Anda di halaman 1dari 20

IDENTIFIKASI PENERAPAN ARSITEKTUR PADA

BANGUNAN MASJID MUHAMMAD ALI PASHA

DISUSUN OLEH:

MADE DHANANTA DHARMOTTAMA 2105521107

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2023
PENDAHULUAN

Manusia sebagai mahluk sosial, pasti memiliki kebudayaan yang lahir secara
disengaja maupun tidak. Jejak peradaban manusia meninggalkan beberapa petanda: karya
sastra, kesenian dan arsitektur adalah beberapa diantara petanda tersebut (Fanani, 2009: 7).
Kata kebudayaan berasal dari terjemahan kata 'kultur'. Kata 'kultur' dalam bahasa latin
cultura berarti memelihara, mengolah dan mengerjakan. Menurut Schusky dan Culbert
(dalam Endaswara, 2006: 3) bahwa kajian budaya pada dasarnya adalah studi tentang
manusia. Terkait dengan hal tersebut, terdapat beberapa cabang yang bisa ditekankan: (1)
kajian budaya ke arah aspek-aspek biologis dan budaya manusia. Aspek biologis telah
menarik paham evolusionisme dan budaya manusia telah menarik berbagai teori budaya; (2)
kajian ke arah sejarah budaya; (3) kajian budaya ke arah manusia sebagai bagian dunia; (4)
kajian budaya manusia secara individual maupun kelompok; (5) kajian budaya secara
holistik. Berdasarkan lima kajian tersebut, seorang peneliti dapat mengkategorikan budaya
manusia ke dalam dua bentuk, yaitu budaya material atau budaya real dan budaya non-
material atau budaya spiritual atau ideal (Endaswara, 2006: 4).
Budaya material (material culture) adalah semua objek material yang dibuat,
dihasilkan dan dipakai oleh manusia, mulai dari material atau benda-benda yang sederhana
(seperti, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan), hingga ke desain arsitektur, teknologi
komputer dan kapal terbang (Liliweri, 2002: 107).
Hoenigman (dalam Sulasman, 2013: 35 - 37) menyatakan bahwa wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga, yakni: (1) Gagasan atau wujud ideal, yaitu kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya; (2) Aktivitas atau
tindakan, yaitu wujud kebudayaan sebagai tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
tersebut; (3) Artefak atau karya, yaitu wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, berupa benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan.
Berdasarkan pernyataan JJ. Hoenigman tersebut, dapat diketahui bahwa wujud
kebudayaan yang berupa artefak atau karya merupakan wujud kebudayaan fisik secara real
atau kebudayaan material. Salah satu jenis bentuk budaya material atau real adalah desain
arsitektur bangunan.
Arsitektur bangunan mencerminkan tingkat penguasaan masyarakat terhadap
pengetahuan (Fanani, 2009: 14). Menurut Zahnd, dari etimologi tampak bahwa kata
"arsitektur" secara harfiah sebagai seni pertukangan yang pertama dan dasar'. Hakikat
arsitektur adalah sintesis tiga lingkungan dasar yaitu (1) seni (estetika); (2) pertukangan
(keterampilan); (3) teknik (pengetahuan), maka dari itu bidang arsitektur bersifat
interdisipliner yang melibatkan banyak bidang lainnya, termasuk ilmu eksakta maupun non-
eksakta.
Bangunan sebagai hasil kebudayaan material, dianggap dapat mencerminkan kebudayaan
pada suatu daerah, pada waktu tertentu. Hal tersebut dikarenakan pembuatan corak atau motif
bangunan sebagai imbas dari kehidupan sosial maupun politik pada suatu peradaban.
Menurut Gauldie, 1969 (dalam Fanani,2009: 17) bahwa ketika keterampilan manusia di
bidang pembangunan mulai meningkat, maka mereka mulai mengubah karya arsitektur bukan
sekadar memenuhi peran kegunaan fisiknya semata, namun sekaligus sebagai unsur budaya.
Budaya yang terwujud secara material atau berbentuk bangunan, tidak hanya memiliki sisi
historis sebagai cermin masyarakat pada waktu tersebut, namun juga memiliki unsur seni
yang mendalam.
Salah satu bangunan yang dianggap sebagai warisan kebudayaan di wilyah Timur
Tengah adalah Masjid Muhammad Ali Pasha yang terletak di kota Kairo, Mesir yang
menerapkan gaya Arsitektur Islam khususnya Arsitektur Ottoman
PRINSIP DAN FILOSOFI ARSITEKTUR MESIR DAN OTTOMA
Arsitektur Mesir Kuno memiliki prinsip dan filosofi yang unik, yang tercermin dalam
bangunan-bangunan monumental mereka yang bertahan selama ribuan tahun. Beberapa
prinsip dan filosofi utama dalam arsitektur Mesir meliputi:
1. Eternalitas dan Abadi: Salah satu prinsip utama dalam arsitektur Mesir adalah
menciptakan bangunan yang akan berdiri selama-lamanya. Hal ini tercermin dalam
penggunaan bahan konstruksi tahan lama seperti batu, serta dalam desain piramida yang
simbolis. Piramida adalah struktur geometris yang dianggap mewakili tangga menuju
kehidupan setelah kematian, yang merupakan keyakinan penting dalam agama Mesir
Kuno.
2. Ordo dan Simetri: Arsitektur Mesir Kuno didasarkan pada prinsip ordo dan simetri.
Bangunan-bangunan seperti kuil-kuil memiliki penataan yang sangat terorganisir dan
simetris. Hal ini mencerminkan kepercayaan pada tatanan kosmis yang harmonis dan
penting dalam agama Mesir Kuno
3. Hierarki dalam Desain: Bangunan-bangunan Mesir sering kali memiliki bentuk yang
mencerminkan hierarki sosial dan agama. Pada piramida, misalnya, bagian teratas adalah
yang paling tinggi dan hanya dapat diakses oleh para firaun atau raja, sedangkan struktur
yang lebih rendah digunakan oleh kelas sosial yang lebih rendah
4. Fungsionalitas: Arsitektur Mesir sangat fungsional dan mengikuti fungsi dan kebutuhan
bangunan tersebut. Misalnya, kuil-kuil didesain untuk upacara keagamaan dan
penghormatan terhadap dewa-dewi Mesir. Bangunan pemakaman seperti piramida
dirancang untuk berfungsi sebagai makam para firaun dan menampung benda-benda
berharga dan perlengkapan yang akan digunakan dalam kehidupan setelah kematian.
5. Bentuk Geometris: Banyak bangunan Mesir memiliki bentuk geometris yang khas.
Piramida adalah contoh terbaiknya, tetapi juga ada penggunaan bentuk-bentuk geometris
lain seperti obelisk (batang tegak) dan kolom-kolom dengan kapitel yang dihiasi dengan
motif-motif geometris.
6. Penggunaan Dekorasi Relief: Bangunan-bangunan Mesir sering kali dihiasi dengan
relief-relief yang menggambarkan adegan kehidupan sehari-hari, dewa-dewi, atau
inskripsi-inskripsi hieroglif. Ini bukan hanya sebagai hiasan visual, tetapi juga sebagai
sarana komunikasi simbolis dan keagamaan
7. Penyelarasan dengan Astronomi: Beberapa bangunan Mesir, terutama kuil-kuil,
dibangun dengan presisi astronomis sehingga terkait dengan gerakan matahari dan
bintang. Ini mencerminkan pentingnya astronomi dalam agama dan budaya Mesir Kuno.
Prinsip dan filosofi dalam arsitektur Mesir Kuno sangat terkait dengan keyakinan religius
dan kosmologi mereka. Bangunan-bangunan monumental ini tidak hanya berfungsi sebagai
struktur fisik, tetapi juga sebagai representasi simbolis dari konsep keabadian, hierarki, dan
harmoni yang ada dalam pandangan dunia Mesir Kuno. Seiring perkembangan waktu muncul
perpaduan antara arsitektur mesir dengan arsitektur islam yang salah satunya adalah
arsitektur Ottoman.
Arsitektur Ottoman adalah gaya arsitektur yang berkembang di Kekaisaran Ottoman,
yang mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Turki, Timur Tengah, dan sebagian
Eropa pada abad ke-14 hingga abad ke-20. Gaya arsitektur Ottoman menunjukkan pengaruh
dari berbagai budaya, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan Islam. Beberapa ciri khas dari
