Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ILMIAH

KARAKTERISTIK TIPOLOGI ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA PADA BANGUNAN

KARYA DAN TEMPAT IBADA

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH

PHILIPUS JERAMAN, IR.; MT

MAHASISWA

FERDIWANTO TENA BOLO

(22120075)

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

FAKULTAS TEKNIK

PRODI ARSITEKTUR

2021
ABTSRAK

Arsitektur merupakan salah satu produk budaya hasil pemikiran manusia yang
mampu menggambarkan secara komprehensip bagaimana hubungan dirinya dengan
konteks sosial maupun seting lingkungan yang ada di Indonesia.kolonial di Indonesia
terutama belanda merupakan salah satu babak sejara penting di Indonesia karena
mampu merubah cara berfikir arsitektur di hindia belanda semakin modern mendekati
yang teradi di barat. Pengaruh moderisme dalam arsitektur tersebut tentunya tidak
dapat di lepas dari perkembangan cara berfikir masyarakat barat yang bertitik tolak dari
cara memandang dalam dan manusia melalui pendekatan kategorisasi dan analogi.
Setelah melalui waktu yang panjang arsitektur colonial belanda akhirnya tidak dapat
memasukkan penggunaan arsitektur barat secara penuh. Konteks sosial budaya serta
lingkungan dan iklim yang berbeda akhirnya mampu mengajak parah arsitektur untuk
mengedepankan cara yang berfikir yang bertitik tolak pada alam melalui pendekatan
analogi ahlih-ahlih menonjolkan arsitektur barat sebagai symbol manusia modern
melalui pendekatan kategorisasi.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Arsitektur colonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang
berkembang di Indonesia pada masa pendudukan belanda.arsitek belanda banyak
membawah serta pengaruh-pengaruh langgam yang pada saat itu sedang
berkembang di benua eropa dan kemudian menyesuaikannya dengan kondisi iklim
di Indonesia. Gaya arsitektur colonial tidak hanya di tujukan untuk bangunan
perumahan, tetapi juga ditujukan untuk bangunan pemerintahan dan bangunan
pendidikan.Salah satu contoh dari bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang
sampai saat ini dijadikan bangunan pendidikan. Dalam arsitektur hubungan dengan
masa lampau adalah persyaratan utama untuk menciptakan karya arsitektur yang
proposonal, baik dan mantap dan masa kini atau masa yang akan datang. Banyak
hal yang dapat memberikan inspirasi kepada arsitek, seperti unsur alam binatang,
tumbu tubuhan maupun bentuk lainnya. Tanpa mengesampingkan inspirasi
tersebut, maka bangunan-bangunan yang suda ada baik yang kuno, tradisonal
karya nenk moyang ataupun arsitektur colonial belanda merupakan sumber
inspirasi dan contoh yang tidak dapat di lupakan.

1.2 tujuan

Untuk mengetahui apakah bangunan arsitektur colonial belanda masi ada di


Indonesia dan di pertahankan bentuk dan tampilannya.

Untuk menhgetahui karakteristik dan bentuk atap, tiang, dinding pintu dan jendela
serta ornament pada arsitektur benlanda dan arsitektur tradisonal yang melatar
belakangi perubahan tersebut.

