Anda di halaman 1dari 12

NAME : Afziaul Akbar

NIM : 1930205076

CLASS : PBI 01

RESUME BAB 8

TRADISI-TRADISI ISLAM DI INDONESIA :


ARSITEKTUR dan KELEMBAGAAN ULAMA
A. ARSITEKTUR
1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan
proses penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam
keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam
mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen,
serta makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu
jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam
terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi
pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi
tersebut.
Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV meliputi
perkembangan struktur, seni dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan. Daerah
perkembangannya meliputi wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga
Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya di setiap daerah berbeda dan mengalami
penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat, serta kondisi geografis. Hal ini tidak
terlepas dari kondisi alam yang mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan
manusia.
Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya, selalu berkembang seiring
dengan berkembangnya peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam yang turut
membentuk peradaban manusia juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur
dalam Islam dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam as sebagai pusat
beribadah umat manusia kepada Allah SWT (Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga
merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di bumi. Tradisi ini dilanjutkan oleh
Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Nabi Ismail as. Mereka berdua memugar kembali
bangunan Ka’bah. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW melanjutkan misi
pembangunan Ka’bah ini sebagai bangunan yang bertujuan sebagai tempat beribadah
kepada Allah. Dari sinilah budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan
memiliki daya dorong yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti
secara fungsional dan simbolis. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran Surat Ali Imran
ayat 96: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia”.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa arsitektur Islam adalah cara
membangun yang Islami sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan
terhadap tempat dan fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter Islaminya dalam
hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi. Definisi ini adalah suatu definisi
yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monument ataupun bangunan
religius (Saoud, 2002: 2). Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur Islam
merupakan salah satu gaya arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan
makna.
2. Sejarah Perkembangan Arsitektur Islam di Indonesia
Arsitektur Islam merupakan terminologi arsitektur yang membentang dan
berevolusi dalam kultur muslim yang membentang sepanjang sejarah Islam.
Arsitektur Islam mencakup bangunan religius, sebagaimana pula arsitektur sekuler.
Arsitektur islam adalah suatu arsitektur atau hasil usaha manusia yang memiliki
wujud kongkrit sebagai pemenuh atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Perkembangan arsitektur islam sangatlah luas meliputi bangunan tempat tinggal dan
bangunan keagamaan. Di antaranya istana, benteng, masjid, kuburan, bak pemandian
umum, air mancur, dan lain-lain.
Konsep pemikiran arsitektur islam bersumber dari Al Quran, Hadits, Keluarga
Nabi, Khalifah, Ulama, dan Cendikiawan Muslim. Dalam pembangunannya,
arsitektur ini memegang faktor fisik dan faktor metafisik. Maksud faktor fisik yaitu
wujud fisik arsitektur harus sesuai dengan ajaran agama islam. Sedangkan, faktor
metafisik berarti arsitektur mampu membuat penghuninya untuk bertakwa kepada
Allah SWT, menjamin penghuninya merasa aman dan nyaman, serta mendorong
pemiliknya untuk senantiasa bersyukur.
Adapun ciri-ciri dari arsitektur islam yaitu :
Arsitektur mempunyai ornamen yang senantiasa mengingatkan penghuninya kepada
Allah SWT Arsitektur tidak mengandung ornamen yang bergambar makhluk hidup
utuh Interior arsitektur ditata untuk menjaga perilaku dan akhlak yang baik Arsitektur
biasanya dihiasi warna-warni alami yang mendekatkan kepada Allah SWT
Pembangunan arsitektur bukan bertujuan untuk riya atau sombong Toilet tidak boleh
menghadap dan atau membelakangi kiblat Keberadaan arsitektur bangunan tidak
berdampak negatif bagi orang lain.
3. Pengaruh Perkembangan Arsitektur Islam di Indonesia
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang terlampir
sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses
akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-
bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu
kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan
Hindu dan Budha hilang. Ajaran Islam mulai masuk ke Indonesia sekitar abad
Penyebaran awal Islam di Nusantara dilakukan pedagang-pedagang Arab, Cina, India
dan Parsi. Setelah itu, proses penyebaran Islam dilakukan oleh kerajaan-kerajaan
Islam Nusantara melalui perkawinan, perdagangan dan peperangan. Banyak masjid
yang diagungkan di Indonesia tetapi mempertahankan bentuk asalnya yang
menyerupai (misalnya) candi Hindu/Buddha bahkan pagoda Asia Timur, atau juga
menggunakan konstruksi dan ornamentasi bangunan khas daerah tempat masjid
berada. Pada perkembangan selanjutnya arsitektur mesjid lebih banyak mengadopsi
bentuk dari Timur Tengah, seperti atap kubah bawang dan ornamen, yang
diperkenalkan Pemerintah Hindia Belanda. Kalau dilihat dari masa pembangunannya,
masjid sangat dipengaruhi pada budaya yang masuk pada daerah itu. Masjid dulu,
khususnya di daerah pulau Jawa, memiliki bentuk yang hampir sama dengan candi
Hindu – Budha. Hal ini karena terjadi akulturasi budaya antara budaya setempat
dengan budaya luar.
Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut: Atapnya
berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari
tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya
ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang
disebut dengan Mustaka.Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan
masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan
kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan
kentongan merupakan budaya asli Indonesia.Letak masjid biasanya dekat dengan
istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat
yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga
terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam
terlihat dari: makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang
keramat. Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,
nisannya juga terbuat dari batu.di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang
disebut dengan cungkup atau kubba,dilengkapi dengan tembok atau gapura yang
menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam.
Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada
yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).di dekat makam
biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut
adalah makam para wali atau raja.

B. KELEMBAGAAN ULAMA

A. Sejarah Ulama

kata ‘’Ulama’’ adalah bentuk jamak. Mufradnya ‘’alim’’ yang berarti orang
pandai. Pengertian ulama dalam istilah fiqih memang sangat spesifik, sehingga
penggunaannya tidak boleh pada sembarang orang. Semua syaratnya jelas dan
spesifik serta disetujui oleh umat Islam. Paling tidak, dia menguasai ilmu-ilmu
tertentu, seperti ilmu Al-Quran, ilmu hadits, ilmu ifiqih, ushul fiqih,qawaid fiqhiyah
serta menguasai dalil-dalil hukum baik dari Quran dan sunnah. Juga mengerti masalah
dalil nasikh mansukh, dalil 'amm dan khash, dalil mujmal dan mubayyan dan
lainnya.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang alim selain
ulama, antara lain

a. Kiyai

Lain halnya dengan sebutan kiyai, yang bukan istilah baku dari agama Islam.
Istilah kiayi memiliki penegrtian yang plural. Kata kiai bisa berarti ; sebutan bagi alim
ulama (cerdik dan pandai dalam agama islam) , sebutan bagi guruilmu ghaib,dan
sebagainya.
Panggilan kiyai bersifat sangat lokal, mungkin hanya di pulau Jawa bahkan
hanya Jawa Tengah dan Timur saja. Di Jawa Barat orang menggunakan istilah
Ajengan. Biasanya istilah kiyai juga disematkan kepada orang yang dituakan, bukan
hanya dalam masalah agama, tetapi juga dalam masalah lainnya. Bahkan benda-benda
tua peninggalan sejarah pun sering disebut dengan panggilan kiyai. Melihat realita ini,
sepertinya panggilan kiayi memang tidak selalu mencerminkan tokoh agama, apalagi
ulama.

b. Ustadz

Ustadz adalah orang yang mengajar agama. Artinya secara bebas adalah guru
agama, pada semua levelnya. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan kakek
dan nenek. Namun hal itu lebih berlaku buat kita di Indonesia ini saja.

Istilah ini konon walau ada dalam bahasa Arab, namun bukan asli dari bahasa
Arab. Di negeri Arab sendiri, istilah ustadz punya kedudukan sangat tinggi. Hanya
para doktor (S-3) yang sudah mencapai gelar profesor saja yang berhak diberi gelar
Al-Ustadz. Kira-kira artinya memang profesor di bidang ilmu agama.Jadi istilah
ustadz ini lebih merupakan istilah yang digunakan di dunia kampus di beberapa negeri
Arab, ketimbang sekedar guru agama biasa.

B. Peran ulama

Ulama memegang peran penting dalam kehidupan umat, mulai dari tempat
bertanya tentang ajaran agama sampai kepada menyelesaikan problem masyarakat
dalam ruang lingkup yang lebih luas. Ulama adalah figur-figur yang diidealisasikan
oleh umat. Mereka adalah patron sosial, sosok yang diidealis asikan oleh kehidupan
kultural. Ulama mempunyai beberapa peran, diantaranya:
1. Pewaris para nabi.
Tentu, yang dimaksud dengan pewaris nabi adalah pemelihara dan menjaga
warisan para nabi, yakni wahyu/risalah, dalam konteks ini adalah al-Quran dan
Sunnah. Dengan kata lain, peran utama ulama sebagai pewaris para nabi adalah
menjaga agama Allah Swt. Hanya saja, peran ulama bukan hanya sekadar
menguasai khazanah pemikiran Islam, baik yang menyangkut masalah akidah
maupun syariah, tetapi juga bersama umat berupaya menerapkan,
memperjuangkan, serta menyebarkan risalah Allah.
2. Pembimbing, pembina dan penjaga umat.
Pada dasarnya, ulama bertugas membimbing umat agar selalu berjalan di atas
jalan lurus. Ulama juga bertugas menjaga mereka dari tindak kejahatan,
pembodohan, dan penyesatan yang dilakukan oleh kaum kafir melalui gagasan,
keyakinan, dan sistem hukum yang bertentangan dengan Islam. Semua tugas ini
mengharuskan ulama untuk selalu menjaga kesucian agamanya dari semua
kotoran. Ulama juga harus mampu menjelaskan kerusakan dan kebatilan semua
pemikiran dan sistem kufur kepada umat Islam.
3. Sumber ilmu.
Ulama adalah orang yang fakih dalam masalah halal-haram. Ia adalah rujukan
dan tempat menimba ilmu sekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu
berjalan di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks ini, peran sentralnya
adalah mendidik umat dengan akidah dan syariah Islam. Dengan begitu, umat
memiliki kepribadian Islam yang kuat.
C. Kelembagaan Ulama di Indonesia
1. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Wadah Musyawarah para Ulama,
Zu’ama, dan Cendekiawan Muslim di Indonesia untuk membimbing, membina dan
mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri
pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta,
Indonesia. Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah
berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi
bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli
terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.
2. Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini
berdiri pada 31 Januari 1926 atau 16 Rojab 1344 H di Surabaya.
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah
juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad
SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan
yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran
Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
RESUME BAB 9

TRADISI-TRADISI ISLAM DI INDONESIA :

SENI DAN BUDAYA

A. Alkulturasi budaya Islam di Indonesia

Akulturasi kebudayaan merupakan suatu fenomena yang merupakan hasil


ketika suatu kelompok individu yang memiliki kebudayaanan yang berdeda datang
dan secara berkesinambungan melakukan kontak dari perjumpaan pertama, yang
kemudian mengalami perubahan dalam pola kebudayaan asli salah satu atau kedua
kelompok tersebut. Sedangkan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia “akulturasi”
adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu
masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan
asing itu. Dari pengertian akulturasi ini, maka dalam konteks masuknya Islam ke
Nusantara (Indonesia) dan dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi interaksi
budaya yang saling mempengaruhi.

Latar belakang sejarah sebagai bukti adanya akulturasi Islam dan budaya lokal.
Sebelum Islam datang ke Indonesia, di Nusantara (Indonesia) telah berdiri kerajaan-
kerjaan yang bercorak Hinduisme dan Budhisme. Seperti kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit. dan Sebelum datangnya agama Islam atau bahkan Hindu dan Buddha di
Nusantara, masyarakatnya memliki kepercayaannya sendiri. Kepercayaan mereka
kepada roh nenek moyang. Ciri khas religi animisme-dinamisme adalah menganut
kepercayaan roh dan daya gaib yang bersifat aktif. Prinsip roh aktif menurut
kepercayaan animisme adalah bahwa roh orang mati tetap hidup dan bahkan menjadi
sakti seperti dewa, bisa mencelakakan atau mensejahterakan masyarakat manusia.
Dunia ini juga dihuni oleh berbagai macam roh gaib yang bisa membantu atau
mengganggu kehidupan manusia. Seluruh ritus atau meditasi religi animisme-
dinamisme dimaksudkan untuk berhubungan dan memengaruhi roh dan kekuatan gaib
tersebut, bahkan melalui meditasi atau dukun prewangan dijalin hubungan langsung
untuk minta bantuan dengan roh dan kekuatan gaib itu. Bahkan mereka melakukan
ritual untuk memperingati kelahiran atau kematian nenek moyang dari generasi ke
generasi selanjutnya.

Prinsip kepercayaan tersebut menyimpang dari ajaran islam. Kedatangan


kedua agama Hindu dan Buddha tidak menjadikan tradisi asli masyarakat menghilang.
Ada beberapa contoh pengaruh agama Hindu dan Buddha terlihat dari seni bangunan
dan seni rupa. Ada juga candi, pada dasarnya candi digunakan sebagai tempat
peribadatan. Akan tetapi, saat agama Hindu dan Buddha masuk Nusantara(Indonesia)
masyarakat mengakulturasikan candi sebagai makam leluhur. Dengan cara itu
masyrakat melakukan peribadatan di candi hingga menjadi tradisi masyarakat itu
sendiri.

A. Tradisi-tradisi Islami

Sebelum adanya Islam masuk ke nusantara masyarakat sudah menganut


berbagai kepercayaan, seperti Hindu dan Buddha. Oleh sebab itu tradisi tradisi yang
ada di indonesia dipengaruhi oleh agama-agama pendahulu. Agama islam masuk
kedalam Nusantara dengan cara damai dan membuat agama ini mudah diterima. Salah
satu faktor menyebabkan agama islam mudah diterima yaitu karena mampu
berakulturasi dengan adat, kepercayaan dan budaya yang telah berkembang.

Alkulturasi budaya Islam dilakukan dengan memenuhi batasan-batasan


tentang budaya yang baik dan boleh dilakukan manusia. Batasan budaya tersebut
dibagi menjadi tiga, yaitu tidak melanggar ketentuan halal-haram, mendatangkan
kebaikan dan tidak menimbulkan kerusakan, serta sesuai dengan prinsip al-Wala’
(kecintaan kepada Allah Swt. dan apa saja yang dicintainya). dan al-Bara’ ( berlepas
diri dan membenci apa saja yang dibenci Allah Swt.).
Dari alkulturasi budaya Islam dengan budaya masyarakat asli yang memiliki
adat dan tradisi yang diperoleh dari agama-agama terdahulu telah melahirkan budaya
baru yang bernafaskan nilai-nilai islami. berikut beberapa contoh seni-seni yang
dihasilkan :
1) Seni bangunan Masjid
Seni bagunan masjid merupakan salah satu tradisi Islam berupa peninggalan
fisik. Arsitektur bangunan masjid berbeda-beda di setiap daerah. Sebagai
contoh, masjid menara Kudus memiliki arsitektur unik. Masjid ini adalah
masjid tua di Indonesia, yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota,
kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Masjid ini didirikan pada tahun 956
H atau 1549 M oleh sunan kudus. Awalnya masjid ini diberi nama masjid Al-
Aqsa. Hal yang unik pada masjid ini adalah bagian menaranya yang berbentuk
seperti candi yang bercorak Hindu Majapahit.
Selain itu ada juga masjid Agung Demak yang merupakan masjid tua dan
didirikan oleh Wali Songo pada masa pemerintahan Raden Patah yang
merupakan raja pertama Kesultanan Demak. Masjid Agung Demak
merupakan akulturasi budaya Hindu dan Islam, ini merupakan bukti kebesaran
Kerajaan Demak dan Wali Songo beserta dukungan masyarakat berhasil
mendirikan masjid ini pada tahun 1479 Masehi. Masjid ini memiliki empat
tiang utama disebut saka guru. Atapnya berbentuk tumpang gasal yang
berbentuk linmas dan bertingkat dan semakin ke atas atapnya semakin kecil.
Atapnya bersusun tiga melambangkan iman, Islam, dan ihsan. Pintu yang
berjumlah lima melambangkan rukun Islam, sementara jendela yang
berjumlah enam melambangkan rukun islam.
2) Nama Bulan pada Penanggalan Jawa.
Penggunaan kalender Hijriah dalam islam mempegaruhin penanggalan
masyarakat Jawa. Sebelum adanya Islam masyarakat Jawa dulu mempunya
penanggalan bulan sendiri, terdapat dua macam yaitu Penanggalan
Pranatamangsa yang sudah dimiliki orang Jawa sebelum bangsa Hindu datang
dipulau Jawa. Kalender atau perhitungan Pranatamangsa itu dapat dikatakan
kalendernya kaum petani, yang memanfaatkannya sebagai pedoman dalam
berocok tanam dalam bekerja. dan ada juga Penanggalan Saka yang berasal
dari India. Kalender ini merpakan sebuah penanggalan syamsiyah qamariyah
(candra surya) atau kalender luni solar. Tidak hanya digunakan oleh
masyarakat Hindu di India, kalender saka juga masih digunakan oleh
masyarakat Hindu di Bali, Indonesia, terutama untuk menentukan hari-hari
besar keagamaan mereka. Setelah masuknya Islam, penanggalan Jawa telah
berubah menjadi lebih Islami. Nama bulan pada penganggalan jawa setelah
terpengaruh dalam penanggalan Hijriah yaitu Suro (Muharram), Sapar (Safar),
Mulud (Rabiul Awal), Bakda mulud ( Rabiul Akhir ), Jumadil Awal, Jumadil
Akhir, Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Syawal (Syawal),
Apit (Zulqaidah), dan Besar (Zulhijah).
3) Seni Pertunjukan Wayang
wayang termasuk seni pertunjukan yang dikenal secara luas oleh masyarakat
di nusantara. Kesenian wayang digunakan Wali Songo untuk mendakwahkan
agama Islam. Wali yang menggunakan wayang sebagai sarana dakwah salah
satunya adalah Sunan Kalijaga cerita wayang pada awalnya diambil dari cerita
Mahabarata. cerita tersebut kemudian diubah oleh Wali Songo sehingga cerita
wayang yang disajikan mengandung nilai-nilai ajaran Islam.

Dari alkulturasi budaya di atas dapat diketahui bahwa budaya dan tradisi
merupakan sarana yang digunakan Ulama untuk menyampaikan agama Islam di
nusantara. Budaya dan tradisi yang sudah berkembang di masyarakat diberikan jiwa
Islam sehingga mudah diterima oleh masyarakat. Di sini tradisi di Indonesia yang
mengandung ajaran Islam lainnya adalah :
1) Halal bihalal
Istilah halal bihalal sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia
merupakan tradisi umat Islam nusantara setiap bulan Syawal atau pada hari
raya idulfitri memaafkan tradisi halal bihalal ini dilaksanakan oleh hampir
semua masyarakat Islam di nusantara atau di Indonesia adapun tujuan dari
tradisi halal bihalal itu untuk meminta serta memberi maaf kepada kerabat dan
Tetangga seorang manusia pasti memiliki kesalahan yang disengaja maupun
tidak sengaja kepada orang lain.
2) Tradisi Kupatan
Tradisi kupatan dilaksanakan seminggu setelah hari raya idulfitri biasanya
masyarakat akan berkumpul di masjid dengan hidangan utama berupa kupat
ataupun ketupat. Kupat merupakan makanan khas dalam perayaan Idul Fitri
pada masyarakat Indonesia bukan hanya sekedar makanan khas Idul Fitri bagi
masyarakat Jawa kupat diartikan dengan “ngaku lepat” atau mengaku bersalah
artinya pada hari raya idulfitri manusia harus berani mengakui kesalahannya
dan meminta maaf kepada orang lain. Biasanya acara ini dilakukan setelah
salat Ied berjama’ah selesai para warga maupun masyarakat setempat akan
berkumpul di masjid sambil membawa makanan dari rumah masing-masing
dan melakukan acara tersebut di masjid.
3) Tradisi Skaten
Tradisi Sekaten dilaksanakan di Surakarta dan Yogyakarta. Sekaten awalnya
dilaksanakan di Demak setelah Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan
Masjid Agung Demak. Setelah masjid berdiri diadakan syiar Islam selama 7
hari untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam. Syair tersebut dilaksanakan dengan membunyikan gamelan karya
Sunan Giri dan melantunkan gending karya Sunan Kalijaga.
Saat kekuasaan Islam pindah dari Demak ke Mataram terjadi tradisi Sekaten
tetap dilaksanakan. Dalam perkembangannya kerajaan Mataram terpecah
menjadi dua yaitu Kesultanan Yogyakarta dan kesunanan Surakarta. Tradisi
Sekaten di Yogyakarta dilaksanakan dengan membunyikan gamelan Kanjeng
Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai guntur madu selama 7 hari berturut-turut.
Gamelan tidak dibunyikan mulai hari kamis malam hingga hari Jumat siang
setelah salat Jumat. pada tanggal 11 April awal diadakan pembacaan Riwayat
Hidup Nabi Muhammad Saw Wa Sallam. Selanjutnya, pada tanggal 12 rabi'ul
Awwal Sultan memberikan sedekah berupa gunungan kepada rakyatnya.
4) Tradisi Grebeg
Grebeg pertama kali diadakan oleh Sultan Hamengku Buwana 1. Grebeg di
Yogyakarta dilaksanakan untuk memperingati hari-hari besar Islam terbaik di
Yogyakarta diselenggarakan 3 kali setiap tahunnya. Pertama , Grebeg Pasha
yang dilakukan setiap tanggal satu Syawal untuk menghormati ibadah puasa
dan menyambut kedatangan hari raya idulfitri. Kedua Grebeg besar yang
dilaksanakan pada tanggal 10 Zulhijah untuk merayakan ibadah qurban.
Ketiga Grebeg Maulud yang dilaksanakan setiap tanggal 12 rabi'ul Awwal
untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. Selain Yogyakarta ada
beberapa wilayah yang melaksanakan tradisi tersebut yaitu Solo, Cirebon, dan
Demak. Daerah tersebut dahulu merupakan tempat berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam di Pulau Jawa .
5) Tradisi Tumpeng
Budaya tumpeng masyarakat nusantara gemar membuat tumpeng pada acara
tertentu. Tumpeng adalah nasi beserta lauk yang disajikan dalam bentuk
kerucut. Nasi yang digunakan dalam tumpeng biasanya berupa nasi kuning
atau nasi uduk. Tumpeng disajikan dengan alas tampah dan dialasi dengan
daun pisang. Tumpeng biasa dibuat kenduri atau perayaan peristiwa penting.
pucuk dari tumpeng akan diberikan kepada orang yang dianggap sebagai
sesepuh dalam suatu masyarakat sebagai bentuk penghormatan kepada orang
tersebut. Budaya membuat tumpeng ini berasal dari Jawa tetapi saat ini, setiap
daerah di Indonesia membuat tumpeng untuk merayakan suatu peristiwa
penting saja.
6) Tradisi Grebeg besar di Demak
Perayaan bertepatan dengan Idul Adha dan idul qurban Grebeg besar diadakan
untuk memperingati hari raya Qurban sekaligus peresmian Masjid Agung
Demak yang selesai dibangun. Tradisi Grebeg besar dilaksanakan di Demak
Jawa Tengah setiap tanggal 10 Zulhijah. Tradisi Grebeg besar masih
dilakukan dan dimulai setelah melaksanakan salat Idul Adha di Masjid Agung
Demak
7) Tradisi Rabu Kasan
tradisi Rabu Kasan dilaksanakan untuk meminta pertolongan kepada Allah
SWT. agar dijauhkan dari musibah dan bencana. Tradisi Rabu Kasan
dilaksanakan di Bangka setiap hari Rabu terakhir pada bulan Safar atau Rabu
pungkasan. Tradisi Rabu Kasan di Bangka dilaksanakan di desa air Anyer
Kecamatan merawang tradisi Rabu Kasan dimulai dengan mengumandangkan
azan di masjid dilanjutkan bersama setelah itu masyarakat makan ketupat yang
telah disiapkan tradisi Rabu Kasan diakhiri dengan bersilaturahmi ke rumah
kerabat.

Anda mungkin juga menyukai