dikandungnya, baik fungsi fisik indrawi maupun fungsi nonfisiknya dapat dikoordinasikan
Secara terpadu, dan tidak ditangkap secara terpisah-pisah. Dengan demikian, maka semua
Berkaitan erat antara gagasan-gagasan kehidupan, perilaku masyarakat dan kedudukan
tampilan Benda budaya sekaligus dalam sebuah system telah menjadi jelas posisinya

Arsitektur Islam pun dapat ditelusuri keadaan suatu masyarakat Muslim, situasi
Kemasyarakatannya, pemahaman keagamaannya, di saat dan tempat di mana karya arsitektur
Masjid tersebut berada. Arsitektur islam sebagai benda bentukan dengan sendirinya akan bisa
Menuntun pada penjelasan tentang pola perilaku, kehendak, keinginan, dan gagasan
keagamaan Masyarakat Muslim di sekeliling bangunan islam tersebut.

Semakin banyak tampilan elemen bangunan diperhaikan akan semakin banyak


diperoleh Isyarat darinya. Sedemikian sehingga dapat disusun rangkaian peristiwa demi
peristiwa Dibaliknya. Di akhir susunan tersebut dapat diperoleh gambaraan utuh kehidupan
masyarakat Di balik penampilan karya arsitekturnya.

Pada masa Kerajaan di Indonesia, Islam untuk masuk di Jawa secara kultural, bukan
Dengan paksaan. Dengan berbagai media penyampaian, Paham Islam berhasil menyebar
segala Penjuru. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, Islam muncul bersama nilai-nilai agama
yang dapat diterima oleh Masyarakat. Nilai-nilai Islam yang melekat pada kebudayaan Jawa
Memang seolah telah menjadi kesatuan yang sulit dipisahkan dalam berbagai bidang nilai
Islam Mampu memberikan pengaruhnya. Dalam makalah ini sedikit banyak akan diuraikan
Bagaimana sejarah arsitektur dalam Islam seiring penyebaran Islam beserta dari ciri khas
arsitektur Islam di Indonesia.
BAB II

ISI

2.1 Pra Arsitektur Islam Di Indonesia

Dapat kita lihat bangunan Indonesia pada zaman dahulu terbuat dari bahan yang tidak
tahan lama. Para ahli arsitektur tidak beruntung karena bahan-bahan hayati ini tidak dapat
bertahan lama dalam iklim Indonesia. Bangunan-bangunan kuno yang masih bertahan lama
yaitu pada bangunan yang terbuat dari bangunan batu. Bangunan batu tertua di Indonesia
dibangun pada akhir zaman prasejarah, lebih kurang 2.000 tahun yang lalu. Punden Berundak
dari batu dan gentang lahan yang berkaitan untuk upacara dibangun pada lereng pegunungan.
Punden Berundak ini digunakan pada periode klasik. Di beberapa wilayah nusantara, punden
Berundak ini masih digunakan untuk kegiatan keagamaan.

Pada periode klasik Indonesia dimulai dengan berdirinya candi batu dan batu bata
yang menaungi lambang dewa-dewa Hindu dan Budha. Contoh tertua, kerangka tahun awal
abad ke-8 dirancang oleh arsitek Indonesia yang sudah terbiasa bekerja dengan bahan
permanen. Menggunakan paduan ragam hias dan lambang pribumi dan asing. Mereka
mengungkapkan Kembali konsep prasejarah Indonesia mengenai hubungan antar manusia,
dewa, dan alam Semesta.Bangunan dari Jawa Timur menunjukkan bahwa beberapa wilayah
kediaman bangsawan abad Ke-14 sebagian dibangun dari bata dan ubin. Sisa arsitektur
periode klasik terpusat di Jawa, Tetapi beberapa tempat di Sumatera, Bali dan Kalimantan
menunjukkan data yang patut dipertimbangkan.