arsitektur Ottoman antara lain:
1. Kubah dan Menara Tinggi: Arsitektur Ottoman sering ditandai dengan kubah besar dan
menara tinggi yang dikenal sebagai minaret. Kubah dan menara tinggi ini biasanya
dihiasi dengan ornamen khas seperti kaligrafi dan mozaik.
2. Arsitektur yang Asimetris : Arsitektur Ottoman cenderung memiliki tatanan asimetris
yang membuatnya unik dan menarik. Misalnya, masjid-masjid Ottoman memiliki tatanan
asimetris yang tidak sama antara bagian kiri dan kanan. Penggunaan Batu dan Bata Batu
dan bata sering digunakan dalam arsitektur Ottoman, terutama pada dinding dan pilar
bangunan. Bahan-bahan ini sering diukir dengan ornamen khas seperti kaligrafi dan
geometri.
3. Hiasan dan Ornamen yang Rumit Arsitektur : Ottoman sangat dikenal karena hiasan
dan ornamen yang rumit, seperti kaligrafi, geometri, ukiran kayu, dan mozaik. Hiasan-
hiasan ini digunakan pada kubah, dinding, dan bagian-bagian penting lainnya.
4. Keterbukaan terhadap Cahaya dan Udara Bangunan-bangunan : Ottoman
dirancang dengan memperhatikan keterbukaan terhadap cahaya dan udara. Bangunan-
bangunan tersebut memiliki banyak jendela besar, balkon, dan teras yang memungkinkan
sirkulasi udara dan cahaya matahari yang cukup.
PEMBAHASAN BANGUNAN OBJEK
Masjid Muhammad Ali Pasha, juga dikenal sebagai Masjid Muhammad Ali, adalah
salah satu bangunan bersejarah yang paling terkenal di Kairo, Mesir. Berikut adalah sejarah
singkat Masjid Muhammad Ali Pasha. Masjid Muhammad Ali Pasha dibangun pada abad ke-
19 selama masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha, seorang penguasa Mesir yang
memerintah atas nama Kekaisaran Ottoman. Muhammad Ali Pasha adalah tokoh penting
dalam sejarah Mesir dan dikenal karena reformasi dan modernisasi yang ia lakukan selama
pemerintahannya. Pembangunan Konstruksi masjid dimulai pada tahun 1830 dan selesai pada
tahun 1848 di bawah arsitek Yusuf Bushnak. Masjid ini dibangun di atas bukit Salah El-Din
di Kairo, yang memberikan pandangan indah ke Kota Lama Kairo (Cairo Citadel) dan
sekitarnya.
(Gambar )
Masjid ini dinamai sesuai dengan nama Muhammad Ali Pasha yang memerintah
Mesir saat itu. Muhammad Ali Pasha adalah seorang tokoh yang berpengaruh dalam sejarah
Mesir dan Kesultanan Ottoman, dan pembangunan masjid ini adalah salah satu wujud
penghormatan terhadapnya. Masjid Muhammad Ali Pasha adalah contoh arsitektur neo-
Ottoman yang khas. Gaya arsitektur ini mencerminkan pengaruh Ottoman dalam desainnya,
dengan kubah besar, menara menara tinggi, dan penggunaan batu alabaster putih yang indah
sebagai bahan bangunan utama.
Masjid ini adalah tempat ibadah Islam yang penting. Di dalam masjid terdapat mihrab
(noktah penunjuk arah kiblat), mimbar (tempat khotbah), dan ruang yang luas untuk berdoa.
Masjid ini masih digunakan untuk keperluan ibadah hingga saat ini. Masjid Muhammad Ali
Pasha bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga sebuah situs bersejarah yang penting di Mesir.
Masjid ini menjadi salah satu daya tarik wisata paling populer di Kairo dan menjadi bagian
integral dari kompleks Kairo Citadel yang lebih luas. Seiring berjalannya waktu, masjid ini
telah mengalami pemugaran dan pemeliharaan. Namun, usaha telah dilakukan untuk
mempertahankan karakter arsitektur dan sejarahnya yang berharga. Berikut merupakan
beberapa penerapan dari gaya arsitektur ottoman pada Masjid Muhammad Ali Pasha :
a. Kubah Besar: Salah satu ciri utama masjid ini adalah kubah besar yang menghiasi bagian
tengah bangunan. Kubah ini memiliki bentuk setengah bola yang indah dan sering dihiasi
dengan motif-motif geometris dan kaligrafi Arab.

