Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

ISLAMIC ARCHITECTURE AND TECHNOLOGY,


CULTURE AND SOCIETY

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Islam, Science, and Civilization

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Drs. Achmad Syahid, M.A (GBPMK)
Prof. Dr. Rd. Mulyadhi Kartanegara, MA
Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M. Env. Stud
Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes
dr. Flori Ratna Sari, Ph. D

Juda Suwandi : 31211200100076

PROGRAM DOKTOR PENGKAJIAN ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
ISLAMIC ARCHITECTURE AND TECHNOLOGY,
CULTURE AND SOCIETY
A. Pendahuluan

Seni dan arsitektur Islam


Budaya setiap masyarakat dan agama diidentifikasi melalui manifestasinya seperti: bahasa,
seni, dan arsitektur. Seni dan arsitektur merupakan salah satu bagian kehidupan manusia yang
mampu mencerminkan budaya atau tradisi dalam setiap masyarakat dimana seni dan arsitektur
berinteraksi erat dengan struktur, sejarah, politik, ekonomi, dan sosial ciri-ciri masyarakat itu.
Islam memiliki gaya seni dan arsitektur yang menarik dan kreatif yang mencerminkan
pemikiran dan praktek ajarannya. Seni dan arsitektur juga berfungsi sebagai saluran
komunikasi yang membuat Islam mampu berbagi ide dan pemikiran keagamaannya dengan
orang lain.

Seni dan arsitektur diciptakan untuk memenuhi spesifikasi individu atau kelompok. Sehingga
jenis seni dan arsitektur tergantung pada formasi sosial dan dapat diklasifikasikan menurut
peran pelindung dalam komunitas. Seni dan arsitektur memainkan peran penting dalam Islam,
dengan pengaruh dan kategorinya yang beragam dan berbeda dari seni dalam bentuk puisi
hingga pola dekoratif di masjid-masjid yang telah berkembang dari waktu ke waktu dan masih
bermakna. Peran pentingnya seni dan arsitektur Islam terletak pada budaya dan warisan
Arabnya yang melambangkan Islam, yang dianggap sebagai metode yang unik dari ungkapan
yang menggambarkan sejarah dan latar belakang Arab serta tahapan dan aturan yang
dilaluinya.

Arsitektur Islam merupakan terminologi arsitektur yang membentang dan berevolusi dalam
kultur muslim yang membentang sepanjang sejarah Islam. Arsitektur Islam mencakup
bangunan religius, sebagaimana pula arsitektur sekuler. Ekspresi yang dikedepankan pun
bervariasi, dari ekspresi klasik hingga modern. Arsitektur Islam klasik banyak sekali
memperoleh pengaruh dari arsitektur Persia. Oleh sebab itu keduanya sering dikacaukan dalam
pengertiannya, padahal sesungguhnya secara esensi cukup banyak perbedaannya.

Secara khusus, arsitektur Islam dibangun segera setelah masa Nabi Muhammad. Sejak
awalnya, langgamnya berkembang dari pengaruh Romawi, Mesir, Persia/Sasanid dan
Bizantium. Contohnya dapat ditelusuri hingga awal 691 M dengan diselesaikannya
pembangunan Qubbat al Sakrah (Dome of the Rock) di Yerusalem. Bangunan ini
menyertakan di dalamnya interior yang dinaungi kubah bundar yang dikelilingi oleh
ornamen repetitif dekorasi Arab.

Mesjid Raya Samarra di Irak yang berdiri 847 M mengombinasikan arsitektur hypostyle
deretan kolom yang menopang basis datar di bagian atasnya, dimana minaret berbentuk
spiral dibangun.

Pada masa Arab jahiliyah dan awal perkembangan Islam, baik pada periode Mekah maupun
Madinah, seni dan arsitektur belum mendapatkan perhatian secara luas. Satu-satunya seni
yang berkembang adalah syair dan prosa. Perawian syair dalam periode pra Islam
merupakan sistem dan jalan yang diikuti untuk menyebarluaskan syair. Bahkan penggubahan
syair dan prosa dijadikan sebagai mata pencaharian atau pekerjaan profesional (Suhaib,
1990:3). Adapun seni patung digunakan sangat terbatas untuk kebutuhan penyembahan dan
kemusyrikan yang hanya dilakukan oleh kalangan non muslim. Sementara bagi kalangan umat
Islam, seni patung secara teologis sama sekali tidak memperbolehkan untuk menyentuh hal-
hal yang berhubungan dengan patung

Walaupun bangsa Arab sebelum datangnya Islam telah mengenal sistem imarah (kekaisaran),
akan tetapi di Yaman, Hirah dan Syam belum ditemukan berkembangnya seni arsitektur dalam
istana kerajaan, atau bahkan sama sekali mereka tidak mengenal struktur istana, sampai pada
kekhalifahan al Khulafa ar-Rasyidun yang tidak memakai istana sebagai simbol kekuasaan.
Sebaliknya, di luar Madinah, Amr bin Ash saat menjadi gubernur Mesir di era pemerintahan
khalifah Umar bin Khattab mulai membangun istana sebagai kekuasaan gubernur dan masjid
jami’.

Kondisi ini mungkin dapat dikaitkan dengan keadaan Arab. Dalam pengertian secara bahasa,
Arab diartikan dengan padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada air dan tanaman (al-
Mubarakfury, 2000: 50). Satu-satunya bangunan yang bisa dibanggakan dari keadaan Arab
warisan masa jahiliyah adalah Ka’bah yang menjadi tujuan ziarah dari berbagai suku setiap
tahunnya. Setelah masa kenabian berlalu, Islam kemudian mengalami perkembangan yang tak
terbendung oleh kekuatan apapun pada saat itu.

Teknologi
Teknologi merupakan hal yg sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari kita saat ini. Dalam
Islam sendiri tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern, justru Islam sangat
mendukung kemajuan umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen dalam bidang
apapun termasuk dalam bidang teknologi. Selain banyak memuat tentang pentingnya
pengembangan sains, Al-Quran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan
wawasan berpikir, sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya
saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih
mendalam agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan
sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia.

B. Pembahasan Arsitektur Islam


1. Pengertian seni dan arsitektur Islam

“Seni” menurut Joseph Margolis (2020) adalah beragam aktivitas manusia dalam menciptakan
artefak visual, auditori, atau pertunjukan (karya seni), mengekspresikan imajinatif, ide
konseptual, atau keterampilan teknis, yang dimaksudkan untuk dihargai karena keindahan atau
kekuatan emosional. Arsitektur di sisi lain, menurut Robert Hershberger (2021) berasal dari
kata latin Architectura, dan dari bahasa Yunani arkhitekton yang berarti "kepala pencipta".
Oleh karena itu, didefinisikan sebagai proses dan produk dari perencanaan, perancangan, dan
konstruksi bangunan dan fisik lainnya struktur. Menurut Simon Unwin (2020), jenis-jenis
arsitektur adalah didirikan bukan oleh arsitek tetapi oleh masyarakat, sesuai dengan
kebutuhannya yang berbeda-beda institusi. Masyarakat menetapkan tujuan dan memberikan
tugas kepada arsitek untuk menemukan sarana untuk mencapainya, baik itu sekolah, pusat
kesehatan, bangunan keagamaan, dan yang lain.1

___________________________________________________________________________
1
Stella E. Osim, Islamic Art and Architecture: A Reflection of the Culture and Tradition of Islam,
SOCIETIES: Journal of Social Sciences and Humanities Vol.1, No.2, 2021 P. 174
Arsitektur ialah susunan ruang-ruang yang dirancang untuk kegiatan tertentu yang
diintegrasikan dengan harmonis ke dalam sebuah komposisi. Menurut H.K.Ishar (1995), ada 3
(tiga) faktor utama sebagai syarat arsitektur, yaitu: (1) fungsional, (2) struktural, dan (3)
estetika. Fungsi adalah cara bangunan itu dapat melayani pemakainya dalam suatu kegiatan
yang mengandung proses. Sedangkan struktur adalah bagian-bagian pokok bangunan yang
tersusun menjadi bangunan yang menentukan. Adapun estetika yaitu keterpaduan antara
keindahan bentuk yang terdiri atas syarat keterpaduan, proporsi, keseimbangan, skala dan
irama. Keindahan ekspresi terdiri dari syarat urutan, karakter, gaya dan warna. 2
Definisi arsitektur baru akan dapat dimengerti setelah kita mengalami arsitektur atau
berarsitektur. Berarsitektur artinya berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan
bidang, dengan bahan material dan suasana tempat. Berarsitektur adalah berbahasa manusiawi;
dengan citra unsur–unsurnya, baik dengan bahan material maupun dengan bentuk serta
komposisinya.
Dalam berarsitektur, seorang arsitek tidak pernah lepas dari alam, lingkungan sekitar, dan
budaya setempat. Hal ini disebabkan karena arsitektur merupakan bagian dari budaya yang
menunjukkan tingkat peradaban manusia. Budaya manusia tersebut sangat dipengaruhi oleh
alam, dan karenanya arsitektur dengan sendirinya juga merupakan bagian dari alam, mampu
membaca alam dan menciptakan sebuah suasana yang berbeda.

Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses
penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan
hubungan antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan
hubungan geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang
sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada
perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat
diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam
mengekspresikan esensi tersebut.3
Pengertian lain dikemukan oleh Eko Budihardjo (1994: 1-2), bahwa arsitektur adalah
bangunan yang sistematis, indah, anggun, menawan (tidak lengkap dan menyeluruh). Kategori
lain menyatakan bahwa arsitektur adalah karya arsitek profesional yang berpendidikan ahli.
Sony Sutanto memberikan pengertian yang lain, dengan melihat arsitektur sebagai gaya,
dalam hal ini diwakili oleh dua hal.
Pertama; yang paling kasat mata adalah arsitektur dalam pengertian wujud (formalistik),
bentukan masa, teknik membangun, fungsi yang diwadahi, dan kesan keseluruhan karya.
Kedua; dalam pengertian pra-anggapan, interpretasi dan wacana yang melatari kehadiran
wujud arsitektur. Kemudian membaginya ke dalam tiga macam, yaitu gaya kultural, gaya
personal dan gaya universal. Dari pengertian di atas, secara jelas dapat dipahami pandangan
kedua ahli tersebut yang memandang arsitektur sebagai bangunan yang terpancang dengan
tujuan tertentu. Dalam bagian fungsi bangunan yang terpenting adalah kesesuaian. Namun,
kiranya agak naif dengan pernyataan Eko Budiharjo dengan hanya melihat arsitektur sebagai
karya profesional, padahal secara praktis tidak susah ditemukan seorang tukang kayu yang
pandai membuat bangunan yang dapat dinyatakan sebagai hasil karya yang bernilai arsitektur4
___________________________________________________________________________
2
Fikriarini, Arsitektur Islam : Seni Ruang dalam Peradaban Islam; 2010, el-Harakah. Vol.12 No.3
Malang
3
R.Taufiqurrochman, Arsitektur dan Seni Islam; Persentuhan dari ragam entitas budaya; 2020
4
Ibid, R.Taufiqurrochman
Arsitektur Islam adalah berbagai gaya arsitektur bangunan yang terkait dengan Islam Ini
mencakup gaya sekuler dan agama dari awal sejarah Islam hingga saat ini. Bangunan
keagamaan dikenal sebagai masjid, di mana Ibadah Muslim, adalah salah satu contoh arsitektur
Islam yang paling penting. Jenis bangunan lainnya termasuk madrasah, atau sekolah agama;
makam; dan istana.

Seiring penyebaran Islam, gaya seni Islam yang khas secara bertahap berkembang. Itu
digunakan terutama untuk arsitektur religius, ilustrasi buku, dan dekorasi tembikar, barang-
barang logam, dan benda-benda berguna lainnya. Seni Islam dipengaruhi oleh gaya artistik
daerah-daerah yang ditaklukkan. Gaya ini termasuk seni Romawi akhir, Bizantium, dan
Persia.

Perkembangan seni rupa Islam juga dipengaruhi oleh dua batasan agama. Nabi Muhammad
memperingatkan para seniman untuk tidak meniru Tuhan, pencipta semua kehidupan, dengan
membuat gambar makhluk hidup. Oleh karena itu, sebagian besar seni religius terdiri dari
desain ornamen yang tidak mewakili orang atau hewan. Pembatasan kedua tidak menyarankan
penggunaan dari bahan yang mahal. Seniman Islam, oleh karena itu, bekerja terutama dengan
kuningan, tanah liat, dan kayu. Mereka belajar mendekorasi benda yang terbuat dari bahan
yang lebih murah ini jadi terampil sehingga mereka tampak seindah perak atau emas (Gulnar
2019).

Ditinjau secara keseluruhan, arsitektur telah muncul di mana dia dibutuhkan serta tidak
terbatas di mana dia didirikan. Arsitektur pun turut mempengaruhi muncul dan
tenggelamnya suatu kebudayaan dan peradaban. Masyarakat muslim sebagai salah satu
peradaban terbesar di dunia pun tidak ketinggalan dalam menyemarakkan peradaban dengan
arsitektur yang mencerminkan worldview dan nilai-nilai Islam sepanjang sejarah
perkembangan dan perjalanannya di muka bumi ini. Dalam Islam, arsitektur merupakan bagian
dari karya seni yang tidak pernah lepas dari keindahan yang merujuk pada kebesaran Allah
sebagai Sang Maha Pencipta. Hal ini memberi kesadaran, bahwa kita sebagai manusia hanyalah
hamba yang kecil dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kebesaran Alah. Bahkan lebih
jauh, rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tak boleh lepas
dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat
pemilik segala keindahan.

Oleh karena itu, seni Islam merupakan konsep modern yang diciptakan oleh sejarawan seni
pada abad ke-19. Abad untuk memfasilitasi kategorisasi dan studi materi yang pertama kali
diproduksi di bawah Umat Islam yang muncul dari Arab pada abad ketujuh. Hari ini, istilah
Seni Islam menggambarkan semua seni yang diproduksi di tanah tempat Islam berada agama
dominan atau agama penguasa. Berbeda dengan istilah Kristen seni, seni Yahudi, dan seni
Buddhis—yang hanya mengacu pada seni religius dari kepercayaan-kepercayaan ini istilah
seni Islam tidak digunakan hanya untuk menggambarkan seni atau arsitektur religius tetapi
berlaku untuk semua bentuk seni yang diproduksi di dunia Islam (Ettinghausen et al.,
2003).

2. Sejarah Perkembangan Arsitektur dan Teknologi Islam


Terbentuknya seni dan arsitektur Islam di jazirah Arab sangat lambat. Proses tersebut sangat
evolutif (Anskersmit, 1997:2). Perkembangan seni dan arsitektur Arab Islam dapat
diamati pada imperium Umayyah dan Abbasiyah sebagai dua dinasti kekuasaan awal
Islam. Karena pada periode al-Khulafa arRasyidun, pengembangan hanya dilakukan oleh
Utsman bin Affan dengan memugar masjid Quba’, masjid Nabawy, dan masjid al-Haram.
1) Masjid Quba sebagai awal Arsitektur Islam
Bangunan Masjid yang luas nan indah ini di bangun di atas lahan kebun kurma seluas 1.200
meter persegi. Seiring dengan perkembangan zaman, masjid ini di perluas mencapai 5.860
meter persegi hingga dapat menampung sejumlah lebih 2.000 jamaah sekaligus.

Masjid Quba Madinah setelah mengalami renovasi.

Empat menara yang menjulang dan 56 quba tampak mempercantik bangunan masjid
tersebut. 19 pintu yang berdiri kokoh dimasjid quba, 3 antaranya merupakan pintu utama, dua
pintu petunjuk untuk jamaah laki-laki, dan satu pintu petunjuk untuk jamaah perempuan.
Perluasan masjid quba terjadi beberapa kali. Pada konstruksi awal di zaman rasulullah Nabi
Muhammad saw bangunan masjid ini sangatlah berbentuk sederhana.

Bangunan masjid yang awalnya berdinding tanah liat dan atap pelapah pohon kurma sampai
pada sepeninggalan nabi Muhammad saw masjid ini di renovasi untuk pertama kalinya pada
masa kekhalifahan utsman bin affan.

Lalu di ikuti beberapa kepemimpinan peradaban timur tengah setelahnya, Khalifah Umar bin
Abdul Aziz dari Dinasti Umayyah merekomendasikan bangunan menara pertama pada
Masjid Quba, dan di ikuti renovasi setelah-setelahnya.

Abu Yali Al-Husaini berkontribusi membangun mihrab (sebuah bagian yang menunjukkan
arah shalat) di dalam Masjid Quba pada 435 H. Renovasi selanjutnya pun pada masa
pemerintahan kesultanan Turky yaitu Utsmaniyah beberapa perubahan lainnya juga dilakukan
terhadap rumah ibadah ini.

Sekitar 38 tahun yang lalu Masjid Quba di renovasi lagi untuk kesekian kalinya. Proyek
renovasi di awali pada 1405 H/1984 M dibawah kepemimpinan raja Fahd bin Abdulaziz.
Dua tahun kemudian setelah renovasi masjid dibangunannya telah mengalami perluasan ini
secara resmi kembali dibuka untuk umum. Renovasi dan perluasan ini terakhir dilakukan pada
tahun 1984 pada Masjid ini merupakan renovasi terakhir yang dilakukan sampai saat sekarang.

Berziarah ke masjid quba merupakan salah satu tujuan destinasi bagi jamaah haji atau umrah.
Pelataran yang luas dan dapat menampung banyak masa menjadikkan masjid Quba salah satu
tempat tujuan ziarah ibadah bagi umat Muslim.

Bangunan Masjid Quba saat ini setelah mengalami beberapa kali renovasi

2) Dinasti Umayyah
Awal pembentukan dinasti Umayyah hanya memfokuskan pada pengembangan wilayah (Ali
Mufrodi, 1997: 80), sehingga seni dan arsitektur tidak nampak sebagai unsur pendukung yang
berarti dalam kesatuan imperiritas dinasti.
Namun, perkembangan selanjutnya, seni dan arsitektur mendapat perhatian di kalangan
masyarakat. Seni rupa berkembang pada seni ukir dan seni pahat. Seni ukir mulai
menggunakan khat Arab sebagai motif ukiran/pahatan. Banyak ayat Al-Qur’an, Hadis
Nabi dan syair yang dipahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana
dan gedung pemerintahan. Jejak seni ukir masih didapatkan pada dinding Qushair Amrah
(Istana mungil Amrah), istana musim panas yang terletak di sebelah timur Laut Mati.
Istana tersebut dibangun oleh khalifah Walid bin Abdul Malik.
Ada 7 (tujuh) bangunan utama pada masa bani Umayyah, yakni Qubbah al-Sakhrah
(kubah batu), istana Musyatta, Qushair Amrah, istana Khirbat al-Mafjar, istana Qasr al-Hair
al-Syarqi, istana Qasr al-Hair al-Gharbi, dan masjid Umayyah
Adapun seni suara yang terpenting adalah mulai digubahnya seni tilawah, qashidah dan
musik yang beriramakan cinta kasih (A.Hasjmy: 176). Seni musik percintaan tumbuh dari
Mekah dan Medinah. Setelah gagal untuk mengembalikan pusat kekuasaan politik ke Madinah,
maka kaum muda mengalihkan perhatiannya ke bidang sastra dan seni (A. Syalabi, 1992: 89-
90).

Seni pentas menjadi ekspresi yang khusus bagi kalangan istana. Istana khalifah menjadi sebuah
teater yang memainkan serial drama kerajaan. Istana khalifah dikelilingi oleh sejumlah pintu
gerbang resmi, secara umum ditengah tengahnya terdapat bangunan dinding yang membujur,
memusat pada sebuah bangunan ruangan berkubah, sebuah pola arsitektur yang terdapat di
Damaskus, al-Wasit, Mushatta dan Baghdad, sama dengan pola arsitektur Hellenistik untuk
istana kaisar Roma, Bizantium dan Sasania.

Dekorasi utama mencerminkan cara hidup raja, penampilan melambangkan keagungan


dan kekuasaan. Lukisan yang terpampang menggambarkan perburuan, kebun, binatang,
perjamuan, pesta dan wanita yang sedang menari. Ruang utama berkubah didekorasi
melambangkan penyatuan kehidupan kosmos untuk keagungan khalifah. Khalifah adalah
seorang yang bersifat agung, pemerintahannya adalah universal dan istananya adalah surga (Ira
M.Lapidus, 1999: 126-135). Kesenian publik menekankan keislaman.

Pemerintahan Abdul Malik menandai sebuah karya seni umum yang selalu dikenang, yakni
pembangunan masjid kubah batu (Dome of Rock) di Yerussalem. Motif ornamen yang
dikembangkan berasal dari pola seni dekorasi Bizantium dan Persia yang mengepresikan
kesucian dan kekuasaan, namun Islam menampilkannya dalam bentuk kedaulatan Islam.

Masjid Umayyah di Damaskus mengekspresikan tema lain. Masjid ini dibangun dengan
penyerapan motif klasik Romawi, Hellenistik dan motif Kristen menjadi sebuah bangunan
baru yang khas sebagai arsitektur muslim. Termasuk penggunaan seni mosaik

3) Dinasti Abbasiyah
Pada masa awal dinasti Abbasiyah, segala hal yang berkaitan dengan seni hanya merupakan
warisan dari Dinasti Umayyah (Hasjmy: 266-289). Akan tetapi pada masa berikutnya, seni dan
arsitektur yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah telah mengalami elaborasi dan
mensistematisir gagasan Umayyah.

Desain Baghdad melambangkan otoritas kerajaan. Dengan memadukan benda-benda yang


diambil dari reruntuhan istana Sasanid termasuk didalamnya pintu gerbang besi kota al-Wasit
yang dirampas dari sebuah kampung di Sasania. Madina al-Salam (Baghdad) merupakan
sebuah kota bundar yang terbagi atas empat perempatan oleh jalan yang membujur dari timur
ke barat dan dari utara sampai ke ujung selatan. Sebuah istana berdiri persis di tengah-tengah
kota.

Dalam masa Daulah Abbasiyah, seni mengalami perubahan besar sesuai dengan perubahan
umat. Dari kehidupan desa yang sederhana ke kehidupan kota yang mewah. Di bidang seni
suara, mengalami perkembangan berarti dengan Madinah sebagai pusatnya. Beberapa hal
yang dapat dicatat adalah adanya penyusunan kitab musik, pendidikan musik, pabrik alat
musik, bahkan kursus tari. Seni sulam juga banyak ditekuni oleh para wanita. Hasil kerajinan
rumah tangga tersebut bahkan diekspor ke Berlin, Calais (Perancis) dan benua Eropa pada
umumnya.

Seni ukir di zaman Daulah Abbasiyah telah berkembang secara pesat. Hal ini antara lain
dapat dilihat pada qubah empat yang dibangun pada pemerintahan khalifah Mansyur di atas
empat buah gerbang pintu masuk kota Baghdad. Garis tengah dari setiap qubah sepanjang 50
hasta. Ditambah dengan ukiran emas dan patung yang diputar oleh angin. Qubah-qubah
tersebut digunakan oleh khalifah untuk istirahat. Dari qubah Khurasan terlihat air bening yang
mengalir. Di qubah Syam terbentang perkampungan rakyat yang berbunga dan berkolam.
Qubah Bashrah menunjukkan daerah industri dan kubah Kufah menggambarkan taman
kesuma.

Pada waktu al-Mansyur menjadi khalifah, dibangun sebuah kota baru antara sungai Tigris
dengan anak sungai Furat di Baghdad. Arsitek kota baru ini dipercayakan kepada Hajjaj bin
Arthah dan Amran bin Wadhdhah. Susunan kota Baghdad yang baru berbentuk bundar. Di
pusat kota dibangun istana dan masjid jami’. Di sekeliling istana dan masjid terdapat lapangan.
Kemudian ditempatkan asrama pengawal dan polisi. Setelah itu, dibangun rumah untuk putera
khalifah, keluarga istana, pelayan, menteri dan pembesar negara lainnya. Setelah kota Baghdad
baru menjadi padat, kemudian dibangun satelit kota Baghdad di Rushafah, sebelah timur sungai
Tigris dan Karakh, selatan kota Baghdad (al-Wakil, 1999: 75).

Peninggalan arsitektur dari bani Abbas masih dapat disaksikan hingga kini, yaitu istana
Baghdad, Samarra, Ukhaidir, pintu gerbang Raqqa di Baghdad.Pada masa al-Mansyur, Harun
ar-Rasyid dan al-Makmun, penerjemahan tidak hanya pada buku-buku ilmiah, akan tetapi juga
pada`karya-karya sastra Persia dan Yunani (Hassan, 1989: 133). Pembinaan seni pada masa
imperium Abbas didominasi oleh kebijakan khalifah. Ini diikuti oleh para gubernur dengan
berlomba dalam hal berkreasi bangunan dengan menghadirkan aristek-arsitek dari luar. Mulai
dari Kordova, Kairo, Spanyol sampai India (Syed Ameer Ali, 1978: 560).

C. Perkembangan Teknologi Islam

Untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan seperti perkembangan teknologi


dalam dunia islam terlebih dahulu harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.
Pada artikel ini akan membahas seputar informasi mengenai sejarah perkembangan teknologi
dalam dunia islam sampai dengan sekarang.

Sejarah sains pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia, terlepas dari asal usul
kebangsaan maupun asal mula negara. Lintasan sejarah sains yang terbaik adalah mengikuti
pembagian kurun waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya.

1. Perkembangan Teknologi Pada Zaman Para Nabi

Pada zaman para nabi, perkembangan teknologi sebetulnya sudah ada dan lumayan maju. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya kisah-kisah dalam al-qur’an tentang bagaimana kehidupan
manusia zaman nabi.

Hal dilakukan nabi Adam as ketika bertemu dengan Siti Hawa ialah bagaimana membangun
sebuah peradaban. Dalam sejarahnya, Nabi Adam Kebingungan dalam menemukan api untuk
memasak.

Namun, dia mendapat wahyu, ketika batu digesekkan dengan batu maka akan menghasilkan
api. Ini merupakan sebuah teknologi. Kita ambil contoh lain, pada zaman nabi Nuh as, telah
ada yang namanya kapal bahkan kapal ini sangat besar.
Dalam sejarahnya, kapal ini berukuran raksasa, semua makhluk hidup yang patuh kepada nabi
Nuh as mampu ditampungnya seperti gajah, beruang dan hewan lainnya. Hal ini menandakan
betapa canggihnya teknologi yang ada di dunia islam sejak zaman dahulu kala.

2. Perkembangan Teknologi Pada Zaman Pra Islam

Zaman tertua dari pertumbuhan sains adalah zaman kuno yang merentang antara tahun kurang
lebih 4000 SM - 400 M. Zaman kuno ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. ± 4000- 6000 s.M : Masa Mesir dan Babilon
2. 600-30 s.M : Masa Yunani Kuno
3. 30 SM-400 M Masa Romawi

Di Mesir mulai tumbuh berbagai gagasan ilmiah dari pengetahuan arsitektur, ilmu gaya, ilmu
hitung, ilmu ukur. Semua ilmu ini penting untuk keperluan membangun berbagai kuil, istana,
dan piramid. Ilmu bedah dan ilmu kedokteran juga mulai dikembangkan.

Di Babilonia dikembangkan berbagai gagasan ilmiah dari ilmu bintang dan ilmu pasti. Suatu
hal lain yang perlu diketahui bahwa masih melekat pada pertumbuan ilmu pada masa yang
pertama ini adalah adanya penjelasan penjelasan yang bersifat gaib.

Ada dua jenis ilmu yang dipelajari pada waktu itu mendekati kematangannya, pertama, ilmu
kedokteran, praktek yang mencoba menerapkan metode yang berdisiplin dalam pengamatan
dan penarikan kesimpulan, dan kedua, geometri, yang berguna untuk mengumpulkan
setumpukan hasil di seputar hubungan-hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara
khusus dan sedang mendekati masalah-masalah struktur logis serta masalahmasalah definisi.

Ilmuwan-ilmuwan yang terkemuka pada waktu itu di antaranya adalah Thales (±525-654
s.M.) merupakan ilmuwan yang pertama di dunia, karena ia mempelopori tumbuhnya Ilmu
Bintang, Ilmu Cuaca, Ilmu Pelayaran, dan Ilmu Ukur dengan berbagai ciptaaan dan penemuan
penting. Ilmuwan Yunani Kuno kedua adalah Pythagoras (578?-510 s.M.) merupakan ahli Ilmu
Pasti. Ilmuwan Yunani Kuno yang ketiga adalah Democritus (±470-±400 s.M.), gagasan
ilmiahnya yang terkenal ialah tentang atom.

3. Perkembangan Teknologi Pada Zaman Bani Umayyah

Sejarah Perkembangan Teknologi Dalam Dunia Islam pada tahun 700-an, Ahli ilmu
geografi Islam dan navigator-navigatornya mempelajari jarum magnet mungkin dari orang
Cina, namun para navigator itulah yang pertama kali menggunakan jarum magnet dan
menerapkannya di dalam pelayaran.

Mereka menemukan kompas dan menguasai penggunaannya di dalam pelayaran menuju ke


Barat. Navigator-navigator Eropa bergantung pada juru-juru mudi Muslim dan peralatannya
ketika menjelajahi wilayah-wilayah yang tak dikenal.

Gustav Le Bon mengakui bahwa jarum magnet dan kompas betul-betul ditemukan
oleh Muslim dan orang Cina hanya berperan kecil.

Alexander Neckam, seorang Inggris, seperti juga orang Cina, mungkin belajar tentang kompas
dari pedagang-pedagang Muslim, namun dikatakan bahwa dialah orang pertama yang
menggunakan kompas dalam pelayaran.
4. Perkembangan Teknologi Pada Zaman Daulah Abbasiah Baghdad (Irak)

Pada tahun sekitar 765, fakultas kedokteran pertama didirikan oleh Jurjis Ibnu Naubakht.
Sekitar tahun 990 M, Ibnu Firnas seorang ilmuwan dari Andalusia (Spanyol) memimpikan
bagaimana agar suatu saat manusia bisa terbang bebas di angkasa seperti burung.

Dia terinspirasi kejadian Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw, tetapi dia berpikir bahwa
manusia biasa tidak mungkin bisa naik Bouraq kendaraan Nabi Saw untuk Isra’ Mi’ raj, karena
dia hanya manusia biasa, bukan seorang yang mulia seperti nabi.

Ibnu Firnas (Armen Firman), mulai melakukan penelitian yaitu meneliti gerak aerodinamika,
fisika udara, dan anatomi burung dan kelelawar. Sampai pada suatu saat dia menciptakan
sebuah alat terbang seperti sayap kelelawar.

Kemudian dia menaiki menara Masjid Cordoba, disaksikan oleh ribuan orang di bawahnya,
lalu dia melompat dan melayang terbang sejauh kira-kira 3 KM dan mendarat dengan selamat.

Ribuan orang ramai bertepuk tangan atas ciptaannya. Sebaliknya pada saat itu masyarakat
Eropa masih dalam era kegelapan, Alat terbang Ibnu Firnas inilah yang menginspirasi Wright
Bersaudara menciptakan pesawat terbang pada awal abad ke 19.

5. Perkembangan Teknologi Pada Zaman Khalifah Al-Maimun Ibnu Harun Al - Rasyid

Sejarah Perkembangan Teknologi Dalam Dunia Islam pada tahun 813, didirikanlah Daru Al-
Hikmah atau Akademi Ilmu Pengetahuan pertama yang ada di dunia, yang mana terdiri dari
perpustakaan, pusat pemerintahan, obsevatorium bintang dan Universitas.

Pada tahun 850, Ahli kimia Islam menghasilkan kerosin (minyak tanah murni) melalui
penyulingan produk minyak dan gas bumi (Encyclopaedia Britannica, Petroleum) lebih dari
1.000 tahun sebelum Abraham Gesner, orang Inggris, mengaku sebagai yang pertama
menghasilkan kerosin dari penyaringan aspal.

Pada tahun 866, kertas tertua yang menjadi contoh untuk dicetak di dunia barat adalah sebuah
naskah arab yang berjudul Gharib Al-Hadist oleh Abu ‘Ubyad Al-Qasim ibnu Sallam
bertanggal Dzulqaidah 252 atau 13 Nopember – 12 Desember 866, yang masih tersimpan di
Perpustakaan Universitas Leiden.

6. Perkembangan Teknologi Pada Zaman Islam Modern

Pada saat zaman ini, dunia islam sudah banyak menciptakan teknologi yang canggih dan
berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Mereka sudah mampu memanfaatkan nuklir
sebagai sumber energi.

Selain itu, tidak mau kalah dengan dunia barat, dunia islam juga mampu menciptakan pesawat
terbang yang canggih. Di lihat dari teknologi perang, dunia islam juga sangat canggih. Ini
merupakan penyempurnaan dari teknologi masa lampau.

Teknologi dunia islam sudah berkembang dari manusia pertama dan terus mengalami
penyempurnaan di dari zaman ke zaman. Kemajuan teknologi pada zaman sekarang sangat erat
kaitannya dengan teknologi masa lampau.
D. Elemen Arsitektur Islam

Arsitektur Islam dapat diidentifikasi berdasarkan elemen-elemen berikut, yang diwarisi dari
bangunan masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW di Madinah serta elemen-
elemen penyertanya yang datang dari masa pra Islam, di adaptasi dari bangunan gereja dan
sinagoga.
a) Courtyard besar yang kadang kala menyatu dengan ruang sembahyang pusat
(aslinya dapat dilihat di Masjid al-Nabawi).

Layout masjid dengan courtyard di bagian tengahnya

b) Menara atau minaret, aslinya merupakan menara pengawas dilengkapi obor,


seperti dapat dilihat di Mesjid Raya Damsyik (Kini Damaskus). Berkaitan
dengan fungsi asal, kata minaret agaknya terambil dari nur, yang berarti cahaya

Menara Kuwait

c) Mihrab, relung di dinding dalam yang mengindikasikan arah ke Mekkah. Dalam


masa pra Islam, relung ini merupakan tempat dari tabut perjanjian di Bait Allah
Yahudi, atau haikal dalam gereja koptik. ·
d) Kubah, nampaknya dipengaruhi benar oleh arsitek-arsitek Bizantium di
Konstantinopel.

Mahan, Kerman, Iran. Dibangun 1300an

e) Penggunaan iwan sebagai perantara dua seksi yang berbeda. ·


f) Bentuk geometrik dan seni yang repetitif
g) Penggunaan kaligrafi Arab.
h) Simetri

Masjid Jami di India

i) Warna terang
j) Fokus pada interior, dibandingkan eksterior

E. Interpretasi

Interpretasi umum mengenai arsitektur Islam dapat disimak di bawah ini


a. Konsep dari Kemahabesaran Allah menimbulkan desain yang nilai-nilainya mengarah
kepada keabadian (infinity).
b. Seni dekorasi yang menyertai arsitekturnya tidak menyertakan bentuk manusia ataupun
hewan. Secara tradisional dikatakan, bentuk-bentuk tersebut berpotensi menjadi sarang
jin. Interpretasi modern menyebutkan, hal tersebut dihindari karena karya Allah tiada
dapat tertandingi dengan bentuk manapun juga, sehingga penonjolan semacam itu
sebaiknya dihindari. Bentuk-bentuk flora masih bisa ditemui, tapi sangat di simplifikasi
dengan alasan yang sama.
c. Dekorasi kaligrafi yang merupakan kutipan dari Al Quran digunakan untuk
membangkitkan rona tertentu pada interior, memberi pengalaman spiritual pada jemaat.
d. Arsitektur Islam disebut sebagai “arsitektur kerudung”, oleh karena keindahannya
kebanyakan diperoleh dari ruang dalam (courtyard dan interior) dan bukan ruang luar
(street view).
e. Penggunaan struktur-struktur yang impresif seperti kubah besar, menara tinggi dan
courtyard yang besar sebagai pesan kekuasaan

Lapangan Naghsh-i Jahan, Isfahan. Bagian dari pesan akan kekuasaan.

F. Arsitek

Seni arsitektur merupakan satu dari sekian disiplin ilmu yang menjadi perhatian para
cendekiawan Muslim. Sejak masa Renaissance, arsitektur pada abad modern memang
didominasi oleh para arsitek Barat. Mereka yang berasal dari Jerman, Austria, Inggris, Italia,
dan Prancis merancang berbagai bangunan untuk elite penguasa Afghanistan selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20.

Namun, dengan berjalannya waktu, interaksi arsitek-arsitek Barat secara alami mampu
melahirkan arsitek-arsitek lokal profesional. Arsitektur profesional pribumi pertama kali
muncul di Turki dan Mesir pada abad ke-19 ketika Dinasti Ottoman berkuasa.

Banyak figur arsitek di dunia Islam, namun yang diakui memiliki paling banyak pengaruh salah
satunya adalah Mimar Sinan (1489-1588). Sinan merupakan arsitek besar Kerajaan Ottoman
di Konstantinopel. Bangunan karyanya mencapai lebih dari 300 buah meliputi masjid, makam,
istana dan bangunan pemerintahan, ditambah lagi dengan akuadek dan air mancur.

a. Mimar Sinan
Mimar Sinan bisa dibilang adalah seorang arsitek Muslim terbesar dan paling berpengaruh
sepanjang masa. Dia meninggal pada 17 Juli 1588. Dilahirkan di Anatolia pada tahun 1489, ia
hidup selama puncak Kesultanan Utsmaniyah. Dan selama masa hidupnya, ikon kota Istanbul
berubah selamanya.
Sinan adalah putra dari orang tua Kristen Yunani atau Armenia. Pada awalnya dia mengikuti
usaha ayahnya sebagai tukang batu dan tukang kayu. Tetapi pada 1512 ia direkrut menjadi
korps Janissary dan masuk Islam, serta memulai dinas seumur hidup di rumah kerajaan
Ottoman dan kepada Sultan Suleyman pada khususnya.