1.3 manfaat

Sebagai masukan bagi bangsa Indonesia untuk menjaga dan mempertahankan


bangunan lama tersebut sebagai peninghalan dari sejara
BAB 2

METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan adalah metode kualitatif, dan metode penulisan yang
dipakai adalah metode kajian literatur. Tujuan dari penggunaan metode ini adalah
untuk dapat merumuskan bagaimanakah kronologi pengaruh filsafat berfikir Barat
terhadap arsitektur kolonial Belanda di Indonesia yang umumnya dilakukan oleh orang-
orang Belanda yang tinggal di Hindia Belanda. Metode penulisan bidang arsitektur, dan
arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Buku-buku atau literatur acuan utama yang
digunakan adalah buku atau literatur yang diterbitkan diatas tahun 2000 yang telah
umum digunakan sebagai dasar teori pada penelitian. Sedangkan buku dan literatur
yang diterbutkan sebelum tahun 200 di posisikan sebagai literature pemdukung
sistematika pembahasan literatur terdiri atas 4 (empat) bagian besar. Tahap pertama
adalah menginventaris dan membahas kategorisasi cara berfikir, sertamodel berfikir
manusia menurut beberapa filsuf barat. Selanjutnya tahap kedua adalah pembahasan
mengenai perkembangan cara berfikir manusia yang pada akhirnya kemudian
menghasilkan kegiatan kolonialisasi. Tahap ketiga adalah bagaimana hubungan dan
keterkaitan antara arsitektur dan kegiatan kolonialisasi khususnya yang terjadi di
Indonesia. Selanjutnya yang terakhir adalah bagaimana perkembangan cara berfikir
orang barat di Indonesia mempengaruhi perkembangan wujud arsitektur kolonial di
Indonesia, serta bagaimana metode penulisan untuk membahasnya.
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 karakter arsitektur colonial belanda di Indonesia pada karaya dan tempat ibada

Bank Indonesia medan. Gereja protestan bandung

Karakter bangunan arsitektur colonial belanda di indonesia ada beberapa bagian


diantaranya adalah ruang dalam, ruang luar, karakter ruang (ruang dalam dan
luar), karakter bentuk dan tampilan, karakter struktur dan konstruksi.

3.2 diskusi dan analisa

Tipologi adalah suatu studi yang berkaitandengan tipe dari beberapa objek yang
memiliki jenisyang sama. Tipologi merupakan sebuah bidang
studiyangmengklasifikasikan, mengkelaskan,mengelompokkan objek dengan ciri
khas strukturformal yang sama dan kesamaansifat dasar ke dalamtipe-tipe tertentu
dengan cara memilah bentukkeragaman dan kesamaan jenis.Tipologi merupakan
ilmu yang mempelajarisegala sesuatu yang berkaitan dengan tipe. Arti kata‘tipe’
sendiri berasal dari bahasa Yunani typos yangberarti ‘the root of...’, atau dalam
bahasa Indonesiadiartikan sebagai ‘akar dari...’(Loekito, 1994).Moneo (1976) dalam
Loekito (1994), secarakonsepsional mendefinisikan tipologi sebagai sebuahkonsep
yang mendeskripsikan sebuah kelompokobyek atas dasar kesamaan karakter
bentuk-bentukdasarnya.Habraken (1988) dalam Rusdi (1993)mengidentifikasikan
tipologi arsitektur dalam sebuahparameter pola analisis yang berkaitan
denganTipologi Galgeon, yang bertolak dari dasarperancangan arsitektur yang
dipelopori olehVitruvius, parameter tersebut adalah: 1. SistemSpasial, sistem ini
berhubungan dengan pola ruang,orientasi, dan hierarkinya; 2. Sistem Fisik,
sistemfisik dan kualitas figural berhubungan dengan wujud,pembatas ruang, dan
karakter bahannya; dan 3.Sistem Stilistik, berhubungan dengan elemen atap,kolom,
bukaan, dan ragam hias bangunan.
Bentuk dalam ArsitekturSebuah bangunan dibentuk dari bentukan-bentukan
dasar geometri, dan pada umumnyamenampilkan sebuah tingkatan hierarki dan
biasanyapenyusunan komposisi yang jelas dan terpusatmenurut sistem
geometri.Nix (1953) dalam Pamungkas (2002), bentukditentukan oleh adanya
hubungan campur tangan dankegiatan manusia, dan mengenai penentuan
secaralangsung maupun tidak langsung, tergantung kepadaapa-apa saja yang di
dalam pemberian bentukditentukan secara primer dan kemudian apa yangtimbul
karena kegiatan primer tersebut

Wajah Muka BangunanDalam pandangan Krier (2001), wajahbangunan /


menyampaikan keadaan budaya saat

3bangunan tersebut dibangun, wajah bangunanmengungkap kriteria tatanan dan


penataan, danberjasa dalam memberikan kemungkinan dankreativitas dalam
ornamentasi dan dekorasi. Krier(2001) mempertegas pendapatnya, bahwa
mukabangunan merupakan wajah bangunan yangmemamerkan keberadaan sebuah
bangunan kepadapublik. Muka bangunan dibentuk oleh dimensi,komposisi, serta
ragam hias

Sistem Struktur BangunanSistem struktursuatu keseluruhan yang komplek dan


terorganisir yang merupakan hasil dari penggabungan unsur atau bagian yang
membentuk suatu kesatuan yang kompleks. Struktur atau sistem struktur
merupakan susunan fisik dari bermacam komponen yang terkait satu dengan yang
lain dan dirancang serta dibangun untuk berfungsi sebagai kesatuan secara
keseluruhan, dan mampu segala macam beban untuk menyalurkan ke dalam tanah.
Sebagai contoh sistem struktur yang sederhana misalnya, adanya pondasi, kolom,
balok dan lantai(Sidharta, 2003)
 Membandingkan explorasi ruang, bentuk dan tampilan, struktur dan konstruksi
(material), ragak hias serta elemen-elemen arsitektur lainnya seperti pintu,
jendela,tangga, atap dan ain-lain pada bangunan arsitektur colonial belanda
- Eksplorasi ruang pada bangunan karya dan ibada arsitektur colonial belanda

Contoh sistem konstruksi pada Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat


(GPIB) Bethel.

kuda-kuda atap mengunakan kayu dengan ketinggian 16 m kemiringan 39°,


Penutup atap mengunakan atap sirap, Pondasi mengunakan pondasi dalam
(pondasi batu kali), pelengkung, Ketebalan dinding adalah 45-60 cm dan
Mengunakan sistem dinding pemikul
Pintu adalah salah satu elemen yang pentingpada fasade bangunan. Pada kasus
rumah penelitianpenataan pintu dan jendela utama (fasade) dijumpaimemiliki
kecenderungan dominan, yaitu bersifatsimetris. Jenispintu dan jendela utama
yangcenderung dominan pada fasade rumah adalah pintuganda, tapi ada dua
rumah juga yang menggunakanjendela danpintu rangkap ganda.Kecenderungan
daun pintu/jendela lapisdepan menggunakan panil masif dari kayu jati. Panilmasif
kayu jati digunakan pada bagian lapis depankarena bahan ini kuat dan kokoh
sebagai pelindungpertama rumah.Pada bagian lapis dalam kecenderungandominan
daun pintu/ jendela menggunakankombinasi perpaduan antara panil masif kayu
dengankaca. Pada pintu rangkap ganda, bahan yangdigunakan pada lapis terluar
berupa pintu dari tralisbesi sedangkan lapisan dalamnya berupa kayu masif.Pada
gambar rumah yang kedua, pintu rangkap padalapis terluar berupa kisi-kisi kayu
dan lapisandalamnya berupa kusen kayu dengan kaca.Pemakaian pintu ganda
ditemui pada tigarumah, biasanya disamping pintu terdapat jendeladisisi kiri dan
kanan pintu. Susunan kaca pada daun pintu memberikan dampak langsung pada
ruangan
 Gable dan Gavel
Gable dan Gefel bagian bentukan segitiga, vertical ujung atas dari bangunan yang
atapnya pelana (dua sisi miring). Setenga lingkaran dan persrgi. Geble dan gevel ini
bisa terletak di atas atap bangunan dan akan terlihat di tampak bangunan. Gevel
dan gable berfungsi sebagai pentilasi masuknya udara kedalam ruangan.

Anda mungkin juga menyukai