Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 3

ELVIRA JANUARIS VALIANTI


APRILIANA NUR AGITA
GENIO BAYU ARYA PUTRA
DENY RAHMAT RAFI

ARSITEKTUR ABAD KOLONIAL (XVIII – XVIIII)


PENDAHULUAN

 Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa

pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah

kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Arsitekturkolonial yang berkembang di Indonesia pada abad ke–

18 sampai abad ke – 19 sering disebut dengan arsitektur Indische Empire Style. Gaya ini merupakan hasil

percampuran antara teknologi, bahan bangunan dan iklim yang ada di Hindia Belanda dengan gaya

Empire Style yang sedang berkembang di Perancis.

 Gaya desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk menciptakan negara jajahan seperti
negara asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak sesuai dengan bentuk aslinya karena iklim
berbeda, material kurang tersedia, teknik di negara jajahan, dan kekurangan lainnya. Akhirnya, diperoleh
bentuk modifikasi yang menyerupai desain di negara mereka, kemudian gaya ini disebut gaya kolonial.
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KOLONIAL

Model bangunan berarsitektur kolonial ini disebut juga dengan The


Empire Style/The Dutch Colonial. Model bangunan tersebut tidak hanya
dijumpai pada bangunan hunian saja tetapi juga pada model
bangunan pemerintahan seperti kantor, stasiun, rumah peribadatan.
contohnya yaitu Museum Fatahillah Jakarta, Stasiun Kota Jakarta,
Museum bank Mandiri Jakarta, dan Gedung Sate Bandung.
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KOLONIAL

Ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:


 Penggunaan gewel (gable) pada fasad
bangunan yang biasanya berbentuk
segitiga.

 Penggunaan tower pada bangunan.


 Penggunaan dormer pada atap
bangunan yaitu model jendela atau
bukaan lain yang letaknya di atap dan
mempunyai atap tersendiri.
 Model denah yang simetris dengan satu
lantai atas.
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR KOLONIAL

 Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam.


 Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya
Yunani.
 Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
 Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela), dan
tanpa overstek (sosoran).
 Berkesan monumental
 Halamannya sangat luas
PERIODE ARSITEKTUR KOLONIAL

 Tahun 1800-an sampai tahun 1902


Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda dari VOC. Setelah pemerintahan tahun 1811-
1815 wilayah Hindia Belanda sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Pada saat itu, di Hindia Belanda
terbentuk gaya arsitektur tersendiri yang dipelopori oleh GubernurJenderal HW yang dikenal engan the
Empire Style, atau The Ducth Colonial Villa: Gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama
Prancis) yang diterjemahkan secara bebas. Hasilnya berbentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra
Kolonial yang disesuaikan dengan ingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada masa itu.
Bangunan-bangunan yang berkesan grandeur (megah) dengan gaya arsitektur Neo Klasik dikenal
Indische Architectuur karakter arsitektur seperti : 1. Denah simetris dengan satu lantai, terbuka, pilar di
serambi depan dan belakang (ruang makan) dan didalamnya terdapat serambi tengah yang mejuju
ke ruang tidur dan kamarkamar lainnya. 2. Pilar menjulang ke atas (gaya Yunani) dan terdapat gevel
atau mahkota di atas serambi depan dan belakang. 3. Menggunakan atap perisai.

Anda mungkin juga menyukai