Arsitektur colonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang
berkembang di Indonesia pada masa pendudukan belanda.arsitek belanda banyak membawah serta pengaruh-pengaruh langgam yang pada saat itu sedang berkembang di benua eropa dan kemudian menyesuaikannya dengan kondisi iklim di Indonesia. Gaya arsitektur colonial tidak hanya di tujukan untuk bangunan perumahan, tetapi juga ditujukan untuk bangunan pemerintahan dan bangunan pendidikan.Salah satu contoh dari bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang sampai saat ini dijadikan bangunan pendidikan. Dalam arsitektur hubungan dengan masa lampau adalah persyaratan utama untuk menciptakan karya arsitektur yang proposonal, baik dan mantap dan masa kini atau masa yang akan datang. Banyak hal yang dapat memberikan inspirasi kepada arsitek, seperti unsur alam binatang, tumbu tubuhan maupun bentuk lainnya. Tanpa mengesampingkan inspirasi tersebut, maka bangunan-bangunan yang suda ada baik yang kuno, tradisonal karya nenk moyang ataupun arsitektur colonial belanda merupakan sumber inspirasi dan contoh yang tidak dapat di lupakan.
1.2 tujuan
Untuk mengetahui apakah bangunan arsitektur colonial belanda masi ada di
Indonesia dan di pertahankan bentuk dan tampilannya.
Untuk menhgetahui karakteristik dan bentuk atap, tiang, dinding pintu dan jendela serta ornament pada arsitektur benlanda dan arsitektur tradisonal yang melatar belakangi perubahan tersebut.
1.3 manfaat
Sebagai masukan bagi bangsa Indonesia untuk menjaga dan mempertahankan
bangunan lama tersebut sebagai peninghalan dari sejara BAB 3 KESIMPULAN Pada dasarnya bangunan kolonial Belada menganut gaya klasik eropa. Hal tersebut terlihat pada bangunan simetris, dari bata merah tanpa di plester dan dekorasi- dekorasi klasik cornice, ocolus, amortizement sehingga elemen-elemen bangunan berciri eropa seperti pelengkung, menara dan lain-lain tetap ada. Dalam arsitektur unsur-unsur teknik adalah suatu hal yang tidak dapat di abaikan. Kepekaan pada arsitek belanda terhadap iklim dan lingkungan tropis terlihat pada elemen- elemen konstruksi untuk mengatur penghawaan dan pencahayaan dan juga perlindungan terhadap hujan. Hampir semua bangunan terutama yang besar-besar, mempunyai yang mengelilingi ruang- ruang pada bagian luar bagian ini mempunyai fungsi ganda, sebagai penghubung isolasi panas dan sinar matahari lansung demikian juga atap besar dengan kemiringan tajam, bakan kadang-kadang terdiri dari dua lapis dengan celah untuk mengalirkan panas. Konstruksi gang diluar baik pada lantai satu atau pada lantai atas, banyak terdapat pada bangunan tradisonal terutama pada rumah-rumah panggung. Dari kenyataan ini maka dapat di perkirakan bahwa kemungkinan besar sistem tersebut menjadi sumber inspirasi pada arsitek Belanda dalam merencanakan bangunan. Untuk dapat menghasilkan karya bangunan yang bermutu, harus belajar dari alam, lingkungan, budaya dan tata cara masyarakat dengan kata lain arsitek hendak nya belajar dari masa lampau untuk membangun masa sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu bangunan lama yang suda di uji keberasilannya melalui perjalanan sejarah baik yang teradisonal, moderen, hendaknya di lestarikan. Bangunan tersebut, dapat menjaadi bahan bukti peninggalan sejarah pada umunya dan kususnya sejara perkembangan arsitektur dan budaya bangsa. BANGUNAN GEREJA PENINGGALAN BELANDA YANG BERSEJARA DI SEMARANG GEDUNG BANK INDONESIA DI CIREBON