DI SUSUN OLEH :
ANDI MUHAMMAD YUSUF
03420190032
A1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Arsitektur
Kolonial Belanda ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Aris Alimuddin, ST., MT. pada Mata Kuliah Sejarah Perkembangan
Arsitektur 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Arsitektur Kolonial Belanda bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris Alimuddin, ST., MT., selaku
Dosen Sejarah Perkembangan Arsitektur 1 yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari mempelajari makalah ini adalah
mengetahui dan mengerti apa itu Arsitektur Kolonial. Diharapkan dapat
memberikan manfaat teoritis keilmuan dan manfaat praktis arsitektur.
TINJAUAN PUSTAKA
Wujud atau bentuk pada arsitektur kolonial Belanda adalah terdapat dinding
tembok dari pasangan batu bata tebal dua batu atau lebih, kolom bulat gaya neo
klasik bahan dari besi tuang, pintu dan jendela yang lebar dan tinggi.
Waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia Belanda) di
bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda, VOC. Arsitektur Kolonial Belanda
selama periode ini cenderung kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di
Belanda. Bangunan perkotaan orang Belanda pada periode ini masih bergaya
Belanda dimana bentuknya cenderung panjang dan sempit, atap curam dan dinding
depan bertingkat bergaya Belanda di ujung teras. Bangunan ini tidak mempunyai
Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial di Indonesia pada tahun
19001920-an :
1. Menggunakan Gevel (gable) pada tampak depan bangunan
2. Bentuk gable sangat bervariasi seperti curvilinear gable, stepped gable,
gambrel gable, pediment (dengan entablure). 3. Penggunaan Tower pada
bangunan
2.4.1 Gaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun
1800)
1. Atap datar
2. Gevel horizontal
3. Volume bangunan berbentuk kubus
4. Berwarna putih
A. Nieuwe Zakelijkheid
Mencoba mencari keseimbangan terhadap garis dan massa
Bentuk-bentuk asimetris void saling tindih ( interplay dari garis hoeizontal dan
vertical) Contoh ; Kantor Borsumij ( GC. Citroen)
B. Ekspresionistik :
Wujud curvilinie
Bagian depan Rumah Sakit Darmo yang berbentuk segitiga mengikuti bentuk atap,
khas kolonial. Pada puncak gevel terdapat ornamen menara kayu pendek dengan
penangkal petir di pucuknya. Pada gevel terdapat logo Rumah Sakit Darmo,
dengan tulisan pada bidang lengkung berbunyi “Salus Aegroti Suprema Lex Est”
yang secara harafiah berarti “Kesehatan orang sakit adalah hukum tertinggi”.
Rumah Sakit Darmo memiliki selasar dengan tiga lengkung busur di bagian depan,
dan akses utama yang juga berbentuk lengkung dengan ukuran lebih kecil, dan dua
pasang jendela ganda simetris. Setelah kemerdekaan sempat timbul semacam
penolakan terhadap gaya arsitektur colonial yang memunculkan gaya arsitektur
yang disebut jengki, dengan diantara ciricirinya adalah atap pelana, gevel miring,
adanya teras, kusen jendela asimetris, dan interior yang lebih cair.
Gambar : Pavilium
(Sumber : www.thearoengbinangproject.com)
Arsitektur Kolonial Belanda Page 13
Paviliun di bagian depan Rumah Sakit Darmo yang berada di sebelah
kiri dan kanan bangunan.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu
Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang
berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur
Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di
nusantara. Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke
Indonesia adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan
Belanda. Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Aliran
yang mempengaruhi arsitektur colonial di Indonesia di antaranaya Gaya Neo
Klasik, Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis, Gaya
Neogothic, Nieuwe Bouwen / International Style, Art Deco.