Setelah mengikuti pendidikan di sekolah dan pelatihan yang ketat, Sinan menjadi perwira
konstruksi di pasukan Ottoman, yang akhirnya naik menjadi kepala artileri. Selama berada di
militer ia melakukan perjalanan ke seluruh kekaisaran, seperti Baghdad, Damaskus, Persia dan
Mesir.

Ketika pasukan Ottoman melintasi Eropa, Afrika dan Persia, Sinan pergi bersama mereka,
mengatur korps teknik untuk militer, dan membangun masjid dan bangunan sipil lainnya di
kota-kota baru Ottoman. "Saya melihat monumen, sisa-sisa kuno yang agung. Dari setiap
reruntuhan yang saya pelajari, dari setiap bangunan, saya menyerap sesuatu," katanya. Pada
tahun 1538, bakatnya tidak bisa lagi diabaikan dan dia diberi posisi sebagai kepala arsitek
pemerintahan Sultan di Istanbul.

➢ Hagia Sophia

Sinan pertama kali mengungkapkan bakatnya sebagai arsitek di tahun 1530-an dengan
merancang dan membangun jembatan dan benteng militer. Jumlah proyek yang dia lakukan
sangat besar yakni 79 masjid, 34 istana, 33 pemandian umum, 19 makam, 55 sekolah, 16 rumah
miskin, 7 madrasah dan 12 karavan, ditambah lagi dengan lumbung, air mancur, saluran air,
dan rumah sakit.

Gaya arsitektur Sinan dipengaruhi permata abadi dari arsitektur Istanbul, bekas gereja Kristen
Hagia Sophia. Arsitek di masa Ottoman menggunakan kubah raksasa Hagia Sophia sebagai
template untuk mendesain masjid. Maka, masjid Ottoman pun didasarkan pada premis
memiliki satu kubah pusat raksasa di atas aula utama yang ditopang oleh banyak semi-kubah
di sisinya.

Masjid Hagia Sophia


➢ Masjid Süleymaniye

Meski sudah banyak upaya untuk melampaui arsitektur Hagia Sophia terkait ukuran dan
keindahannya, tidak ada arsitek yang mampu mencapai prestasi seperti itu. Maka Mimar Sinan
menjadikannya tujuan untuk membangun sebuah monumen bagi Islam yang lebih megah dari
Hagia Sophia.

Saat ia memulai karirnya, ia membangun masjid-masjid kecil di seberang kekaisaran. Dia


membangun Masjid Khusruwiyah di Aleppo Syria pada 1547, dan dia merenovasi masjid Imam
Abu Hanifah di Baghdad serta masjid Jalal al-Din al-Rumi di Konya. Semua proyek ini
memberi Sinan pengalaman yang baik dalam arsitektur dan teknik.

Dua karya Mimar Sinan yang paling terkenal adalah Masjid Süleymaniye di Istanbul dan
Masjid Selimiye di Edirne. Masjid Süleymaniye dibangun pada tahun 1550–57 dan dianggap
oleh banyak sarjana sebagai karya terbaiknya. Itu didasarkan pada desain Hagia Sophia dan
memiliki kubah pusat besar yang ditembus oleh 32 lubang, sehingga memberi kubah efek
cahaya sementara dan juga banyak menerangi interior masjid. Ini adalah salah satu masjid
terbesar yang pernah dibangun di Kekaisaran Ottoman.

Masjid Süleymaniye

Selain tempat ibadah, juga berisi kompleks sosial yang luas yang terdiri dari empat madrasah,
sebuah rumah sakit besar dan sekolah kedokteran, ruang makan dapur, dan kamar mandi, toko,
dan istal. Mendominasi Bosporus dan Tanduk Emas, siluet pada Masjid Suleymaniye dengan
menara ramping dan kubah yang tinggi adalah salah satu ciri khas Istanbul.

Namun, Sinan sendiri menganggap Masjid Selimiye di Edirne, yang dibangun pada tahun
1569-75, sebagai karya besarnya. Masjid ini adalah puncak dari rencananya yang berbentuk
kubah terpusat, kubah pusat yang besar menjulang di atas delapan dermaga besar, yang di
antaranya merupakan arkade tersembunyi yang mengesankan. Kubah dibingkai oleh empat
menara paling tinggi di Turki.
Sinan meninggal pada 1588 saat berusia 98, dan dimakamkan di sebuah makam sederhana yang
ia rancang untuk dirinya sendiri di bagian belakang kebunnya dekat Masjid Suleymaniye di
Istanbul. Selama hidupnya, ia membangun beberapa monumen terbesar yang pernah ada pada
masa Kerajaan Ottoman. Dampaknya terhadap dunia Muslim tidak hanya terbatas pada masjid-
masjid raksasa yang ia bangun.

Dia membangun lebih dari 90 masjid besar di seluruh kekaisaran, 50 masjid kecil, 57 perguruan
tinggi, 8 jembatan, dan banyak bangunan publik lainnya di seluruh wilayah Ottoman.

Muridnya kemudian melanjutkan jejaknya dengan membangun landmark utama lainnya di


seluruh dunia, termasuk Masjid Sultanahmet (Masjid Biru) di Istanbul dan Taj Mahal di Agra,
India. Sinan dianggap sebagai arsitek Muslim terbesar sepanjang masa, dan karya-karyanya
adalah beberapa simbol Islam terbesar saat ini, 432 tahun setelah wafat

Model yang digunakan adalah Hagia Sophia (Gereja Kebijaksanaan Suci) yang dialihfungsikan
menjadi masjid. Dalam mengadaptasi Hagia Sophia, Sinan mengkreasi bangunan yang total
bujur sangkar, seperti dalam mahakaryanya Masjid Sulaiman (1550-57). Dalam kasus ini,
Sinan menggunakan efek cahaya yang menembus melalui 138 jendela lengkung, permukaan
permukaan lengkung serta dekorasi stalaktit yang menghaluskan struktur. Langgam ini
kemudian digunakan secara menyeluruh sebagai ciri khas masjid-masjid Ottoman, yang pada
gilirannya menyebar pula ke seantero dunia.

Arsitek profesional lokal yang terkenal pertama kali adalah keluarga Balyan dari Armenia yang
bekerja sebagai arsitek pada Istana Ottoman. Berikut tiga arsitek kebanggaan Islam pada abad
modern:

b. Mahmud Fahmi
Salah satu arsitek Mesir profesional yang pertama adalah Mahmud Fahmi. Mahmud menerima
diploma dari Sekolah Polikteknik Kairo pada 1858. Karier pertama Mahmud Fahmi dalam
dunia arsitektur adalah ketika didaulat oleh Pemerintah Mesir mengepalai pembangunan
gedung Kementerian Wakaf. Tugas dan misi tersebut berhasil diselesaikan. Hasilnya, gedung
hasil sentuhannya berdiri indah pada 1896.

c. Hasan Fathi
Hasan Fathi merupakan arsitek yang dimiliki dunia Islam abad ke-20 yang menerima
pengakuan internasional. Fathi memulai praktik arsitekturnya setelah satu tahun lulus dari
Universitas Kairo pada 1926.

Semula, pada 1970 karya Fathi tidak banyak mendapat perhatian. Namun, setelah merancang
Desa New Gourna untuk warga desa telantar di daerah luar Kota Mesir, namanya mulai
dikenal.

d. Sedat Hakki Eldem


Sedat merupakan arsitek kaya yang terkenal di Turki dari generasi abad ke-20. Selama karier
profesionalnya, ia konsen terhadap pengembangan gaya nasional modern. Karyanya
mengombinasikan pendekatan modernis dengan tradisi arsitektur Turki pramodern. Sedat yang
lulusan Akademi Seni di Istanbul pada 1928 ini menjadi terkenal setelah membuat Kompleks
Keamanan Sosial Istanbul pada 1964.
G. Warisan Arsitektur Islam

Kebudayaan Islam telah menghasilkan berbagai macam mahakarya arsitektur Islam yang
tersebar di seluruh dunia. Arsitektur Islam tidak hanya tercermin pada masjid, tetapi juga pada
bangunan-bagunan lain seperti istana, makam, benteng, bahkan fasilitas umum seperti
jembatan.

Arsitektur Islam mulai berkembang pada era dinasti-dinasti Islam dengan menampilkan
perpaduan elemen prinsip arsitektur yang unik dan khas dari empat peradaban, yaitu peradaban
Mesir, Persia, Roma, dan Bizantium. Elemen arsitektur tersebut sepenuhnya tertuang pada
kesepuluh situs arsitektur Islam paling menakjubkan di dunia.

1. Pemandian Sultan Amir Ahmad di Iran

pinterest.com

Meskipun dibangun pada abad ke-16, situs arsitektur Islam Sultan Amir Ahmad dikenal
sebagai destinasi pariwisata paling eksotis di Iran saat ini dan telah lama diusung untuk menjadi
situs kebudayaan nasional.

Karakter arsitektur Islam berupa ukiran geometris dan etnik tergambar pada keramik-keramik
bernuansa hijau turqois dan emas. Uniknya, pemandian ini juga memadukan arsitektur Islam
dengan arsitektur eropa klasik.

2. Istana Alhambra di Spanyol

Istana Alhambra merupakan istana yang didirikan oleh pangeran-pangeran dari kerajaan Nasrid
pada abad ke-14. Terletak di ujung perbukan kota Grata, istana ini merupakan situs arsitektur
Islam yang menandakan peradaban Islam di Spanyol saat itu.
Meskipun sebagian besar bangunan telah hancur, namun karakter arsitektur Islam yang dimiliki
bangunan ini masih terlihat pada bagian benteng, pavilun, dan desain taman yang sebagian
besar didominasi oleh ukiran muqarnas, yaitu stalagmit khas arsitektur Islam.

Alhambra adalah sebuah kompleks istana sekaligus benteng dari kekhalifahan Bani Umayyah
yang terletak di Granada, Spanyol. Alhambra menjadi jejak kerajaan muslim di Spanyol yang
dibangun di dataran tinggi dengan panjang 750 m dengan lebar 205 m.

Fakta menarik mengenai Alhambra yaitu keseluruhan bangunan pada awalnya berwarna putih.
Namun karena terkena hawa panas matahari maka bangunan ini berubah menjadi kemerahan.
Alhambra memiliki ukiran muqarnas atau ornamen yang terbuat dari bahan yang berbeda
seperti batu, bata, kayu dan semen

3. Taj Mahal di India

Demi mengenang istri yang sangat dicintainya, Kaisar Mughal Shah Jahan membangun sebuah
tempat peristirahatan terakhir bagi istri ketiganya ini selama kurang lebih 23 tahun.

Taj Mahal yang sudah berkali-kali masuk ke dalam salah satu keajaiban dunia versi UNESCO
membuat bangunan ini menjadi karya arsitektur Islam paling dikenal di dunia saat ini.
Sekeliling bagunan ini dilapisi oleh marmer putih yang berhiaskan perpaduan ornamen
arsitektur Islam, India, dan Persia. Di beberapa sisi Taj Mahal pun bisa ditemukan kaligrafi
cantik yang menambah detail dari arsitekturnya.
wordpress.com

4. The Citadel di Suriah

Ketika berbicara mengenai karya arsitektur Islam terbaik, Benteng Citadel merupakan salah
satu arsitektur militer terbaik yang ada di dunia. Desain\ bangunan arsitektur Islam ini
dirancang untuk membangun sebuah benteng pertahanan yang sulit ditembus oleh musuh,
seperti pintu masuk yang dibangun dari susunan batuan yang sangat kokoh dan bagian yang
saat ini telah runtuh merupakan sebuah jembatan yang terdiri dari tujuh buah lengkungan khas
arsitektur Islam.

pinterest.com
5. Chefchaouen di Moroko

Chefchaouen merupakan sebuah perkampungan yang terletak di kaki Pegunungan Rif.


Kampung ini dijadikan sebagai situs arsitektur Islam karena memiliki nilai historis dan karakter
arsitektur Islam yang otentik.Dinding-dinding bagian luar rumah-rumah di perkampungan ini
merefleksikan warna putih kebiruan, sehingga Chefchaouen juga dikenal sebagai The Blue
City.

pinterest.com

6. Istana Montaza di Mesir

Dibangun di tahun 1932, Istana Montaza merupakan tempat peristirahatan musim panas yang
dimiliki oleh Raja Fuad I. Situs arsitektur Islam ini tepat berada dipinggir laut Mediterranea.
Meski terletak di Mesir, karakter arsitektur Islam yang nampak pada istana ini banyak
mendapatkan pengaruh dari motif-motif etnik khas Turki. Beruntungnya sekarang ini,
keindahan bagian dalam istana dan tamannya yang amat luas bisa bebas dinikmati oleh para
turis.
7. Jembatan Si-o-sel-Pol di Iran

Isfahan merupakan salah satu kota di dunia yang menjadi pusat arsitektur Islam. Selain terdapat
bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki konsep arsitektur Islam yang megah dan unik
seperti masjid dan istana, terdapat juga sebuah jembatan yang bernama Si-o-sel-Pol yang
menjadi karya arsitektur Islam paling ikonik di dunia. Jembatan yang membentang sepanjang
297,67 meter di atas Sungai Zayandeh ini dihiasi dengan 33 buah lengkungan iwan pada
dindingnya.

wikimedia.org
8. Benteng Agra di India

Didirikan pada zaman kekaisaran Abar, Benteng Agra merupakan salah satu bangunan
pertahanan kerajaan Mughal. Situs arsitektur Islam yang terletak 2,5 kilo meter dari Taj Mahal
ini juga menjadi pusat pariwisata bagi para pelancong yang ingin mengunjungi kerajaan Mugha
pada kala itu. Bangunan ini didominasi dengan arsitektur Islam yang menjadikan
warna terracotta dan ukiran khas berwarna putih sebagai karakter arsitekturnya.

wordpress.com

9. Al-Burj di Uni Emirat Arab

Sebagai salah satu gedung tertinggi dan termewah yang ada di dunia, Al-Burj telah menjadi
simbol pencapaian tertinggi arsitektur Islam modern. Al-Burj memiliki desain arsitektur Islam
modern yang memukau baik pada bagian dalam dan luarnya. Menariknya, konsep desain dibuat
kontras pada kedua bagian ini. Dari luar Al-burj terlihat seperti sebuah perahu dengan
lengkungan desain modernnya, sedangkan di bagian dalamnya dipenuhi tampilan arsitektur
Islam klasik yang elegan khas istana-istana kerjaan Islam.

blogspot.com
10. Masjid Agung Samara di Irak

Dibangun pada masa kerajaan Abbasid pada tahun 850, situs arsitektur Islam ini pernah
menjadi salah satu masjid terbesar di dunia dengan total luasan yang mencapai 170.000 meter
persegi.

Secara keseluruhan, eksterior masjid ini tersusun dari bata merah yang dibuat secara
tradisional, sedangkan gelas dan keramik bernuansa biru kehijauan memenuhi bagian interior
masjid. Minaret yang melingkar ke atas menjadi satu-satunya karakter arsitektur Islam yang
masih jelas terlihat dari masjid ini.

pinterest.com

11. Masjid Nabawi

Masjid Nabawi atau Al-Masjid an-Nabawi adalah sebuah masjid yang berlokasi di pusat Kota
Madinah, Arab Saudi. Masjid Nabawi merupakan masjid ketiga yang dibangun dalam sejarah
Islam dan hingga kini menjadi salah satu masjid terbesar di dunia.
Arsitektur Masjid Nabawi merupakan dua masjid bertingkat berbentuk persegi Panjang yang
memiliki atap rata dengan 27 kubah.
Masjid Nabawi pun memiliki kubah yang bergeser dan payung yang dapat terbuka secara
otomatis yang dirancang oleh arsitek Jerman. Masjid Nabawi dilengkapi oleh 26 minaret
setinggi 7,9 m dan 10 minaret setinggi 104 m sehingga terlihat sangat megah. Dari segi interior
pun ornamen Masjid Nabawi terlihat sangat cantik dan memanjakan mata
12. Masjid Sheik Lotfollah, Isfahan

Masjid Sheikh Lotfollah dibangun pada masa Syah Abbas dengan ciri khas kubah bergaya
masa Byzantium. Kubah masjid tersebut memiliki motif yang unik dan megah dengan
berbagai ornamen bernuansa Islam.
Sedangkan motif yang diusung memiliki pola geometris dengan perpaduan kaligrafi
sebagai ekspresi konsep spiritual.
14. Istana Zaafarana, Mesir

Istana Zaafarana yang terletak di ibu kota Mesir, merupakan istana dari bagian kampus
Universitas Ain Shams. Sebelumnya, Istana Zaafarana merupakan salah satu istana
kerajaan di Mesir yang dirancang oleh Moghri bey Saad.
Sebagaimana bangunan Islam pada umumnya, Istana Zaafarana pun memiliki lengkungan
yang khas. Lengkungan tersebut berpadu dengan gaya neoklasik sehingga membuat Istana
Zaafarana menjadi unik dan menarik.

15. Masjid Shah Cheragh, Iran


Masjid Shah Cheragh yang berlokasi di Iran ini dikenal juga dengan sebutan masjid Imam.
Masjid ini adalah contoh arsitektur Islam yang sempurna, karena memiliki kubah dan
lengkungan yang khas.

Selain itu, Masjid Shah Cheragh dilengkapi oleh berbagai ornamen dan memiliki teras
keramik dengan halaman terbuka.
Kubah Masjid Shah Cheragh memiliki motif yang cantik, sedangkan lengkungannya
berbentuk runcing nan indah.

Pada lengkungannya terdapat berbagai detail ukiran Islam dengan warna-warna yang cerah.
Ornamen yang diusung dari Masjid Shah Cheragh pun memiliki motif Islami seperti
geometris, floral, dan kaligrafi.
H. Karakteristik Seni dan Arsitektur Arab Islam

Pada waktu wilayah Islam telah berkembang luas dan Arab muslim telah bercampur baur
dengan berbagai bangsa lain, terbukalah mata mereka ke arah kesenian dan kemudian
dipengaruhi oleh unsur agama Ufuk seni meluas dalam pandangan mereka, dan akhirnya
mereka berhasil menciptakan kesenian baru yang tidak menyimpang dari garis Islam, dimana
mereka menjauhi seni rupa yang berbentuk patung karena dianggap sebagai bagian dari
penyembahan berhala. Karena itu, dasar atau motif dari seni rupa Arab Islam terwujud dalam
al-nabatiyah (tumbuh-tumbuhan) dan al-handasiyah (gambar berdasar ilmu ukur).

