Anda di halaman 1dari 30

PENERAPAN ARSITEKTUR TROPIS

DI INDONESIA

Disusun oleh:

KELOMPOK 8

1. Febby Aisha Ardellia (41219010035)


2. Naufal Rafi Pasha (41219010010)
3. Chandra Milla Fitriana (41219010002)
4. Gardeno Ramadhan (41217010041)

Dosen:

Dr. M. Syarif Hidayat, M. Arch

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Tugas makalah Arsitektur Tropis
dengan tema “Penerapan Arsitektur Tropis” yang berjudul "Penerapan Arsitektur
Tropis pada Gedung Peninggalan Kolonial Belanda di Kota Medan ".

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.M. Syarif
Hidayat, M.Arch yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari ada kekurangan pada Makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalh. Kami juga berharap semoga
Makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang Arsitektur Tropis dan
Penerapan nya.

Jakarta, 16 September 2021


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5

1.3 Tujuan..............................................................................................................5

1.4 Manfaat............................................................................................................5

BAB II............................................................................................................................6

A. Sejarah Arsitektur Kolonial Belanda....................................................................6

1. Gedung London Sumatra Indonesia................................................................8

2. Kantor Pos Medan.........................................................................................10

3. Kantor Bank Medan Indonesia......................................................................13

B. Arsitektur Tropis Pada Bangunan Pendidikan Menara Phinisi UNM................17

C. Next jurnal.........................................................................................................28

BAB III.........................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan


telah beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim
tropis memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk
bangunan rumah tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional. Kondisi
iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta
curah hujan, mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat
pada zaman dahulu dalam membangun rumahnya berusaha untuk
menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan desain rumah yang
nyaman dan aman.
Arsitektur & Iklim Aritektur dan iklim dikenal salah satunya sebagai
pendekatan arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu
pendekatan desain bangunan yang diinspirasikan keadaan alam dan
menggunakan logika yang berkelanjutan didalam setiap aspek suatu proyek,
memfokuskan pada optimasi dan penggunaan lingkungan.
Konsep bangunan tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan
terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan
khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi dan
kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat kenyamanan
berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara
dalam rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep
rumah tropis. Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan
sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak
juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat;
sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan
alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan utama dari penerapan arsitektur tropis?


2. Apa manfaat menerapkan arsitektur tropis pada perancangan
bangunan?
3. Bagaimana cara menerapkan arsitektur tropis pada perancangan
bangunan?
4. Apa faktor utama menerapkan arsitektur tropis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tujuan utama dari penerapan arsitektur tropis,


2. Mengetahui manfaat dari menerapkan arsitektur tropis pada
perancangan bangunan,
3. Mengetahui cara menerapkan aristektur tropis pada perancangan
bangunan,
4. Mengetahui factor utama menerapkan arsitektur tropis.

1.4 Manfaat

Untuk penulis sebagai acuan untuk membuat makalah yang baik dan
benar serta mengetahui upaya meningkatkan minat membaca sedangkan
untuk pembaca untuk menambah wawasan dalam hal upaya meningkat minat
membaca di kalangan mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Arsitektur Kolonial Belanda

Dalam masa kolonialisme perkembangan arsitektur selalu mendapat


pengaruh dari gaya atau langgam yang berkembang pada masa kolonial
Belanda, sehingga akan mengalami beberapa periode perkembangan.
Indonesia yang merupakan bekas jajahan Belanda, sehingga banyak
mendapat pengaruh dari negeri kolonial tersebut. Dalam segi arsitektur,
pengaruh nampak pada bangunan. Bertolak dari itu perlu kiranya diadakan
penelitian dan pembahasan tentang bangunan arsitektur yang merupakan
perpaduan antara arsitektur Belanda, arsitektur tradisional, dan pengaruh iklim
setempat. Dalam arsitektur hubungan dengan masa lampau adalah
persyaratan utama untuk menciptakan karya arsitektur yang proposional, dan
menyesuaikan iklim dan letak geografis di kota Medan baik melalui fasad atau
tampilan bangunan.
Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang
dikembangkan di Indonesia selama Indonesia masih dalam kekuasaan
Belanda. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan
menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring berkembangnya
peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan permanen hingga
akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru (Sidharta).
Arsitektur kolonial datang ke Indonesia terjadi percampuran dari arsitektur
Eropa, dengan proses adaptasi dan membentuk arsitektur Belanda pada
masa penjajahan di Indonesia, (Soekiman). Penyebaran bangunan kolonial di
Indonesia dimulai ketika perdagangan Belanda yang makin mantap sehingga
perlu membangun berbagai sarana dan prasarana untuk keperluan hidup
mereka. Bangunan kolonial tersebut diantaranya bangunan tempat tinggal,
bangunan perkantoran, bank, gereja, stasiun kereta api dan pabrik. Wujud
atau bentuk pada arsitektur kolonial Belanda adalah terdapat dinding tembok
dari pasangan.
Ciri-ciri dan karakteristik arsitektur kolonial pada umumnya yang
terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Denah simetris penuh dengan satu lantai atas dan ditutup
dengan atap perisai,
2. Temboknya tebal,
3. Langit –langitnya tinggi,
4. Lantainya dari marmer,
5. Diujung beranda terdapat barisan pilar atau kolom bergaya
Yunani (doric, ionic, korinthia),
6. Pilar menjulang ke atas sebagai pendukung atap,
7. Terdapat gevel dan mahkota diatas beranda depan dan
belakang,
8. Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan
beranda depan.

Arsitektur tropis adalah jenis gaya desain arsitektur yang merupakan


jawaban dan bentuk adaptasi bangunan terhadap kondisi iklim di suatu daerah
tropis. Pengadaptasian arsitektur tropis terhadap London sumatera ini memiliki
ciri-ciri arsitektur tropis sebagai berikut:

1. Menggunakan jendela yang lebar dengan dua daun jendela dan


memiliki dinding yang tebal sebagai penahan panas.
2. Memiliki banyak Jendela sehingga memaksimalkan sirkulasi
udara pada bangunan.
3. Ventilasi dibuat agak menjorok kedalam demi melindungi
ventilasi dari air hujan.
4. Bangunan umumnya berwarna terang untuk penyerapan panas
dan ciri khas arsitektur kolonial Belanda.

Aliran udara dapat mengurangi panas yang mengendap dalam


bangunan. Salah satu cara yang paling baik mendapatkan aliran udara adalah
dengan menggunakan ventilasi silang. Adaptasi arsitektur tropis menghadapi
iklim yang menjadi ciri-ciri arsitektur tropis adalah sebagai berikut :

 Adanya overstek pada bangunan untuk mencegah tampias dan


silau.
 Teras yang beratap mencegah radiasi langsung.
 Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh gorden.
 Ventilasi udara untuk penghawaan alami.
 Atap Miring >30 derajat (pelana atau limasan) untuk mencegah
panas radiasi matahari.
 Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan
barat.
 Orientasi bukaan jendela ke arah Utara/Selatan.
 Melindungi permukaan bangunan dengan lapisan material
wheather shield.
 Bangunan umumnya berwarna terang untuk mencegah
penyerapan panas.
 Material untuk eksterior lebih baik menggunakan material low.
 Lebih baik material lokal dari pada material impor.
 Vegetasi pada bangunan digunakan sebagai unsur peneduh di
siang hari.

1. Gedung London Sumatra Indonesia


Gedung yang berada di Kota Medan, Sumatra Utara ini dibangun
oleh David Harrison, seorang pemilik perkebunan karet Harrison &
Crossfield Company. Gaya bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak seperti rumah di London pada abad 18 hingga 19. Di awal
berdirinya, perusahaan mendiversifikasikan tanamannya menjadi
tanaman karet, teh dan kakao. Di awal Indonesia merdeka Lonsum
lebih memfokuskan usahanya kepada tanaman karet, yang kemudian
dirubah menjadi kelapa sawit di era 1980.
Pada akhir dekade ini, kelapa sawit menggantikan karet sebagai
komoditas utama Perseroan. Lonsum memiliki 37 perkebunan inti dan
14 perkebunan plasma di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Gedung yang berada di Jalan Ahmad Yani ini dibangun oleh David
Harrison, seorang pemilik perkebunan karet Harrison & Crossfield
Company. Masih berdiri kokoh hingga sekarang, gedung ini telah
menjadi ikon Kota Gedung London Sumatra merupakan bangunan
peninggalan zaman kolonial. Gedung ini dibangun dengan lima lantai
dan di seluruh bagian gedungnya berwarna putih.

Gambar 1. Bentuk jendela dan bukaan pada gedung London Sumatra Indonesia
(Sumber: Analisa Peneliti, 2020)
Gambar 2. Sketsa bentuk penerapan tropis pada gedung London Sumatera
(Sumber: Analisa Peneliti, 2020)

2. Kantor Pos Medan


Kantor Pos Medan adalah kantor pos besar di Medan, Indonesia.
Dibuka pada tahun 1911, kantor pos ini adalah salah satu bangunan
bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Medan. Bangunan
ini masih tetap mempertahankan fungsinya hingga kini. Letaknya di
pusat kota Medan, tepatnya di seberang Lapangan Merdeka dan Hotel
Dharma Deli. Di depannya terdapat air mancur yang didedikasikan
pada salah seorang pionir kota Medan modern, Jacob Nienhuys (sudah
berubah bentuk).
Letaknya di pusat kota Medan, tepatnya di seberang Lapangan
Merdeka dan Hotel Dharma Deli. Di depannya terdapat air mancur
yang didedikasikan pada salah seorang pionir kota Medan modern,
Jacob Nienhuys (sudah berubah bentuk). Gaya arsitektur kolonial
belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur jembatan Titi
Gantung di dekat stasiun, dan memang dipertahankan hingga
sekarang, gaya kolonial ini diterapkan berdasarkan letak geografis kota
Medan berada di daerah tropis. Kantor Pos Medan diarsiteki oleh salah
seorang arsitek Belanda, Snuyf, yang juga merancang Kantor Ledeng
Palembang. Bangunan ini memiliki luas 1200 meter persegi, dengan
tinggi mencapai 20 meter.

Gambar 3. Tampak ruang dalam kantor pos


(Sumber: https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid. 2020)

Gambar 4. Gedung Kantor Pos Indonesia


Gambar 5.
Gambar lubang ventilasi ruang dalam Kantor Pos Medan
(Sumber: https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&ccid. 2020)

Gambar 6.
Sketsa pencahayaan alami pada gedung Kantor Pos
(Sumber: Hasil Analisa Peneliti. 2020)
Pengadaptasian arsitektur tropis terhadap kantor pos medan ini
memiliki ciri- ciri arsitektur tropis sebagai berikut:
1. Adanya teritisan yang Panjang pada Gedung guna mencegah tetesan
hujan mengenai kusen dan dinding Gedung.
2. Banyaknya lubang ventilasi yang digunakan demi memudahkan
sirkulasi udara dan pencahayaan alami pada Gedung.
3. Bangunan menggunakan warna cerah demi memantulkan sinar panas
dari luar.
4. Penggunaan overstek pada bangunan demi menghalau silau.
5. Kemiringan atap digunakan demi menghalau hujan badai yang berada
di daerah tropis.
6. Penggunaan ketinggian elevasi yang tinggi menunjang sirkulasi udara
yang bertujuan ruangan menjadi lebih sejuk.

3. Kantor Bank Medan Indonesia


Kantor Bank Indonesia Medan (semula bernama kantor cabang
Medan) mulai dibuka pada tanggal 30 Juli 1907 bersamaan dengan
Kantor Cabang Tanjung Balai dan Tanjung Pura yang masing-masing
dibuka pada tanggal 15 Januari 1908 dan 3 Februari 1908. Kantor Bank
Indonesia Medan merupakan kantor cabang De Javasche Bank yang
ke- 11. Untuk persiapan pendirian kantor-kantor di Tanjung Balai dan
Tanjung Pura kepada biro perancang Hulswit dimintakan untuk
merancang pembangunan gedung kantor kedua tempat itu.
Letak Kantor Bank Indonesia Terletak di jalan Balai Kota No.4,
Kesawan, Kecamatan Medan Barat Kota Medan, Sumatera Utara.
Bangunan Kantor Bank Indonesia (BI) Medan di dekat Lapangan
Merdeka merupakan gedung peninggalan kolonialis Belanda pada
masa penjajahan.Arsitek yang merancang bangunan BI adalah Hulswit,
Fermost, dan Cuypers. Pembangunannya selesai dalam waktu satu
tahun. Tepat di tahun 1907 bangunan yang digunakan sebagai pusat
perbankan Belanda dengan nama De Javasche.
Gaya arsitektur bangunannya menunjukkan ciri arsitektur yang
mengikuti ciri arsitektur Eropa yang khas pada zamannya, ini dapat
dilihat dari adanya kubah yang ada di puncak atap bangunan. namun
tetap mengikuti iklim di Indonesia.

Pengadaptasian arsitektur tropis terhadap bank Indonesia medan


ini memiliki ciri-ciri arsitektur tropis sebagai berikut:
a. Adanya overstek pada bangunan yang berfungsi untuk melindungi
bangunan daricahaya yang terik dan curah hujan
b. Ukuran jendela yang besar agar pencahayan kedalam bangunan lebih
baik.

Gambar 7. Gedung Bank Indonesia


Tabel 1. Tabulasi penerapan arsitektur tropis pada gedung kolonial Belanda

No. Nama Gedung Penerapan Arsitektur Tropis

1. Adanya overstek pada


bangunan untuk mencegah
tampias dan silau.
2. Jendela yang tidak terlalu
lebar, dilindungi oleh
Gedung
gorden.
London
1. 3. Ventilasi udara untuk
Sumatra
penghawaan alami.
Indonesia
4. Bangunan umumnya
berwarna terang untuk
penyerapan panas dan ciri
khas arsitektur kolonial
Belanda.
1. Adanya teritisan yang
panjang pada Gedung
guna mencegah tetesan
hujan mengenai kusen dan
dinding Gedung.
2. Banyaknya lubang ventilasi
yang digunakan demi
memudahkan sirkulasi
udara dan pencahayaan
alami pada Gedung.
3. Bangunan menggunakan
warna cerah demi
memantulkan sinar panas
Kantor Pos dari luar.
2. Indonesia di
Medan Penggunaan overstek pada
bangunan demi menghalau
silau.
o Kemiringan atap
digunakan demi
menghalau hujan badai
yang berada di daerah
tropis
o Penggunaan ketinggian
elevasi yang tinggi
menunjang sirkulasi
udara yang bertujuan
ruangan menjadi lebih
sejuk.
1. Adanya overstek pada
bangunan yang berfungsi
untuk melindungi
bangunan dari cahaya
Kantor Bank yang terik dan curah
3.
Indonesia hujan.
2. Ukuran jendela yang
besar agar pencahayan
kedalam bangunan lebih
baik.

B. Arsitektur Tropis Pada Bangunan Pendidikan Menara Phinisi UNM

Menurut Robert Gutman seorang profesor dalam komunitas Arsitektur


Princeton University di Amerika Serikat menyakatan bahwa arsitektur adalah
suatu lingkungan produksi yang bukan hanya menjembatani manusia dan
lingkungan, namun pula menjadi sarana aktualisasi diri untuk mengatur
kehidupan jasmani, psikologi dan sosial (Indriyati, 2020). Jadi dari pernyataan
tersebut, arsitektur merupakan seni dan ilmu merancang suatu bangunan
yang bukan hanya memperhatikan kekuatan, keindahan dan kegunaannya,
namun juga memperhatikan hubungan antara lingkungan sekitar dengan
manusia sebagai pengguna.

Secara umum arsitektur tropis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu arsitektur


tropis lembab dan arsitektur tropis kering. Menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS), terletak di 6o LU - 11o LS dan 95o BT - 141o BT Indonesia dilalui oleh
garis khatulistiwa, maka tergolong wilayah beriklim tropis lembab. Maka
Prinsip-prinsip arsitektur tropis lembab akan lebih di bahas lebih mendalam.
DR. Ir. RM Sugiyanto, mengatakan bahwa (Suryani, 2011) ciri-ciri iklim tropis
lembab sebagaimana ada di Indonesia adalah “kelembapan udara yang tinggi
dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun”.
Kondisi iklim di Indonesia khususnya di kota Makassar sendiri memiliki
suhu rata-rata 26°C - 30°C, dan dataran rendah yang berada pada ketinggian
antara 0-25 meter dari permukaan laut, hal tersebut membuat Makassar
merupakan kota yang memiliki suhu cukup panas dan ketika musim hujan
sering mengalami genangan air. Penerapan arsitektur tropis pada bangunan
pendidikan penting dilakukan di kota Makassar, karena siswa yang belajar di
kampus menghabiskan waktu belajar minimal 5 jam per hari, jadi memerlukan
kenyamanan dalam menjalankan aktivitasnya.
Menara Phinisi merupakan gedung pusat pelayanan akademik
Universitas Negeri Makassar. Lokasi menara Phinisi berada di Jl Andi
Pangerang Pettarani, Tidung, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan 90222. Menara yang berdiri diatas tanah ±20.000 m² ini merupakan
bangunan hasil dari sayembara yang dimenangkan oleh Yu sing pada tahun
2009, bangunan ini memiliki konsep perahu khas bugis.
Ciri-ciri iklim tropis dan pengaruhnya pada masalah umum mengenai
bangunan yang dihadapi seperti dikatakan oleh Lippsmeier, 1994 (Alghifary &
Indraswara, 2019) adalah sebagai berikut:
1. Permukaan tanah
Landscape hijau. Tanah biasanya merah atau coklat.
2. Vegetasi
Lebat, sangat kaya dan bermacam-macam sepanjang tahun.
3. Musim
Perbedaan musim kecil. Bulan terpanas, panas lembab sampai
basah. Bulan terdingin, panas sedang dan lembab sampai
basah.
4. Kondisi awan
Berawan dan berkabut sepanjang tahun.
5. Presipitasi
Curah hujan tahunan 500 - 1250 mm. Selama musim kering
tidak ada atau sedikit hujan, selama musim hujan berbeda-beda
setiap tempat.
6. Kelembaban
Kelembaban absolut (tekanan uap) cukup tinggi, sampai 15 mm
selama musim kering, pada musim hujan sampai 20 mm.
Kelembaban relatif berkisar 20 ± 85%, tergantung musim.
7. Gerakan udara
Angin kuat dan konstan. Di daerah hutan rimba lebih lambat,
bertambah cepat bila turun hujan. Biasanya terdapat satu atau
dua arah angin utama.

Iklim tropis lembab dan pada umumnya memiliki masalah yang


dihadapi seperti dikatakan oleh Lippsmeier,1994 (Oktawati & Sihabudidin,
2017) adalah sebagai berikut:

1. Panas yang tidak menyenangkan.


2. Gerakan udara lambat jadi penguapan sedikit.
3. Perlunya perlindungan terhadap matahari.
4. Perlunya perlindungan terhadap hujan.
5. Perlunya perlindungan terhadap serangga.
6. Perlunya perlindungan terhadap angin keras.

Menara ini merupakan gedung tinggi pertama di Indonesia dengan


sistem fasad Hiperbolic Paraboloid yang mempengaruhi tingkat iluminasi
cahaya yang masuk pada bangunan. Desain fasad yang disesuaikan dengan
lingkungan sekitar berdasarkan fungsi bangunan, berikut beberapa gambar 4
tampak menara Pinisi.
Gambar 8.
Lokasi Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar
Sumber : (Google Maps, 2020) & (Arsitur, 2020)

Pengambilan data dilakukan terhadap denah bangunan dan juga fasad


bangunan menara Phinisi Universitas Negeri Makassar.

a. Denah
Pada gedung menara Phinisi dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Bagian kaki, bagian badan, dan bagian kepala. Jika dilihat dari
gambar 3 denah yang ada, gedung menara Phinisi termasuk
kedalam high rise building.

Gambar 9. Denah Podium & Tower


Sumber: Dokumen Pribadi 2020
b. Fasad
Menara ini merupakan gedung tinggi pertama di Indonesia
dengan sistem fasad Hiperbolic Paraboloid yang mempengaruhi
tingkat iluminasi cahaya yang masuk pada bangunan. Desain
fasad yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar berdasarkan
fungsi bangunan, berikut beberapa gambar 4 tampak menara
Pinisi.

Gambar 10. Tampak Menara Pinisi dari beberapa sudut


Sumber: Dokumen Pribadi 2020

Dari data yang diperoleh, berikut analisis terkait penerapan arsitektur


tropis pada bangunan pendidikan Menara Phinisi UNM dengan beberapa
prinsip-prinsip arsitektur tropis sebagai materi penelitian. Berikut analisis yang
dilakukan:

a. Kenyamanan Thermal, Visual, dan Akustik.


Pada menara Phinisi UNM yang berorientasi arah utara-selatan
dengan fasad menghadap timur-barat yang berarti bangunan
tersebut terpapar sinar matahari paling banyak saat pagi dan
sore hari. Matahari melintas dari arah timur ke barat, mulai dari
fajar hingga terbenamnya matahari. Yaitu sekitar pukul 05.00 –
18.00 WIT. Di daerah menara Phinisi Makassar matahari tepat
berada di atas sekitar pukul 12.00 – 14.00 WIT dengan matahari
paling menyengat sekitar pukul 10.00 – 15.00 WIT. Jadi orientasi
menghadap utara-selatan memiliki udara yang lebih sejuk
karena tidak banyak terpapar sinar matahari, namun bangunan
tersebut juga mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk
ruangan didalamnya, hal ini merupakan salah satu prinsip dari
arsitektur tropis.

Gambar 11. Site Plan dan Analisa Matahari di UNM

Sisa lahan yang ada dijadikan lahan terbuka hijau banyak


ditanami berbagai jenis pepohonan, hal tersebut selain membuat
sirkulasi udara sekitar bangunan menjadi sejuk. Dengan adanya
pohonan tersebut juga membuat bangunan yang berada dekat
dengan jalanan tingkat kebisingan bisa diredam.
Gambar 12. Peredam Kebisingan

Material yang digunakan merupakan perpaduan bahan lokal,


yaitu penggunaan material kolom beton menggunakan system
grid dan material jendela adalah single glazed aluminium frame
kaca. Secara konvensional, struktur dinding dibuat dari
pasangan bata atau batako. Warna warna pada gedung phinisi
merupakan warna yang didapat dari bahan bangunan itu sendiri.
Paduan warna teduh putih, abu-abu dan coklat membuat gedung
tersebut sangat estetik. Jadi pemilihan warna serta material yang
ada merupakan warna dan material yang tahan terhadap iklim
tropis di wilayah sekitar.

Gambar 13. Penerapan prinsip arsitektur tropis di Menara pinisi.


b. Sirkulasi Udara
Jika dilihat dari denah menara phinisi terbagi menjadi empat
bagian, arah angin bergerak memanjang mengikuti bentuk
bangunan yang memanjang ke arah utara - selatan. Angin yang
masuk melalui bukaan depan lebih banyak melewati celah pada
bangunan. Pada void yang terdapat diantara bangunan ke
tigadengan ke empat, sirkulasi angin lebih banyak karena
mengikuti bentuk void yang melingkar. Pada selasar antar
bangunan, sirkulasi angin sangat lancar sehinnga suhunya
sangat sejuk, karena selasar merupakan jalur untuk dilewati
angin selain untuk penghubung bangunan. Jadi pada menara
Phinisi ini memiliki salah satu dari prinsip arsitektur tropis yaitu
sirkulasi udara yang cukup baik terhadap iklim tropis disekitar
bangunan.

Gambar 14. Penempatan Void UNM

c. Penerangan alami pada siang hari


Void yang terdapat pada menara Phinisi selain sebagai sirkulasi
udara juga berfungsi sebagai penerangan alami. Ketika cahaya
yang masuk melewati void membuat seluruh ruangan yang ada
didalam bangunan memiliki pencahayaan yang cukup bagus.
Lalu jika dilihat, menara Phinisi juga memiliki banyak jendela
pada setiap ruangan.

Gambar 15. Potongan Gedung Menara Pinis UNM


Sumber :Dokumen Pribadi 2020 & (Zulkarnaen, 2014)

Gambar 16. Zona Tinggkat Iluminasi cahaya


Sumber : (Nurul, dawarni, & Latief, 2016)

Pada gambar diatas menunjukan Zona 1 merupakan sisi


bangunan bagian depan menggunakan fasade bangunan
berbentuk diagonal dengan nilai iluminasi minimum sebesar
1406 lux dan maximum 2206 lux. Zona ini mempunyai nilai
iluminasi relatif tinggi dibanding dengan yang lainnya, oleh
karena titik ukur tersebut terletak dekat pada kedua sisi
bangunan yang mempunyai bukaan dinding (jendela) yaitu 50
cm dari selubung bangunan. Zona 2 merupakan area yang tidak
dipenuhi oleh bukaan dinding sehingga nilai iluminasi tidak dapat
dianalisis yaitu minimum 258 lux dan maksimum 1032 lux. Zona
3 merupakan sisi bangunan yang terlindungi oleh dinding
massive sehingga nilai iluminasi pada area ini rendah yaitu
minimum sebesar 247 lux dan maksimum 296 lux. Zone 4
merupakan titik ukur yang terletak pada notasi 4–10 dimana
secara keseluruhan selubung bangunan merupakan bukaan
dinding (jendela) sehingga nilai iluminasi relatif tinggi yaitu antara
297 lux hingga 3871 lux. sehingga dapat disimpulkan bahwa
tingkat iluminasi pada area selubung bangunan adalah tinggi,
oleh karena dapat menyerap cahaya alami semaksimal mungkin.
Rata-rata yang didapatkan sebesar 8500 lux dan nilai iluminasi
tertinggi pada area selubung bangunan sebesar 3871 lux
sehingga dapat disimpulkan bahwa reflektansi cahaya alami
pada area selubung bangunan yaitu sebesar 45,5%. Jadi
terdapatnya void serta banyaknya jendela pada menara phinisi
telah menerapkan beberapa prinsip arsitektur tropis.

d. Pelindung Dari Radiasi Matahari dan Hujan Lebat


Jika dilihat dari gambar 9 menara Phinisi memiliki Overstek
berbentuk horizontal pada setiap lantai nya. Overstek yang
berada dikedua samping menara ini berfungsi sebagai sumber
energi berkelanjutan tanpa melalui konversi menjadi energi listrik
yang biasa disebut photovoltaic. Jika dilihat pada bagian fasad
bangunan podium terdapat kaca reflektor sinar matahari
berbentuk vertikal yang berwarna kecoklatan. Kedua ovestek ini
sama-sama memiliki fungsi sebagai penahan radiasi sinar
matahari dan mengurangi efek tampias dari hujan dan angin.
Gambar 17. Penggunaan Overstak pada Gedung Pinisi
Sumber : dokumen pribadi 2020 & (Zulkarnaen, 2014)

Jika dilihat dari gambar di atas, menara Phinisi fasadnya memiliki


secondary skin berbentuk sirip dengan pola ombak berwarna
putih terbuat dari stainless steel berguna sebagai penahan
radiasi sinar matahari dengan cara memantulkan cahaya
sehingga menurunkan suhu didalam ruangan bangunan
tersebut.

Gambar 18. Penerapan second dary skin pada Menara Pinisi


Sumber : dokumen pribadi 2020 & (Arsitur, 2020)

Jadi secondary skin dan dua bentuk overstek pada bangunan


menara Phinisi yang berguna sebagai penahan radiasi matahari
maupun hujan deras merupakan salah satu penerapan prinsip
arsitektur tropis.
C. Next jurnal

Lanjutan…
BAB III

KESIMPULAN

 JURNAL 1
(Penerapan Arsitektur Tropis Pada Gedung Peninggalan Kolonial
Belanda di Kota Medan).

Karakter visual pada bangunan sangat dipengaruhi oleh elemen-


elemen bangunan yang menjadi ciri bangunan kolonial Belanda. Pada
karakter spasial dari bangunan juga memiliki kesamaan pada tiap elemen
yang menjadi ciri dari bangunan kolonial Belanda di kota Medan. Berdasarkan
hasil penelitian pada ke-tiga bangunan memenuhi syarat kategori arsitektur
tropis yaitu memiliki tritisan, overstek, ketinggian bangunan dan warna yang
menyesuaikan iklim terhadap bangunan kolonial di kota Medan.

 JURNAL 2
(Penerapan Konsep Arsitektur Tropis Pada Bangunan Pendidikan “Studi
Kasus Menara Phinisi UNM”)

Ada beberapa prinsip Arsitektur tropis yang telah di terapkan pada


bangunan pendidikan menara phinisi UNM adalah sebagai berikut:
a. Kenyamanan thermal, visual dan akustik diterapkan pada
berorientasi arah utara-selatan dengan fasad menghadap timur-
barat , terdapatnya lahan terbuka hijau, serta penggunaan
material yang kuat dan tahan lama lalu pemilihan warna yang
sesuai dengan iklim tropis.
b. Sistem aliran udara yang dimiliki bangunan ini sudah cukup baik
dalam mengaplikasi sistem cross ventilation.
c. Penerangan alami pada siang hari secara maksimal telah
dilakukan dalam desain bangunan tersebut dengan memiliki
skylight / void dan juga banyaknya jendela.
d. Pada menara Phinis memiliki dua pelindung dari radiasi matahari
dan hujan lebat yaitu dua jenis overstek dan juga secondayskin
yang berbentuk sirip.

 JURNAL 3

Anda mungkin juga menyukai