Pengertian Arsitektur
Kata arsitektur dalam bahasa Yunani archi yang berarti kepala, ketua dan
tecton yang berarti tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang, merujuk
kepada profesi, kemahiran dan keahlian menukang dalam hal bangunan.Pekerjaan
merancang dengan memperhitungkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
rancang bangun, sehingga menjadikan arsitektur sebagi ilmu pengetahuan yang
menggabungkan seni dan teknologi.
Arsitektur adalah cerminan dari kebudayaan, oleh Karena itu, dari sebuah
karya arsitektur, kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa,
Hidayatun (2005)
Arsitektur
adalah
hasil
proses
perancangan
dan
pembangunan
Perkembangan Arsitektur
Untuk
mengetahui
perkembangan
arsitektur
secara
umum
dapat
dikelompokkan atas dua bagian, yaitu arsitektur dalam budaya barat dan arsitektur
dalam budaya timur.
1. Arsitektur Dalam Budaya Barat
Arsitektur dalam budaya barat merupakan arsitektur yang didasari dari
pemikiran-pemikiran arsitektur klasik yang berasal dari bangsa Yunani dan Romawi
selanjutnya berkembang yaitu masa renaissance yang merupakan kelahiran kembali
arsitektur klasik.
Para pemikir barat memandang berbagai hal termasuk arsitektur merupakan
ilmu yang perlu dikaji dan dipelajari, sehingga menciptakan berbagai pandangan
baru tentang arsitektur, tidak lain didukung dengan kemanjuan teknolgi dalam masa
revolusi industri sekitar abad ke-18.
Arsitektur pasca renaissance terjadi pencampuran antara gaya arsitektur
klasik. Hal ini menandakan adanya perubahan mendasar dalam arsitektur.
Percampuran ini terjadi selain Karen perubahan kebudayaan, pola pikir, juga
disebabkan banyaknya pilihan bentuk. Zaman ini juga dalam sejarah perkembangan
arsitektur disebut zaman neoklasik.
Pada abad ke XIX meskipun elemen dan bentuk klasik masih mendominasi
karya-karya arsitektur, tetapi konsep dasar tidak diterapkan lagi. Masa akhirnya
arsitektur klasik terjadi sejak revolusi industri sekitar abad ke-18 di Inggris
menimbulkan perubahan sosial, ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan yang
sangat besar termasuk seni dan arsitektur. Perubahan mendasar di bidang arsitektur
antara lain elemen, ornamen yang ditempatkan lebih bebas dibandingkan dengan
struktur dan ruang. Ornamen keindahan dalam arsitektur klasik masih tetap menjadi
aspek penting pada masa itu. Akan tetapi percampuran berbagai bentuk, konsep,
dan ornamen sangat menonjol.
Akhirnya, arsitektur klasik terbentuk dengan bentuk dan fungsi yang berbeda
sehingga timbulah gaya arsitektur ekletik yang berarti menambil elemen-elemen
terbaik, di gabung dan di konstruksi ulang sehingga menghasilkan bentuk tersendiri.
Setelah masa itu ilmu arsitektur berkembang lebih cepat dimulai dari moderenisme
awal, moderenisme fungsional, kubisme, internasional, hingga post modern.
2. Arsitektur Dalam Budaya Timur
Arsitektur yang berkembang dalam budaya timur banyak dipengaruhi oleh
pandangan dan pemikiran tentang hal-hal seperti buadaya dan tradisi
a) Pandangan Budaya
Arsitektur yang terjadi di dunia timur, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap
hidup dan pandangan masyarakat timur itu sendiri. Pembahasan arsitektur secara
subtantial tidak dibagi dalam urutan waktu, akan tetapi lebih ditekankan pada aspek
yang berpengaruh secara mendasar terhadap terbentuknya arsitektur. Dunia timur
dimaksud dalam pembahasan ini adalah kawasan yang dipengaruhi oleh
kebudayaan kebudayaan-kebudayaan besar seperti India, cina, Arab, Jepang, dan
lain-lain
terlihat dari bukunya yang tertulis Tao the ching Lao Tzu menyatukan Being (yang
ada) dan non Being (yang tiada). Lao Tzu menekankan pada batas antara ruang
internal dan ruang eksternal, yakni adanya dinding pemisah. Interprestasi batas
sebagai kesinambunagan ruang, menggeser tekenan ruang didalam terhadap
bagian-bagian banguanan yang menerjemahkan ruang internal menjadi ruang
ekternal, Van de ven (1991)
Berarsitektur bukan hanya berbicara tentang bentuk fisik jasmani saja.
Melainkan merupakan penampakkan batin dari dalam ke luar. Sebagai adanya
manusia, untuk tubuh dan roh merupakan kesatuan yang tak terpisahkan.
c) Pandangan Estetika
Pandangan orang timur tentang estetika yang tetuang dalam bentuk, irama
proporsi, pemakaian material, dan lain-lain hal ini lebih disebabkan pengaruh
kosmis, mistis, dan agama. Oleh sebab itu asas rohaiah yang menghendaki bentuk
ornamen, simbol, demi keselamatan keluarga dan lingkungan. Sebagai contoh
pembagian proporsi yang harmonis pada candi kerajaan bukan karena pemikiran
geometris semata, melankan lebih dipengaruhi oleh kosmologi, pembagian dunia
atas, tengah dan dunia bawah, yang mengandung makna tersendiri.
Cita rasa sederhana dan polos pada estetika Jepang lebih berdasarkan pada
pemahaman dan persyaratan orang-orang Jepang terhadap Shinto. Demikian juang
etnis-etinis lainnya di Indonesia lebih bermakna simbolik terhadap pemujaan kepada
sang kuasa demi terciptanya keselarasan hidup dengan alam.
Kolonialisme Belanda
kolonial.
4. Fase setelah 1900 : makin bertambah perusahaan asing yang ada di
negara induk.
3. Perbaikan sosial sedikit.
4. Jarak sosial yang jauh antara bangsa terjajah dengan penjajah.
besar
berbingkai
kayu,
(7)
terdapat
dormer
(bukaan
pada
kolonial
adalah
arsitektur
cangkokan
dari
negeri
induknya
kekuasaan
Budihardjo
adalah bangunan
(1919),
peninggalan
menjelaskan
pemerintah
arsitektur
kolonial
Belanda
kolonial
seperti
Belanda
benteng
Vastenburg, Bank Indonesia di Surakarta dan masih banyak lagi termasuk bangunan
yang ada di Karaton Surakarta dan Puri Mangkunegaran.
Kartono (2004) mengatakan bahwa sistem budaya, sistem sosial, dan sistem
teknologi dapat mempengaruhi wujud arsitektur. Perubahan wujud arsitektur
dipengaruhi oleh banyak aspek, akan tetapi perubahan salah satu aspek saja dalam
kehidupan masyarakat dapat mempengaruhi wujud arsitektur.
Arsitektur kolonial Belanda merupakan bangunan peninggalan pemerintah
Belada dan bagian kebudayaan bangsa Indonesia yang merupakan aset besar
dalam perjalanan sejarah bangsa.
Karakteristik Arsitektur
Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang
artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari
sesuatu. Dalam kamus psikologi, dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim
dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di antaranya:
1. Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat
a. Periodesasi
Handinoto (1996) membagi periodisasi perkembangan arsitektur kolonial
Belanda di Indonesia dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an menjadi empat bagian,
yaitu:
kolonialis
dengan
membangun
gedung-gedung
yang
berkesan grandeur (megah). Bangunan gedung dengan gaya megah ini dipinjam
dari gaya arsitektur neo-klasik yang sebenarnya berlainan dengan gaya arsitektur
nasional Belanda waktu itu.
3) Tahun 1902-1920-an
Antara tahun 1902 kaum liberal di negeri Belanda mendesak apa yang
dinamakan politik etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu, pemukiman orang
Belanda tumbuh dengan cepat. Dengan adanya suasana tersebut, maka indische
architectuur menjadi terdesak dan hilang. Sebagai gantinya, muncul standar
arsitektur yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama inilah terlihat gaya
arsitektur modern yang berorientasi ke negeri Belanda.
tetapi
kadang-kadang
juga
muncul
gaya
yang
disebut
sebagai ekletisisme (gaya campuran). Pada masa tersebut muncul arsitek Belanda
yang memandang perlu untuk memberi ciri khas pada arsitektur Hindia Belanda.
Mereka ini menggunakan kebudayaan arsitektur tradisional Indonesia sebagai
sumber pengembangannya.
b. Gaya bangunan
Gaya berasal dari bahasa Latin stilus yang artinya alat bantu tulis, yang
maksudnya tulisan tangan menunjukan dan mengekspresikan karakter individu.
Dengan melihat tulisan tangan seseorang, dapat diketahui siapa penulisnya. Gaya
bisa dipelajari karena sifatnya yang publik dan sosial Wardani (2009).
Gaya desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk
menciptakan negara jajahan seperti negara asal mereka. Pada kenyataannya,
desain tidak sesuai dengan bentuk aslinya karena iklim berbeda, material kurang
tersedia, teknik di negara jajahan, dan kekurangan lainnya. Akhirnya, diperoleh
bentuk modifikasi yang menyerupai desain di negara mereka, kemudian gaya ini
disebut gaya kolonial (wardani, 2009)
Gaya atau langgam adalah suatu hal yang tampak dan mudah dikenali dalam
desain arsitektur, seperti bentuk (wujud), tampak, elemen-elemen dan ornamen yang
biasa menyertainya.
1.
Bentuk
Arti kata bentuk secara umum, menunjukkan suatu kenyataan jumlah, tetapi
tetap merupakan suatu konsep yang berhubungan. Juga disebutkan sebagai dasar
pengertian kita mengenai realita dan seni.dalam arsitektur, arti kata bentuk
mempunyai pengertian berbeda-beda, sesuai dengan pandangan dan pemikiran
pengamatnya, (Suwondo, 1982).
Bentuk adalah wujud dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu
proses pemikiran. Proses didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha
pernyataan diri (ekspresi). Menurut Mies van der Rohe dalam Sutedjo (1982) bentuk
adalah wujud dari penyelesaian akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama.
Benjemin Handler mengatakan, bentuk adalah wujud keseluruahan dari fungsifungsi yang bekerja secara bersamaan, yang hasilnya merupakan susunan suatu
bentuk.
Bentuk merupakan ekspresi fisik yang berupa wujud dapat diukur dan
berkarakter karena memeilki tekstur berupa tampak baik berupa tampak tiga dimensi
maupun tampak dua dimensi.
2) Fasade/Tampak bangunan
Fasade bangunan merupakan elemen arsitektur terpenting yang mampu
menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan. Akar kata fasade (faade)
diambil
dari
kata
merupakan
sinonim
dari
face
(wajah)
kolektif sebagai suatu komunitas bagi mereka, dan pada puncaknya merupakan
representasi komunitas tersebut dalam publik. Aspek penting dalam wajah bangunan
adalah pembuatan semacam pembedaan antara elemen horizontal dan vertikal,
dimana proporsi elemen tersebut harus sesuai terhadap keseluruhannya.
3) Elemen arsitektur
Pengaruh budaya barat terlihat pada pilar-pilar besar, mengingatkan kita pada
bentuk arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Pintu termasuk terletak tepat ditengah,
diapit dengan jendela-jendela besar pada kedua sisinya. Bangunan bergaya kolonial
adalah manifestasi dari nilai-nilai budaya yang ditampilkan bentuk atap, dinding,
pintu, dan jendela serta bentuk ornamen dengan kualitas tinggi sebagai elemen
penghias gedung.
Elemen-elemen pendukung wajah bangunan menurut Krier (2001), antara lain
adalah sebagai berikut:
a) Atap
Jenis atap ada bermacam-macam. Jenis yang sering dijumpai saat ini adalah
atap datar yang terbuat dari beton cor dan atap miring berbentuk perisai ataupun
pelana. Secara umum, atap adalah ruang yang tidak jelas, yang paling sering
dikorbankan untuk tujuan eksploitasi volume bangunan. Atap merupakan mahkota
bagi bangunan yang disangga oleh kaki dan tubuh bangunan, bukti dan fungsinya
sebagai perwujudan kebanggaan dan martabat dari bangunan itu sendiri.
Secara visual, atap merupakan sebuah akhiran dari wajah bangunan, yang
seringkali disisipi dengan loteng, sehingga atap bergerak mundur dari pandangan
mata manusia. Perlunya bagian ini diperlakukan dari segi fungsi dan bentuk, berasal
dari kenyataan bangunan memiliki bagian bawah (alas) yang menyuarakan
hubungan dengan bumi, dan bagian atas yang memberitahu batas bangunan
berakhir dalam konteks vertikal.
b) Pintu
Pintu
memainkan
peranan
penting
dan
sangat
menentukan
dalam
menghasilkan arah dan makna yang tepat pada suatu ruang. Ukuran umum pintu
yang biasa digunakan adalah perbandingan proporsi 1:2 atau 1:3. ukuran pintu
selalu memiliki makna yang berbeda, misalnya pintu berukuran pendek, digunakan
sebagai entrance ke dalam ruangan yang lebih privat. Skala manusia tidak selalu
menjadi patokan untuk menentukan ukuran sebuah pintu. Contohnya pada sebuah
bangunan monumental, biasanya ukuran dari pintu dan bukaan lainnya disesuaikan
dengan proporsi kawasan sekitarnya.
Posisi pintu ditentukan oleh fungsi ruangan atau bangunan, bahkan pada
batasan-batasan fungsional yang rumit, yang memiliki keharmonisan geometris
dengan ruang tersebut. Proporsi tinggi pintu dan ambang datar pintu terhadap
bidang-bidang sisa pada sisi-sisi lubang pintu adalah hal yang penting untuk
diperhatikan.
Sebagai
suatu
aturan,
pengaplikasian
sistem
proporsi
yang
menentukan denah lantai dasar dan tinggi sebuah bangunan, juga terhadap elemenelemen pintu dan jendela. Alternatif lainnya adalah dengan membuat relung-relung
pada dinding atau konsentrasi suatu kelompok bukaan seperti pintu dan jendela.
c) Jendela
Jendela dapat membuat orang yang berada di luar bangunan dapat
membayangkan
keindahan
ruangan-ruangan
dibaliknya,
begitu
pula
kedalaman
dinding
juga
dapat
digunakan
sebagai
alat
untuk
Handinoto juga dapat disebut sebagai The Dutch Colonial. Gaya arsitektur The
Empire Style adalah suatu gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama
Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara bebas. Hasilnya berbentuk
gaya Hindia Belanda (Indonesia) yang bergaya kolonial, yang disesuaikan dengan
lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada waktu itu (Akihary
dalam Handinoto, 1996: 132). Ciri-cirinya antara lain: denah yang simetris, satu
lantai dan ditutup dengan atap perisai. Karakteristik lain dari gaya ini diantaranya:
terbuka, terdapat pilar di serambi depan dan belakang, terdapat serambi tengah
yang menuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lain. Ciri khas dari gaya arsitektur ini
yaitu adanya barisan pilar atau kolom (bergaya Yunani) yang menjulang ke atas
serta terdapat gevel dan mahkota di atas serambi depan dan belakang. Serambi
belakang seringkali digunakan sebagai ruang makan dan pada bagian belakangnya
dihubungkan dengan daerah servis (Handinoto, 1996: 132-133).
(Art
Nouveau gaya Belanda) HP. Berlage (185-1934) dan rekan-rekannya seperti Willem
Kromhout (1864-1940), KPC. De Bazel (1869-1928), JLM. Lauweriks (1864-1932),
dan Edward Cuypers (1859-1927). Gerakan Nieuw Kunst yang dirintis oleh Berlage
di Belanda ini kemudian melahirkan dua aliran arsitektur modern yaitu The
Amsterdam School serta aliran De Stijl. Adapun penjelasan mengenai arsitekturArt
Nouveau, The Amsterdam School dan De Stijl dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Art Nouveau
Art Nouveau adalah gerakan internasional dan gaya seni arsitektur dan
diterapkan terutama pada seni-seni dekoratif yang memuncak pada popularitas di
pergantian abad 20 (1890-1905). Nama Art Nouveau adalah bahasa Perancis untuk
seni baru. Gaya ini ditandai dengan bentuk organik, khususnya yang diilhami motifmotif bunga dan tanaman lain, dan juga sangat bergaya bentuk-bentuk lengkung
yang mengalir. Gaya Art Nouveau dan pendekatannya telah diterapkan dalam hal
arsitektur, melukis, furnitur, gelas, desain grafis, perhiasan, tembikar, logam, dan
tekstil dan patung. Hal ini sejalan dengan filosofi Art Nouveau bahwa seni harus
menjadi
bagian
dari
kehidupan
sehari-hari
(sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Art_Nouveau).
metode
penciptaan
yang
didasarkan
atas
penalaran
yang
bisa
Arsitek dan desainer dari aliran Amsterdam School melihat bangunan sebagai
total work of art, mereka melihat bahwa desain interior harus mendapat
perhatian yang sama sebagai gagasan yang terpadu dalam arsitektur itu
sendiri, dan hal tersebut sama sekali bukan merupakan hasil kerja atau
produk mekanis. Pada saat yang sama, mereka berusaha untuk memadukan
tampak luar dan bagian dalam (interior) bangunan menjadi suatu kesatuan
yang utuh.
Bangunan dari aliran Amsterdam School biasanya dibuat dari susunan bata
yang dikerjakan dengan keahlian tangan yang tinggi dan bentuknya sangat
plastis; ornamen skulptural dan diferensiasi warna dari bahan-bahan asli
(bata, batu alam, kayu) memainkan peran penting dalam desainnya.
Walaupun arsitek aliran Amsterdam School sering bekerja sama dengan
pemahat dan ahli kerajinan tangan lainnya, mereka menganggap arsitektur
sebagai unsur yang paling utama dan oleh karenanya harus sanggup
mendikte semua seni yang lain.
terbatas pada warna utama, merah, kuning, dan biru, dan tiga nilai utama, hitam,
putih, dan abu-abu. Gaya ini menghindari keseimbangan simetri dan mencapai
keseimbangan estetis dengan menggunakan oposisi.
(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/De_Stijl)
Gaya ini (Niuwe Bouwen/ New Building) adalah sebuah istilah untuk beberapa
arsitektur internasional dan perencanaan inovasi radikal dari periode 1915 hingga
sekitar tahun 1960. Gaya ini dianggap sebagai pelopor dari International Style.
Istilah Nieuwe Bouwen ini diciptakan pada tahun dua puluhan dan digunakan untuk
arsitektur modern pada periode ini di Jerman, Belanda dan Perancis. Arsitek Nieuwe
Bouwen nasional dan regional menolak tradisi dan pamer dan penampilan. Dia ingin
yang baru, bersih, berdasarkan bahasa desain sederhana, dan tanpa hiasan.
Karakteristik Nieuwe Bouwen meliputi: a) Transparansi, ruang, cahaya dan udara.
Hal ini dicapai melalui penggunaan bahan-bahan modern dan metode konstruksi. b)
Simetris dan pengulangan yaitu keseimbangan antara bagian-bagian yang tidak
setara. c) Penggunaan warna bukan sebagai hiasan namun sebagai sarana
ekspresi.
(sumber: http://nl.wikipedia.org/wiki/Nieuwe_Bouwen)
Referensi:
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di
Surabaya 1870-1940. Diterbitkan atas Kerja Sama Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Surabaya dan Penerbit
Andi. Yogyakarta: Andi Offset
Sumalyo, Yulianto. 1995.
(1963),
menegaskan
pendapatnya
bahwa
kebudayaan
akan
pemerintah
standar
dalam
Belanda
menjadikanbentuk
pembangunan
arsitektur hindia
gedung-gedung,
baik
milik
pemerintah maupun swasta. Bentuk tersebut ditiru oleh mereka yang bersatus sosial
cukup baik, terutama para pedagang dari etnis tertentu, dengan harapan agar
memperoleh kesan pada status sosial yang sama dengan para penguasa dan
priyayi.
Bangunan kolonial Belanda juga merupakan bangunan yang tercipta dari
kebudayaan bangsa Belanda, baik secara murni, maupun yang sudah dipadukan
dengan budaya tradisional, dan kondisi lingkungan sekitar. Bangunan kolonial
memiliki makna dan simbol-simbol yang dapat dilihat dari fungsi, bentuk, maupun
gaya arsitekturnya.
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR
ARSITEKTUR KOLONIAL
Oleh :
KRISOGONUS WEKA
1322108
FERI H. NUGRAHA
1322090
MIKHAEL A.ESCURIAL
1422079
PASCOAL B. BORGES
1422085
SUKMO JULIANSYAH
1422116