Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“BANGUNAN YANG MASIH BERDIRI KOKOH DI INDONESIA


SEJAK ZAMAN PENJAJAHAN”

Kelompok 7
Nama anggota:
1. Novi Sasha Yuanita.
2. Viola Veronika Sianipar.
3. Keyzaa Aurelia Putri.

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dengan Rahmat dan pertolongan-Nya makalah yang berjudul
“Bangunan yang Masih Berdiri kokoh di Indonesia sejak Zaman Penjajahan”. Ini
dapat di selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evalusi kami
dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah -mudahan itu semua menjadikan
Pelajaran bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan
datang.

Purwakarta 3 September 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................2
BAB I.........................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................4
A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................4
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................4
C. TUJUAN PEMBAHASAN.........................................................4
BAB II.......................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................5
a) Pengertian Bangunan Tua..........................................................5
b) Pengertian Arsitektur Kolonial Belanda...................................5
c) Sebutkan tujuh bangunan peninggalan kolonial belanda
yang masih berdiri kokoh di Indonesia...........................................5
1. Museum sejarah Jakarta............................................................6
2. Gereja Katedral...........................................................................6
3. Gedung Balaikota Lama.............................................................7
4. Lawang Sewu...............................................................................7
5. Istana Negara...............................................................................8
6. Gedung Bank Indonesia di Cirebon..........................................8
7. Istana Kepresidenan RI Bogor...................................................9
BAB III....................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................10
A. KESIMPULAN..........................................................................10
B. SARAN.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Arsitektur merupakan seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi


bangunan. Menurut para Ahli, arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan
hidup sehingga arsitektur bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan,
atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan,
seni, atau sosial (Marcela, 2005:26). Arsitektur tidak dapat hanya diartikan
sebagai produk, tetapi juga sebuah proses.

Sebagian bangunan pendidikan zaman kolonial Belanda masih dapat kita


temukan sampai saat ini. Beberapa diantaranya sudah diruntuhkan dan
digantikan dengan bangunan yang baru. Bangunan lama yang masih bertahan
sampai saat ini masih kokoh seperti kondisi semula. Hal tersebut menandakan
bahwa teknologi arsitektur pada bangunan tersebut telah teruji selama ratusan
tahun. menurut Hanan dalam Hendra (2012) secara umum yang nampak
menonjol dari arsitektur kolonial adalah kemampuannya dalam memberikan
bukti akan produk arsitektur masa lalu yang tinggi kualitas kebertahanannya.

Bentuk bangunan kolonial Belanda yang dibangun di Indonesia memiliki ciri


khas tersendiri. Arsitek – arsitek Belanda pada masa itu dengan kreativitasnya
menciptakan bangunan bergaya Eropa yang khas. Pada dasarnya, arsitektur
kolonial dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu bangunan yang
belum beradaptasi, baru sebagian beradaptasi, dan sudah beradaptasi dengan
iklim tropis lembab (Purwanto, 2004)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Tujuan penjajahan belanda membangun bangunan di Indonesia


2. Bagaimana infrastruktur bangunan pada zaman penjajahan belanda
3. Apakah bangunan Eropa berhubungan dengan kolonialisme

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Pengertian Bangunan Tua
2. Pengertian Arsitektur Kolonial belanda
3. Sebutkan tujuh bangunan peninggalan kolonial belanda yang masih
berdiri kokoh di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

a) Pengertian Bangunan Tua


Merupakan peninggalan Belanda tersebar di beberapa Kota di
Indonesia yang kini menjadi objek wisata bersejarah dan objek wisata
edukasi bagi Masyarakat Indonesia khususnya para pelajar.

b) Pengertian Arsitektur Kolonial Belanda


Arsitektur kolonial Belanda adalah gaya desain yang memadukan antara
budaya Barat dan Timur cukup popular di Netherland tahun 1624-1820. Ciri-
cirinya yakni fasad simetris, material dari batu bata atau kayu tanpa pelapis,
entrance mempunyai dua daun pintu, pintu masuk terletak di samping
bangunan, denah simetris, jendela besar berbingkai kayu, terdapat dormer
(bukaan pada atap).

Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan diperuntukkan bagi
bangsa Belanda yang tanggal di Indonesia, pada masa sebekum kemerdekaan.
Arsitektur yang hadir pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit banyak
dipengaruhi oleh arsitektur kolonial di samping itu juga adanya pengaruh dari
keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada.

c) Sebutkan tujuh bangunan peninggalan kolonial belanda yang masih


berdiri kokoh di Indonesia

5
1. Museum sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta atau Museum


Fatahillah dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Van
Hoorn pada 1707. Pembangunan selesai 3 tahun kemudian pada 1710. Bangunan
ini dulunya merupakan Balai Kota Batavia tempat Gubernur Jenderal bertugas.
Museum Sejarah Jakarta ternyata memiliki kembaran. Kembarannya adalah Istana
Dam yang ada di Belanda. Arsitektur dan desainnya juga sengaja dibuat
menyerupai Istana Dam.

2. Gereja Katedral

Gereja Katedral diresmikan pada 1901 dan


dibangun dengan menggunakan gaya arsitektur neogotik dari Eropa. Gereja
ini diarsiteki oleh Pastor Antonius Dijkmans. Namun baru 7 bulan
pembangunan sempat terhenti. Marius J. Hulswit akhirnya melanjutkan
pembangunannya tanpa mengubah blue print dari Pastor Antonius. Gereja
yang bernama resmi Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga ini walaupun
memiliki gaya arsitektur khas Eropa, berbeda dengan gereja di Eropa. Jika
gereja Katedral pada umumnya menggunakan batuan alam, Katedral Jakarta
justru menggunakan batu bata. Walaupun sudah berusia lebih dari 100 tahun,
sudah terbukti bahwa bangunan Gereja ini sangat kokoh.

6
3. Gedung Balaikota Lama

Gedung Balaikota Lama yang terletak di Medan


masih bisa berdiri kokoh walaupun sudah
berusia tua. Sama seperti Katedral Jakarta,
arsitek gedung ini adalah Hulswit dan dibangun
pada tahun 1906. Seperti halnya bangunan
Belanda lainnya, gedung balai kota ini memiliki
gaya arsitektur Eropa. Pada rentang tahun 1945
hingga 1990, gedung ini berfungsi sebagai Balai Kota Medan. Namun kini
bangunan yang berlokasi di Jalan Balai Kota No. 1 Kota Medan ini sudah
menjadi bagian dari hotel dan difungsikan sebagai restoran.

4. Lawang Sewu

Dibangun pada 1904 dan selesai pada


1907, awalnya Lawang Sewu dibangun sebagai kantor Nederlands-Indishce
Spoorweg Maatschappij atau NIS. Berlokasi di Semarang, Jawa Tengah,
gedung ini memperlihatkan kemegahan dan kegagahannya sebagai salah satu
bangunan peninggalan Belanda. Disebut Lawang Sewu karena bangunan ini
memiliki banyak pintu, walaupun sesungguhnya pintunya tidak mencapai
seribu. Setelah kemerdekaan. bangunan kuno ini dipakai untuk Kantor Badan
Prasarana Komando Daerah Militer dan Kantor Wilayah Kementrian
Perhubungan Jawa Tengah. Lawang Sewu terkenal dengan suasana yang
angker, bahkan menjadi destinasi wisata mistis. Namun sejak pemerintah
Semarang melakukan pemugaran besar-besaran, gedung ini menjadi destinasi
wisata wajib di Semarang yang menakjubkan.

7
5. Istana Negara

Istana Negara yang terletak di


Jakarta Pusat ini dibangun pada 1796 pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Pieter Gerardus van Oversraten. Awalnya gedung ini merupakan
rumah peristirahatan milik pengusaha Belanda J.A van Braam. Pada 1821,
pemerintah kolonial menggunakan bangunan ini sebagai pusat kegiatan
pemerintahan serta tempat tinggal para Gubernur Jenderal. Kini, bangunan
peninggalan kolonial yang memiliki gaya arsitektur Yunani Kuno ini masih
difungsingkan sebagai tempat kegiatan kenegaraan.

6. Gedung Bank Indonesia di


Cirebon

Pada masa penjajahan Belanda, gedung


yang dibuka sejak 31 Juli 1866 ini
difungsikan sebagai Kantor Cabang De
Javacsche Bank (DJB). Gedung yang
terbilang sangat megah ini dirancang oleh
arsitek F.D Cuypers dan Hulswit. Terletak
di Jalan Yos Sudarso No. 5 kota Cirebon,
gedung ini memiliki keunikannya tersendiri yaitu hanya memiliki satu menara
tidak seperti gedung lainnya yang memiliki dua menara.

8
7. Istana Kepresidenan RI Bogor

Terkesima melihat pemandangan dan


ketenangan dari desa kecil di wilayah Bogor, membuat Gubernur Jenderal
Van Imhoof membangun istana di Bogor pada 1744. Istana yang memiliki
nama asli Istana Buitenzorg ini dibuat menyerupai Blehheim Palace di
Oxford, Inggris. Keseluruhan kompleks istana ini memiliki luas 1,5 hektar
Pada tahun 1950, setelah Indonesia merdeka istana ini resmi menjadi salah
satu dari Istana Presiden Indonesia. Pada 1968, Istana Bogor resmi dibuka
untuk umum atas restu dari Presiden saat itu, Presiden Soeharto.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari kajian mengenai Arsitektur Kolonial dan pelestariannya diatas dapat dirangkum
hasil pembahasan sebagai berikut
1. Arsitektur kolonial merupakan salah satu gaya arsitektur yang ada di
Indonesia sejak masa penjajahan Belanda dimana gaya, karakter dan ciri
arsitektur kolonial dipengaruhi oleh perpaduan antara budaya Belanda dan
budaya Indonesia.
2. Walaupun bangunan kolonial memiliki bentuk dan karakter yang berbeda
pada tiap periode tetapi memiliki satu kesamaan yaitu bangunan yang
merupakan paduan antara budaya Belanda dan budaya Indonesia dengan
menyesuaikan iklim tropis.
3. Metode konservensi yang dapat dilakukan sebagai bentuk pelestarian
bangunan kolonial terbagi menjadi dua yaitu Teknik konservasi bersifat fisik
(preservasi , restorasi dan rekonstruksi ) dan non fisik.

B. SARAN
Sejarah perjuangan bangsa indonesia harus kita pertahankan,
sebagai generasi muda indonesia selayaknya kita mempertahankan
hasil perjuangan ini melalui cara yang sesuai dengan bidang yang
kita geluti.

10
DAFTAR PUSTAKA

(Yuanita S. N., 2023) Pemateri Cibening, Purwakarta


(Putri K. A., 2023) Pembuat makalah Cibening, Purwakarta

(Sianipar, 2023) Pembuat Makalah , Cibening, Purwakarta

Sumber materi
https://repository.unja.ac.id/26419/5/Bab%20I.pdf
http://repository.upi.edu/14743/4/S_TB_1006590_Chapter1.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai