ARSITEKTUR KOLONIAL
Anggota :
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini pada mata kuliah Arsitektur
Indonesia dengan tema Arsitektur Kolonial dan Benteng Rotterdam Makassar sebagai objek
pada makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan arahan dari Ibu Prof. Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka
Saraswati, M.T. selaku dosen pada mata kuliah Arsitektur Indonesia. Pada kesempatan ini,
kami ucapkan terima kasih pada beliau karena telah memberikan waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan memahami
Arsitektur Kolonial di Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami harap agar para pembaca memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi memperbaiki penulisan pada makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih
banyak, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Kelompok 6
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................................1
Daftar isi....................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
Pendahuluan................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
1.4 Manfaat..................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
Tinjauan Pustaka.......................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................12
BAB IV....................................................................................................................................... 14
Pembahasan.................................................................................................................. 14
BAB V........................................................................................................................................ 24
Kesimpulan...................................................................................................................24
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 25
Pembagian Tugas.................................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan yang diharapkan untuk dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas terkait
bangunan Benteng Rotterdam, yaitu untuk meningkatkan dan menambah wawasan tentang
bangunan-bangunan kolonial yang ada di Indonesia salah satunya adalah bangunan Benteng
Rotterdam ditengah perkembangan jaman dan modernisasi arsitektur yang ada.
1.4 Manfaat
1. Bagi Pemerintah
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Penulis
Tinjauan Pustaka
2. Penggunaan menara (tower), variasi bentuknya beragam, mulai dari bulat, kotak atau
segi empat ramping, segi enam, atau bentuk-bentuk geometris lainnya.
3. Penggunaan cerobong (dormer) pada atap bangunan yaitu model jendela atau
bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri, berfungsi untuk
pencahayaan dan penghawaan. Di Belanda, dormer biasanya menjulang tinggi dan
digunakan sebagai cerobong asap untuk perapian.
5. Balustrade, merupakan pagar yang biasanya terbuat dari beton cor yang digunakan
sebagai pagar pembatas balkon, atau dek bangunan.
8. Nok Acroterie (hiasan puncak atap), terletak pada puncak atap. Dulunya dipakai
pada rumah-rumah petani di Belanda, dan terbuat dari daun alang-alang. Di daerah
Hindia Belanda ornamen ini dibuat menggunakan semen.
9. Geveltoppen (hiasan pada bagian atap depan). Voorschot, terbentuk segitiga dan
terletak di bagian depan rumah, biasanya dihias dengan papan kayu yang dipasang
vertikal dan memiliki makna simbolik. Oelebord/Oelenbret, berupa papan kayu
terukir, digambarkan sebagai dua angsa yang bertolakan.
14. Mempunyai pilar/kolom di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas
bergaya Yunani. Memberikan kesan megah, besar, kokoh, dan kuat bagi bangunan
dan status orang yang mendiaminya.
15. Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
16. Model jendela yang lebar dan memiliki dua daun jendela, dan tanpa overstek
(sosoran).
17. Entrance (pintu masuk) mempunyai 2 daun pintu. Sedangkan pintu lain dalam
ruangan menggunakan pintu 1 daun. Juga pintu masuk terletak di samping
bangunan.
18. Bangunan dominan warna putih.
BAB III
Benteng Rotterdam adalah salah satu benteng yang berada di kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Benteng ini sebelumnya adalah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang
bernama Jumpandang yang dibangun pada tahun 1545 M saat Raja Gowa X I Manrigau
Daeng Bonto Karaeng Lakiung bergelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng berkuasa. Bentuk
awal benteng ini adalah persegi panjang dengan tembok yang berbahan dasar tanah liat.
Benteng Jumpandang rusak akibat serbuan VOC pada tahun 1655-1669 M. VOC kemudian
mengganti nama benteng menjadi Fort Rotterdam, yang artinya Benteng Rotterdam dan
membangun kembali dengan gaya arsitektur Belanda yang bertahan hingga sekarang.
Bangunan Benteng Rotterdam tidak hanya tembok besar keliling, namun di dalamnya
terdapat bangunan bergaya kolonial, sumur kuno, dan parit keliling. Bentuk denah Benteng
Rotterdam setelah dibangun kembali menjadi berbentuk mirip penyu dengan lima bastion
yang berbentuk mata panah. Masing-masing bastion diberi nama, yaitu: a). Bastion Bone
(Barat), b). Bastion Bacan (Barat Daya), c). Bastion Buton (Barat Laut), d). Bastion
Mandarsyah (Timur Laut), dan e). Bastion Amboina (Tenggara).
Sumber : https://2.bp.blogspot.com/-E0sziu1UA9c/XHjp1Q_-
FAI/AAAAAAAAJ8k/4V7Jcgrme90LuJ329GMy4SqeTfsFIHk1wCLcBGAs/s400/15535266_663519460476767_8
649660991333728256_n.jpg
Gambar 3.2 Bangunan di dalam Benteng Rotterdam
Sumber: (https://anekatempatwisata.com/wp-content/uploads/2020/02/Benteng-Rotterdam-Makassar-Objek-
Wisata-yang-Sarat-Akan-Informasi-Sejarah.jpg, t.thn.)
Sumber : https://3.bp.blogspot.com/-
RROHk_tun6Q/VXO4wAFM3PI/AAAAAAAABPw/f7OvoWcwOBw/s400/2007_3407.jpg
BAB IV
PEMBAHASAN
Benteng Rotterdam sebagai salah satu peninggalan arsitektur kolonial dan bukti nyata
kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara yang diklasifikasikan ke
dalam bangunan berarsitektur kolonial menampilkan karakteristik pada elemen-elemen
bangunannya yang mengarah kepada karakteristik arsitektur bergaya kolonial. Hal ini
ditunjukkan dengan kesamaan pola penataan massa bangunan maupun elemen dinding
bangunan dengan elemen bangunan bergaya kolonial lainnya. Detail yang menjadikan
Benteng Rotterdam dapat dikelompokkan sebagai salah satu bagian dari arsitektur bergaya
kolonial sesuai dengan pemaparan karakteristik arsitektur kolonial yang telah dibahas pada
bab sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Gewel/Gable
Rotterdam Sumber :
http://wisatasambilkerja.blogspot.com/
Seperti yang terlihat pada gambar di atas bahwa tampak depan gerbang
utama berbentuk lengkung disertai papan nama benteng pada bagian atas gerbang,
tidak memiliki ornamen apapun dan terkesan sederhana namun terlihat kokoh.
Susunan batu pada gerbang utama tampak tersusun rapi namun tak simetris
disebabkan material batu yang digunakan memiliki ukuran dan besaran yang
berbeda. Material batu yang digunakan berupa batu padas hitam dari pegunungan
karst yang dipahat secara tradisional. Meskipun demikian, pola susunan batu tetap
terlihat rapi dan indah sehingga nilai estetika pada gerbang utama mampu
menambah kesan kemegahan benteng Fort Rotterdam. (Hildayanti. Seminar Ikatan
Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia).
Sumber :
https://doi.org/10.32315/sem.1.a019
Tata letak kelima bastion seperti pada gambar di atas pada Benteng Fort
Rotterdam, letak bastion berada pada keempat kaki “penyu” dan satu pada kepala
“penyu”. Setiap sudut benteng difungsikan sebagai bastion yang memiliki seka sebagai
tempat yang aman untuk menembak musuh.
Benteng ini dikelilingi oleh tembok pertahanan yang cukup tinggi sebagai teritori
benteng dan elemen pertahanan yang kuat dan kokoh guna melindungi kompleks
bangunan didalamnya. Tembok pertahanan terbuat dari susunan batu padas dan bata
yang disusun secara simetris. Tembok ini disusun dengan teknik susun timbun, yaitu
dibangun dengan cara menyusun sejumlah balok-balok batu padas yang telah dipahat
rapi. Keberadaan tembok ini memperkuat kesan kemegahan dan kekokohan benteng
kolonial Belanda pada masa lampau. Tembok pertahanan Fort Rotterdam yang disusun
dengan teknik susun timbun sehingga menghasilkan pola yang simetris dan seragam.
Sumber : https://doi.org/10.32315/sem.1.a019
22
Namun, pola parit benteng sudah tidak mengikuti bentuk site Benteng Fort
Rotterdam karena sebagian besar telah ditimbun untuk pembangunan rumah dan
gedung disekitarnya. Panjang parit yang masih bertahan sebesar kurang lebih 300 m
yang terletak di bagian selatan benteng.
23
BAB V
KESIMPULAN
Segala sesuatu memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri, termasuk dengan
kedatangan para penjajah di Indonesia. Salah satu sisi positif dari kedatangan penjajah di
Indonesia adalah munculnya arsitektur kolonial pada bangunan yang ada. Munculnya
arsitektur colonial di seluruh Indonesia menambah keberagaman jenis arsitektur yang ada
Indonesia, salah satunya Benteng Fort Rotterdam. Benteng Fort Rotterdam atau Benteng
Ujung Pandang merupakan salah satu contoh arsitektur kolonial yang diakibatkan oleh
munculnya penjajah di Indonesia.
Benteng ini bisa dikatakan mirip dengan benteng yang lainnya. Hasil adopsi arsitektur
Eropa dari benteng ini yakni memiliki bentuk segi 4 dengan 4 bastion yang ditambah dengan
filosofi kuat. Bentuk benteng yang menyerupai penyu memiliki makna bahwa kerajaan
Gowa-Tallo bisa Berjaya di darat maupun di laut.
DAFTAR PUSTAKA
Tamimi, N., Fatimah, I. S., Hadi, A. A. (2020). Tipologi Kolonial di Indonesia. Fakultas,
Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia. (tersedia:
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/virtuvian/article/view/7885/pdf
Benteng Rotterdam. (t.thn.). diambil kembali dari Sistem Registrasi Nasional Cagar
Budaya:
http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015071000005/benteng-
rotterdam
Tridya, Dyah Siwi. November 2020. 9 Arsitektur Belanda di Indonesia yang Ikonik.
https://www.99.co/id/panduan/arsitektur-belanda (diakes tanggal 25 Oktober 2021).
Ningsih, Widya Lestari. Agustus 2021. Benteng Fort Rotterdam: Sejarah, Fungsi, dan
Kompleks Bangunan. https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/19/140000379/benteng-
fort-rotterdam--sejarah-fungsi-dan-kompleks- bangunan?
page=all&jxconn=1*m6x7zo*other_jxampid*eVZ4aS1qQ1V3TEgteGhCRmVo
ZnR6U0o5UGRlbXpsUFpxbmV2UXZXcW1pMGdLT3E4b3R1dXlPVENnaG1XeEtLRw..
#page2 (diakses tanggal 26 Oktober 2021).
7,:8,
Bab IV (bagian
9, 10, penjelasan
11), Daftar Pustakaawal dan nomer
: Bab IV (nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6), Bab V, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka