MASYARAKAT TORAJA
Disusun oleh :
Maya Astuti/41220010002
JURUSAN ARSITEKTUR
2020
DAFTAR ISI
Bab I.......................................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................2
1.2 Permasalahan..............................................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................3
1.4 Manfaat.......................................................................................................................................3
1.5 Sistematika pembahasan.............................................................................................................4
Bab II......................................................................................................................................................5
2.2 Arsitektur tradisional...................................................................................................................6
2.1 Arsitektur Suku Toraja.................................................................................................................8
Bab III...................................................................................................................................................11
Metode………………………………………………………………………………………………………………………………………..11
Bab IV..................................................................................................................................................12
3.1 Rumah Tongkonan Toraja..........................................................................................................12
3.2 Tradisi Masyarakat Toraja..........................................................................................................13
Bab V...................................................................................................................................................16
4.1 Analisa Berdasarkan Teori.........................................................................................................16
4.2 Kasus Studi.................................................................................................................................16
Bab VI..................................................................................................................................................23
5.1 Kesimpulan................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25
Bab I
Pendahuuan
Pada makalah ini kami akan membahas arsitektur tradisional, khususnya rumah
tongkonan sebagai rumah adat masyarakat toraja. Makalah ini diadaptasi dari
bebagai sumber seperti jurnal yang kami telusuri di jejaring internet. Dengan
makalah ini, sebagai explorasi kami dalam mencari informasi rumah tradisional
yang berada di Indonesia dalam mata kuliah kami yaitu Arsitektur Nusantara.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa
Bab III membahas metode yang penulis gunakan dalam merancang makalah
Bab V berisi analisa dari teori-teori yang sudah disajikan pada bab II
Kajian Pustaka
d) Kesatuan antara interior yang terbuka dengan ruang terbuka pada eksterior
d) Ragam hias
e) Elemen pelengkap
Teori ciri arsitektur neo-vernakular dan teori arsitektur Toraja tersebut kemudian
digunakan sebagai kriteria desain dalam membuat Hotel Resor dan memunculkan
delapan kriteria desain, antara lain
3. Kesatuan antara interior yang terbuka dengan ruang terbuka pada eksterior,
Di masa lalu arsitektur tradisional merupakan bagian dari kebijakan dan kearifan
pembangunan ruang hidup masyarakatnya. Keberadaannya lekat dengan hidup
keseharian masyarakat tradisional yang masih menganut tata kehidupan kolektif.
Ada keserasian dan keselarasan antara makro kosmos (alam semesta) dan mikro
kosmos (bangunan) yang harus selalu dipelihara. Oleh karena itu, para arsitek
tradisional sangat menghormati dan menghargai alam dengan menciptakan karya-
karya arsitektur yang sarat berwawasan lingkungan.
Suku Toraja dapat kita temukan di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan.
Sampai saat ini suku Toraja masih banyak yang menetap di Kabupaten Tana Toraja,
Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.
Ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Toraja. Orang Bugis-Sidenreng
menyebutnya dengan nama to riajang yang artinya ‘orang yang berdiam di negeri
atas atau pegunungan. Masyarakat Luwu pada zaman Belanda menamakannya to
riaja yang berarti orang yang berdiam di sebelah barat. Sementara itu, versi lain
menyebutkan toraja berasal dari toraya. Asal katanya to dari tau yang berarti ‘orang’
dan raya dari kata marauyang berarti besar’. Jadi, toraya bermakna orang besar
atau bangsawan (Weni Rahayu).1
Bagi masyarakat Toraja, arah mata angin dianggap sebagai sesuatu yang
sakral. Hal itu berkaitan dengan kepercayaan yang mereka anut. Berikut ini
pembagian mata angin yang berhubungan dengan kepercayaan mereka.
2. Bagian Timur (mata allo) merupakan titik energi asal munculnya matahari.
Arah timur dianggap sebagai sumber kebahagiaan dan kehidupan. Pada
bagian inilah tiga kelompok Deata berada.
4. Bagian selatan (pollo’na langi’) atau pantat langit merupakan lawan dari
tempat Puang Matua berdiam. Selatan dianggap sebagai sumber hal-hal
yang tidak baik atau angkara murka.
1
(Weni Rahayu) dalam bukunya yang berjudul suku toraja
Beberapa tingkatan sosial yang terdapat di dalam suku Toraja
(Tangketasik, 2010).
Bab III
Metode
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode
penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan secara
trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif
kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan,menjelaskan
dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan
mempelajari seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian.
Bab IV
3.1 RumahTongkonanToraja.
KabupatenToraja Utara
Rambu Solo
Rambu solo' merupakan tradisi pemakaman ala SukuToraja. Upacara ini digelar
untuk menghormati sekaligus menghantarkan arwah menuju alam akhirat melalui
serangkaian ritual dan doa.
Tinggoro Tedong
Tradisi ini sebetulnya rangkaian dalam upacara kematian khas orang Toraja
(rambu solo'). Yaitu mempertontonkan prosesi penyembelihan kerbau yang
dilakukan dengan satu kali tebas saja.
Menurut kepercayaan leluhur orang Toraja atau yang disebut dengan Aluk Todolo,
kerbau merupakan hewan tunggangan bagi arwah jenazah untuk menempuh
perjalanannya menuju puya atau alam akhirat. Meski tergolong sadis, tradisi
ma'tinggoro tedong ini mampu menarik minat para wisatawan lokal hingga manca
negara.
SilagaTedong
Seperti tinggoro tedong, silaga tedong atau adu kerbau ini juga merupakan satu
dari serangkaian acara yang digelar dalam prosesi rambu solo'. Tujuannya untuk
memberikan hiburanbagi keluarga yang berduka, sekaligus sebagai ajang
pertunjukan bagi ratusan para pelayat yang datang.
Sisemba'
Tradisi sisemba' adalah permainan adu kaki yang dilakukan oleh anak-anak hingga
orang dewasa pada saat merayakan panen raya. Tradisi ini dilakukan di lapangan
atau di tempat terbuka dan biasanya mempertemukan dua kubu yang berasal dari
dua desa yang bersebelahan.
Ma'Nene'
Tongkonan berasal dari kata yang artinya tempat duduk, atau rumah pusaka yang
diwariskan secaraturun-temurun. Tongkonan merupakan tempat berkumpul atau
pertemuan keluarga dan masyarakat di lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam
arti luas Tongkonan adalah tempat memusyawarahkan sesuatu atau tempat
menyelesaikan masalah-masalah adat yang terjadi di masyarakat. Tongkonan juga
merupakan istana bagi Penguasa Adat dan pusat pertalian keluarga. Menurut
pandangan kosmologi arah Tongkonan di Toraja selalu menghadap keutara, kearah
ulunna lino (kepala dunia). Tata hadap dan penempatanTongkonan di dalam
lingkungannya berdasarkan Puang Matua, Deata-deata dan TomembaliPuang,
bertujuan untuk menjadikan Tongkonan sebagai tempat yang sakral dalam
menjalankan konsep kepercayaan AlukTodolo.
Tongkonan merupakan rumah panggung persegi empat panjang yang dibuat agar
penghuni tidak mudah diganggu binatang buas maupun musuh. Berdasarkan
struktur vertikalnya, bangunan rumah adat Toraja terbagi atas tiga bagian utama
yaitu :bagian kaki (kolong) Tongkonan yang disebut sulluk banua merupakan kolong
bangunan rumah yang terbentuk oleh hubungan antara tiang-tiang dari kayu dan
berbentuk empat persegi
d) Tangga
Pada bagian sallu banua juga terdapat sebuah tangga untuk naik ke
tongkonan. Biasanya tangga terletak di bagian kanan rumah. Tangga
tersebut dibuat dari bahan kayu uru.
alam semesta. Bagian kale banua terdiri atas lantai, dinding, pintu, dan jendela.
1) Lantai
Lantai pada tongkonan disusun di atas pembalokan lantai. Arahnya
memanjang sejajar dengan balok utama. Bahan yang digunakan adalah
papan kayu uru. Sementara itu, bahan lantai pada alang terbuat dari kayu
palem atau banga.
2) Dinding
Dinding pada tongkonan disusun satu sama lain dengan sambungan pada
sisi-sisi papan. Pengikat utamanya ber-nama sambo rinding. Untuk dinding
yang berfungsi sebagai rangka, bahannya menggunakan kayu uru atau kayu
kecapi. Sementara itu, dinding pengisinya menggunakan bahan kayu enau.
Dinding bagian luar dipenuhi ukiran dengan berbagai motif. Sementara
dinding bagian dalam tidak menggunakan ukiran.
3) Pintu
Pintu di banua tongkonan dapat ditemukan pada ruang sali. Fungsinya
sebagai tempat keluar masuk penghuni. Selain itu, pintu juga berfungsi
sebagai jalan keluar jenazah pada saat pemakaman. Biasanya letak pintu
masuk berada di sebelah utara atau timur. Hal itu berkaitan dengan
kepercayaan Aluk todolo yang mereka anut. Utara dipercaya memiliki arti
kebaikan. Nenek moyang mereka berasal dari arah utara. Angin pun selalu
datang dari arah utara. Sementara itu, arah timur berarti kebahagiaan dan
keceriaan. Hal itu sesuai dengan arah terbitnya matahari yang berasal dari
sebelah timur.
4) Jendela (Pentiroan)
Jendela berfungsi sebagai tempat masuknya aliran angin dan cahaya
matahari dari berbagai arah mata angin. Setiap tongkonan umumnya memiliki
delapan buah jendela. Di setiap arah mata angin masing-masing terdapat dua
jendela.
Bagi masyarakat Toraja rattiang banua diyakini sebagai tempat Puang Matua
sehingga dianggap suci. Bagian ini merupakan penutup seluruh struktur rumah.
Fungsinya adalah sebagai tempat barang-barang seperti peralatan rumah tangga,
kain, dan sebagainya.
Bagian rumah yang terdapat pada rattiang banua adalah atap. Atap tongkonan
dibuat dari bambu pilihan yang disusun tumpang tindih. Bambu-bambu tersebut
dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat dengan tali bambu/rotan. Model susunan
seperti itu dapat mencegah masuknya air hujan melalui celah-celah. Selain itu, dapat
berfungsi sebagai ventilasi pada tongkonan yang tidak memiliki celah pada
dindingnya.Susunan bambu diletakkan di atas kaso yang terdapat pada
rangka atap. Jumlah susunan berkisar antara 3-7 lapis. Setelah itu disusun
mengikuti bentuk rangka atap sehingga membentuk seperti perahu. Jumlah
lapisannya tidak ditentukan.
Bagian ujung-ujung atap yang menjorok ke depan dan ke belakang disebut longa.
Dengan longa yang agak mengecil pada bagian ujungnya membuat atap banua
tongkonan dan alang menjadi unik dan indah. Longa disangga oleh tiang tinggi yang
disebut tulak somba. Pada tulak somba inilah biasanya dipasang tanduk kerbau
yang dikorbankan pada saat upacara kematian.
Bab VI
Kesimpulan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa:
Tongkonan berasal dari kata yang artinya tempat duduk, atau rumah pusaka
yang diwariskan secaraturun-temurun. Tongkonan merupakan tempat
berkumpul atau pertemuan keluarga dan masyarakat di lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam arti luas Tongkonan adalah tempat
memusyawarahkan sesuatu atau tempat menyelesaikan masalah-masalah
adat yang terjadi di masyarakat. Tongkonan juga merupakan istana bagi
Penguasa Adat dan pusat pertalian keluarga. Menurut pandangan kosmologi
arah Tongkonan di Toraja selalu menghadap keutara, kearah ulunna lino
(kepala dunia). Tata hadap dan penempatanTongkonan di dalam
lingkungannya berdasarkan Puang Matua, Deata-deata dan
TomembaliPuang, bertujuan untuk menjadikan Tongkonan sebagai tempat
yang sakral dalam menjalankan konsep kepercayaan AlukTodolo.
2. Kenyamanan Termal Pada Bangunan Hunian Tradisional Toraja. Alahudin, Muchlis. Papua : s.n.,
2012, Vol. 1 No 2.
3. Perwujudan Konsep Dan Nilai-Nilai Kosmologi Pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja .
Mashuri. Sulawesi Tengah : s.n., 2010, Vol. 2 No 1.