Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH ARSITEKTUR INDONESIA

ARSITEKTUR KOLONIAL

BENTENG ROTTERDAM MAKASSAR

Anggota :

Komang Fery Indrawan 1805521018

Ganis Buniarti Rahayu 2005521007

Rizal Kukuh Permadi 2005521015

Muhammad Iqbal Argubi 2005521018

Catherine Fernova Rouly 2005521035

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini pada mata kuliah Arsitektur
Indonesia dengan tema Arsitektur Kolonial dan Benteng Rotterdam Makassar sebagai objek
pada makalah ini.

Makalah ini kami susun dengan arahan dari Ibu Prof. Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka
Saraswati, M.T. selaku dosen pada mata kuliah Arsitektur Indonesia. Pada kesempatan ini,
kami ucapkan terima kasih pada beliau karena telah memberikan waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan memahami
Arsitektur Kolonial di Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami harap agar para pembaca memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi memperbaiki penulisan pada makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih
banyak, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 27 Oktober 2021

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................................1

Daftar isi....................................................................................................................................2

BAB I......................................................................................................................................................3

Pendahuluan................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................................4

1.4 Manfaat..................................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................................6

Tinjauan Pustaka.......................................................................................................................6

2.1 Pengertian Arsitektur Kolonial...............................................................................6

2.2 Karakteristik Arsitektur Kolonial.............................................................................6

BAB III..................................................................................................................................................12

Penjelasan Objek Studi Benteng Rotterdam.................................................................12

BAB IV....................................................................................................................................... 14

Pembahasan.................................................................................................................. 14

BAB V........................................................................................................................................ 24

Kesimpulan...................................................................................................................24

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 25

Pembagian Tugas.................................................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan telah
mengalami berbagai periode sejarah. Setiap periode memiliki keunikan tersendiri dan
meninggalkan peninggalan bersejarah yang dapat menjadi identitas bagi daerah tersebut.
Salah satu periode yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan di Indonesia adalah
periode kolonial Belanda. Peninggalan yang masih ada sampai saat pada periode kolonial
dalam bentuk obyek, bangunan, dan lanskap sejarah yang dibangun ketika Indonesia menjadi
jajahan Belanda (Yulianto S, 1995). Keberadaan bangunan kolonial di Indonesia memberikan
kesan yang berbeda-beda bagi masyarakat. Keberagaman ini perlu diketahui agar di dalam
upaya melestarikan bangunan kolonial, para pemilik dan pengelola bangunan dapat
mempertimbangkan persepsi masyarakat sebagai pengguna bangunan.
Di Indonesia, semangat modernisme hadir seiring dengan kedatangan kolonialis ke
tanah Hindia Belanda (sebutan Indonesia pada masa itu). Penemuan heliosentris dan bentuk
bumi yang bulat oleh Copernicus dan Galilleo mendorong para pelaut menjelajahi dan
mencari sumber daya alam yang dihasilkan bumi dengan dalih untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Sumalyo (2005) selanjutnya menyatakan bahwasanya adanya
Benteng Belanda di Indonesia merupakan wujud arsitektur Eropa yang pertama didirikan
sebagai simbol dari keinginan Belanda melalui serikat dagang Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) untuk meneguhkan kekuasaan monopoli perdagangan rempah-rempah
yang merupakan komoditas dagang yang memberikan keuntungan besar bagi Eropa. Seiring
waktu arsitektur kolonial digunakan dan dikembangkan sebagai simbol peneguhan kekuasaan
Belanda atas Hindia Belanda di berbagai bidang kehidupan masyarakat (Soekiman, 2011).
Lebih lanjut Soekiman (2011) menyatakan bahwasanya penerapan arsitektur kolonial dan
simbol-simbolnya dimaksudkan sebagai pembeda status sosial antara warga Eropa dan kaum
bangsawan dengan warga pribumi. Akhirnya Sumalyo (1993) menyatakan bahwa
perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari konteks
sosial dan lingkungan Hindia Belanda yang berbeda dengan Eropa, mereka melakukan
adaptasi dan akulturasi dengan arsitektur lokal untuk menciptakan arsitektur yang lebih
sesuai untuk mereka tinggali di Hindia Belanda. Arsitektur Indis selanjutnya merupakan
istilah yang kerap digunakan untuk menyebutkan arsitektur kolonial Belanda hasil proses
adaptasi dan akulturasi tersebut.
Kota Makassar merupakan kota metropolitan yang dikenal letak wilayah yang
strategis dengan kondisi pemandangan yang sangat indah dan memiliki catatan
sejarah panjang pada masa Hindia Belanda. Dalam perkembangan pembangunan,
kota makassar dikenal memiliki banyak bangunan-bangunan bersejarah kuno yang
terdapat nilai-nilai sejarah didalamnya. Dari beberapa bangunan, salah satunya
yaitu benteng pertahanan yang disebut Benteng Ujung Pandang atau Fort
Rotterdam. Benteng pertahanan ini merupakan peninggalan kerajaan Gowa-Tallo
pada masa belanda dan sampai saat ini menjadi tempat wisata budaya. Benteng Rotterdam
berada dijalan Ujung Pandang no. 1 Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tulisan ini akan
dibahas mengenai nilai arsitektur kolonial yang ada pada bangunan Benteng Rotterdam
sehingga nantinya dapat menambah wawasan mengenai bangunan kolonial yang ada di
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


terkait bangunan Benteng Rotterdam, yaitu bagaimana nilai-nilai arsitektur kolonial pada
bangunan Benteng Rotterdam
1.3 Tujuan

Tujuan yang diharapkan untuk dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas terkait
bangunan Benteng Rotterdam, yaitu untuk meningkatkan dan menambah wawasan tentang
bangunan-bangunan kolonial yang ada di Indonesia salah satunya adalah bangunan Benteng
Rotterdam ditengah perkembangan jaman dan modernisasi arsitektur yang ada.
1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini antara lain;

1. Bagi Pemerintah

Mampu mengembangkan bangunan kolonial yang ada di Indonesia sebagai bangunan


yang sudah seharusnya dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

2. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat mengenai arsitektur kolonial di Indonesia


ditengah perkembangan jaman dan arsitektur modern.

3. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan tentang nilai arsitektur kolonial pada bangunan kolonial


yang ada di Indonesia yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam merancang.
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Arsitektur Kolonial


Arsitektur kolonial merupakan perpaduan antara budaya barat dan timur yang hadir
melalui karya-karya arsitek Belanda yang diperuntukkan bagi bangsa Belanda di Indonesia
pada masa sebelum kemerdekaan. Pengaruh Occidental (Barat) banyak diterapkan pada
berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan. Dalam perencanaan dan
pengembangan kota, pemukiman dan bangunan-bangunan. Para pengelola kota dan arsitek
barat juga banyak menerapkan konsep lokal atau tradisional yang menyesuaikan dengan
iklim daerah. (Wardani, 2009)
Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya Barat dan
Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitektur Belanda dan diperuntukkan bagi bangsa
Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan. (Safeyah, 2006)
Arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya Eropa ke daerah
jajahannya, Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di
Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda sekitar awal abad 17 sampai
tahun 1942. (Soekiman, 2011)

2.2 Karakteristik Arsitektur Kolonial


Arsitektur kolonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland tahun
1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) facade simetris, (2) material dari batu bata atau kayu tanpa
pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu, (4) pintu masuk terletak di samping
bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer (bukaan
pada atap) Wardani, (2009).
Bangunan berarsitektur kolonial memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama pada
fasade bangunannya. Menurut Handinoto dalam bukunya (1996) tentang ciri-ciri bangunan
kolonial sebagai berikut:
1. Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga
mengikuti bentukan atap.

Gambar 2. 1 Berbagai bentuk gable pada bangunan kolonial


Sumber: iketsa.wordpress.com

2. Penggunaan menara (tower), variasi bentuknya beragam, mulai dari bulat, kotak atau
segi empat ramping, segi enam, atau bentuk-bentuk geometris lainnya.
3. Penggunaan cerobong (dormer) pada atap bangunan yaitu model jendela atau
bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri, berfungsi untuk
pencahayaan dan penghawaan. Di Belanda, dormer biasanya menjulang tinggi dan
digunakan sebagai cerobong asap untuk perapian.

Gambar 2. 3 Berbagai bentuk dormer


Sumber: beisaslegacy.com

Gambar 2. 2 Berbagai bentuk dormer pada bangunan


kolonial Sumber: iketsa.wordpress.com
4. Tympanum/Tadah angin, merupakan lambing masa pra-kristen yang diwujudkan
dalam bentuk pohon hayat, kepala kuda, atau roda matahari.

Gambar 2. 4 Detail Tympanum


Sumber: www.google.com

5. Balustrade, merupakan pagar yang biasanya terbuat dari beton cor yang digunakan
sebagai pagar pembatas balkon, atau dek bangunan.

Gambar 2. 5 Baluster dan Balustrade


Sumber: commons.wikimedia.org

6. Bouvenlicht/Lubang ventilasi, bouvenlicht adalah bukaan pada bagian wajah


bangunan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan kenyamanan
termal.
7. Windwijzer (penunjuk angin), merupakan ornamen yang diletakkan di atas nok atap.
Ornamen ini berfungsi sebagian penunjuk arah angin

Gambar 2. 6 Contoh Windwijzer (Penunjuk angin)


Sumber: www.piqsels.com
Gambar 2. 7 Berbagai jenis Windwijzer (penunjuk angin)
Sumber: www.google.com

Gambar 2. 8 Contoh Nok Acroteire


Sumber: www.google.com

8. Nok Acroterie (hiasan puncak atap), terletak pada puncak atap. Dulunya dipakai
pada rumah-rumah petani di Belanda, dan terbuat dari daun alang-alang. Di daerah
Hindia Belanda ornamen ini dibuat menggunakan semen.
9. Geveltoppen (hiasan pada bagian atap depan). Voorschot, terbentuk segitiga dan
terletak di bagian depan rumah, biasanya dihias dengan papan kayu yang dipasang
vertikal dan memiliki makna simbolik. Oelebord/Oelenbret, berupa papan kayu
terukir, digambarkan sebagai dua angsa yang bertolakan.

Gambar 2. 9 Macam - macam Geveltoppen


Sumber: www.google.com
10. Cripedoma, merupakan trap-trap tangga naik menuju bangunan (untuk masuk ke
bangunan melewati beberapa tingkat tangga).

Gambar 2. 10 Contoh penggunaan Cripedoma pada Istana Merdeka


Sumber: https://kresnamahadhipa.wordpress.com

11. Ragam hias pada tubuh bangunan.


12. Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.
13. Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam serta memiliki detail arsitektur pada
teritisan atap.

Gambar 2. 11 Detail atap pada bangunan


kolonial Sumber: https://iketsa.wordpress.com

14. Mempunyai pilar/kolom di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas
bergaya Yunani. Memberikan kesan megah, besar, kokoh, dan kuat bagi bangunan
dan status orang yang mendiaminya.
15. Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
16. Model jendela yang lebar dan memiliki dua daun jendela, dan tanpa overstek
(sosoran).

Gambar 2. 12 Berbagai jenis jendela pada bangunan kolonial


Sumber: www.google.com

17. Entrance (pintu masuk) mempunyai 2 daun pintu. Sedangkan pintu lain dalam
ruangan menggunakan pintu 1 daun. Juga pintu masuk terletak di samping
bangunan.
18. Bangunan dominan warna putih.
BAB III

PENJELASAN OBJEK STUDI BENTENG ROTTERDAM

Benteng Rotterdam adalah salah satu benteng yang berada di kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Benteng ini sebelumnya adalah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang
bernama Jumpandang yang dibangun pada tahun 1545 M saat Raja Gowa X I Manrigau
Daeng Bonto Karaeng Lakiung bergelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng berkuasa. Bentuk
awal benteng ini adalah persegi panjang dengan tembok yang berbahan dasar tanah liat.
Benteng Jumpandang rusak akibat serbuan VOC pada tahun 1655-1669 M. VOC kemudian
mengganti nama benteng menjadi Fort Rotterdam, yang artinya Benteng Rotterdam dan
membangun kembali dengan gaya arsitektur Belanda yang bertahan hingga sekarang.

Bangunan Benteng Rotterdam tidak hanya tembok besar keliling, namun di dalamnya
terdapat bangunan bergaya kolonial, sumur kuno, dan parit keliling. Bentuk denah Benteng
Rotterdam setelah dibangun kembali menjadi berbentuk mirip penyu dengan lima bastion
yang berbentuk mata panah. Masing-masing bastion diberi nama, yaitu: a). Bastion Bone
(Barat), b). Bastion Bacan (Barat Daya), c). Bastion Buton (Barat Laut), d). Bastion
Mandarsyah (Timur Laut), dan e). Bastion Amboina (Tenggara).

Gambar 3. 1 Denah Benteng Rotterdam

Sumber : https://2.bp.blogspot.com/-E0sziu1UA9c/XHjp1Q_-
FAI/AAAAAAAAJ8k/4V7Jcgrme90LuJ329GMy4SqeTfsFIHk1wCLcBGAs/s400/15535266_663519460476767_8
649660991333728256_n.jpg
Gambar 3.2 Bangunan di dalam Benteng Rotterdam

Sumber: (https://anekatempatwisata.com/wp-content/uploads/2020/02/Benteng-Rotterdam-Makassar-Objek-
Wisata-yang-Sarat-Akan-Informasi-Sejarah.jpg, t.thn.)

Gambar 3.3 Bangunan di dalam Benteng Rotterdam

Sumber : https://3.bp.blogspot.com/-
RROHk_tun6Q/VXO4wAFM3PI/AAAAAAAABPw/f7OvoWcwOBw/s400/2007_3407.jpg
BAB IV

PEMBAHASAN

Benteng Rotterdam sebagai salah satu peninggalan arsitektur kolonial dan bukti nyata
kisah panjang masa kolonialisme yang pernah ada di bumi nusantara yang diklasifikasikan ke
dalam bangunan berarsitektur kolonial menampilkan karakteristik pada elemen-elemen
bangunannya yang mengarah kepada karakteristik arsitektur bergaya kolonial. Hal ini
ditunjukkan dengan kesamaan pola penataan massa bangunan maupun elemen dinding
bangunan dengan elemen bangunan bergaya kolonial lainnya. Detail yang menjadikan
Benteng Rotterdam dapat dikelompokkan sebagai salah satu bagian dari arsitektur bergaya
kolonial sesuai dengan pemaparan karakteristik arsitektur kolonial yang telah dibahas pada
bab sebelumnya adalah sebagai berikut.

1. Gewel/Gable

Gambar 4.1 gable pada bangunan Benteng Fort


Rotterdam Sumber:
https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v152343836
1/wpcfuzzw1rvxjphrc13g.jpg
Jelas terlihat gable pada sisi samping bangunan mengikuti bentuk atap yang
berbentuk segitiga dengan warna putih kekuningan tanpa hiasan pada gable. Hampir
semua bangunan pada Benteng Rotterdam memiliki gable.
2. Cerobong/Dormer

Gambar 4.2 dormer pada bangunan


Sumber : http://edupaint.com/images/stories/Artikel/2013/01jan/a130105%20Art05%20IMG01.jpg

Gambar 4.3 dormer pada bangunan


Sumber : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/wp-content/uploads/sites/32/2017/01/bup.png
Adanya dormer pada Benteng Rotterdam menambah kesan arsitektur colonial
pada benteng ini. Jumlah dormer di setiap bangunan juga bervariasi, namun bentuk
dormer di semua bangunan memiliiki bentuk yg sama, seperti gambar di atas dan
berikut ini.

Gambar 4.4 Berbagai bentuk


dormer Sumber:
beisaslegacy.com

Pada lingkaran merah merupakan bentuk dormer yang diterapkan pada


bangunan di Benteng Rotterdam.
3. 2 Daun Jendela

Gambar 4.5 2 daun jendela di Benteng Rotterdam


Sumber : https://indonesiakaya.com/wp-content/uploads/2020/10/665_Sulawesi_Selatan_-
_Lantai_Atas_Benteng_Fort_Rotterdam_-_IE.jpg
Jendela dengan 2 daun ini tidak semua ada di setiap bangunan Benteng
Rotterdam. Namun pada satu bangunan bisa memiliki banyak jumlah jendela hingga
21 buah. Untuk ukuran juga bervariasi, ada yang 0,7 m x 0,4 m, 0,9 m x 0,7 m, 1,3 m
x 0,5 m, 1,5 m x 0,5 m, bahkan ada yang 2 m x 1 m.

Gambar 4.6 daun


jendela Sumber :
http://repositori.kemdikbud.go.id/8142/1/BANGUNAN%20BERSEJARAH%20DI%20KOTA%20MAKA
SSAR.pdf
Jendela berbeda dengan lainnya karena pengaruh masa pemerintahan Jepang karena
pada saat itu kekurangan Gedung kantor. Ukuran jendela sebesar 2,5 m x 1,6 m
dengan jumlah 31 buah.
4. 2 daun pintu

Gambar 4.7 2 daun pintu


Sumber : https://4.bp.blogspot.com/-QKUVCw1bwIc/WD7rK9TmTaI/AAAAAAAAAAM/skoVsfiZ3bMc-
3q1SU06sV19ZAgJ3A8awCLcB/s1600/20161125_160449.jpg

Gambar 4.8 2 daun pintu berbentuk kotak


Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.dictio.id%2Ft%2Fmisteri-
benteng- rotterdam
%2F26264&psig=AOvVaw3AAdZUdZpmf4kugqNfL3V6&ust=1635425327873000&source=
images&cd=vfe&ved=0CAsQjRxqGAoTCPC_s6LQ6vMCFQAAAAAdAAAAABCgAg
Pintu-pintu ini berada pada bagian masuk menuju dalam bangunan. Pintu
memiliki 2 bentuk yaitu melengkung dan kotak pada bagian atasnya. Pintu ini tidak
memiliki ornament khusus, hanya terdapat garis pada permukaannya dengan warna
coklat. Di setiap bangunan memiliki jumlah yang berbeda beda dengan ukuran yang
berbeda pula, mulai dari 1,2 m x 1,4 m hingga 2,8 m x 1,8 m.
5. Skala Bangunan Tinggi

Gambar 4.9 bangunan di Benteng Rotterdam yang tinggi


Sumber : https://pariwisataku.com/wp-content/uploads/2019/08/bentengfortrotterdam-radifandsh-
1024x900.jpg
Karakteristik dari arsitektur colonial lainnya bisa dilihat dari skala/ukuran
bangunan yang tinggi untuk memiliki kesan megah. Tinggi bangunan di Benteng
Rotterdam bervariasi, mulai dari 5 meter hingga 7 meter.
6. Pilar berukuran besar

Gambar 4.10 pilar


Sumber :
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2018/10/14/1017644/content_images/670x335/201810
1 4122921-2-benteng-rotterdam-di-kota-makassar-002-hery-h-winarno.jpg
Gambar 4.11 pilar kotak
Sumber : https://ceritariyanti.files.wordpress.com/2014/06/img_0290.jpg
Unsur yang menambah kesan Arsitektur Kolonial lainnya, yaitu pilar. Pilar
pada Benteng Rotterdam memiliki 2 bentuk, ada yang bulat dan ada yang kotak.
Masing-masing pilar memiliki tinggi 3 meter dengan jumlah yang bervariasi di setiap
bangunannya. Jumlah terbanyak pada satu bangunan yakni 28 pilar yang berada di
bangunan M.
7. Bentuk Site Plan
Bentuk benteng yang tampak dari atas terlihat menyerupai penyu karena
makna dari filosofi penyu yang mampu mencerminkan karakter masyarakat
Kerajaan Gowa pada masa itu. Namun begitu, bentuk pola penataan dan bentu
benteng yang seperti penyu tidak hanya menjadi representasi filosofi karakteristik
pemimpin Kerajaan Gowa, tetapi juga menjadi ciri khas dari bentuk benteng
kolonial belanda. Hal ini diperkuat dengan bentuk site beberapa benteng kolonial di
Indonesia yang pola penataan massa bangunannya hampir sama seperti yang
terdapat pada gaya arsitektur Benteng Fort Rotterdam.

Gambar 4.12 Site Benteng Rotterdam

Sumber : Pattingalloang, 2012

8. Bentuk Gerbang Utama


Pada umumnya bentuk gerbang benteng kolonial berbentuk lengkung dengan
ornamen berupa susunan batu tak simetris yang mengikuti bentuk lengkung tersebut.
Hal ini diperkuat dengan contoh gerbang utama benteng-benteng kolonial yang
terdapat di Indonesia. Sebagian besar ornamen susunan batu atau bata pada gerbang
utama yang dibuat simetris dan dinamis sehingga terkesan rapi. Ornamen tersebut
terletak menghiasi tampak depan gerbang utama benteng. Sehingga memberi kesan
kemegahan dan kekokohan benteng.

Kemudian pada gerbang utama Benteng Fort Rotterdam, tidak terdapat


ornamen tambahan pada lengkungan gerbang sehingga tampilan gerbang depan
terkesan lebih simpel. Sebaliknya, dari sudut pandang dalam kawasan benteng
terdapat ornamen susunan batu tak simetris yang terletak tepat mengikuti
lengkungan gerbang utama bagian dalam. Keberadaan pintu gerbang yang bertekstur
mampu menyempurnakan nilai estetika dan kekokohan benteng.

Gambar 4.13 Gerbang Utama Benteng

Rotterdam Sumber :

http://wisatasambilkerja.blogspot.com/

Seperti yang terlihat pada gambar di atas bahwa tampak depan gerbang
utama berbentuk lengkung disertai papan nama benteng pada bagian atas gerbang,
tidak memiliki ornamen apapun dan terkesan sederhana namun terlihat kokoh.

Susunan batu pada gerbang utama tampak tersusun rapi namun tak simetris
disebabkan material batu yang digunakan memiliki ukuran dan besaran yang
berbeda. Material batu yang digunakan berupa batu padas hitam dari pegunungan
karst yang dipahat secara tradisional. Meskipun demikian, pola susunan batu tetap
terlihat rapi dan indah sehingga nilai estetika pada gerbang utama mampu
menambah kesan kemegahan benteng Fort Rotterdam. (Hildayanti. Seminar Ikatan
Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia).

9. Bastion Pertahanan Benteng


Disetiap sudut benteng, terdapat bastion yang di bangun sebagai pertahanan
artileri utama. Di tempat ini pula terdapat beberapa lubang meriam untuk pertahanan
benteng. Benteng ini memiliki lima bastion, masing-masing adalah:

a. Bastion Bone terletak disebelah barat yang merupakan kepala penyu


b. Bastion Bacan terletak di sudut Barat-Daya yang merupakan kaki depan kiri penyu
c. Bastion Butung terletak di sudut barat-laut atau kaki depan kanan penyu
d. Bastion Mandarsyah terletak di sudut timur-laut atau kaki belakang kanan penyu
e. Bastion Amboina terletak di sudut tenggara atau kaki belakang kiri penyu

Gambar 4.14 Bastion Pertahanan Benteng

Sumber :

https://doi.org/10.32315/sem.1.a019

Tiap bastion dihubungkan dengan dinding benteng yang tebalnya 2 meter.


Bastion adalah bagian sudut-sudut benteng yang letaknya lebih tinggi dari dinding
lainnya. Untuk menuju atau naik ke bastion dibuat terap dari susunan batu padas hitam
dan batu bata. Sehingga kondisi ruang pada bastion lebih berkontur. Bastion memiliki
seka seka yang berada di tembok pertahanan yang berfungsi sebagai tempat menembak
musuh dari dalam ke luar bangunan.

Tata letak kelima bastion seperti pada gambar di atas pada Benteng Fort
Rotterdam, letak bastion berada pada keempat kaki “penyu” dan satu pada kepala
“penyu”. Setiap sudut benteng difungsikan sebagai bastion yang memiliki seka sebagai
tempat yang aman untuk menembak musuh.

10. Tembok Selubung

Benteng ini dikelilingi oleh tembok pertahanan yang cukup tinggi sebagai teritori
benteng dan elemen pertahanan yang kuat dan kokoh guna melindungi kompleks
bangunan didalamnya. Tembok pertahanan terbuat dari susunan batu padas dan bata
yang disusun secara simetris. Tembok ini disusun dengan teknik susun timbun, yaitu
dibangun dengan cara menyusun sejumlah balok-balok batu padas yang telah dipahat
rapi. Keberadaan tembok ini memperkuat kesan kemegahan dan kekokohan benteng
kolonial Belanda pada masa lampau. Tembok pertahanan Fort Rotterdam yang disusun
dengan teknik susun timbun sehingga menghasilkan pola yang simetris dan seragam.

Gambar 4.15 Tembok Selubung Benteng

Rotterdam Sumber : google maps

11. Parit Pertahanan Benteng

Pada Benteng Fort Rotterdam terdapat parit pertahanan yang terletak


berdampingan dengan tembok pertahanan. Parit ini berfungsi memperkokoh
pertahanan dari musuh yang menyerang. Parit berbentuk memanjang dan mengikuti
bentuk site plan benteng yang menyerupai penyu. Sehingga tembok dan parit
pertahanan memiliki kesamaan bentuk dan fungsi. Parit pertahanan yang berbentuk
memanjang dan mengikuti bentuk site plan Fort Rotterdam yang menyerupai penyu,
dan terletak berdampingan dengan tembok pertahanan.

Gambar 4.6 Parit Pertahanan Benteng

Sumber : https://doi.org/10.32315/sem.1.a019
22
Namun, pola parit benteng sudah tidak mengikuti bentuk site Benteng Fort
Rotterdam karena sebagian besar telah ditimbun untuk pembangunan rumah dan
gedung disekitarnya. Panjang parit yang masih bertahan sebesar kurang lebih 300 m
yang terletak di bagian selatan benteng.

Benteng Fort Rotterdam sebagai bangunan berarsitektur kolonial memiliki


keutuhan bentuk menyerupai penyu jika dibandingkan dengan benteng-benteng
kolonial Belanda lain di Indonesia. Karakteristik yang menonjol terlihat pada bentuk
site Fort Rotterdam yang menyerupai penyu. Meskipun dibangun oleh pemerintah
Kolonial Belanda namum filosofi penyu juga mencerminkan karakteristik Kerajaan
Gowa yaitu mampu berjaya di daratan dan di lautan pada masanya. Kekhasan
gerbang utama dengan kekokohan pintu utama dan ornamen susunan batu tak
simetris pada lengkungan gerbang, identitas benteng yang ditunjukkan melalui
penanda nama benteng tepat pada bagian atas gerbang, serta elemen arsitektur
kolonial pada bangunan-bangunan utama seperti gevel, dormer, model denah
bangunan yang simetris dengan satu lantai atas, penggunaan skala bangunan yang
tinggi, dan model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung.

23
BAB V

KESIMPULAN

Segala sesuatu memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri, termasuk dengan
kedatangan para penjajah di Indonesia. Salah satu sisi positif dari kedatangan penjajah di
Indonesia adalah munculnya arsitektur kolonial pada bangunan yang ada. Munculnya
arsitektur colonial di seluruh Indonesia menambah keberagaman jenis arsitektur yang ada
Indonesia, salah satunya Benteng Fort Rotterdam. Benteng Fort Rotterdam atau Benteng
Ujung Pandang merupakan salah satu contoh arsitektur kolonial yang diakibatkan oleh
munculnya penjajah di Indonesia.

Benteng Ujung Pandang dibangun menggunakan material ttanah liat, kemudian


diganti menjadi batu padas pada periode pemerintahan Sultan Alauddin. Tahun 1655-1669
benteng ini mengalami kerusakan fatal yang pada akhirnya benteng ini diserahkan kepada
Belanda karena penandatanganan Perjanjian Bongaya. Saat di tangan Belanda, barulah nama
benteng ini diganti menjadi Benteng Fort Rotterdam, sesuai nama kelahiran Speelman.

Benteng ini bisa dikatakan mirip dengan benteng yang lainnya. Hasil adopsi arsitektur
Eropa dari benteng ini yakni memiliki bentuk segi 4 dengan 4 bastion yang ditambah dengan
filosofi kuat. Bentuk benteng yang menyerupai penyu memiliki makna bahwa kerajaan
Gowa-Tallo bisa Berjaya di darat maupun di laut.
DAFTAR PUSTAKA

Nadhil T, Indung S F, Akhmad A H. (2020). Tipologi Arsitektur Kolonial Di Indonesia

Dimas W, Sudaryono. (2020). Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia Dalam


Konteks Sejarah Filsafat Dan Filsafat Ilmu

Hartono, Suhendra Yandi. Arsitektur Kolonial. (Tersedia: https://docplayer.info/35235730-


Bab-ii-tinjauan-pustaka-sampai-tahun-1942-sidharta-1987-dalam-samsudi-menurut-
muchlisiniyati-safeyah-2006-arsitektur-kolonial-merupakan.html)

Tamimi, N., Fatimah, I. S., Hadi, A. A. (2020). Tipologi Kolonial di Indonesia. Fakultas,
Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia. (tersedia:
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/virtuvian/article/view/7885/pdf

Santoso, Theresia Merlyn. (2017) REVITALISASI PASAR JOHAR SEMARANG DENGAN


PENDEKATAN ARSITEKTUR INDISCHE. S1 thesis, UAJY. (Tersedia: http://e-
journal.uajy.ac.id/11423/4/TA142383.pdf)

Benteng Rotterdam. (t.thn.). diambil kembali dari Sistem Registrasi Nasional Cagar
Budaya:
http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015071000005/benteng-
rotterdam

Fort Rotterdam Makassar. (t.thn.). diambil Kembali dari :


http://disbudpar.sulselprov.go.id/page/wisata/4/fort-rotterdam-makassar

Tridya, Dyah Siwi. November 2020. 9 Arsitektur Belanda di Indonesia yang Ikonik.
https://www.99.co/id/panduan/arsitektur-belanda (diakes tanggal 25 Oktober 2021).

Ningsih, Widya Lestari. Agustus 2021. Benteng Fort Rotterdam: Sejarah, Fungsi, dan
Kompleks Bangunan. https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/19/140000379/benteng-
fort-rotterdam--sejarah-fungsi-dan-kompleks- bangunan?
page=all&jxconn=1*m6x7zo*other_jxampid*eVZ4aS1qQ1V3TEgteGhCRmVo
ZnR6U0o5UGRlbXpsUFpxbmV2UXZXcW1pMGdLT3E4b3R1dXlPVENnaG1XeEtLRw..
#page2 (diakses tanggal 26 Oktober 2021).

Wasilah. T.t. Karakteristik Benteng Fort Rotterdam sebagai Urban Artefact


Kota Makassar. Makassar: Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI).
PEMBAGIAN TUGAS

Komang Fery Indrawan (1805521018)

: Bab I, Daftar Pustaka

Ganis Buniarti Rahayu (2005521007)

7,:8,
Bab IV (bagian
9, 10, penjelasan
11), Daftar Pustakaawal dan nomer

Rizal Kukuh Permadi (2005521015)

: Bab III, Daftar Pustaka

Muhammad Iqbal Argubi (2005521018)

: Bab IV (nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6), Bab V, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Pustaka

Catherine Fernova Rouly (2005521035)

: Bab II, Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai