Anda di halaman 1dari 2

Lokasi : jl.

Urip sumaharjo, sudiroprajan, jebres surakarta


Arsitek : Ir. Thomas Karsten.
Luas : 6623 m2
Peresmian : 1927
Konsep Bangunan : Arsitektur Kolonial Modern
Merupakan sebuah pasar dengan gaya arsitektur kolonial modern, pasar ini di rancang oleh
arsitek asal Belanda yaitu Ir. Thomas Karsten, yang terletak di jl. Urip sumaharjo,
sudiroprajan, jebres surakarta. Pasar dengan luas 6.623 meter persegi ini memiliki ragam
bangunan yang khas, yakni terdapat kombinasi gaya arsitektur colonial pada bangunan ini.
Bangunan ini selesai proses Pembangunannya dan di resmikan pada 12 jauari 1930 oleh
pakubowo X. Hal ini menjadikan Pasar Gede sebagai pasar tradisional tertua yang ada di
Kota Solo. Mulanya, pasar gede merupakan lokasi pusat perekonomian pada masa kejayaan
Keraton Surakarta. Bahkan sebelum adanya Keraton, pasar ini telah menjadi pusat
perdagangan oleh saudagar Tionghoa. Hal ini dibuktikan dari adanya kawasan Pecinan di
Kampung Balong dan sebuah kelenteng tua, Tien Kok Sie, di lokasi Pasar Gede.
Pada masa perkembangan sejarah arsitektur kolonial di bagi menjadi 3 yaitu :
- GAYA ARSITEKTUR INDISCHE EMPIRE
Gaya arsitektur ini berkembang dan populer pada periode tahun 1808-1811 dan
diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Gaya arsitektur
Indische Empire banyak berkiblat kepada gaya Kekaisaran Neoklasik Prancis yang
juga kerap dikenal sebagai gaya imperial. Dengan ciri khas .denah yang berbentuk
simetris,.
- GAYA ARSITEKTUR KOLONIAL TRANSISI
Setelah tren arsitektur Indische Empire mulai surut, muncul gaya Arsitektur Kolonial
Transisi. Periode ini terbilang cukup singkat, hanya berlangsung sejak akhir abad ke-
19 hingga awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1890 hingga 1915. Gaya arsitektur
ini disebut sebagai gaya transisi karena pada saat itu di Hindia Belanda terjadi
modernisasi,
- GAYA ARSITEKTUR KOLONIAL MODERN
Ini merupakan gaya arsitektur yang hadir sebagai hasil protes yang dilontarkan oleh
arsitek-arsitek Belanda terhadap gaya Indische Empire yang terjadi setelah tahun
1900. Gaya arsitektur modern ini berlangsung cukup lama, yakni selama periode
tahun 1915-1940. Arsitektur Kolonial Modern memiliki denah dengan bentuk yang
lebih variatif dan menunjukkan kreativitas arsitektur modern.

Karakter visual dari Arsitektur Kolonial Modern sendiri, antara lain berupa
penggunaan gevel-gevel horisontal, dimulainya penggunaan besi cor, dan penggunaan
material kaca dalam jumlah yang besar. Tidak hanya itu, warna putih juga secara
umum digunakan sebagai warna yang dominan, serta Penempatan teras yang
mengelilingi bangunan juga sudah tidak digunakan lagi dan digantikan dengan elemen
penahan sinar. Perbedaan signifikan lainnya juga terletak pada dinding yang berfungsi
hanya sebagai penutup serta dilengkapi dengan penggunaan kaca dengan ukuran yang
lebar, terutama pada area bukaan dan jendela.

Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan Bangunan Gedung dengan


lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Persyaratan ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP);

b. Persyaratan ruang sempadan Bangunan Gedung;

c. Persyaratan tapak basement terhadap lingkungan;

d. Ketinggian pekarangan dan lantai dasar bangunan;

e. Daerah hijau pada bangunan;

f. Tata tanaman;

g. Sirkulasi dan fasilitas parkir;

h. Penanda (Signage); serta

i. Pencahayaan ruang luar Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai