PURA MANGKUNEGARAN
Oleh :
KELOMPOK 1 :
SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pura Mangkunegaran”. Penulisan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan, informasi, dan memahami hubungan dari
Pura Mangkunegaran dengan wawasan nusantara. Di kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan dalam proses pembuatan makalah
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini telah disusun dengan sebaik-baiknya.
Meski begitu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam materi maupun
cara penulisan. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca. Penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dari pembaca guna kesempurnaan makalah.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3. Tujuan.................................................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................................7
3.1. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data...................................................................................7
3.2. Metode Analisis Data.........................................................................................................................7
BAB IV DISKUSI DAN PEMBAHASAN...................................................................................................8
4.1. Definisi dan Konsep Wawasan Nusantara.........................................................................................8
4.2. Landasan Hukum Wawasan Nusantara..............................................................................................8
4.3. Tujuan Wawasan Nusantara...............................................................................................................8
4.4. Inti Ajaran Wawasan Nusantara.........................................................................................................9
4.5. Unsur Dasar Wawasan Nusantara......................................................................................................9
4.6. Implementasi Wawasan Nusantara.....................................................................................................9
BAB V PENUTUP......................................................................................................................................10
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................................10
5.2 Saran..................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui bangunan Pura Mangkunegaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana arsitektur dari bangunan Pura Mangkunegaran.
3. Untuk mengetahui fungsi dari setiap bangunan-bangunan Pura Mangkunegaran.
4. Untuk mengetahui dan memahami hubungan antara Pura Mangkunegaran dengan
konsep Wawasan Nusantara.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata “Kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak
dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budayaan dapat diartikan:
“hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2002).
Gazalba (1979:72) mendefinisikan kebudayaan sebagai cara berpikir dan cara merasa
(kebudayaan bathiniah) yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok
manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. M. Abdul Karim
(2009:25-34) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan kata benda abstrak hasil
penambahan „ke‟ dan akhiran „an‟ dari kata budaya yang memiliki pengertian yang sama
dengan kultur dalam artian sebagai usaha otak manusia atau akal budi. C. Kluckhohn dan
Djoko Soekiman (2014:29) berpendapat jika kebudayaan memiliki tujuh unsur didalamnya
yang dimiliki semua bangsa di dunia, yaitu:
1) Bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, senjata, alat transportasi, alat
produksi, dan sebagainya).
3) Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, dan
sebagainya).
4) Sistem kemasyarakatan (contohnya: organisasi politik, sistem kekerabatan, sistem hukum,
sistem perkawinan, dan sebagainya).
5) Kesenian (seni rupa, seni sastra, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
6) Ilmu pengetahuan.
7) Religi
Salah satu kebudayaan yang ada di Syrakarta adalah Pura Mangkunegaran. Pura
adalah tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam segala Prabawa (manifestasi-
NYA) dan Atma Sidha Dewata (Roh Suci Leluhur). Di samping dipergunakan istilah Pura
untuk menyebut tempat suci atau tempat pemujaan, dipergunakan juga istilah Kahyangan
atau Parhyangan. Pura juga digunakan sebagai tempat untuk memuja roh suci leluhur. Hal
ini didasari oleh keyakinan dalam agama Hindu yang berpokok pangkal terhadap konsepsi
Ketuhanan dengan berbagai manifestasi atau prabhawa-Nya dan konsepsi Atman manunggal
dengan Brahman menyebabkan timbulnya pemujaan pada roh suci leluhur. Oleh karena itu
adapura yang diSungsung oleh seluruh lapisan masyarakat dan ada pula yang di Sungsung
oleh keluarga atau klen tertentu saja(Heriyanti, 2019).
Pura Mangkunegaran merupakan sebuah kerajaan Jawa yang sangat berpengaruh
bagi peradaban dan perkembangan dinamika masyarakat Surakarta hingga saat ini.
Peninggalan yang berupa bangunan-bangunan fasilitas untuk publik, merupakan faktor yang
berpengaruh bagi arah pembangunan dan perkembangan kota Surakarta pada masa kini.
Revitalisasi pada bangunanbangunan fasilitas publik Pura Mangkunegaran menempati posisi
yang sangat penting dan menentukan dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia
yang berbasis pada kearifan lokal, yang akan mengangkat citra Indonesia di dalam dunia
yang semakin menuntut globalisasi di segala bidang(Setiawan, 2009).
5
BAB III
METODE PENULISAN
6
BAB IV
Pura Mangkunegaran atau Istana Mangkunegaran merupakan sebuah kerajaan Jawa yang
sangat berpengaruh bagi peradaban dan perkembangan dinamika masyarakat Surakarta hingga
saat ini (Setiawan, 2009). Berlokasi di Jalan Ronggowarsito No. 83, Kabupaten Banjarsari,
Surakarta, Pura Mangkunegaran mulai dibangun pada tahun 1757 oleh Mangkunegara I dengan
mengikuti model keraton. Pura ini dibangun setelah Perjanjian Salatiga yang mengawali
pendirian Praja Mangkunegara. Pura Mangkunegaran berdiri di atas tanah seluas 93.997 m 2 dan
kompleksnya dibatasi dinding-dinding tembok dengan tiga pintu masuk yang semuanya ditandai
dengan pintu gerbang peringgitan dan daerah dalem (rumah belakang) (Pebrianti dkk).
9
pendapa, gamelan tersebut adalah gamelan Kyai Seton, gamelan Kanyut Mesem, dan
gamelan Lipur Sari, yang masing-masing dimainkan pada saat-saat tertentu. Gamelan
Kyai Seton yang telah berumur 3 abad ditabuh sebagai simbol kehormatan. Gamelan
Kanyut Mesem yang merupakan gamelan tertua dengan umur 4,5 abad peninggalan
Kerajaan Demak. Gamelan ini ditabuh setuap Sabtu Pon dan berfungsi untuk mengiringi
tari pusaka dan sakral. Sedangkan gamelan Lipur Sari ditabuh sepiat hari Rabu untuk
mengiringi anak-anak yang berlatih rasi dan sinden. Di depan pendapa, terdapat kolam
yang di tengahnya terdapat patung Cupid (Dewa Asmara) yang tengah merangkul
brung yang sayapnya mengembang. Di sebelah utara pendapa, terdapat jalan yang
memisahkan pendapa dengan Pringgitan, membujur dari barat ke timur, dinamakan
paretan.
3. Pringgitan
Pringgitan dibangun pada masa pemerintahan Mangkunegara II yang berfungsi sebagai
tempat untuk menerima tamu resmi. Letak Pringitan berfungsi sebagai pembatas daerah
umum (Pendapa) dengan daerah pribadi (Dalem Ageng).
4. Dalem Ageng
Dalem Ageng memiliki luas 1000 m2 yang semula merupakan ruang tidur pengantin
kerajaan. Namun, kini dijadikan museum. Di dalamnya, terdapat banyak koleksi
keraton, seperti tenpat persemayaman Dewi Sri berlapis tenun sutera, perhiasan dan
benda bersejarah dari zaman Majapahit, senjata raja, pakaian keraton, medali,
perlengkapan wayang, dan berbagai benda seni bernilai tingi.
i
Gambar 3.3. Pintu Utama Dalem Ageng
5. Balewarni
Balewarni terletak di samping kanan Dalem Ageng. Balewarni berfungsi sebagai tempat
tinggal permaisuri dan putri-putri yang belum dewasa.
6. Balepeni
Balepeni terletak di samping kiri Dalem Ageng dan digunakan sebagai tempat tinggal
Mangunegara serta untuk menjalankan kegiatan sehari-hari.
7. Pracimayasa
Pracimayasa terletak di sisi barat
area dalam, berada di depan Bale Warni
dan taman. Secarafisik,
Pracimayasa sebagai pembatas
daerah Kartipura dengan daerah Dalem Ageng, terletak di daerah private. Bangunan ini
dirancang oleh Ir. Thomas Karsten pada masa Mangkunegara VII untuk menyambut
calon mertua dan calon permaisuri, Gusti Ratu Timur dari Kesultanan Yogyakarta.
i
Gambar 3.6. Dalam Pracimayasa
8. Mandrapura
Mandrapura terletak di sebelah barat Pendapa Ageng dan berfungsi sebagai tempat
kegiatan administrasi yang mengurus segala administrasi istana yang bersifat ke dalam.
9. Hamongpraja
Hamongpraja merupakan bangunan berbentuk memanjang dengan selasar atau emperan
di bagian depan. Bangunan ini digunakan sebagai kantor untuk mengurus hal-hal yang
berhubungan ke luar istana.
i
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adanya Perjanjian Giyanti yang ditandatangi pada 17 Februari 1755, kekuasaan
Mataram dibagi menjadi dua kubu. Sultan Pakubuwono III menduduki wilayah
Surakarta, sedangkan Sultan Hamengkubuwono I memerintah wilayah Yogyakarta.
Namun, karena dalam perjanjian menyatakan bahwa seluruh kegiatan politik kerajaan
dipantau dan dikendalikan oleh Belanda, salah satu keturunan Mataram yaitu Raden Mas
said menentang isi dari Perjanjian Giyanti dan melakukan pemberontakan. Sehingga,
untuk meredakan pemberontakan tersebut, diadakan Perjanjian Salatiga pada tanggal 17
Maret 1957. Dari perjanjian Salatiga, dibangun Pura Mangkunegara pada tahun 1757.
Pura mangkunegara dibangun oleh Mangkunegara I setelah adanya perjanjian Salatiga.
Pura Mangkunegara merupakan sebuah kerajaan Jawa yang sangat berpengaruh bagi
peradaban dan perkembangan dinamika masyarakat Solo hingga saat ini.
Terdapat sembilan bangunan pada Pura Mangkunegara, seperti Pamadean yang
merupakan lapangan luas di bagian depan Pura Mangkunegara. Pada zaman dahuu
digunakan untuk latihan para prajurit. Bangunan yang kedua yaitu Pendapa Agung yang
terletak paling depan dan merupakan daerah umum. Selanjutnya bangunan Pringitan yang
berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu resmi. Ada juga bangunan Dalem Agung
yang merupakan ruang tidur pengantin kerjaan. Lalu ada Balewarni yang digunakan
untuk tempat tinggal Permaisuri dan putri-putri yang belum dewasa. Bangunan yang
keenam yaitu Balepeniyang dijadikan sebagai tempat tinggal Mangunegara serta untuk
menjalankan kegiatan sehari-hari. Kemudian ada Pracimayasa untuk menyambut calon
mertua dan calon permaisuri, Gusti Ratu Timur dari Kesultanan Yogyakarta. Bangunan
yang ke delapan yaitu Mandrapura yang berfungi sebagai tempat kegiatan administrasi
yang mengurus segala administrasi istana yang bersifat ke dalam. Terakhir yaitu
bangunan Hamongpraja yang merupakan bangunan berbentuk memanjang dengan selasar
atau emperan di bagian depan. Bangunan ini berfungsi sebagai kantor untuk mengurus
hal-hal yang berhubungan keluar istana.
5.2 Saran
Pura Mangkunegara merupakan peninggalan bersejarah yang sangat berharga.
Dengan adanya Pura Mangkunegara menjadikan bukti bahwa Indonesia kaya akan
budaya dan sejarahnya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara Indonesia sudah
seharusnya menjaga dan melestarikan budaya tersebut. Pura Mangkunegara sebaiknya
dirawat dan dijaga dengan baik supaya generasi-generasi Indonesia selanjutnya memiliki
wawasan nusantara tentang sejarah yang ada di Indonesia, dan kita harus ingat dengan
semboyan yang dikatakan oleh Ir. Soekarno yaitu “Jasmerah” atau yang artinya jangan
sekali-kali meninggalkan sejarah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Heriyanti, K. 2019. Pura Sebagai Bentuk Penerapan Konsep Ketuhanan Saguna Brahma. Jurnal
Prodi Teologi Hindu STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 1(1): 56-62.
http://www.babadbali.com/canangsari/hkt-pura-fungsi.htm
Karim, M. A. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Book
Publisher.
Kluckhohn, C. dan Soekiman, D. 2014. Kebudayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai
Revolusi. Depok: Komunitas Bambu.
Pebrianti, E., Yunianto, T., dan Pelu, M. Akulturasi Kebudayaan Eropa Jawa Pada Arsitektur
Pura Mangkunegaran Sebagai Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan. Ringkasan
Skripsi. Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan.
Universitas Sebelas Maret.
http://www.babadbali.com/canangsari/hkt-pura-fungsi.htm
https://www.aroengbinang.com/2018/03/pura-mangkunegaran-solo.html
https://terminaltechno.blog.uns.ac.id/2009/06/16/8/
https://wisatasolo.id/sejarah-singkat-berdirinya-pura-mangkunegaran/
11
15