Pada masa periodesasi ini sudah semakin banyak orang Belanda yang bermukim di
Indonesia. Hal ini menjadikan pemukiman di daerah Jawa menjadi semakin padat. Arsitektur
Hindia Baru (Indische Architecture) pada periodesasi ini mulai diperkenalkan dengan sudah
mengadaptasi iklim tropis yang ada di Indonesia. Material baru mulai banyak digunakan karena
sudah mulai terpengaruh modernisme. Pada tahun 1902 kaum liberal yang berada di negeri
Belanda mendesak untuk menerapkan politik etis I tanah mereka.
Petrus Josephus Cuypers merupaka awal mula dari munculnya arsitektur modern
Belanda. Ia merupakan seorang arsitek yang memiliki aliran neo-Gothik. Setelah itu, Hendrik
Petrus Berlage mulai mengikuti jejaknya dengan meliliki aliran Niuwe Kunst (Art Noveau
bergaya Belanda). Pada 1915, aliran Arsitektur Kolonial Belanda Modern terbagi menjadi dua
aliran yaitu Amsterdam School dan De Stijl. Kemudian gaya Arsitektur ini (Nieuwe Kunst dan
Art Deco) menjadi patokan Arsitektur Kolonial Belanda Modern di Indonesia yang dipadukan
dengan arsitektur tradisional Indonesia.
Arsitektur pada masa periodesasi ketiga ini masih memiliki gaya yang mirip dengan gaya
yang ada pada abad ke-18. Pada masa ini gaya neo-klasik masih digunakan dalam membuat
arsitektur. Gaya bangunan mengadopsi dari gaya arsitektur klasik kuno dan karya dari beberapa
arsitek Italia Andrea Palladio. Selain itu prinsip yang diterapkan oleh Vitruvian juga diterapkan
pada saat merancang. Hal ini menjadikan arsitektur pada masa periodesasi ketiga ini memiliki
ciri khas sebagai berikut.
Contoh arsitektur yang ada pada masa periodesasi III antara lain sebagai berikut.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_Pos_Medan
Medan pada masa periodesasi III semakin berkembang pesat setelah perkebunan menjadi
usaha utamanya. Tembakau yang merupakan hasil perkebunan yang ada di Medan ini menjadi
semakin banyak dikenal oleh masyarakat. Selain itu tembakau Medan ini berkualitas sehingga
terkenal ke seluruh Eropa. Untuk mendukung kegiatan operasional tersebut dibutuhkan kantor
agar kegiatan menjadi semakin efektif. Kemajuan perusahaan tembakau tersebut menjadikan
munculnya gedung Kantor Pos Besar Medan. Terdapat ukiran tulisan ‘ANNO 1911’ di bagian
atas samping kiri dan kanan pada bangunan yang menjadi bukti lahirnya bangunan ini. ‘ANNO
1911’ berarti ‘Tahun 1911’ yaitu tahun dibangunnya kantor pos di Medan ini. Arsitek yang
merancang bangunan kantor pos ini adalah Snuyf. Pembangunan dimulai pada 1909 hingga
1911. Di bagian pintu masuk utama terdapat ukiran logo merpati. Ukiran geometris yang ada
pada gedung pos ini bergaya tempo dulu. Selain itu terdapat ukiran terompet khas Belanda.
2. Lawing Sewu
https://id.wikipedia.org/wiki/Lawang_Sewu
Lawang Sewu merupakan Bahasa Jawa dari seribu pintu. Hal ini dikarenakan bangunan
ini memiliki pintu yang banyak walaupun tidak sampai seribu pintu, namun sebanyak 429 buah.
Bangunan ini didirikan pada 1904 dan selesai pada 1907. Direksi NIS (Nederlands Indische
Spoorweg Maatschappj) yang merupakan kantor pusat perusahaan kereta api swasta milik
Belanda ini dirancang oleh Prof. Jacob F. klinkhamer dan B. J. Quendag. Awalnya bangunan
berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api. Gedung utama Lawang sewu memiliki tiga
lantai dan memiliki dua sayap yang melebar ke bagian kanan dan kiri. Terdapat tangga besar
yang membentang di dalam gedung. Di antara tangga terdapat kaca gelas dengan ukuran yang
cukup besar dengan gambar wanita muda Belanda. Bentuk pintu, jendela, dan bentuk bangunan
masih mengambil ciri khas dari arsitektur Belanda.