Selama periode klasik di Indonesia lebih kurang 800 tahun lamanya, bidang arsitektur
berevolusi sebagai reaksi terhadap perubahan agama, politik, dan kecenderungan umum
manusia dalam menginginkan perubahan gaya. Beberapa bangunan periode ini dianggap
Sebagai bagian dari warisan kebudayaan dunia. Contoh arsitektur pada bangunan candi
zaman klasik dapatlah kita lihat bahwa konsep Dasar rancangannya adalah keinginan
menciptakan tiruan gunung pada pusat alam semesta, Tempat roh para dewa dapat dibujuk
untuk menjelma menjadi patung atau lingga yang Ditempatkan dalam ruangan yang
menyerupai gua.
Dalam bangunan candi terdahulu ada pula yang menggunakan kayu sebagai
penyangga luar, diantaranya dapatlah kita lihat pada arsitektur kayu Indonesia dari salah satu
relief Borobudur (serambi pertama, sisi timur, sayap utara, lubang pengatur suhu diatas).
Bangunanbangunan ini memakai struktur penahan beban bagian luar dengan penyangga
berbentuk seperti Tiang berwujud manusia (canyatid) dalam bentuk satwa liar. Rancangan ini
mirip dengan bangunan di India selatan (abad ke 4-9), tetapi saat arsitek Jawa membangun
dengan batu, Teknik para arsitek setempat mulai menyimpang dari model India. Sementara
orang Jawa Menggunakan bangunan pendukung dari luar, mereka mengabaikan penggunaan
sosok satwa Sebagai penyangga dan menggantikannya dengan tiang, tahap ini tampak pada
relief-relief. Saat orang Jawa menggunakan batu sebagai bahan bangunan, bangunan penahan
berat bagian Luar menjadi berlebih, tiang dan penyangga diubah menjadi unsur hiasan
dinding luar.

Bentuk bangunan arsitektur pada zaman prasejarah diantaranya yaitu


bangunanbangunan candi ; candi Borobudur, candi Rara Jonggrang, candi Merak, candi
Sewu, candi Palosan, candi Kidal dan sebagainya. Candi-candi tersebut yang terbuat dari
batu-batuan pada Zaman klasik terdahulu.

2.2 Arsitektur Masjid Dan Menara

A. Pengertian masjid

Secara etimologi, “masjid” berarti tempat sujud atau tempat orang bersembah yang
menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan oleh Islam. Sedangkan menurut sebuah hadis
Islam sendiri,masjid adalah setiap jengkal tanah di atas permukaan bumi ini. Hal tersebut
Seperti yang dijelaskan dalam hukum atau syariat Islam bahwa Allah SWT sebagai Tuhan
dari Umat beragama Islam ada dimana-mana, dan untuk menyembahnya dengan melakukan
sholat yang juga dapat dilakukan dimana-mana, atau tidak terikat oleh suatu tempat
(Soekmono, 1973).Sedangkan menurut Abdul Rochim dalam Martapa (2003) masjid sebagai
tempat beribadah kaum muslimin yaitu tempat bersujud dalam sholat untuk melaksanakan
perintah Allah SWT sesuai dengan ajaran Agama Islam. Karena Allah diyakini sebagai
pemilik jagad Ini, maka untuk menyembahnya dapat dilakukan dimana saja.
B. Fungsi Masjid

Fungsi masjid yang sebenarnya adalah untuk tempat pusat ibadah dan kebudayaan
Islam, Ibadah dalam Islam antara lain :

▪ Hubungan manusia dengan Tuhan : shalat, I’tikaf, dan lain-lain

▪ Hubungan manusia dengan manusia : zakat, nikah, dan lain-lain

▪ Hubungan manusia dengan dirinya : mencari ilmu, mengaji, dan lain-lain

▪ Hubungan dengan alam : memelihara, memanfaatkan dan tidak merusak alam.

C.Menara Masjid

Menara masjid merupakan sebuah bangunan sebagai tempat untuk


mengumandangkan Adzan(ajakan untuk menunaikan ibadah sholat) pada awal
perkembangannya. Seiring Perkembangannya, terdapat pula fungsi-fungsi lainnya. Terdapat
berbagai istilah untuk Menyebutkan menara yang berasal dari bahasa Arab. Ms’dhana dan
Mi’dhana yang berarti Tempat menyerukan adzan dan Sawma’a yang berarti ruangan. Dalam
bangunan masjid sendiri Bangunan menara bukan suatu hal yang wajib ada. Agama Islam
sendiri tidak memberikan Aturan khusus dakam pembangunan menara. Namun, di pulau
Jawa beberapa masjid memiliki Bangunan yang memilik bangunan yang bentuknya beragam.
Pada menara-menara masjid di Pulau Jawa abad ke 15-19 M terdapat gaya-gaya yang di
pengaruhi oleh budaya asing. Berdasarkan periode waktunya maka pengaruh-pengaruh
tersebut berasal dari Belanda, Arab, Dan Hindu-Budha. Berikut merupakan contoh-contoh
masjid yang memiliki menara di Indonesia :

A .Menara Kudus

Masjid yang terletak di Kota Kudus, Jawa Tengah, ini dibangun pada 956 H/1549 M.
Masjid ini terkenal dengan menaranya yang unik, yang merupakan bagian dari kompleks
Makam Sunan Kudus. Menara ini pada dasarnya meniru bangunan candi zaman Majapahit
yang Terdiri dari kaki dan tubuh bangunan yang berjenjang beserta pelipit-pelipit mendatar
sebagai Batas.
B.Masjid Istiqlal Jakarta

Masjid Istiqlal merupakan salah satu masjid di Indonesia yang mengedepankan gaya
Arsitektur Islam modern. Gaya arsitektur modern ini juga tampak pada bagian menara
masjid. Bangunan menara yang berfungsi sebagai tempat muazin mengumandangkan azan
sebagai Tanda waktu shalat tiba ini dibangun meruncing ke atas dan memiliki lubang-lubang
pada Bagian dindingnya. Lubang-lubang tersebut untuk mengurangi tekanan dan hembusan
angin.

C.Masjid Agung Banten

Masjid ini termasuk salah satu yang tertua di Jawa. Masjid yang dibangun oleh Sultan
Maulana Hasanuddin (1552-1570) terletak di sisi alun-alun dan di sebelah utara keraton.
Menara Masjid Agung Banten berbentuk mercusuar dengan gaya Eropa yang tampak kurang
Serasi dengan bangunan masjidnya.Awalnya, sebelum difungsikan sebagai menara masjid,
menara ini digunakan sebagai Menara rambu dan pengintai untuk Pelabuhan Banten yang
kerap menjadi sasaran serangan Oleh kekuatan-kekuatan Eropa sebagai rival Belanda.
Menara ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda, Hendrik Lucasz Cardeel, yang bekerja di
kota pelabuhan itu pada abad ke-17M.

2.4 Arsitektur makam

A. Pengertian

Pemakaman Islam Ortodoks mmenekankankesederhanaan kesamaan bagi semua orang


di depan Tuhan. Bangunan makam dan pemakaman yang rumit dengan jelas dilarang dalam
Alquran. namun pada kenyataannyalarangan mengembangkan bentuk pemakaman terkadang
dilanggar umat muslim.

Bangunan makam raja-raja Islam di Indonesia juga menunjukkan hasil dari proses
akulturasi. Makam raja-raja Islam Jawa yang dibangun di puncak-puncak bukti dipengaruhi
aspek kepercayaan prasejarah masyarakat Indonesia. Seperti telah dijelaskan pada bab
terdahulu. Makam nenek moyang dibangun di puncak bukit dan kemudian dipuja oleh
penduduk setempat. Tradisi lama Sepertinya itu ditampaknya Diteruskan oleh raja-raja Islam
di Jawa.
B. Karakteristik Arsitektur Makam

Pada makan Pada umumnya memiliki batu nisan titik di sampingnya kebesaran nama
orang yang dikebumikan pada makam tersebut biasanya batu nisannya pun memiliki nilai
budaya tinggi titik pada makam orang-orang penting atau terformat didirikan sebuah rumah
yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah titik misalnya
makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan sunan-sunan besar yang lainnya.

C. Contoh-Contoh Arsitektur makam di Indonesia

a. Makan wali songo

Maulana Malik Ibrahim merupakan penyebar agama Islam di tanah Jawa dan merupakan
waliter tertua dari ke-9 Wali yang mengingat pada tahun 1419. Bahkan beliau berlokasi di
desa gapura Wetan Jawa Timur.

b. Makam imogiri

Makam raja-raja di Imogiri dibangun pada perempat pertama abad ke-17 Kompleks
makam raja-raja tersebut terdiri atas model-modul halaman makam yang disusun
menyamping, masing-masing modul memiliki tiga halaman yang diatur segaris ke belakang
titik pada ruang teratas di makam para raja, istri dan juga keluarga terdekat.

2.5 Arsitektur kerajaan/ istana dan kota

A. Pengertian

Istilah Keraton bahasa jawa untuk istana mengacu pada Singgasana ratu di tingkat raja
atau pangeran di Jawa, Keraton ia menentukan Citra kerajaan Secara geografis, bukan
wilayah. Pengaruh kehidupan Islam dalam bangunan rumah dan istana banyak terdapat di
Indonesia tetapi unsur tersebut umumnya diterapkan dalam detail atau dekorasi bangunan.

B. Pusat dan daerah pinggiran

Pada masa kekuasaan Kerajaan Islam Mataram di Jawa Tengah abad 16 hingga 18
terdapat perbedaan antara dunia dalam dan dunia luar yang diwakili oleh istana kadang-
kadang dikenal dengan istilah dalam yang berarti dalam serta alam sekitar beserta hutan yang
mengelilinginya dunia dalam dikenali dengan segala hal yang dianggap beradab halus serta
sakral sedangkan dunia luar digambarkan sebagai segala hal yang besar liar serta kekuatan.
Sehingga dapat disimpulkan dari segi tata letak, kesucian merujuk di pusat, Di dalam batas
dinding gugus istana.

C. gunung suci dan tata letak bersumbu

Di Jawa tata letak lingkungan serta kota yang mengiringinya di Dusun berdasarkan
pemikiran jagat raya. Sebagian besar keratin dan kota-kota terkait terletak di atas tanah
dengan paling sedikit sebuah sungai serta cabang aliran sungai di Jawa Sumatera Sumbawa
dan Ternate di belakang keratin terdapat gunung yang dianggap suci titik kaitan antara
Keraton dan gunung di Jawa diberatkan oleh semua gedung dalam gugus istana dengan
berporos pada gunung suci tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pada masa bangunan masjid di Indonesia khususnya di pulau Jawa dan pulau Sumatera
memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan bangunan masjid di negara lainnya,
bahkan di negara asal Islam yaitu Arab. Bentuk masjid di Jawa dan Sumatera memiliki atap
yang bersusun 5, dan setelah abad 17 menjadi bersusun 5 titik diperkirakan bentuk atap
seperti ini mengadopsi dari bentuk pagoda dari Cina. Bangunan Menara yang pada umumnya
terdapat pada bangunan masjid, digunakan sebagai tempat adzan atau panggilan salat pada
hanya sedikit ditemukan di masjid-masjid Jawa dan Sumatera, karena mereka menggunakan
bedug untuk memanggil jamaah titik bangunan makam di Indonesia pada umumnya terletak
di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat. Jika di dekat makam didirikan Masjid
Istiqomah biasanya makam tersebut merupakan makam para wali atau raja. Dan makam
khususnya di Jawa biasanya didirikan tembok atau gapura yang menghubungkan antara
makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rochym, 1983,Sejarah Arsitektur Islam. Bandung: Angkasa

Adityo, Dimas Haryo 2011. “Perubahan Fungsi dan Konstruksi Bangunan di Kompleks
Dalem

Mangkubumen”. Skripsi, Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah


Mada.

Amin, M. Darori. 2000 Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media.

Azymardi, Azra, dkk. 1997 Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar baru.

Drs. Atang Abd. Hakim, M. A, 2000,Metodologi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya

Seyyed Hossein Nasr, 1994,

Fanami, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang

M. Abdul.2007. Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Press. Abdul Jamil dkk. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media

Prihani, Laurensia 2009. Hiasan pada Rumah Tradisional Jawa: Studi Kasus di Kawasan
Jeron

Beteng, Yogyakarta. Skripsi, Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah

Mada.

Sutrisno, Budiono Hadi, Sejarah Walisongo. 2009. Yogyakarta: Graha Pustaka. Karim,

Vitra Widinanda. 2009. “Menara-menara mesjid kuno di Pulau Jawa abad ke 16-19 M
(tinjauan

Arsitektural dan ragam hias). Skripsi Arkeologi: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Universitas Indonesia.
Zein, Abdul Bakir. 2009 Masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Jakarta: Gema Insani

Anda mungkin juga menyukai