Kepatuhan akan doktrin untuk tidak membuat representasi gambar makhluk hidup hanya ditaati
dalam masa kehidupan Nabi, al-Khulafa’ ar-Rasyidun dan tahap awal pemerintahan Umayyah.
Setelah itu, sikap yang muncul adalah pengabaian, kalau tidak ingin disebut dengan
pembangkangan.

Para khalifahlah yang membuka larangan tersebut. Lukisan mulai dengan panel emas, sutra
dan beludru dihiasi dengan lukisan manusia dan berbagai gambar binatang. Penggunaan mata
uang dari emas dan perak dicetak oleh khalifah Abd al-Malik sampai tahun 76 H (695 M).
Dengan tiga macam mata uang, yaitu: Dinar (emas), Dirham (perak) dan Danek (tembaga).
Hampir di setiap karya seni selalu dilapisi dengan emas, perak porselin, batu permata, dsb.
Termasuk pembuatan karya dengan menggunakan batu. Bahkan Arab berhasil membuat kristal
cadas yang dihiasi dengan lukisan dan motto.

Demikian pula dengan seni pahat, selalu menggunakan lapisan. Namun lapisan yang digunakan
adalah mutiara dan gading. Seperti mimbar agung masjid al-Aqsha di Jerussalim. Gading
digunakan untuk seni pahat. Seperti karya arqueta st. Isidore di Leon, yaitu sebuah peti mati
buatan abad kesebelas untuk raja Sevilla dan peti mati dari gaung di Kadetral Bayeux buatan
abad kedua.

Orang Arab menggunakan dua jenis mosaik, pertama, jenis mosaik digunakan untuk lantai dan
dinding bagian bawah yang terdiri dari kepingan marmer atau batu bata. Kedua, jenis mosaik
untuk dinding, khususnya mihrab dan sangat dipengaruhi oleh gaya Bizantine. Fragmen gelas
kaca dan batu warna digunakan untuk membentuk mosaik. Setiap warna terdiri atas 3
penekanan yang dapat membedakanan antara warna cerah dan warna gelap.

Dalam pembangunan monumen, digunakan lengkungan bertitik (pointed arch) dan lengkungan
Norse (Norse arch). Sementara dalam bangunan menara digunakan bentuk kerucut, persegi
panjang, silinder dan candle extinguisher (semacam alat penyangga lilin). Di puncak
bangunan/menara masjid diberi berbagai peralatan perang, seperti : clover, kepala tombak, atau
kepala gergaji, ujung gergaji yang bergerigi, dan sebagainya yang disebut dengan merlons
(bagian dinding puncak yang sangat lunak dan terbuka) (Gustave Le Bon: 88). Dalam kreasi
keramik banyak diproduksi oleh orang Iraq atau Mesir. Motif keramik didominasi dengan
gambar binatang, lapisan logam dan lapisan kaca. Adapun dalam seni lukis, Arab Islam
menampilkan komposisi ruang yang baru, pengukuran geometri. Namun dalam hal seni lukis
lebih banyak untuk kepentingan pengajaran dibandingkan dengan tujuan profesi (Grabar, 1933:
80).

Setelah penaklukan negeri Syam dan Persia, terbentuk aliran khusus dalam arsitektur yang
sesuai dengan tata hidup Arab Islam. Muncullah bangunan dengan gaya khas Arab yang
berwujud pada bentuk pilar, busur, kubah, ukiran lebah bergantung dan wajah menara
menjulang. Penonjolan seni bangunan Arab muslim pertama kalinya pada masjid-masjid. Tipe
masjid Quba menjadi sumber inspirasi bagi sebagian besar masjid Islam. Lalu lintas jamaah
haji ke Mekah dan Madinah tiap tahun menyebabkan tipe masjid Mekah dan Madinah menjadi
contoh.

Dalam percaturan seni secara umum, kaligrafi menduduki tempat yang sangat penting. Hal ini
karena kaligrafi dalam seni Islam merupakan sentral ekspresi seni yang berpengaruh terhadap
ekspresi bentuk kebudayaan Islam. Pemakaian kaligrafi tersebar di berbagai bentuk media
ungkap seni rupa Islam. Keistimewaan kaligrafi juga terlihat terutama karena ia merupakan
karya murni Arab Islam. Berkembangnya kaligrafi diawali dari pengaruh Al-Qur'an. Dari
masyarakat tradisi Islam ke tradisi tulisan bahkan sanggup menjadi pionir untuk menampilkan
huruf-huruf indah yang tidak dimiliki huruf lain (Badri Yatim, 1993: 123).

Arab tidak akrab dengan kerajinan tangan, termasuk sebelum Islam. Hanya sedikit bangunan
dengan gedung dalam masa Islam. Lebih banyak dari bangunan-bangunan bangsa lain yang
ditaklukkan. Kondisi ini diawali dari doktrin larangan membangun, berlebihan atau
menghamburkan uang untuk membangun tanpa tujuan. Pengaruh Islam dan kecermatan hal-
hal semacam itu kemudian pudar. Kedaulatan dan kemewahan beralih menguasai. Orang Arab
kemudian mempekerjakan bangsa Persia dan merampas bangunan mereka.

Dalam hal perencanaan kota, Arab Islam tidak memperhatikan pemilihan tempat, kualitas
udara, air, ladang dan padang rumput. Perhatian utama mereka hanya pada padang rumput
untuk unta dan tidak memperhatikan air, apakah baik atau buruk, sedikit atau banyak. Mereka
tidak memperhatikan ladang, tumbuh-tumbuhan dan udara. Kemudian, didominasi oleh
keinginan untuk berpindah-pindah. Keadaan ini dapat dilihat di Kufah, Bashrah dan Qayraqan.
Kota-kota itu tidak sesuai dengan letak alami bagi kota. Kota-kota tersebut tidak memiliki
sumber untuk memperpanjang pertumbuhan peradaban setelah mereka (Ibnu Khaldun, 2000:
414).

Munculnya Islam sebagai sebuah kebudayaan regional baru bukanlah sesuatu yang
revolusioner. Bahkan munculnya Islam dan perluasan kekuasaan Arab yang memperkenalkan
tradisi baru yang kemudian sangat menentukan pada situasi kultural yang menyeluruh, pada
saat itu hanya memiliki dampak yang terbatas dan bisa jadi tampak bersifat sementara dan
superfisial. Dari perspektif peradaban yang lebih tua, komunitas minoritas kaum muslimin
dengan segala kekuatan, tidak mewakili tingkat-tingkat kebudayaan yang signifikan.
Kelompok minoritas ini menyajikan satu titik perhatian yang sangat dominan. Dengan sadar
dan sengaja mereka mewakili sebuah tradisi baru yang diarahkan pada tradisi besar peradaban
kuno. Lambat laun beberapa di antara mereka mulai berpikir untuk menggantikan masyarakat
manusia yang ada sebelumnya dengan masyarakat baru yang didasarkan pada cita-cita baru
(Hodgson, 1999: 280).

Ketika terjadi perjumpaan (encounters) budaya Arab dan Islam, maka tradisi Arab memiliki
hubungan inheren yang relatif kecil dengan Islam. Walaupun kebudayaan Arab memiliki
kekuatan dan daya tahan. Tetapi ketika masyarakat kota garnisun telah berdiri, budaya Arab
dengan tegas dicangkokkan ke dalam setting baru. Selanjutnya yang ditradisikan adalah bahasa
Arab, namun disesuaikan dalam kondisi-kondisi urban Islam yang baru. Proses ini, menjamin
suatu ‘share’ dalam kebudayaan baru yang terwujud.

Termasuk konversi budaya Arami, Persia ke dalam budaya Islam. Secara perlahan asimilasi
mulai terbentuk hingga terwujud suatu peradaban batu yang umum di kawasan Mediteranian
Timur dan Iran. Pada saat pemindahan pusat kekuasaan Islam dari Damaskus ke Persia, Islam
mengembangkan ‘unsur unsur Iran’. Dari segi kebudayaan, Islam tidak terpaku pada batas-
batas nasionalnya saja. Ia telah menjadi universal, sehingga bisa disebut negara universal
Islam (Ali Asghar, 1999: 301). Identitas nasional di negeri-negeri muslim mengandung unsur
percampuran Islam menjadi agama yang sangat penting. Masyarakat cenderung mereduksi
Islam menjadi agama adat kolektif dan lebih dari sekedar agama pencarian dan komitmen
individual (Ira M. Lapidus, 1999: 523).

Secara umum, ketika terjadi perjumpaan budaya Islam dengan budaya manapun, secara
bersama-sama memperlihatkan hasil interaksi, ubahan dan gubahan konsep-konsep Islam
disesuaikan dengan budaya lokal. Apabila ini disepakati, maka hal tersebut bukanlah satu
paduan yang harus dituding sebagai sinkretisasi Islam dalam konteks budaya lokal pada
umumnya. Interaksi, ubahan dan gubahan tersebut merupakan proses dan mekanismeaspek
budaya material, khususnya dalam hubungan antar manusia/masyarakat dan lingkungannya
(Hasan Muarif Ambary, 1998: 214).

Termasuk kemajuan dalam seni dan arsitektur Arab Islam yang mengesankan terjadi selama
periode ‘abad pertengahan’. Tetapi semua kemajuan tersebut dilakukan dalam framework
keagamaan dan skolatikisme. Suatu sebab yang menjadikan Islam dapat menghasilkan seni dan
arsitektur begitu banyak dalam waktu yang singkat, kemudian menjadi steril sedemikian
cepatnya, dapat diketahui melalui sifat dasar skolatikisme Islam itu juga. Bersifat kreatif di sisi
lain. Sementara itu dapat disaksikan adanya dukungan khalifah pada periode tertentu, tetapi
pada periode lain, justru khalifah yang menjadi ‘penghalang’ perkembangan seni dan
arsitektur.
Bagaimanapun, Islam tetap kreatif dan progresif sepanjang kebebasan berpikir dan investigasi
dapat menandingi fatalisme. Sepanjang Islam menganggap bahwa dunia adalah kajian terbuka
untuk digeluti oleh semua orang. Apabila unsur-unsur fatalisme dan ortodoksi tertanam dalam
skolatikisme, maka ia tidak dapat memberi pengaruh yang nyata. Dan apabila unsur-unsur
dinamis dan liberal menyerah kepada kepasrahan total pada ortodoksi dan berganti menjadi
kepasrahan pada konsep-konsep takdir dan nasib, serta mengalahkan semangat investigasi,
berinovasi, dan mencipta, maka obor tersebut telah diserahkan dari Islam kepada Renaisans
Eropa (Mehdi Nakosteen, 1996: xi-xii)

I. Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, penulis mengulangi apa yang disebutkan dalam pendahuluan bahwa seni
dan arsitektur dalam suatu budaya atau masyarakat adalah tempat bersejarah dan budaya
pentingnya. Mereka mewakili mata pencaharian orang, tradisi, budaya, peradaban, dan
orisinalitas. Mereka melambangkan keahlian nenek moyang komunitas dan bagaimana orang
digunakan untuk membuat seni dan arsitektur di hari-hari awal. Internet sumber anonim
mengatakan seni dan arsitektur berbicara tentang budaya dan masyarakat. Ketika satu melihat
lukisan yang dibuat di gua dan batu oleh orang-orang kuno, itu memberi seseorang ide tentang
budaya suatu bangsa. Jadi, seni adalah salah satu bentuk pelestarian budaya. Itu mencerminkan
kepercayaan masyarakat, nilai-nilai budaya, dan sebagainya (Santyaningtyas Noor 2016).

Lebih dari itu, seni dan arsitektur adalah perilaku alami. Sama seperti bahasa yang alami
perilaku mengekspresikan diri, begitu juga seni. Ketika anak-anak masih kecil, mereka
menggambar mengekspresikan diri. Mereka mencoba menggambar sesuatu yang kreatif yang
mencerminkan pemikiran mereka proses. Ini juga merupakan saluran untuk komunikasi. Ada
berbagai jenis bahasa. Seseorang mungkin tidak mengerti bahasa tertentu, tetapi seni yang
berfungsi sebagai universal bentuk komunikasi membuat seseorang memahaminya. Dengan
seni dan arsitektur, seseorang dapat berbagi budaya atau ide dan pemikiran agama seseorang
dengan orang lain, oleh karena itu relevansi seni dan arsitektur dalam lebih memahami Islam
agama.

Berikut ini beberapa poin penting berkenaan dengan arsitektur dan seni dalam sejarah
kebudayaan Islam.
1. Seni Islam bukanlah seni agama, waktu, tempat, atau media tertentu. Sebaliknya, itu
mencakup sekitar 1400 tahun, mencakup banyak daratan dan populasi, dan mencakup
berbagai bidang seni termasuk arsitektur, kaligrafi, lukisan, kaca, keramik, dan tekstil.
2. Seni religi Islam berbeda dengan seni religi Kristen dalam hal non-figural karena
banyak umat Islam yang percaya bahwa penggambaran bentuk manusia adalah
penyembahan berhala, dan dengan demikian dosa terhadap Allah, dilarang dalam Al-
Qur'an. Kaligrafi dan elemen arsitektur diberi makna religius yang penting dalam Islam.
3. Seni Islam berkembang dari banyak sumber: Romawi, seni Kristen awal, dan gaya
Bizantium; seni Sassanian dari Persia pra-Islam; Gaya Asia Tengah dibawa oleh
berbagai serangan nomaden, dan pengaruh Cina muncul di Lukisan, tembikar, dan
tekstil Islam
4. Pada zaman pemerintahan Umayyah, seni rupa berkembang dalam bentuk seni pahat
dan seni ukir dengan menggunakan khat Arab sebagai motif yang digunakan di dinding
masjid, bangunan, istana dan gedung pemerintahan. Seni tilawah dimulai dengan
qasidah, musik yang digubah dengan irama cinta kasih. Seni pentas (teater) banyak
dilakukan di istana. Sementara istana dihiasi dengan lukisan perburuhan, kebun
binatang, perjamuan, pesta dan wanita. Adapun arsitektur Istana dikelilingi oleh
sejumlah pintu gerbang resmi dan di tengah terdapat bangunan yang membujur.
5. Karakteristik seni dan arsitektur Arab Islam, dapat dicermati dengan beberapa
kekhasan, antara lain: pada masa awal Islam, banyak dibentuk dengan gambar tumbuh-
tumbuhan dan gambar berdasarkan ilmu ukur. Sementara seni patung tidak dilakukan
sama sekali, namun berkembang karena larangan ini diacuhkan oleh pada khalifah
setelah al-Khulafa arRasyidun. Tipe masjid Quba, Medinah dan Mekah, menjadi
contoh, dengan gaya khas pilar, busur, kubah dan ukiran lebah bergantung, serta menara
menjulang tinggi. Dominasi kaligrafi sangat tampak dalam berbagai seni Arab Islam.
Pelapisan karya seni dengan emas, perak, porselen, batu permata, mutiara dan gading
banyak dilakukan. Ada dua jenis motif mosaik yang digunakan, yaitu: pertama, mosaik
untuk dinding dan lantai bawah, kedua, mosaik dinding. Monumen dibangun dengan
lengkungan, kemudian menara masjid diberi potongan peralatan perang. Adapun
perencanaan kota mulai diperhatikan, namun lebih banyak yang tidak teratur

J. DAFTAR PUSTAKA

https://www.dekoruma.com/artikel/69780/arsitektur-islam-paling-menakjubkan-di-dunia

https://www.republika.co.id/berita/o94uw4313/tiga-arsitek-ternama-muslim

https://www.republika.co.id/berita/qd4sol430/mengenal-mimar-sinan-arsitek-muslim-
berpengaruh-
1#:~:text=Mimar%20Sinan%20disebut%20sebagai%20arsitek%20Muslim%20terbesar.

https://www.99.co/id/panduan/arsitektur-islam

Algeriani, A. M. A., & Mohadi, M. (2019). The House of Wisdom (Bayt al-Hikmah), an
Educational Institution during the Time of the Abbasid Dynasty. A Historical Perspective.
Pertanika Journal of Social Sciences & Humanities, 27(2).

Blair, S. S., & Bloom, J. M. (2003). The mirage of Islamic art: Reflections on the study of an
unwieldy field. The Art Bulletin, 85(1), 152-184.
Blessing, P. (2014). Friedrich Sarre and the discovery of Seljuk Anatolia. Journal of Art
Historiography, (11), 1.

Bloom, J., Blair, S. S., & Blair, S. (Eds.). (2009). Grove Encyclopedia of Islamic Art &
Architecture: Three-Volume Set (Vol. 2). Oxford University Press on Demand.

Brett, M. (2017). Fatimid Empire. Edinburgh University Press.

Creswell, K. A. C. (1946). The lawfulness of painting in early Islam. Ars Islamica, 11, 159-
166.
Dodds, J. D. (Ed.). (1992). al-Andalus: the art of Islamic Spain. Metropolitan Museum of Art.

Dodds, J. D. (Ed.). (1992). al-Andalus: the art of Islamic Spain. Metropolitan Museum of Art.

Eigner, S., Caussé, I., & Masters, C. (2010). Art of the Middle East: modern and contemporary
art of the Arab world and Iran. Merrell.

Esposito, J. L. (2002). What everyone needs to know about Islam. Oxford University Press.
Ettinghausen, R., Grabar, O., & Jenkins, M. (2003). Islamic art and architecture 650- 1250
(Vol. 59). Yale University Press.

Flood, F. B. (2001). The Great Mosque of Damascus: Studies on the makings of an Ummayyad
visual culture (Vol. 33). Brill.

Gulnar K. B. (2019). The New Book of Knowledge. Florida State University.

Hershberger, R. G. (2021). A study of meaning and architecture (pp. 86-100). Routledge.

Hillenbrand, R. (1999). Islamic art and architecture. Thames and Hudson.

Levey, M. (1975). The world of Ottoman art. London: Thames and Hudson.

Margolis, J. (2020). The Arts and the Definition of the Human. Stanford University Press.
May, T. (2007). The mongol art of war. Casemate Publishers.

Rosenberg, H. (1983). The de-definition of art. University of Chicago Press.

Santyaningtyas, A. C., & Noor, M. Z. M. (2016). Preserving of traditional culture expression


in Indonesia. Asian Social Science, 12(7), 59-65.

Stella E. Osim, Islamic Art and Architecture: A Reflection of the Culture and Tradition of
Islam, SOCIETIES: Journal of Social Sciences and Humanities Vol.1, No.2, 2021 P. 174

R.Taufiqurrochman, Arsitektur dan Seni Islam; Persentuhan dari ragam entitas budaya; 2020

Unwin, S. (2020). Analysing Architecture the Universal Language of Place-Making: the


universal language of place-making. Routledge.

Mochamad Muksin, Islam dan Perkembangan sains dan teknologi (Studi Perkembangan Sains
dan Teknologi Dinasti Abbasiyah), 2016, Teknologi & Manajeman Informatika Volume 2,
Nomor 4, Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai