Anda di halaman 1dari 36

KONSEP ARSITEKTUR

REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN


MENJADI MUSEUM GULA 7
DI SIDOARJO

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Berkaitan dengan Tema

2.1.1 Pengertian Tema Secara Umum

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang


berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke
dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara.
Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan
permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru.
Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19)
memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit
atau fasilitas militer. Bangunan – bangunan inilah yang disebut dikenal dengan bangunan
kolonial.

Menurut Wardani (2009), pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami


pengaruh Occidental (Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota
dan bangunan. Para pengelola kota dan arsitek Belanda banyak menerapkan konsep
lokal atau tradisional dalam perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan
bangunan-bangunan.

Adanya pencampuran budaya, membuat arsitektur kolonial di Indonesia menjadi


fenomena budaya yang unik. Arsitektur kolonial di berbagai tempat di Indonesia apabila
diteliti lebih jauh, mempunyai perbedaan-perbedaan dan ciri tersendiri antara tempat yang
satu dengan yang lain.

Arsitektur kolonial lebih banyak mengadopsi gaya neo-klasik, yakni gaya yang
berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri menonjol terletak pada
bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik (cripedoma). Kolom-kolom dorik,
ionik dan corinthian dengan berbagai bentuk ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen,
yakni bentuk segi tiga berisi relife mitos Yunani atau Romawi di atas deretan kolom.
Bentuk-bentuk tympanum (konstruksi dinding berbentuk segi tiga atau setengah
lingkaran) diletakkan di atas pintu dan jendela berfungsi sebagai hiasan.

Menurut Safeyah (2006), arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang


memadukan antara budaya Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 7


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 8
DI SIDOARJO

Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa
sebelum kemerdekaan. Arsitektur yang hadir pada awal masa setelah kemerdekaan
sedikit banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial disamping itu juga adanya pengaruh
dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada.

Arsitektur kolonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland
tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) facade simetris, (2) material dari batu bata atau
kayu tanpa pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di
samping bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat
dormer (bukaan pada atap) Wardani, (2009).

Menurut Soekiman (2011), arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari


negeri induknya Eropa kedaerah jajahannya, Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur
Belanda yang dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan
Belanda sekitar awal abad 17 sampai tahun 1942.

Menurut Eko Budihardjo (1919), arsitektur kolonial Belanda adalah bangunan


peninggalan pemerintah kolonial Belanda seperti benteng Vastenburg, Bank Indonesia di
Surakarta dan masih banyak lagi termasuk bangunan yang ada di Karaton Surakarta dan
Puri Mangkunegaran.

Menurut Kartono (2004), bahwa sistem budaya, sistem sosial, dan sistem
teknologi dapat mempengaruhi wujud arsitektur. Perubahan wujud arsitektur dipengaruhi
oleh banyak aspek, akan tetapi perubahan salah satu aspek saja dalam kehidupan
masyarakat dapat mempengaruhi wujud arsitektur. Arsitektur kolonial Belanda merupakan
bangunan peninggalan pemerintah Belada dan bagian kebudayaan bangsa Indonesia
yang merupakan aset besar dalam perjalanan sejarah bangsa.

Menurut Handinoto (2010), bahwa elemen gaya arsitektur dapat terbagi atas 4
elemen, utama, yaitu: denah, tampak, bentuk bangunan, dan sistem konstruksi.

Denah adalah tampak atas bangunan yang terpotong secara horizontal setinggi
1m dari ketinggian 0,00 sebuah bangunan dengan bagian atas bangunan
dibuang/dihilangkan. Menurut Handinoto (2010), elemen denah pada gaya arsitektur
Indische Empire (Abad 18-19) ditentukan oleh bentuk denah yang simetri penuh, ada
central room dan ada teras mengelilingi denah. Sedangkan Arsitektur Peralihan (1890-
1915) ditentukan oleh denah simetri penuh dan ada teras mengelilingi denah. Denah pada
gaya arsitektur Kolonial Modern (1915-1940) ditentukan oleh tidak simetri (lebih

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 8


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 9
DI SIDOARJO

bervariasi), tidak ada teras mengelilingi denah dan menggunakan elemen penahan sinar
(Tabel 2.1.1 - 1).

Tabel 2.1.1 - 1 Elemen Denah

Wujud luar fisik bangunan yang tampak secara dua dimensi. Gambar tampak
dapat digambar secara plain atau ditambah efek bayangan untuk mempertegas dimensi
atau maju mundurnya bidang pada bangunan. Menurut Handinoto (2010), elemen tampak
pada gaya Indische Empire Style (Abad 18-19) ditentukan oleh: Dominasi kolom gaya
Yunani, ada teras depan (voor galerij), ada Teras Belakang, ada Teras Belakang dan
Tampak Simetri. Untuk gaya Arsitektur Peralihan (1890-1915), elemen tampak ditentukan
oleh: ada usaha menghilangkan kolom gaya Yunani, Terdapat Gevel-gevel, dan ada
menara (tower) pada pintu masuk. Untuk gaya Arsitektur Kolonial Moderen (1915-1940),
ditentukan oleh: tampak Tidak simetri, dan tampak yang Clean Design (Tabel 2.1.1 -2).

Tabel 2.1.1 - 2 Elemen Tampak

Pemakaian bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan
konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu, dan batu. Industri
pembuatan bahan bangunan didirikan di banyak Negara dan penggunaan bahan-bahan
tersebut biasayanya dibagi ke dalam perdagangan khusus tertentu, seperti pertukangan,
pipa, atap dan pekerjaan isolasi. Menurut Handinoto (2010), bahwa gaya arsitektur
Indische Empire (Abad 18-19), ditentukan oleh: bahan bangunan konstruksi utama adalah

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 9


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 10
DI SIDOARJO

batu bata, baik kolom maupun tembok, bahan bangunan kayu terutama pada kuda-kuda,
kosen dan pintu, dan belum banyak menggunakan kaca. Pada gaya bangunan Arsitektur
Peralihan (1890-1915), penggunaan bahan bangunan Batu bata pada kolom dan tembok,
Bahan utama kayu pada kuda-kuda, kosen dan pintu, dan Pemakaian kaca pada jendela
masih sangat terbatas. Bahan bangunan pada bangunan gaya Arsitektur Kolonial
Moderen (1915-1940), terutama adalah: bahan bangunan beton dan pemakaian bahan
kaca cukup lebar (terutama pada jendela) (Tabel 2.1.1 - 3).

Tabel 2.1.1 - 3 Elemen Bahan Bangunan

Sistem konstruksi adalah cara bagaimana struktur bangunan gedung dilaksanakan


(masalah kekuatan, sambungansambungan elemen/bagian yang disambung secara
detail). Struktur adalah bahwa elemen-elemen itu ditempatkan dan saling berhubungan
dengan maksud supaya struktur mempunyai sifat dapat menahan beban tertentu
(Schodek, 1998). Pembebanan struktur bangunan adalah beraneka ragam dan rumit
(kompleks). Bangunan menampung orang-orang yang hidup, barang-barang yang dapat
dipindahkan, beban angin yang berubah-ubah, berat struktur dan bahan-bahan bangunan
yang statis semuanya dipikul oleh struktur atau kerangka bangunan dan disalurkan ke
anah melalui pondasi. Namun, menurut Handinoto (2010), bahwa elemen sistem
konstruksi pada bangunan bergaya Indische Empire (Abad 18-19), adalah: pada
penggunaan Dinding pemikul, dengan barisan kolom di teras depan dan belakang;
kemudian Menggunakan sistem konstruksi kolom dan balok, serta menggunakan
konstruksi atap perisai dengan penutup atap genteng. Gaya bangunan Arsitektur
Peralihan (1890-1915) menggunakan sistem konstruksi dinding pemikul dengan gevel-
gevel depan yang mencolok, menggunakan bentuk atap pelana dan perisai dengan
mengguna-kan penutup atap genteng, serta Ada usaha menggunakan konstruksi
tambahan sebagai ventilasi pada atap. Untuk gaya arsitektur Kolonial Moderen (1915-

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 10


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 11
DI SIDOARJO

1940), menggunakan Sistem konstruksi rangka, sehingga dinding hanya berfungsi


sebagai penutup, masih didominasi oleh atap pelana dengan bahan penutup atap
genteng atau sirap, dan ada bagian bangunan menggunakan konstruksi beton,
menggunakan atap datar dari bahan beton, yang belum pernah ada (Tabel 2.1.1 - 4).

Tabel 2.1.1 - 4 Elemen Sistem Konstruksi

2.2 Kajian Berkaitan dengan Judul

2.2.1 Revitalisasi

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan
sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti sangat
penting atau sangat diperlukan sekali untuk kehidupan dan sebagainya.

Beragam kata revitalisasi sering dipergunakan untuk melakukan satu tujuan


misalkan revitalisasi pendidikan, revitalisasi sebuah kawasan, revitalisasi kearifan lokal
dan beragam revitalisasi lainnya seiring dengan perkembangan zaman.

Dalam kegiatan pemugaran atau pelestarian suatu bangunan, terdapat istilah-


istilah yang dituliskan dalam buku yang berjudul “100 bangunan cagar budaya di
Bandung” yaitu sebagai berikut :

1. Konservasi adalah sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan


budaya bersejarah, dengan cara memlihara dan melindungi keotentikan dan maknanya

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 11


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 12
DI SIDOARJO

dari gangguan dan kerusakan, agar dapat dipergunakan pada saat sekarang maupun
masa yang akan datang, baik dengan menghidupkan kembali fungsi lama atau dengan
memperkenalkan fungsi baru yang dibutuhkan.

2. Restorasi adalah sebuah tindakan atau proses yang bertujuan untuk mengembalikan
bentuk serta detil-detil sebuah properti dan settingnya secara akurat seperti tampak pada
periode tertentu, dengan cara menghilangkan bagian-bagian tambahn yang dilakukan
kemudian, ataupun dengan melengkapi kembali bagian-bagian yang hilang.

3. Renovasi adalah Modernisasi bangunan bersejarah yang masih dipertanyakan dengan


terjadinya perbaikan yang tidak tepat yang menghilangkan wujud dan detil penting.

4. Rehabilitasi adalah Tindakan atau proses pengembalian sebuah obyek pada kondisi
yang dapat dipergunakan kembali melalui perbaikan atau perubahan yang memungkinkan
penggunaan sementara yang efisien, sementara wujud-wujud yang bernilai sejarah,
arsitektur dan budaya tetap dipertahankan.

5. Revitalisasi adalah sebuah proses untuk menigkatkan kegiatan sosial dan ekonomi
bangunan/lingkungan bersejarah, yang sudah kehilangan vitalitas aslinya.

6. Adaptasi (adaptive reuse) adalah sebuah proses pengubahan sebuah bangunan untuk
kegunaan yang berbeda dari tujuan kegunaan ketika bangunan tersebut didirikan.

Tabel 2.2.1 Kajian dengan Perubahan Fisik dan Fungsi yang Terjadi

Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi merupakan


bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisk budaya masa
lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika arsitektural. Merupakan upaya pelestarian
lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya
proses kerusakan. Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan,

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 12


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 13
DI SIDOARJO

maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau
rekontruksi. Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan
atau bagian kota yang dulunya pernah vital/ hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/ degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu
lingkungan. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk ruang-
ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan
perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi yang merujuk kepada aspek sosial budaya
serta aspek lingkungan. Hal ini mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang
produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang
langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota.

Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah
kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Pendekatan
revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan. Revitalisasi
sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja,
tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan
budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas
yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak
hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat luas. Ada beberapa aspek
lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran
teknologi informasi, khususnya dalam mengelola keterlibatan banyak pihak untuk
menunjang kegiatan revitalisasi. Selain itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek
keunikan lokasi dan tempat bersejarah atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah
citra suatu kawasan.

Dengan dukungan mekanisme kontrol/ pengendalian rencana revitalisasi harus


mampu mengankat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan/ aktifitas sosial
ekonomi maupun karakter fisik kota. Rancang kota merupakan perangkat pengarah dan
pengendalian untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan
kebutuhan dan fungsi baru.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 13


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 14
DI SIDOARJO

2.2.2 Pabrik Gula Toelangan

Sejarah

Pabrik Gula Toelangan – Sidoarjo didirikan pada tahun 1850 oleh Pemerintah Belanda
dengan nama N.V.Matsechappy Tot Exploitatie de Suiker Ondernamingen Kremboong en
Toelangan. Kemudian berubah menjadi N.V Mattschappy Kremboong en Toelangan yang
manejemennya berada Tiedemen Van Kerehem ( T.V.K).

Setelah Indonesia merdeka, maka perusahaan – perusahaan yang dulunya dikuasai oleh
Pemerintah Belanda kemudian diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dengan
dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 229/UM/57. Setelah dilakukan
beberapa kali perubahan nama kepengurusan, akhirnya dikeluarkan lembaran negara
234/1974 tentang perubahan hirarki kepengurusan sebagai berikut:

1. Badan Khusus Urusan Perusahaan Negara Perkebunan menjadi Inspeksi Wilayah.

2. Perusahaan Negara Perkebunan XXII berubah menjadi PT. Perkebunan XXI-XXII


(Persero).

3. Perusahaan Negara Perkebunan XXII PG. Toelangan berubah menjadi PG. Toelangan
PT. Perkebunan XXI-XXII (Persero).

Sesuai PP. No. 15, tanggal 4 Februari 1996 tentang peleburan perusahaan perseroan
(Persero) PT. Perkebunan XXI-XXII, dan Perusahaan Perseroan (Persero) XXVII menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan X, diputuskan Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Perkebunan XXVII yang masing-masing didirikan berdasarkan PP. nomor
13 tahun 1990, PP. nomor 23 tahun 1973 dan PP. nomor 7 tahun 1972 dilebur dalam
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara X yang selanjutnya dalam
peraturan Pemerintah ini disebut PERSERO.

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) membawahi 11 Pabrik Gula, 2 Rumah Sakit, 2


Pabrik Tembakau, 1 Pabrik Karung. Salah satu dari 11 Pabrik Gula dari PT. Perkebunan
Nusantara X (Persero) adalah Pabrik Gula Toelangan.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 14


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 15
DI SIDOARJO

Gambaran Umum

a. Alamat Pabrik :

- Desa : Tulangan

- Kelurahan : Tulangan

- Kecamatan : Tulangan

- Kabupaten : Sidoarjo

- Provinsi : Jawa Timur

- Kode Pos : 61273

- Terletak di :

Sebelah Utara : Desa Kemantren

Sebelah Selatan : Desa Toelangan

Sebelah Timur : Sawah desa Toelangan

Sebelah Barat : Sawah desa Singopadu

b. Jarak dan Kondisi Jalan :

- Dari Pabrik ke kota kecamatan 2 Km. Kondisi jalan diperkeras aspal atau Jalan Negara
Klas I

- Dari pabrik ke kota kabupaten 13 km. Kondisi jalan diperkeras aspal atau Jalan Negara
klas I

- Dari pabrik ke Kota Propinsi 36 Km. Kondisi jalan diperkeras aspal atau Jalan Negara
klas I

c. PG. Toelangan di Tahun Giling 2015, menggiling BBT dari Tebu Mandiri (TRM-L dan
TRM-LL, sehingga tidak melaksanakan pembinaan dan tidak memiliki wilayah binaan di
wilayah Tulangan

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 15


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 16
DI SIDOARJO

d. Pemilikan Lahan

- Pabrik Gula Toelangan tidak memiliki HGU

- Hak Guna Bangunan : 121.937 m² . Lahan Rakyat : 1.779,0 Ha.

