PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berbagai suku bangsa, ras, agama dan adat istiadat yang berbeda-beda. Setiap
daerah dan suku bangsa mempunyai adat kebiasaan sendiri-sendiri yang hingga
maupun cara hidup yang modern tidak mampu menghilangkan adat kebiasaan
yang hidup dalam setiap masyarakat, tetapi dengan adanya proses kemajuan ini
yang hidup dalam masyarakat tersebut tetap kekal. Adanya keragaman adat
contohnya dalam hal seberapa besar uang atau mahar yang harus dikeluarkan
untuk mempersunting seorang wanita. Ada daerah yang tidak mematok jumlah
maharnya, tetapi ada juga yang menetapkan mahar dengan jumlah yang sangat
http://www.boombastis.com/adat-pernikahan-paling-mahal/22507 (diakses
1. Nias
1
endiri bagi mereka yang ingin melangsungkan pernikahan di pulau
sebagai seorang petani, akan terasa cukup berat apabila harus memenuhi
diukur dengan hewan babi yang bisa mencapai 25 ekor, sedangkan satu ekor
harganya bisa mencapai 1 juta rupiah. Jadi paling tidak harus menyiapkan
2. Kalimantan Selatan
mahar kepada calon pengantin perempuan. Hal ini sudah seperti kewajiban
yang tidak bisa dilepaskan dari pernikahan itu sendiri. Begitu juga di
5.000.000 hingga Rp. 20.000.000, bahkan ada juga yang lebih dari itu.
tempat tidur dan biaya pesta pernikahan. Banyaknya undangan yang akan
hadir juga disesuaikan dengan jumlah uang yang diberikan. Semakin sedikit
maharnya, maka semakin sedikit pula orang yang diundang, begitu juga
sebaliknya.
3. Aceh
Kota yang dikenal sebagai Serambi Mekah ini juga memiliki tradisi
yang serupa dalam hal jumlah mahar yang harus dikeluarkan, akan tetapi
2
Masyarakatnya sering menyebutnya sebagai mayam yang standarnya satu
mayam bernilai 3,3 gram emas atau setara dengan uang Rp 1. 750. 000.
25 mayam atau paling rendah Rp. 6 juta. Nilai yang cukup besar bagi
Aceh.
kilometer dari pusat kota ini, kebanyakan menikah dengan kerabat mereka
sendiri.
Hal ini karena mereka percaya bahwa jika menikah dengan orang lain
di luar kampung, akan dikenakan biaya yang cukup mahal. Biayanya bisa
lebih dari ukuran dua ekor kerbau, tetapi jika menikah dengan gadis yang
sekampung maka jumlah mahar pun berkisar antara Rp. 2 juta hingga Rp. 3
mahal. Hal ini tidak jauh berbeda dengan suku bugis yang melihat atau
sebagai tolak ukur. Jika menikah dengan wanita yang sudah bekerja sebagai
Rp.250.000.000.
5. Bugis
3
Menikahi gadis Bugis, seorang pria harus siap dengan jumlah mahar
yang harus diberikan kepada calon istri. Masyarakat Bugis mematok mahar
dengan lulusan S-2, tentu saja harganya lebih mahal, bisa mencapai Rp.
75.000.000.
dan siap melakukan apa saja agar bisa melakukan pernikahan. Akibat belis
atau mahar yang mahal, pasangan suami istri bukan lagi bekerja untuk
utangnya, membayar mahar atau belis yang masih belum dilunasi untuk
mahar atau belis yang harus dibayar, tidak ada pilihan lain selain meminjam
dalam melaksanakan pernikahan, namun yang cukup unik dari itu semua yaitu
4
seluruh suku mengenal “belis”. Belis merupakan mas kawin atau mahar yang
diberikan oleh pihak keluarga pria yang nantinya akan dibalas oleh keluarga
pihak wanita. Apabila dari pihak laki-laki menyerahkan tujuh macam belis
maka pihak wanita juga wajib memberikan tujuh macam belis walaupun isinya
tidak harus sama persis, karena apabila tidak sama dalam jumlah maka pihak
wanita akan dianggap berhutang. Belis yang merupakan mahar atau mas kawin
beberapa ternak kerbau atau kuda yang harganya cukup mahal atau perhiasan-
perhiasan.
dengan kekerasan oleh suami. Saat istri melarikan diri ke keluarganya, suami
dan keluarganya memaksanya untuk kembali sebab belis sudah dibayar lunas.
Sementara temuan tahun 2006 sebanyak 104 kasus kekerasan yang terjadi.
terdapat 19 kasus suami yang merantau untuk mencari uang guna melunasi
belis. akibatnya istri dan anak ditelantarkan. Sebanyak lima kasus lainnya,
keluarga istri mengintimidasi suami untuk melunasi belis dan suami yang
(http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=20&jd=Marginalisasi+Peremp
5
Belis pada dasarnya bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat
seorang perempuan, namun belis juga dapat menjadi sumber persoalan dalam
perempuan. Hal ini terjadi bila tuntutan belis yang terlampau tinggi melampaui
kemampuan finansial seorang laki-laki dan keluarganya. Selain itu, belis yang
perempuan dari status sosial yang tinggi sehingga banyak perempuan yang
pada akhirnya tidak menikah disebabkan faktor belis yang terlalu tinggi. Belis
juga telah menjadi penyebab seorang suami menelantarkan istri dan anak-
masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan pria
yang bakal menikah saja, tetapi juga orang tua, saudara-saudara bahkan
karena perkawinan adalah suatu proses kehidupan manusia yang bersifat sakral
yang aturannya telah ditetapkan dalam hukum agama, hukum negara maupun
Tenggara Timur yang hingga kini meskipun zaman dan peradaban telah maju,
namun adat kebiasaan yang dianut masyarakat masih tetap terjalin, salah
6
satunya adalah perkawinan adat. Untuk melaksanakan suatu perkawinan di
daerah tersebut harus melalui tata aturan adat yang sudah ada turun-temurun,
satu masalah adat. Perkawinan misalnya, seorang gadis dipinang oleh calon
mempelai prianya, harus melewati beberapa prosesi adat. Salah satunya yaitu
buka surat, pihak gadis harus memotong ayam untuk menyambut sang pria
yang sudah membawa parang. Dalam proses ini desepakatilah sejumlah hewan
sebagai belis/mahar yang akan di cicil pada proses tunangan, pindah dan
seorang gadis. Satu ekor kerbau yang umur sedang seharga ± Rp. 3.500.000,-,
ekor itu, dibagi menjadi 20 ekor kerbau berarti Rp. 70.000.000 ditambah
dengan 25 ekor kuda seharga Rp. 50.000.000 maka total keseluruhan biaya
belis yang dikeluarkan adalah Rp. 120.000.000, harga itu baru perhitungan
Adat istiadat tersebut tidak muncul begitu saja. Satu hal yang diketahui,
bahwa nenek moyang dahulu telah mewariskan adat yang selalu mengorbankan
7
hewan untuk prosesi adat apapun. Warisan inilah yang patut orangtua terus
pertahankan dan umumnya warisan dianggap sebagai suatu hal yang baik.
Inilah sebenarnya yang harus disadari bahwa terdapat satu masalah dalam
warisan budaya ini yang bisa menjadi tombak namun pelan-pelan tapi pasti
bahkan kesejahteraan keluargan itu sendiri. Akan tetapi, kita juga tidak bisa
menyalahkan orang tua zaman sekarang, sebab mereka belum tahu apa efek
samping dari warisan tersebut. Mereka hanya menjalankan sebuah pesan nenek
moyang yang harus dilakukan dan tetap dilestarikan. Ini menjadi satu
kebiasaan permanen yang sulit untuk ditolak sampai puluhan generasi. Bahkan,
karena merupakan belis utama dan sebagai lambang perdamaian antara pihak
laki-laki dan wanita. Artinya bahwa mempelai laki-laki mempunyai tujuan dan
pendamping hidup. Hal ini akan berpengaruh pada hubungan baik pihak laki-
laki dan pihak wanita, selain itu juga dalam tatacara upacara adat perkawinan
pengganti air susu ibu dan sebagai penghargaan jeripayah orang tua dalam
perkawinan sehingga bila pihak laki-laki tidak dapat memenuhi syarat maka
atas kesepakatan kedua keluarga mamoli harus diganti dengan nilai yang
8
Pembayaran belis memang jarang dilakukan sekaligus, sebagian
diberikan saat pindah rumah, sebagian lagi diberikan sedikit-sedikit setiap kali
mahalnya harga hewan, jarang pula ada satu keluarga yang bisa memenuhi
membutuhkan di lain waktu. Belis tidak saja menjadi urusan pihak laki-laki
kerbau dan kuda di mana hewan yang pemeliharaannya menjadi urusan kaum
laki - laki, parang dan tombak sebagai senjata perang. Sementara itu, balasan
babi atau hewan yang dipelihara kaum wanita dan kain tenun yang dibuat kaum
wanita.
Dalam hal ini yang menjadi perhatian dengan banyaknya biaya yang
dikeluarkan untuk membayar belis baik itu dari pihak laki-laki maupun
9
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Kesejahteraan Keluarga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Kesejahteraan Keluarga.
2. Manfaat Praktis
keluarga.
tidak terlalu luas sehingga proses penteorian yang akan mengikuti penelititan
10
perkawinan adat sebagai upaya pemenuhan kesejahteraan keluaraga. Ruang
meliputi:
11