( gambar )
b. Menara Tinggi: Masjid Muhammad Ali memiliki menara tinggi yang dikenal sebagai
menara jam. Menara ini biasanya memiliki beberapa tingkat dengan balkon-balkon di
atasnya, dan pada puncaknya terdapat kubah kecil.
( Gambar )

c. Ornamen Kaligrafi: Seperti banyak masjid Muslim, interior dan eksterior Masjid
Muhammad Ali dihiasi dengan kaligrafi Arab yang indah. Kaligrafi ini sering
mengandung ayat-ayat Al-Quran dan pesan-pesan religius lainnya.
d. Batu Alabaster: Bahan utama yang digunakan dalam pembangunan masjid ini adalah
batu alabaster putih yang indah. Batu alabaster digunakan untuk membuat lantai,
dinding, dan kubah dalam masjid, menciptakan suasana yang indah dan mewah.
e. Penggunaan Ruang Terbuka: Masjid ini memiliki halaman terbuka di dalamnya, yang
sering digunakan oleh jamaah untuk shalat di bawah sinar matahari. Ini adalah ciri
arsitektur yang umum ditemui dalam masjid-masjid di dunia Islam.

(Gambar ) (Gambar )

f. Taman dan Courtyard: Masjid ini juga memiliki taman dan halaman yang luas di
sekitarnya, yang menawarkan pemandangan indah dari Kairo. Halaman ini biasanya
digunakan sebagai tempat istirahat dan kontemplasi.
g. Kolom-Kolom: Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki barisan kolom yang mengelilingi
halaman dalam masjid. Kolom-kolom ini memiliki gaya yang mengingatkan pada
kolom-kolom Yunani dan Romawi dengan basis dan kapitelnya yang mewah. Ini adalah
contoh pengaruh klasik dalam arsitektur masjid ini.
(Gambar ) (Gambar )