- Dan kerjasama dengan petani mandiri hanya pada proses giling-menggiling dengan
sistem bagi hasil

e. Topografi

- Kondisi Geografis : Kecamatan Tulangan terletak ± 7 meter dari permukaan laut dan
antara 112,5° - 112,9º lintang selatan, dengan jarak ± 13 Km dari Ibukota Kabupaten
Sidoarjo.

- Keadaaan Tanah

Keadaan tanah desa Tulangan dan sekitarnya adalah tanah yang subur dan sesuai untuk
ditanami padi-padian dan tebu sehingga memudahkan bagi perusahaan dalam
pengadaan bahan baku. Dengan makin pesatnya perkembangan kota Sidoarjo sehingga
mengakibatkan berkurangnya lahan tanah akibat didirikannya pabrik-pabrik dan
perumahan. Guna menambah persediaan bahan baku, maka PG. Toelangan
mengembangkan penanaman tebu sendiri dan menerima kekurangan bahan baku yang
diambilkan dari wilayah Malang.

f. Jumlah Tenaga Kerja

Karyawan Tetap :

- Pimpinan : 14 orang

- Staf : 130 orang

Karyawan :

- Bulanan : 458 orang

- Harian : 38 orang

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 16


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 17
DI SIDOARJO

g. Pengairan

Pengadaan air tidak menjadi bagi PG Toelangan, karena Pabrik Gula Toelangan terdapat
sungai yang mempunyai debit air yang mencukupi kebutuhan pabrik. Sungai-sungai yang
mengelilingi pabrik gula Toelangan yaitu : sebelah utara kali Kedung Oling, sebelah barat
kali Trengguli dan sebelah selatan Patusan Bagepuh. Namun pada saat ini, seiring
semakin dengan semakin banyaknya saluran irigasi yang tidak berfungsi, serta
berubahnya fungsi saluran pametan dan patusan, pengadaan air menjadi persoalan
sendiri.

h. Prasarana Pendukung

Sumber air untuk Pabrik/Tanaman : dari Sungai Bagepuh

Sumber Bahan Baku Pendukung : dari Gresik, Mojokerto, Malang, Lumajang dan Jember

Kelas Jalan : jalan utama Provinsi Klas I

Fasilitas Sosial : masjid, sekolah TK

i. Iklim

Curah Hujan
Tahun Jumlah Hari Hujan Bulan Kering
(mm)

2006 1.681 69 Juni - Nopember


2007 1.632 86 Juli - Oktober
2008 1.433 59 Juni - Oktober
2009 2.313 68 Juli - Oktober
2010 2.145 100 -
2011 1.999 75 Juni - Agustus
2012 2.769 69 Juli - Nopember
2013 2.699 129 Agustus - Oktober
2014 3.046 141 September - Oktober
2015 1.346 62 Mei - Agustus
Tabel 2.2.2 – 1 Iklim PG Toelangan 5 Tahun Terakhir

Sumber: PG Toelangan

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 17


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 18
DI SIDOARJO

KEGIATAN USAHA

Sesuai dengan namanya, maka pabrik gula ini memproduksi gula untuk kebutuhan
masyarakat umum. Bahan baku pembuatan gula tersebut adalah tebu. Pada tahun 1975,
tebu yang digunakan adalah tebu sendiri (TS) dan mulai tahun 1976 dialihkan menjadi
tebu rakyat intensifikasi (TRI) secara berangsur menjadi 100% TRI. Dalam
perkembangannya pabrik gula sesuai dengan ketentuan yang ada mengadakan Kebun
Percobaan dalam kategori TS (Tebu Sendiri). Lahan kebun TS diperoleh dengan jalan
memberi imbalan penggunaan lahan kepada petani.

PEMASARAN

Seluruh hasil produksi dari pabrik gula, khususnya gula milik PG untuk saat ini
ditangani langsung oleh bidang pemasaran PTP, yang selanjutnya oleh bidang
pemasaran PTP gula tersebut dilelang kepada pihak distributor. Adapun gula bagian
petani dilelang sendiri dengan koordinir APTR (Asosiasi Petani Tebu Rakyat). Selanjutnya
pihak distributor yang memenangkan lelang memasarkan dengan caranya sendiri.
Biasanya produksi pabrik ini dipasarkan keluar pulau Jawa. Lain halnya dengan sekarang,
dulu hasil produksi langsung disalurkan ke Depot Logitik (Dolog)

KEGUNAAN PRODUK

Pabrik gula Toelangan merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang


menghasilkan gula jenis SHS (Super High Sugar/Gula Putih Utama) yang digunakan
sebagai pemanis dan sebagai hasil samping adalah tets dan ampas tebu.

Tetes yang dihasilkan sebagai produk samping selanjutnya dijual kepada pabrik
MSG dan pabrik alkohol sebagai bahan baku pabrik tersebut. Sedangkan ampas tebu
yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran.

MEKANISME KERJA PERUSAHAAN

Mekanisme kerja pabrik gula berbeda dengan pabrik pada umumnya. Pabrik gula
hanya beroperasi pada saat musim panen tebu datang. Musim panen tebu hanya terjadi
sekali dalam setahun yaitu sekitar bulan Mei hingga bulan November yang sering disebut

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 18


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 19
DI SIDOARJO

Musim Giling. Namun, apabila hingga pada akhir bulan tersebut tebu yang belum di giling
masih ada, proses giling tetap berlanjut hingga tebu benar-benar habis.

Begitu pula dengan karyawan pabrik gula yang berbeda dengan karyawan pabrik
pada umumnya. Karyawan pabrik gula hanya bekerja pada saat musin giling berlangsung.
Jika pada saat musim giling tiba, seluruh karyawan tetap yang termasuk di dalamnya
adalah karyawan kampanye dan kontrak akan bekerja untuk memproduksi tebu menjadi
gula. Sebelumnya, mereka harus menandatangani surat kontrak kerja yang isinya bahwa
mereka akan mematuhi peraturan yang berlaku selama masa proses produksi. Meski
musim giling telah berakhir mereka tetap di anggap sebagai karyawan dan akan dipanggil
kembali apabila musim giling tiba.

Sedangkan untuk karyawan tetap, mekanisme kerja sama seperti kebanyakan


para karyawan pada umumnya. Mereka tetap bekerja meskipun tidak ada proses
produksi. Jika musim giling telah berakhir, merekalah yang akan membuat laporan dan
rekapan serta pertanggung jawaban dan laporan hasil kualitas gula yang diproduksi
kepada PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) untuk evaluasi dan tolak ukur di musim
giling berikutnya.

PENGELOLAAN KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA

Di setiap perusahaan atau pabrik-pabrik pasti memiliki Kesehatan dan Keselamatan Kerja
yang harus memenuhi standart. Karena tanpa disertai dengan pengetahuan tentang K3
maka akan mempengaruhi khualitas kinerja karyawan itu sendiri. Begitu pula yang telah
diterapkan oleh PG. Toelangan, Sidoarjo tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
untuk para karyawan yang bekerja pada saat musim giling, di setiap bagian atau stasiun
pada dasarnya memiliki standart K3 yang harus ditaati oleh para karyawan untuk
melindungi dirinya agar terhindar dari kecelakaan kerja.

Adapun perlengkapan yang harus dipakai oleh para karyawan tersebut adalah:

1. Pemakaian Kaca Mata

Berfungsi untuk melindungi mata dari serpihan ampas tebu di stasiun gilingan.

2. Pemakaian Masker

Berfungsi untuk melindungi saluran pernafasan dari ampas tebu dan aroma bahan kimia
yang dipakai pada saat pengolahan dibagian laboratorium.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 19


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 20
DI SIDOARJO

3. Pemakaian Helmet

Berfungsi untuk melindungi kepala apabila ada benda yang terjatuh secara tidak sengaja.

Selain hal-hal tersebut diatas, pihak pabrik juga melindungi dan menjamin
Kesehatan dan Keselamatan Kerja para karyawan dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek) pada musim giling masa proses produksi.

PERAWATAN MESIN

Untuk menjaga kelayakan mesin agar dapat bejalan lancar dan tidak terjadi
kerusakan maka proses produksi berjalan. Sehingga apabila terjadi masalah akan
langsung di ambil langkah perbaikan untuk mengatasinya dan tidak menghambat proses
kerja mesin di stasiun lainnya.Adapun beberapa perawatan yang harus dilakukan oleh
PG. Toelangan seperti perawatan motor listrik, perawatan piston, pembersihan mesin
giling dari sisa-sia ampas tebu yang tertinggal. Selain itu dilakukan perbaikan di bagian
pengemasan dan perawatan mesin-mesin dalam yang sangat berperan dalam proses
produksi. Seluruh perawatan mesin di PG. Toelangan dilakukan pada musim luar giling.
Dan akan dilakukan pengecekan ulang apabila musim giling datang.

KONDISI PABRIK

a. Tahun Pembuatan : 1850

b. Kepemilikan : Milik Negara (BUMN)

c. Jenis Processing : Sulfitasi

d. Jenis Gula yang Dihasilkan : GKP II

e. Sistem Pengolahan : mengolah bahan baku tebu menjadi gula,

kristal putih dengan proses sulfitasi

f. ICUMSA/Mutu Gula :

Rata-rata Tahun 2010 = 101 IU; Th. 2011 = 143 IU; Th. 2012 = 169 IU

Th. 2013 = 191 IU; Th. 2014 = 477 IU; Th. 2015 = 274 IU

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 20


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 21
DI SIDOARJO

g. Sertifikat yang telah diperoleh :

- Sertifikat SNI Tahun 2014

- Sertifikat Halal Tgl 7 Januari 2015

- Sertifikat ISO 9001 & ISO 14001Tgl 30 Sept 2014

h. Pencapaian Rata-rata Efisiensi Pabrik (Overall Recovery) dalam % :

Th. 2010 =74,48 %; Th. 2011 = 76,92%; Th. 2012 = 75,58%;

Th. 2013 = 69,57%; Th. 2014 = 75,31%; Th. 2015 = 73,27 %

i. Fasilitas Pengolahan Limbah :

- Pengolahan limbah aerasi anaerob.

- Taman mini green environment

- Tanah berpori

- Tanaman buah dan sayuran

j. Fasilitas Pengolahan Daur Ulang air untuk pengolahan (sistem biotray) : Tidak ada

KOMPONEN UTAMA PABRIK

No. Jenis Prosesing Asal Negara Rehab terakhir


tahun
1. Pemerahan Holand 1850
2. Power Holand 2005
3. Processing Holland 2005
4. Finishing :
- Puteran Holand 2005
- Sugar driyer Holand 1850

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 21


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 22
DI SIDOARJO

PERFORMANCE SEPULUH TAHUN TERAKHIR

Kapasitas (TCD) Luas Tebu Produksi


Hari
Tahun Areal Digiling Rend (%) Hablur
Inclusif Exsclusif Giling
(Ha.) (Ton) (Ton)

2006 1.189,1 1.312,3 2.321,9 207.713,1 7,03 14.593,52 175

2007 1.185,8 1.309,8 2.532,4 248.615,6 6,88 17.106,00 220

2008 1.325,0 1.365,0 2.975,8 263.896,5 7,77 20.494,37 211

2009 1.390,1 1.436,4 3.019,1 211.451,1 7,43 15.706,10 153

2010 1.283,6 1.438,0 2.965,1 239.456,2 5,95 14.254,50 206

2011 1.378,8 1.438,1 2.930,3 213.731,2 7,85 16.764,40 165

2012 1.317,9 1.459,0 2.790,5 220.111,4 7,79 17.142,20 180

2013 1.165,7 1.353,8 2.721,4 215.361,1 6,55 14.456,60 186

2014 1.169,7 1.336,6 1.966,4 154.999,0 7,09 10.984,17 150

2015
1.081,7 1.220,3 1.001,5 78.034,5 6,88 5.366,07 73
(s/d 31 Agst)
Tabel 2.2.2 – 2 Performance PG Toelangan 10 Tahun Terakhir

Sumber: PG Toelangan

PERKEMBANGAN HASIL GILING

Produksi
Pemilikan Areal Giling Hasil Gula Hasil Tetes
Tahun Total Tebu
TR/TS (Ha.) Total (Ton) (Ton)
(Ton)

1 2 3 4 5 6

TS 218,2 22.985,6

2006 TR 2.103,7 184.727,5

Jml 2.321,9 207.713,1 14.512,5 9.910,9

TS 300.0 30.273,4 2.433,9

2007 TR 2.232,4 218.342,2 14.317,57

Jml 2.532,4 248.615,6 16.751,5 11.535,2

TS 377,8 28.051,4 2.448,5

2008 TR 2.598,0 235.845,1 17.958,11

Jml 2.975,8 263.896,5 20.406,6 12.294,5

TS 586,1 38.085,7 3.113,42


2009
TR 2.433,0 173.365,4 12.507,09

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 22


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 23
DI SIDOARJO

Jml 3.019,1 211.451,1 15.620,51 9.069,0

TS 442,1 36.911,0 2.284,01


2010 TR 2.523,0 202.545,2 11.999,00

Jml 2.965,1 239.456,2 14.283,01 9.773,1

TS 101,5 7.694,5 716,20


2011 TR 2.828,8 206.036,7 16.034,30

Jml 2.930,3 213.731,2 16.750,50 10.334,4

TS 303,2 24.397,8 2.238,85

2012 TR 2.487,3 195.713,6 14.875,15

Jml 2.790,3 220.111,4 17.114,00 10.840,3

TS 200,32 16.510,9 1.211,63

2013 TR 2.521,1 198.850,2 12.907,27

Jml 2.721,4 215.361,1 14.118,90 10.853,1

TS - - -
2014 TR 1.966,4 154.999,0 11.217,17

Jml 1.966,4 154.999,0 11.217,17 8.831,6

TS - - -
2015 s/d 31
TR 1.001,5 78.034,5 5.122,50
Agst
Jml 1.001,5 78.034,5 5.122,50 3.995,9
Tabel 2.2.2 – 3 Perkembangan Hasil Giling PG Toelangan 10 Tahun Terakhir

Sumber: PG Toelangan

KOMPOSISI TANAMAN (Ha.)

Luas (Ha)
Tahun
PC % Ratoon % Jumlah

2007 598,6 24 1.933,8 76 2.532,4

2008 792,8 27 2.183,0 73 2.975,8

2009 680,3 23 2.338,8 77 3.019,1

2010 582,7 20 2.382,4 80 2.965,1

2011 534,7 18 2.395,6 82 2.930,3

2012 588,0 21 2.202,8 79 2.790,8

2013 538,5 20 2.132,9 80 2.671,3

2014 54,2 3 1.763,4 90 1.966,4

2015 - - 1.779,0 100 1.799,0

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 23


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 24
DI SIDOARJO

Jenis Varietas Tebu yang ditanam 2015 :

PG. Toelangan di Th. 2015 tidak melaksanakan tanam tebu di TAD, karena pasok tebu
didatangkan dari Tebu Mandiri baik TRM-L maupun TRM-LL

Pembibitan

Karena PG. Toelangan tidak melaksanakan tanam tebu di TAD, sehingga pembibitan juga
tidak dilakukan.

Pengadaan Bahan Baku Tebu

Bahan baku tebu untuk pasok Giling 2015 didatangkan dari luar wilayah baik TRM-L
(Mojokerto, Gresik) dan TRM-LL (Malang, Lumajang dan Jember) dengan menggunakan
sistem bagi hasil.

Mekanisasi

Penyelenggaraan kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemupukan dan pemanenan


pada kebun-kebun mandiri (TRM) masih menggunakan sistem manual, belum
melaksanakan mekanisasi.

Penggunaan cogeneration/elektrifikasi dengan pemanfaatan ampas

Pemanfaatan ampas digunakan untuk bahan bakar ketel/boiler dan disimpan untuk
persiapan bahan bakar tahun berikutnya

Diversifikasi Produk

PG. Toelangan masih mengutamakan produk gula dan hasil samping berupa tetes.

Jumlah Koperasi Petani Tebu Rakyat

Di PG. Toelangan memiliki 1 (satu) Koperasi Petani Tebu Rakyat yaitu “KPTR NIRA
MANIS” dan memiliki 1 (satu) Asosiasi Petani Tebu Rakyat yaitu “APTR MITRA USAHA”

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 24


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 25
DI SIDOARJO

Kegiatan-kegiatan lain yang sudah dilaksanakan PG

- Program CSR Pengelolaan Lingkungan Desa Berseri (Bersih dan Lestari) di Desa
Tulangan, merupakan kerjasama antara PG. Toelangan dengan LSM Sahabat
Lingkungan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain pembentukan bank
sampah, mereduksi sampah organik dan anorganik, pelatihan daur ulang limbah (Reuse,
Reduce dan Recycle), pelatihan budidaya ikan air tawar dan budidaya sayuran organik.
Pelatihan Tahap I telah dilaksanakan tanggal 01 - 03 Mei 2015 di Balai Desa Tulangan,
Kabupaten Sidoarjo.

- Bhakti Sosial Yatim Piatu Darul Aitam Hidayatul Falah – PG Toelangan

- Pembagian sembako di lingkungan sekitar Pabrik Gula

2.2.3 Museum Gula

Museum

Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi
mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat
untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan (Ayo Kita Mengenal Museum;
2009).

Definisi tentang museum sendiri tidaklah sedikit. Secara umum, museum sendiri
merupakan tempat penyimpangan benda artistik dan pendidikan bagi keperluan umum.
Atau dapat dikatakan sebagai institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi,
meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk
kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga,


tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti
materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya
perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan menurut Intenasional
Council of Museum (ICOM) : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008. museum adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan
memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan
studi, pendidikan dan rekreasi.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 25


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 26
DI SIDOARJO

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam Pedoman Museum


Indoneisa,2008. museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan
memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum
memiliki dua fungsi besar yaitu :

a. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

· Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan


koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.

· Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.

· Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan
atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.

b. Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui


penelitian dan penyajian.

· Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan


dan teknologi.

· Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.

Museum yang terdapat di Indonesia dapat dibedakan melaui beberapa jenis klasifikasi
(Ayo Kita Mengenal Museum; 2009), yakni sebagai berikut :

a. Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yaitu terdapat dua jenis :

· Museum Umum, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia
dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan
teknologi.

· Museum Khusus, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia
atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu
cabang teknologi.

b. Jenis museum berdasarkan kedudukannya, terdapat tiga jenis :

· Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal,
mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari
seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 26


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 27
DI SIDOARJO

· Museum Propinsi, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal,
mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari
wilayah propinsi dimana museum berada.

· Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal,
mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari
wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum tersebut berada.

c. Jenis museum menurut jenis koleksinya :

• Museum Arkeologi

Museum arkeologi merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang


artefak arkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum terbuka (museum
yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di Indonesia, contoh dari
museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur.

• Museum Seni

Museum seni, lebih dikenal dengan nama galeri seni, merupakan sebuah ruangan untuk
pameran benda seni, mulai dari seni visual yaitu diantaranya lukisan, gambar, dan
patung. Beberapa contoh lainnya adalah senikeramik, seni logam dan furnitur.

• Museum Biografi

Museum Biografi merupakan museum yang didedikasikan kepada benda yang terkait
dengan kehidupan seseorang atau sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-
benda yang mereka koleksi. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang
terkait dengan orang yang bersangkutan pada saat dia hidup.

• Museum Anak

Museum anak merupakan institusi yang menyediakan benda pameran dan program acara
untuk menstimulasi pengalama informal anak. Berlawanan dengan museum tradisiona;
yang memiliki peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya
memiliki benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak
kebanyakan merupakan organisasi nirlaba dan dikelola oleh sukarelawan atau oleh staf
profesional dalam jumlah yang kecil. Contoh dari museum anak ini adalah Museum Anak
Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan
anak tradisional.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 27


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 28
DI SIDOARJO

• Museum Universal

Museum universal atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum
encyclopedic, merupakan museum yang umum kita jumpai. Biasanya merupakan institusi
besar, yang bersifat nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai
berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena meningkatkan rasa
keingin-tahuan terhadap dunia. Contoh museum universal adalah British Museum di
London, Inggris.

• Museum Etnologi

Museum etnologi merupakan museum yang mempelajari, mengumpulkan, merawat, dan


memamerkan artefak dan obyek yang berhubungan dengan etnologi dan antropologi.
Museum seperti ini biasanya dibangun di negara yang memiliki kelompok etnis atau etnis
minoritas yang berjumlah banyak. Contoh dari museum ini adalah Museum Indonesia di
TMII.

• Museum Rumah Bersejarah

Museum rumah bersejarah, atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan
yang terbanyak jumlahnya di dunia dari kategori museum sejarah. Museum ini biasanya
beroprasi dengan dana yang terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh
relawan dan sering kali tidak memenuhi syarat untuk menjadi museum profesional.
Contoh dari rumah bersejarah ini di Indonesia adalah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani.

• Museum Sejarah

Museum sejarah mencakup pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan
masa depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi yang sangat
beragam, mulai dari dokumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda sejarah yang terkait
dengan even kesejarahan tersebut. Ada beberapa macam museum sejarah, diantaranya,
rumah bersejarah yang merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah atau arsitektural
yang tinggi. Kedua adalah situs bersejarah yang menjadi museum, seperti Pulau Robben.
Ketiga adalah museum ruang terbuka atau disebut juga dengan nama open air museum.
Pada museum ini, para masyarakat yang berada di dalamnya berusaha untuk membuat
ulang kehidupan pada suatu waktu dengan sebaik mungkin, termasuk diantaranya
bangunan dan bahasa. Contoh museum sejarah di Indonesia adalah Museum Sumpah
Pemuda dan Museum Fatahillah.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 28


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 29
DI SIDOARJO

• Museum Maritim

Museum maritim merupakan museum yang mengkhususkan diri kepada peresentasi


sejarah, budaya atau arkeologi maritim. Mereka menceritakan kaitan antara masyarakat
dengan kehidupan yang berkaitan dengan air atau maritim. Terdapat beberapa jenis
museum maritim, diantaranya:

· Museum arkeologi maritim yang menceritakan mengenai kaitan arkeologi dengan


maritim. Museum ini biasanya memajang dan mengawetkan kapal karam dan artefak
yang terkait dengan lingkungannya.

· Museum sejarah maritim, merupakan museum yang mengedukasi masyarakat


mengenai sejarah maritim di suatu komunitas atau masyarakat. Contoh dari museum ini
adalah Museum Maritim San Francisco dan Mystic Seaport.

· Museum militer maritim. Contoh dari museum ini adalah Museum Nasional Angkatan
Laut Amerika Serikat. Contoh lainnya adalah Museum Laut, Udara dan Luar Angkasa
Intrepid.

Fungsi Dan Tujuan Museum

Barry(1994:46) ada 6 fungsi dasar sebuah museum, yaitu:

• Mengoleksi

• Dokumentasi

• Mengawetkan

• Penelitian

• Pajangan

• Interpretasi

A. Mengoleksi

Mengoleksikan benda bersejarah maupun benda yang dibutuhkan dalam keperluan


penelitian dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan dan klasifikasi yang ingin
dicapai.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 29


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 30
DI SIDOARJO

B. Dokumentasi

Salah satu fungsi penting museum adalah mendokumentasikan segala jenis benda yang
di koleksi oleh museum itu sendiri. Secara umum fungsi dokumentasi museum sebagai
berikut :

• Kontrol dan manajemen

dokumenter penerimaan dan transfer aset budaya internal dan eksternal , serta
penghapusan mereka dari koleksi museum .

• Pendaftaran dan inventarisasi aset budaya .

• Pengarsipan semua jenis dokumentasi teknis , grafis dan audio visual , dalam format
apapun .

• Organisasi dan pengelolaan perpustakaan museum dan arsip dokumenter .

• Saran dan layanan konsultasi untuk para profesional , peneliti dan masyarakat umum di
bidang tanggung jawab mereka.

C. Mengawetkan

Museum melestarikan aset budaya untuk menjamin bahwa mereka diwariskan kepada
generasi mendatang . Fungsi ini sangat penting dan membenarkan sendiri keberadaan
museum. Untuk itu museum bertugas untuk menjaga agar barang yang dimusiumkan
disimpan dalam kedaan baik dan dengan treatment sesuai jenis bendanya.

Adapun beberapa cara perawatan benda museum sebagai berikut:

• Perawatan dan pembersihkan benda koleksi untuk logam yang biasanya


berkarat,menggunakan bahan kimia khusus seperti tepol. Selain itu dalam merawat logam
biasanya menggunakan bahan kimia jenis asam citrid.

• Untuk benda koleksi keris atau benda sejenis cara membersihkannya digosok
dengansikat bulu halus lalu dibilas menggunakan air di wastafel

• Benda koleksi seperti guci perawatannya memerlukan kehatihatian agar tidak pecah
guciharus dipegang atau didekap dengan hati-hati terutama pada saat akan
memindahkannya, pembersihannya juga harus rutin dilakukan. Koleksi yang materialnya
berbahan bakukeramik biasanya menggunakan sabun yang tidak mengandung soda.
Pembersihan untuk setiap material berbeda penanganannya, tetapi yang pasti

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 30


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 31
DI SIDOARJO

penangannya harus hati-hati dan lembut agar tidak merusak keaslian bentuk
dandilakukan di laboratorium konservasi dan preservasi.

Sedangkan untuk jenis koleksi yang berupa Arsip, dapat dilakukan perawatan dan
preparasi sebagai berikut :

• Teknik konservasi tradisional seperti dengan laminasi

• Teknik perparasi yaitu dengan memperbaiki dikarenakan sobek, cavernya adakerusakan


dan harus diperbaiki

• Arsip-arsip dirawat dan disimpan secara rapi

D. Penelitian

Penelitian merupakan salah satu tugas pokok dari Museum di seluruh bidang tindakan
mereka. Hal ini juga merupakan fungsi dasar museum yaitu aset tersebut tidak dapat
dilindungi, dilestarikan atau menyebar secara memadai jika mereka tidak diteliti
sebelumnya. Singkatnya, penelitian adalah dasar dari pengembangan semua fungsi
museum. Dalam rangka mengembangkan fungsi ini , museum memiliki alat seperti
perpustakaan, arsip, laboratorium dan bengkel.

E. Pajangan dan Publikasi

Kegiatan yang dilakukan oleh departemen penyebaran museum ditujukan untuk tujuan
akhir dari fungsi museum kepada masyarakat. Dibutuhkan semua strategi yang
memungkinkan untuk mencapai komunikasi , kontemplasi dan pendidikan sebagai tujuan
museum.

Jenis Fasilitas Museum

Perencanaan aktifitas dalam pembuatan museum akan memberikan efek besar kepada
layout keseluruhan bangunan museum dan fasilitas utama maupun penunjangnya.
Beberapa fasilitas yang terdapat dimuseum sebagai berikut:

a. Facilities for creative participation

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 31


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 32
DI SIDOARJO

Meliputi area area yang berhubungan dengan pengembangan kreativitas


pengunjung.seperti ruang khusus untuk berkarya atau mengadakan acara/pameran
temporer. Area inilah yang akan melibatkan partisipasi pengunjung terhadap museum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam creative room ini sebagai berikut:

• Memiliki fleksibilitas dalam tata cahaya dan tata suara

• Memperhatikan elemen interior sesuai fungsi ruang. Misalnya dengan menggunakan


lantai yang mudah di bersihkan mengingat ruang kreatif yang akan padat aktifitas

• Sistem display yang sangat fleksibel

• Ruang yang mempunyai banyak kegunaan

b. Study centre

Jika akses terhadap semua koleksi yang di pajang tidak bisa didapatkan secara
maksimal, fasilitas harus disediakan dimana orang dapat mengekplorasi ide-ide dan
sensasi yang distimulasikan oleh koleksikoleksi tersebut. adapun subjeknya bermacam-
macam seperti seni, arkeologi, anthropologi, pengetahuan alam, foto dan referensi dasar
dalam buku yang dapat memberikan awal yang berguna. Desain dari ruang belajar itu
sendiri harus menjadi bahan pertimbangan juga karena adanya perbedaan kebutuhan
pada pemakainya seperti oleh pengunujung dewasa, remaja, anak-anak, ataupun yang
berkeluarga dan juga seperti apakah fasilitas ini membutuhkan staf pembantu atau
terbuka untuk umum.

c. Staff on view

Banyak museum yang mempekerjakan staf-staf professional dalam bidang seni dan
kerajinan, seperti ahli dalam perawatan lukisan, tekstil, kerimik, dll. Staf-staf seperti ini
sangat membantu pengunjung yang memiliki pertanyaan seputar koleksi pameran yang
ada di museum. Sehingga dibutuhkan baik ruang penelitian, pengelolaan, maupun
ruangan yang dapat digunakan sebagai ruang pertemuan antara pengelola dan
pengunjung dalam special case.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 32


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 33
DI SIDOARJO

d. A tranquil space

Tidak semua orang menyukai suasana ramai atau berbaur dengan banyak orang, oleh
sebab itu sebaiknya museum memiliki area khusus yang dimaksudkan sebagai daerah
yang sepi dan tenang. Untuk menunjukan fungsi ruang pada pengunjung, tidak harus
dengan papan penunjuk besar dan sebagainya, namun bisa dicapai melalui desain
terutama pada desain pencahayaan yang secara bertahap dapat menjadi redup saat
pengunjung mendeketi dan memasuki area tersebut. Koleksi yang sensitive terhdap
panas dari pencahayaan ataupun koleksi arekeologis bisa menjadi pilihan koleksi yang
dipanjang pada area tersebut.

Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi
perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa
padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau
minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim
atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai
sukrosa diperoleh dari nira, tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat
sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti
umbi dahlia, anggur, atau bulir jagung, juga menghasilkan semacam pemanis namun
bukan tersusun dari sukrosa sebagai komponen utama. Proses untuk menghasilkan gula
mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi
(penyulingan).

PROSES PEMBUATAN GULA

Tebu yang dipilih untuk pembuatan gula adalah tebu yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda. Diusahakan tebu tidak banyak yang inversi karena banyak cacatan dan
enzim yang masuk, tebu di angkat oleh truk yang masuk wilayah penimbangan dan
melewati portal harus memenuhi standart MBS (manis, bersih, segar) dan setiap
penimbangan dikurangi 30 kg untuk rantai dan seling kemudian dibawa ke lori untuk
diolah.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 33


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 34
DI SIDOARJO

Stasiun Gilingan

Tebu masuk ke meja tebu untuk ditampung sementara dan di dorong ke cane
cutter dengan bantuan cakar tebu, tebu masuk ke cane cutter untuk di potong dan
diratakan, tebu menjadi bagian yang pendek agar bisa masuk ke unigrator. Pada alat
unigrator tebu dipecah menjadi serpihan yang lebih kecil dengan tujuan agar bisa
terdorong masuk ke dalam mesin giling. Hasil dari hummer unigrator yang hanya berubah
bentuk masuk ke gilingan I sampai gilingan V untuk digilas(digiling) nira keluar dari tebu.
Pada gilingan III dan IV ditambah air imbibisi (untuk menghilangi kehilangan gula dalam
ampas). Nira dari gilingan I dikembalikan ke gilingan III, nira dari gilingan IV kembali ke
gilingan II. Nira ditampung. Ampas yang dihasilkan dikirimkan ke stasiun ketel untuk
bahan bakar ketel.

Gambar 2.2.3 - 1 Stasiun Gilingan PG Toelangan


Sumber: Dokumen Pribadi.

Stasiun Pemurnian

Nira ditimbang untuk mengetahui berat nira dari stasiun gilingan. Kemudian nira
ditampung dan dan ditambahkan susu kapur (Ca(OH)2) untuk menetralkan nira, setelah
itu masuk ke deficator II ditambahkan lagi (Ca(OH)2) untuk meningkatkan pH hingga 8,6
dengan bantuan pengaduk agar campuran homogen, lalu masuk ke tangki sulfiter NM1
disini ditambahkan So2(g) yang berfungsi untuk menetralkan terkapur di deficator,
kemudian NM ditampung sebelum masuk ke PP I . Nira di PP II dipanaskan hingga suhu
105˚C. proses selanjutnya adalah melewati flash tank disini gas-gas yang masih tersisa
dalam nira dikeluarkan, kemudian masuk ke snowboling ditambahkan flokulant yang
berfungsi untuk membantu pengendapan ketika di clarifier dilanjutkan masuk dalam
proses clarifier dipisahkan antara nira jernih dan nira kotor dengan pengendapan. Nira
jernih dipompa dilanjutkan ke PP III dipanaskan dengan suhu 110˚C. Nira kotor menuju

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 34


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 35
DI SIDOARJO

RVF yntuk disaring dan ditambahkan bagassilo sehingga menghasilkan blotong.Blotong


adalah bahan organik , sehingga dapat dimanfaatkan menjadi kompos

Gambar 2.2.3 - 1 Stasiun Pemurnian PG Toelangan


Sumber: Dokumen Pribadi.

Stasiun Penguapan

Nira encer dari PP III menuju BP1 untuk dipekatkan dengan suhu 1050C .Uap yang
dipakai adalah uap yang dihasilkan dari stasiun gilingan.Proses yang sama juga terjadi di
BP II , BP III.Proses ini menghasilkan nira kental (NK) di tank untuk dibawa ke peti
tunggu, setelah itu ditampung.lalu masuk ke dalam kondenspot , untuk dikeluarkan air
kondensat dari badan penguapan yang sedang beroperasi.NK masuk ke peti Sulfiter
untuk ditambahkan belerang(sulfur ditampung).

Gambar 2.2.3 - 2 Stasiun Penguapan PG Toelangan


Sumber: Dokumen Pribadi.

Stasiun Masakan

Masakan A

Bahannya adalah NK yang ditampung di peti tunggu nira kental untuk selanjutnya
diproses di PAN masakan A.Selain Nira kental bahan masakan A yang lain adalah

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 35


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 36
DI SIDOARJO

babonan dari gula C.Dari sini kemudian akan dihasilkan kristal gula A.Jika masakan telah
tua atau matang maka masakan akan diturunkan ke palung – palung masakan A.Di
palung – palung ini terdapat pengaduk yang berfungsi untuk masakan A yang ada di
palung sehingga tidak membeku dan mengeras kemudian dilanjutkan ke stasiun puteran.
Untuk masakan A akan ditarik menuju puteran SHS.

Masakan C

Bahan untuk masakan C adalah stroop A yang berasal dari masakan A dan
babonan dari masakan D.Masakan C kemudian diproses di PAN Masakan C.Masakan C
yang sudah matang atau tua kemudian di tampung ke palung untuk masakan C dan
diaduk terus sehingga tidak beku, masakan C kemudian diteruskan puteran untuk
masakan C.

Masakan D

Di masakan D prosesnya adalah untuk menekan kehilangan gula seminimal


mungkin pada tetes.Bahannya dari stroop C dan klare D yang kemudian menghasilkan
kristal D yang diturunkan ke palung D . Masakan D kemudian dibawa ke puteran D1
dihasilkan tetes sedangkan untuk gula D1 akan diteruskan ke D2 yang menghasilkan
klare D sebagai bahan masakan D sendiri dan juga gula D2 sebagai bibitan yang dibawa
ke masakan A sebagai masakan utama.

Gambar 2.2.3 - 3 Stasiun Masakan PG Toelangan


Sumber: Dokumen Pribadi.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 36


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 37
DI SIDOARJO

Bibitan A / B

Masakan A / B berfungsi untuk penghasil bahan untuk masakan A.Bahan dari


bibitan A atau B adalah NK tersulfiter dan dicampur dengan babonan.NK dimasukkan ke
PAN masakan untuk diproses lebih lanjut, selanjutnya hasilnya akan dibagi ke PAN
masakan 1, 2,3 dan 5 / masakan A yang nantinya akan dipergunakan sebagai salah satu
bahan pembuatan masakan A

Stasiun Puteran

Hail masakan dari PAN masakan A yang diturunkan ke palung A dibawa ke


puteran HS yang berjumlah 9 namun yang berfungsi 5 buah dari puteran HS ini di
hasilkan stroop A dan kristal gula A yang dikirim mixer untuk kemudian diteruskan ke
puteran SHS dihasilkan klare dan gula produk yang diteruskan ke stasiun
penyelesaian.Untuk hasil masakan C setelah ditampung babonan yang kemudia dibawa
ke masakan A sebagai bahan masakan utama .Sedangkan hasil masakan dari D dibawa
ke puteran D1 yang menghasilkan tetes sebagai produk samping dan juga menghasilkan
gula D2 yang diteruskan di proses puteran ini adalah / memisahkan kristal – kristal dari
larutan induknya dengan menggunakan kekuatan sentrifugal yang dihasilkan dari puteran
tersebut, kristal dari gula yang tertahan ditempat dan cairan yang keluar melaui celah –
celah saringan sentrifugal dan berputar di dalamnya.

Gambar 2.2.3 - 4 Stasiun Puteran PG Toelangan


Sumber: Dokumen Pribadi.

Stasiun Penyelesaian

Gula SHS dri talang getar stasiun puteran diangkat ke talang getar
penyelesaiannya menggunakan tangga yakob 1. Talang getar berjumlah 3 agar
mengeringkan semakin cepat gula SHS yang kering diangkat lagi ke penyaringan dengan

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 37


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 38
DI SIDOARJO

yakob 2. Disini gula dipisahkan mejadi 2 jalur 60% dan 40%. Untuk penyaringan lebih
lanjut dan agar tidak terjadi penumpukan gula sehingga penyaring dapat menyaring gula
sesuai ukuran secara maksimal gula yang diharapkan ditampung. Gula ditimbang, dijahit
dan siap dipasarkan. Gula yang terlalu kasar dan terlalu halus diproses kembali.

Gambar 2.2.3 - 5 Stasiun Penyelesaian PG Toelangan


Sumber: Dokumen Pribadi.

ST. GILINGAN
1. Katrol pelepas tebu (Cane unloading crane)
Modifikasi tahun 2004
Merk : Pigee Haarlem Holand
Kapasitas : 3 ton
Span : 850 x 16.000 mm
Lifting Speed : 160 detik/cirle
Elektromotor : 30 Kw

2. Katrol pelepas tebu II (cane unloading crane)


Merk : KULI
Kapasitas : 7,5 ton
Span : 850 x 16.000 mm
Lifting Speed : 140 detik/cirle
Elektromotor : 19 Kw

3. Meja Tebu / cane feeding table


Merk : -
Ukuran : 7,25 m x 5.00 m

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 38


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 39
DI SIDOARJO

ST. KETEL
1. Ketel No. I
Kapasitas : 3.1 Ton / Jam
LP : 250 M²
Tekanan Kerja : 5 Kg / Cm²
R.B : B4 M²
Buatan : Belanda

2. Ketel No. II
Kapasitas : 3.8 Ton / Jam
LP : 300 M²
Tekanan Kerja : 8 Kg / Cm²
R.B : 7,32 M²
Buatan : Belanda

3. Ketel No. III


Kapasitas : 3.8 Ton / Jam
LP : 200 M²
Tekanan Kerja : 8 Kg / Cm²
R.B : 4,7 M²
Buatan : Belanda

ST. BESALI
1. Mesin bubut I
Merk : Zubal C3
Ukuran : 1770 mm
Penggerak Elektromotor
Merk : Zubal
Volt : 220 / 380 V
RPM : 1440
Buatan : Tidak Terbaca
Tahun : 1980

2. Mesin bubut II
Merk : Tidak Terbaca
Ukuran : 1880 mm

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 39


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 40
DI SIDOARJO

PENGENDALIAN KUALITAS

Pengendalian kualitas bahan baku

Pengawasan mutu bahan baku adalah langkah awal dari semua proses produksi
yang ada. Hal ini disebabkan karena mutu bahan baku yang sangat berpengaruh pada
kelancaran proses produksi dan hasilnya.

Sebagaimana diketahui bahwa bahan baku yang digunakan oleh PG


Toelangan,Sidoarjo terdiri dari dua bahan baku yaitu bahan baku utama yaitu tebu dan
bahan baku pendamping seperti belerang,kapur tohor dan asam sulfat.

Untuk bahan baku utama yaitu tebu,analisa yang digunakan adalah untuk melihat
kualitas dari tebu dengan dilihat dari banyaknya kotoran pada tebu. Macam-macam
kotoran tebu adalah sebagai berikut: sogolan(tebu yang masih muda), daduk,
pucuk(ujung tebu), tebu mati dan akar tanah. Apabila kotoran tersebut sangat sedikit
maka baik kualitas dari tebu tersebut. Sedangkan untuk bahan baku pembantu seperti
belerang,kapur tohor dan asam sulfat pihak PG Toelangan memberikan sample untuk di
analisa di P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Analisa yang digunakan
berdasarkan kadar air,kadar abu,kadar bituminous(kadar yang terlarut dalam CS
2%),Arsen,Hidrogen sulfida dan sisa pembakaran yang mana tiap-tiap unsur ini memiliki
nilai standart dan PG Toelangan memenuhi standart yang telah ditetapkan .

Pengendalian Kualitas Dalam Proses

Selain dilakukan oleh petugas laboratorium,pengendalian kualitas juga harus


dilakukan di tiap-tiap stasiun produksi. Hal ini dilakukan agar tindakan perbaikan akan
segera dilakukan apabila ditemukan hasil produk yang tidak sesuai standart. Karena
apabila menunggu hasil laboratorium maka akan mengalami penurunan kualitas pada
produk akhir.

Analisa yang digunakan dalam pengendalian kualitas ini adalah seperti


pengaturan pH yang harus sudah memenuhi syarat yang ditetapkan. Pengawasan ini
dilakukan dengan mencampur sempel nira dengan diberi larutan penguji,pengawasan
pengkristalan gula dan lain-lain. Untuk analisa yang dilakukan selain diatas adalah
pengaturan kerja mesin,pengaturan besar kecilnya pemberian susu kapur dan belerang
dan pengaturan suhu agar kualitas nira tetap terkontrol.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 40


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 41
DI SIDOARJO

Semua hasil dari setiap stasiun diberitahukan kepada pengawas / chemiker dan
bila terjadi masalah maka akan langsung di ambil langkah kebijaksanaan untuk mengatasi
sehingga tidak menghambat proses kerja stasiun lainnya.

Pengendalian Kualitas Produk Jadi

Hasil dari proses produksi tebu yaitu gula SHS dan tetes. Analisa tentang produk
jadi ini dilakukan di laboratorium. Pengendalian kualitas untuk mengetahui nilai dari Harga
Kemurnian (HK) dari produk jadi baik gula SHS maupun tetes. Hasil ini dapat diketahui
setelah melihat nilai brix dan pol dari gula yang ada.

Dimana: HK = % polbrix terkoreksi x 100%

Selain digunakan melakukan analisa sendiri pihak PG Toelangan,Sidoarjo juga


mengirimkan sample gula SHS dan tetes ke P3GI unutk di analisi agar dapat diketahui
kualiatas dari produk yang dihasilakan diluar nilai HK. Dari P3GI akan mendapat sertifikasi
mutu gula yang selain digunakan untuk mengetahui kualitas yang dikandung oleh gula
SHS juga dapat digunakan untuk meyakinkan konsumen bahwa produk gula dari PG
Toelangan siap dikonsumsi. Kualitas dari gula yang dproduksi di PG Toelangan
menghasilkan gula kristak gula putih I.

Analisa Laboratorium

Salah satu kegiatan yang paling penting dan berpengaruh terhadap kelancaran
proses produksi yaitu analisis produk dilaboratorium. Analisa ini meliputi analisa bahan
baku,analisa bahan dalam proses dan analisa produk akhir. Analisa yang dilakukan pada
bahan baku utama (tebu) dengan melihat dari segi kotoran tebu. sedangkan analisa
bahan baku pembantu dilakukan oleh laboratorium. Begitu juga dengan analisa produk
akhir selain dilakukan oleh laboratorium juga dilakukan setiap stasiun yang ada di PG
Toelangan,Sidoarjo.

Analisa yang dilakukan di laboratorium di PG Toelangan ,Sidoarjo terdiri dari berbagai


macam analisa. Antara lain sebagai berikut:

• Analisa Nira Mentah,meliputi penentuan sukrosa dan HK dari nira mentah.


Mencari nilai %brix nira mentah,penetapan gula reduksi,dll.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 41


KONSEP ARSITEKTUR
REVITALISASI PABRIK GULA TOELANGAN
MENJADI MUSEUM GULA 42
DI SIDOARJO

• Analisa Melasse,meliputi penetapan polarisasi melasse dengan bobot


normal,pengamatan sukrosa melasse,penentuan gula invert melasse,dll.

• Analisa Kristal Gula,meliputi penentuan zat kering gula,penentuan %pol


gula,penentuan sukrosa gula dan penentuan gula reduksi.

• Analisa Stroop ,meliputi penetuan %pol stroop dan %brix stroop.

Kegunaan Produk

Pabrik gula Toelangan merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang


menghasilkan gula jenis SHS (Super Heat Sugar/Gula Putih Utama) yang digunakan
sebagai pemanis dan sebagai hasil samping adalah tets dan ampas tebu.

Tetes yang dihasilkan sebagai produk samping selanjutnya dijual kepada pabrik
MSG dan pabrik alkohol sebagai bahan baku pabrik tersebut. Sedangkan ampas tebu
yang dihasilkan digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran.

2.3 Kajian Berkaitan dengan Korelasi Judul dan Tema

Revitalisasi Pabrik Gula Toelangan menjadi Museum Gula di Sidoarjo merupakan suatu
kegiatan alih fungsi bangunan yang dulunya merupakan Pabrik Gula menjadi Museum
Gula yang bertujuan untuk menjadikan objek wisata edukasi dengan memberikan
informasi mengenai proses pembuatan gula yang pernah dilakukan di pabrik gula tersebut
sebelumnya dan juga sebagai objek wisata sejarah dengan memberikan informasi
mengenai sejarah dari tempat tersebut yang termasuk salah satu bangunan arsitektur
kolonial dan cagar budaya. Tema yang dipakai adalah arsitektur kolonial yang secara
prinsip dan kaidahnya merupakan salah satu tema dalam arsitektur yang berkaitan
dengan tahun pembuatan bangunan Pabrik Gula sendiri yang didirikan pada abad ke-18
yang memiliki nilai-nilai historis tersendiri. Juga bentuk-bentuk bangunan yang
mengadaptasi arsitektur budaya barat yang memiliki nilai-nilai historis tersendiri pula.
Dengan berorientasi terhadap nilai historis bangunan yang dikemas dengan kegiatan alih
fungsi bangunan sehingga dalam penerapan tema tersebut berupaya melestarikan
budaya lama namun mampu diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Sehingga dapat
tetap befungsi dan tidak terabaikan.

DINDAYU FATMAWATI / 04.2014.1.02782 42

Anda mungkin juga menyukai