h. Fasad Bangunan: Fasad utama masjid ini memiliki elemen-elemen simetris yang khas
dari gaya neo-klasik, dengan pintu-pintu besar, jendela-jendela yang terhias, dan
ornamentasi yang mengingatkan pada bangunan klasik.
i. Jendela dan Pencahayaan: Bangunan ini memiliki jendela-jendela yang besar yang
memungkinkan pencahayaan alami masuk ke dalam masjid, menciptakan atmosfer
terang dan terbuka di dalam.
Masjid Muhammad Ali Pasha adalah contoh yang baik dari gaya arsitektur yang
mencampurkan pengaruh-pengaruh berbeda dari berbagai periode dan budaya. Meskipun ada
elemen-elemen neo-klasik yang jelas, itu juga adalah sebuah masjid yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan ibadah Islam, sehingga banyak fitur-fitur Islam yang mencolok dalam
desainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.
Endaswara, Suwardi. 2006. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Fanani, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Penerbit Bentang.
Sulasman dan Setia Gumilar. 2013. Teori-Teori Kebudayaan: Dari Teori Hingga Aplikasi
Bandung : CV. Pustaka Setia
Masjid Muhammad Ali Pasha, juga dikenal sebagai Masjid Muhammad Ali, adalah salah satu
landmark paling terkenal di Kairo, Mesir, dan memiliki arsitektur yang menarik. Masjid ini
dibangun pada abad ke-19 oleh Muhammad Ali Pasha, seorang penguasa Mesir saat itu. Berikut
adalah beberapa ciri arsitektur utama dari Masjid Muhammad Ali Pasha:
Gaya Arsitektur Ottoman: Masjid ini merupakan contoh arsitektur Ottoman yang khas. Gaya
arsitektur ini memengaruhi banyak bangunan di seluruh Kekaisaran Ottoman, termasuk kubah
dan menara dengan elemen-elemen seperti kubah setengah bola dan menara berbentuk
setengah silinder.
Kubah Besar: Salah satu ciri utama masjid ini adalah kubah besar yang menghiasi bagian tengah
bangunan. Kubah ini memiliki bentuk setengah bola yang indah dan sering dihiasi dengan motif-
motif geometris dan kaligrafi Arab.
Menara Tinggi: Masjid Muhammad Ali memiliki menara tinggi yang dikenal sebagai menara
menara, atau menara jam. Menara ini biasanya memiliki beberapa tingkat dengan balkon-balkon
di atasnya, dan pada puncaknya terdapat kubah kecil.
Ornamen Kaligrafi: Seperti banyak masjid Muslim, interior dan eksterior Masjid Muhammad Ali
dihiasi dengan kaligrafi Arab yang indah. Kaligrafi ini sering mengandung ayat-ayat Al-Quran dan
pesan-pesan religius lainnya.
Batu Alabaster: Bahan utama yang digunakan dalam pembangunan masjid ini adalah batu
alabaster putih yang indah. Batu alabaster digunakan untuk membuat lantai, dinding, dan kubah
dalam masjid, menciptakan suasana yang indah dan mewah.
Penggunaan Ruang Terbuka: Masjid ini memiliki halaman terbuka di dalamnya, yang sering
digunakan oleh jamaah untuk shalat di bawah sinar matahari. Ini adalah ciri arsitektur yang
umum ditemui dalam masjid-masjid di dunia Islam.
Taman dan Courtyard: Masjid ini juga memiliki taman dan halaman yang luas di sekitarnya, yang
menawarkan pemandangan indah dari Kairo. Halaman ini biasanya digunakan sebagai tempat
istirahat dan kontemplasi.
Masjid Muhammad Ali Pasha adalah salah satu contoh arsitektur Islam yang indah dan
merupakan destinasi wisata yang populer di Mesir. Arsitektur dan desain interior masjid ini
mencerminkan keindahan dan kerumitan seni Islam, dan ini adalah salah satu tempat yang paling
terkenal di Kairo untuk mengagumi seni dan arsitektur Islam yang luar biasa.

identifikasi arsitektur pra klasik pada bangunan masjid ali pasha


ChatGPT
Masjid Muhammad Ali Pasha di Kairo, Mesir, adalah contoh arsitektur neo-klasik yang dibangun
pada abad ke-19. Ini adalah gaya arsitektur yang menggabungkan elemen-elemen klasik Yunani
dan Romawi dengan elemen-elemen Islam. Oleh karena itu, kita tidak akan menemukan
arsitektur "pra-klasik" dalam arti yang sama seperti dalam arsitektur klasik purba. Namun, kita
dapat mengidentifikasi beberapa elemen yang mencerminkan pengaruh klasik dalam desain
masjid ini:
Kolom-Kolom: Masjid Muhammad Ali Pasha memiliki barisan kolom yang mengelilingi halaman
dalam masjid. Kolom-kolom ini memiliki gaya yang mengingatkan pada kolom-kolom Yunani
dan Romawi dengan basis dan kapitelnya yang mewah. Ini adalah contoh pengaruh klasik dalam
arsitektur masjid ini.
Fasad Bangunan: Fasad utama masjid ini memiliki elemen-elemen simetris yang khas dari gaya
neo-klasik, dengan pintu-pintu besar, jendela-jendela yang terhias, dan ornamentasi yang
mengingatkan pada bangunan klasik.
Kubah: Kubah besar di tengah masjid juga memiliki elemen-elemen klasik dalam bentuk
setengah bola yang mengingatkan pada kubah Romawi dan Yunani.
Ornamen Klasik: Meskipun banyak ornamen dalam masjid ini memiliki motif-motif Islam,
beberapa ornamen, seperti korban-udara (dinding-dinding setengah lingkaran di sekitar kubah)
mengingatkan pada desain klasik yang ditemukan dalam arsitektur Romawi.
Pola Geometris: Beberapa pola geometris dan hiasan yang digunakan dalam masjid ini dapat
memiliki elemen-elemen klasik, meskipun dalam konteks seni Islam.
Perlu diingat bahwa Masjid Muhammad Ali Pasha adalah contoh yang baik dari gaya arsitektur
yang mencampurkan pengaruh-pengaruh berbeda dari berbagai periode dan budaya. Meskipun
ada elemen-elemen neo-klasik yang jelas, itu juga adalah sebuah masjid yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan ibadah Islam, sehingga banyak fitur-fitur Islam yang mencolok dalam
desainnya.
Arsitektur Ottoman adalah gaya arsitektur yang berkembang di Kekaisaran Ottoman,
yang mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Turki, Timur Tengah, dan
sebagian Eropa pada abad ke-14 hingga abad ke-20.
Gaya arsitektur Ottoman menunjukkan pengaruh dari berbagai budaya, seperti Persia,
Romawi, Yunani, dan Islam. Beberapa ciri khas dari arsitektur
Ottoman antara lain:
1. Kubah dan Menara Tinggi Arsitektur Ottoman sering ditandai dengan kubah besar
dan menara tinggi yang dikenal sebagai minaret. Kubah dan menara tinggi ini biasanya
dihiasi dengan ornamen khas seperti kaligrafi dan mozaik.
2. Arsitektur yang Asimetris Arsitektur Ottoman cenderung memiliki tatanan asimetris
yang membuatnya unik dan menarik. Misalnya, masjid-masjid Ottoman memiliki
tatanan asimetris yang tidak sama antara bagian kiri dan kanan.
Penggunaan Batu dan Bata Batu dan bata sering digunakan dalam arsitektur Ottoman,
terutama pada dinding dan pilar bangunan.
Bahan-bahan ini sering diukir dengan ornamen khas seperti kaligrafi dan geometri.
4. Hiasan dan Ornamen yang Rumit Arsitektur Ottoman sangat dikenal karena hiasan
dan ornamen yang rumit, seperti kaligrafi, geometri, ukiran kayu, dan mozaik. Hiasan-
hiasan ini digunakan pada kubah, dinding, dan bagian-bagian penting lainnya.
เก่
Keterbukaan terhadap Cahaya dan Udara Bangunan-bangunan
Ottoman dirancang dengan memperhatikan keterbukaan terhadap cahaya dan udara.
Bangunan-bangunan tersebut memiliki banyak jendela besar, balkon, dan teras yang
memungkinkan sirkulasi udara dan cahaya matahari yang

Arsitektur Ottoman
cukup.

adalah gaya arsitektur yang


berkembang di Kekaisaran
Ottoman, yang mencakup
wilayah yang sekarang
dikenal sebagai Turki,
Timur Tengah, dan
sebagian Eropa pada abad
ke-14 hingga abad ke-20.
Gaya arsitektur Ottoman
menunjukkan pengaruh
dari berbagai budaya,
seperti Persia, Romawi,
Yunani, dan Islam.
Beberapa ciri khas dari
arsitektur
Ottoman antara lain:
1. Kubah dan Menara
Tinggi Arsitektur Ottoman
sering ditandai dengan
kubah besar dan menara
tinggi yang dikenal sebagai
minaret. Kubah
dan menara tinggi ini
biasanya dihiasi dengan
ornamen khas seperti
kaligrafi dan mozaik.
2. Arsitektur yang
Asimetris Arsitektur
Ottoman cenderung
memiliki
tatanan asimetris yang
membuatnya unik dan
menarik. Misalnya,
masjid-masjid Ottoman
memiliki tatanan asimetris
yang tidak sama
antara bagian kiri dan
kanan.
3. Penggunaan Batu dan
Bata Batu dan bata sering
digunakan dalam
arsitektur Ottoman,
terutama pada dinding dan
pilar bangunan.
Bahan-bahan ini sering
diukir dengan ornamen
khas seperti kaligrafi
dan geometri.
4. Hiasan dan Ornamen
yang Rumit Arsitektur
Ottoman sangat dikenal
karena hiasan dan ornamen
yang rumit, seperti
kaligrafi, geometri,
ukiran kayu, dan mozaik.
Hiasan-hiasan ini
digunakan pada kubah,
dinding, dan bagian-bagian
penting lainnya.
5. Keterbukaan terhadap
Cahaya dan Udara
Bangunan-bangunan
Ottoman dirancang dengan
memperhatikan
keterbukaan terhadap
cahaya dan udara.
Bangunan-bangunan
tersebut memiliki banyak
jendela besar, balkon, dan
teras yang memungkinkan
sirkulasi udara
dan cahaya matahari yang
cukup.
Arsitektur Ottoman adalah
gaya arsitektur yang
berkembang di Kekaisaran
Ottoman, yang mencakup
wilayah yang sekarang
dikenal sebagai Turki,
Timur Tengah, dan
sebagian Eropa pada abad
ke-14 hingga abad ke-20.
Gaya arsitektur Ottoman
menunjukkan pengaruh
dari berbagai budaya,
seperti Persia, Romawi,
Yunani, dan Islam.
Beberapa ciri khas dari
arsitektur
Ottoman antara lain:
1. Kubah dan Menara
Tinggi Arsitektur Ottoman
sering ditandai dengan
kubah besar dan menara
tinggi yang dikenal sebagai
minaret. Kubah
dan menara tinggi ini
biasanya dihiasi dengan
ornamen khas seperti
kaligrafi dan mozaik.
2. Arsitektur yang
Asimetris Arsitektur
Ottoman cenderung
memiliki
tatanan asimetris yang
membuatnya unik dan
menarik. Misalnya,
masjid-masjid Ottoman
memiliki tatanan asimetris
yang tidak sama
antara bagian kiri dan
kanan.
3. Penggunaan Batu dan
Bata Batu dan bata sering
digunakan dalam
arsitektur Ottoman,
terutama pada dinding dan
pilar bangunan.
Bahan-bahan ini sering
diukir dengan ornamen
khas seperti kaligrafi
dan geometri.
4. Hiasan dan Ornamen
yang Rumit Arsitektur
Ottoman sangat dikenal
karena hiasan dan ornamen
yang rumit, seperti
kaligrafi, geometri,
ukiran kayu, dan mozaik.
Hiasan-hiasan ini
digunakan pada kubah,
dinding, dan bagian-bagian
penting lainnya.
5. Keterbukaan terhadap
Cahaya dan Udara
Bangunan-bangunan
Ottoman dirancang dengan
memperhatikan
keterbukaan terhadap
cahaya dan udara.
Bangunan-bangunan
tersebut memiliki banyak
jendela besar, balkon, dan
teras yang memungkinkan
sirkulasi udara
dan cahaya matahari yang
cukup.

Anda mungkin juga menyukai