Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini saya membahas Macam-Macam Tema dalam Arsitektur, suatu pembahasan
yang
tidak asing lagi, terutama bagi mahasiswa jurusan arsitektur.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang tema-tema yang ada
dalam ilmu arsitektur yang sangat diperlukan dalam suatu perancangan arsitektur itu sendiri.
Dan juga makalah ini menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Studio
Perancangan Arsitektur III Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami
mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran oleh pihak Dosen, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-
dalamnya kami sampaikn kepada Pada Dr. Ir. Ahda Mulyati, M.T.

Palu, 8 Februari 2017

Penyusun,

Fahrul Ishak
F22115087
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Manfaat

BAB II : PEMBAHASAN

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR ISI
BABA I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perancangan suatu bangunan dari jaman ke jaman mengalami perubahan. Bagi
sebagian orang, rumah tinggal tidak lagi hanya sebagai alat perlindungan dari dunia luar,
tetapi sudah menyerupai fashion yang berfungsi sebagai alat aktualisasi diri. Rumah
tidak sekedar sebagai ruangan untuk beraktivitas, tetapi juga sebagai media komunikasi
pemilik rumah untuk menyuarakan apa yang ada didalamnya. Pembangunan rumah
tidak selalu mengikuti pola-pola baku lama yang berlaku umum. Pada umumnya setiap
pemilik rumah (calon) mempunyai keinginan dan angan-angan pada rumahnya yang
sering dirumuskan menjadi sebuah ungkapan.
Tema tersebut yang akan mengarahkan selama proses disain dan konstruksi. Arsitek
sebagai pelaksana dalam proses disain harus mengarahkan setiap guratan penanya untuk
memberikan nuansa tema pada setiap detail rancangan, hingga Bangunan tersebut dapat
bekerja dan berfungsi sesuai tema, Tema sangat beragam dan dapat muncul dari berbagai
aspek. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengaplikasikan tema
kedalam sebuah rancangan bangunan. Tidak hanya ketepatan interpretasi terhadap tema,
tetapi juga menerapkan tema selama proses perancangan hingga terwujud sebuah
bangunan. Perumusan dan Interpretasi Tema Perkembangan dan kecenderungan kondisi
sosial politik dan budaya dunia sangat mempengaruhi tema perancangan pada umumnya.
Ketika berkembang material baja, bangunan dengan rangka baja banyak bermunculan.
Krisis ekonomi memunculkan tema efisiensi, sedangkan postmodernisme
memunculkan bangunan-bangunan dengan tema dekoratif atau warna-warna yang
bernuansa festival. Isu regionalisme yang terjadi pada saat ini mendorong para
pembangun untuk menggali tema-tema lokal. Sehingga (misalnya di Indonesia)
bermunculanlah bangunan-bangunan bergaya tradisional, dengan material penyusun dari
lingkungan setempat, kemiringan atap curam, teritisan lebar (tropis), dll.
Terlepas dari perkembangan pemikiran dunia, kondisi lingkungan setempat : seperti
lahan (kemiringan lahan, berkontur, berbatu), lokasi (kota, hutan, gurun, perumahan,
rawa, sungai), gaya bangunan terdekat juga dapat memunculkan tema . Rumah pada
lahan miring, rumah batu, rumah padang pasir, rumah mengapung, menangkap
gunung, arsitektur atap, rumah kayu, rumah panggung adalah beberapa contoh tema
yang dapat dimunculkan.
Namun demikian, dalam perancangan rumah tinggal, tema tetap merupakan dominasi
para pengambil keputusan utama, dalam hal ini adalah pemilik rumah dan arsitek.

B. Tujuan dan Manfaat


Makalah ini dibuat untuk memperdalam lagi ilmu mengenai tema-tema yang ada
dalam perancangan sebuah desain, terutama untuk mahasiswa jurusan arsitektur karena
tema adalah acuan dari desain, atau awal dari membuat sebuah desain.

BAB II
PEMBAHASAN

Tema Suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh desain pada suatu proyek
TEMA 1 : SEJARAH DAN KESEJARAHAN
Postmodern memposisikan dirinya sebagai arsitektur yang merekomendasikan
nilai sejarah, lain halnya dengan arsitektur modern yang menolak sejarah.
Alan Colquhoun menyatakan dalam buku Three Kinds of Historiscism pada
arsitektur garda depan,dimana terbentuk bentukan baru yang berkelanjutan dibawah
gerak sosial, perkembangan teknologi dan representasi simbol .
Modernitas disini ingin memutuskan tali ikatan masa lalu, dengan penemuan
baru yang berkesinambungan dan tidak terikat sejarah. Kesejarahan memiliki arti
yang masih berkaitan dengan postmodern dan berhubungan dengan kemauan untuk
perhatian terhadap tradisi masa lalu , merupakan praktek artistik menggunakan
bentukan- bentukan sejarah masa lalu para postmodernist menggunakan elemen
elemen masa lampau untuk ditempelkan merekonstruksi elemen otentik untuk
ditempelkan pada bangunan mereka, mereka merasa bahwa setiap elemen memiliki
arti sendiri- sendiri yang sangat superior
Salah satu kejadian penting dalam sejarah arsitektur saat ini ,adalah
pengelompokkan hasil karya arsitek- arsitek kedalam aliran modern, padahal
arsitektur modern tidak singular tetapi terdapat kecenderungan terdapatnya perbedaan

Teori Sejarah dan Kesejarahan


Robert Venturi berpendapat sehubungan dengan adanya keburukan dan
kebiasaan sebagai simbol dan gaya arsitektur (style)

Secara artistik, kegunaan dari elemen konvensional dalam arsitektur


lazimnya merupakan bentukan familiar dari sistem konstruksi yang ada
,membangkitkan pikiran dari masa lalu.Beberapa elemen mungkin dipilih secara hati-
hati ataupun diadaptasi dari perbendaharaan yang sudah ada dan terstandarisasi
daripada secara unik diciptakan melalui data original dan intuisi artistic

Kaitan antara teori ini dengan ragam tema sejarah jelas sekali terliht saling
mempengaruhi, dimana tema sejarah dalam arsitektur modern memperhatikan unsur
sejarah masa lalu, pengaplikasiannya pada pengadopsian elemen-elemen original
masa lalu yang dikombinasi hal ini mirip dengan apa yang dikemukakan oleh Venturi
yang menyoroti penggunaan elemen yang diadopsi secara standard.Penggunaan
elemen masa lalu tidak hanya terbatas pada aliran Greko-Roman saja seperti kolom
ionic,doric,pedimen gaya Yunani dsb tapi perlu juga mengingat kesejarahan dibalik
pengadopsian elemen tersebut, ada nilai tersendiri yang berkaitan dengan sejarah.
Kalau diperhatikan secara seksama antara tema sejarah dengan tema makna ada batas
tipis yang membedakan, dimana bisa saja London Bridge Tower dimasukkan kedalam
tema makna dan tema sejarah

Aplikasi Bentukan
Sebagai contoh adalah karya Renzo Piano, London Bridge Tower

Bagian puncak menara dari tower seperti tiang kapal yang tinggi , mengikuti
konsep dimana arsitektur harus menggunakan memory menjadi bagian dari
bangunan. Itu sebabnya Renzo mengadopsi bentukan kapal Layar Thames yang
legendaris(yang mengarungi lautan dekat London Bridge). Untuk puncak menara dari
tower juga mengambil bentukan puncak menara sebuah gereja. Disini terlihat adanya
kecocokan antara objek dan tema, seperti yang dinyatakan oleh Culquhuon dalam
Three Kinds of Historicism yaitu terbentuknya bentukan baru yang yang
berkelanjutan dibawah gerak sosial , perkembangan teknologi dan representasi
simbol.

Obyek postmodern memperhatikan tradisi masa lalu. Hal ini seperti yang
dihadirkan oleh Renzo mengadopsi bentukan kapal layar Thames yang memiliki nilai
kesejarahan tersendiri ,begitu pula dengan puncak gereja. Bila hal ini ditilik dari
pengadopsian bentukan terasa klop dengan teori milik Robert Venturi yang
menekankan adanya pencomotan elemen original. Bangunan Renzo ini kiranya
kemungkinan dapat mempresentasikan teori milik Venturi dan dapat dikategorikan
kedalm kelompok tema sejarah dan kesejarahan

Sikap postmodern dalam hubungannya dengan pembaruan

Salah satu hal yang paling membuat bingung adalah istilah yang sering kali
dipakai untuk mendeskripsikan kondisi modern .Beberapa usaha yang dilakukan
berkaitan dengan pendeskripsian kondisi modern menghindari perbedaan persepsi
dibedakan menjadi anti modern dan promodern

Teori yang melandasi anti modern


Mencari perubahan radikal dengan melakukan pembaruan , menawarkan
alternatif baik orientasi kedepan ataupun mundur kebelakang (kebangkitan
tradisional).Posisi postmodern melindungi sejarah dan dalam arsitekturnya nilai-
nilai estetis klasik seperti tiruan dan ornamen kembali diperjuangkan.

Teori anti modern ini lebih condong memunculkan aliran baru yang
memusuhi modern ingin memunculkan kembali ornamen masa lampau yang dihindari
oleh modern

Teori yang melandasi Promodern

Merupakan kebalikan dari postmodern yang ingin lebih meluaskan modern


dan melengkapi budaya tradisi modern dan kemudian mentransformasikannya

Modernisme sebagai program kritik diri yang menjanjikan memelihara


kualitas tinggi dari seni masa lalu pada masa sekarang ini dan juga untuk
memastikan kelanjutan dari estetis sebagai suatu nilai.

Terjadinya kekecewaan terhadap modern yang diakibatkan beberapa hal yaitu


kurang efektif dalam memecahkan permasalahan sosial ,kurang identifikasi sosial,
kurangnya ketaatan dan kurangnya kecintaan terhadap diri sendiri
TEMA 2 : MAKNA

Tujuan dari arsitektur adalah menghasilkan wacana tektonis yang menandai


sebagai tempat bernaung sekaligus pada saat yang sama mewakili suatu makna atau
sebuah cerita

Sebuah lukisan modern berhenti menghadirkan image yang dapat dikenali


dalam kehidupan. Jadi mengapa arsitektur harus dibatasi untuk menghadirkan suatu
yang eksternal dari diri arsitektur sendiri? Pemikiran ini menggaris bawahi posisi
otonomi yang memandang fungsi sebagai eksternal dalam arsitektur.Postmodern
menempatkan nilai lebih tinggi pada bentukan daripada fungsi dengan sengaja dan
menolak dictum form follow function

Teori dari makna

Saya memandang makna sebagai suatu ide yang fundamental dalam


arsitektur dan ide dari segala bentuk di lingkungan atau tanda dalam bahasa , yang
membantu menjelaskan mengapa bentuk bisa mendadak menyeruak hidup dan
terkadang terkesan hancur berkeping. Selama ada dalam masyarakat maka setiap
kegunaan akan diubah dengan sendirinya menjadi sebuah tanda contoh sederhana
seperti sebuah jas hujan yang melindungi kita dari hujan, tidak dapat dilepaskan dari
tanda yang mengindikasikan situasi di atmosfer, jas hujan identik dengan tanda akan
turun hujan.jas hujan akan dipisahkan dari maknanya jika guna sosialnya menurun
atau masyarakat secara expisit menyangkal maknanya lebih lanjut

Teori ini dikemukakan oleh Charles Jencks yang merupakan penjelasan


mengenai pentingnya makna dari sebuah bangunan akan dapat memberikan jiwa,
menghidupkan existensi dari bangunan itu sendiri.Teori ini berkaitan dengan tema
makna yang memandang tujuan dari arsitektur bukan hanya menciptakan tempat
hunian untuk bernaung namun jug sebuah karya yang sarat makna bahkan didasari
konsep yang mampu menceritakan asal-usul terjadinya bentukan

Aplikasi Bentukan :
Seperti yang dihadirkan oleh Kisho Kurokawa dalam Pasific Tower, tersirat
dari bentukan mampu bercerita banyak, mulai dari bentuk tower yang menyerupai
separuh bulan ,terinspirasi dari Chu Mon yaitu gerbang simbolik dari pintu masuk
ruang minum teh di Jepang ini menunjukan adanya distorsi geometri oleh non-
geometri(bentukbalok yang kemudian dipotong cembung)

Penggunaan dua material yang melambangkan dua budaya yaitu budaya


Eropa yang diwakili oleh beton agregate putih berupa curving wall, sedangkan pada
bagian plaza terdapat curtain wall dari kaca flat yang menciptakan efek
transparan,mengingatkan kita pada bahan penutup pintu di Jepang. Gedung ini
memang mengekspresikan simbiosis antara Timur dan Barat.

Dari konsepnya dapat terlihat Kisho memulai desainnya berawal dari konsep
bentukan, lebih mengutamakan bentuk daripada fungsi menggabungkan unsur barat
dan timur dengan penggunaan dua material termasuk ke dalam kategori
memodifikasi struktur. Beliau juga mencoba menghadirkan bentukan gabungan yang
memiliki makna tersendiri yang tersirat, memberikan jiwa pada bangunan seperti
yang diungkapkan oleh Jencks. Berdasaran uraian diatas bangunan ini cocok dengan
teori Jencks karena memiliki nyawa sendiri yang mampu bercerita dan dapat
dikategorikan kedalam bangunan yang memiliki tema makna karena berangkat dari
bentukan

Contoh kedua dari tema makna yaitu Rumah sakit anak-anak penderita
Neuromuscular disorder(epilepsi) yang dibuat dengan ide dasar Bahtera Nuh
(Noahs Ark) yang menceritakan bagaimana Nuh membawa dan merawat bermacam-
macam binatang dalam bahteranya melalui badai dan banjir besar. Dan interpretasi
pada kenyataannya yaitu sebagai tempat penampungan dan perawatan anak-anak dari
berbagai usia, latar belakang, dan jenis penyakit yang cukup beragam.

Representasi dan Kesejarahan Postmodern


Postmodern mereperesentasikan makna dari suatu tema. Para seniman
postmodern memperkenalkan kembali sisi manusia pada karya-karya mereka yang
mengakhiri era abstraksi yang dimulai dari Cubisme, construktivisme dan
suprematisme. Intinya manusia lebih diutamakan dalam karya-karya postmodern yaitu
dari segi jiwa (lifestyle) melebihi fungsi bangunan secara umum. Penilaian akan karya
arsitektur akan berbeda-beda dari setiap pribadi manusia namun nilai lebihnya yaitu
manusia akan merasa lebih dihargai secara emosi dan keinginan untuk
mengekspresikan dirinya semaksimal mungkin. Karakteristik lain dalam karya
postmodern yaitu merepresentasikan masa lalu untuk keperluan masa kini yang juga
disesuaikan dengan kultur setempat. Pada dasarnya segala pembenaran dalam aliran
postmodern berdasar pada ekologi, urbanisme dan kultur.

Sebagai contoh bangunan Portland Building oleh Michael Graves. Graves


memang berminat pada arsitektur figuratif yang artinya arsitektur yang berasosiasi
dengan alam dan tradisi klasik. Dengan memanfaatkan fragmen-fragmen berkesan
sejarah, maka akan muncul makna tradisional dan gambaran yang khas pada
bangunan. Patung dan elemen-elemen masif lain memberikan kesan bangunan
kembali ke masa kejayaan Yunani dan Romawi walaupun sebenarnya sudah berbeda
sekali namun elemen-elemen ini masih memberikan gambaran yang kuat sifat
tradisionalnya.

Portland Building

TEMA 3 : TEMPAT
Fungsionalisme pada kenyataannya mematikan sisi manusia dari suatu karya
arsitektur, menjadikannya suatu lingkungan skematis dan tidak berkarakter yang
sangat miskin kemungkinan untuk penempatan sisi manusiawi.

Manusia, Arsitektur dan Alam

Hubungan antara manusia dan alam merupakan suatu fenomena permasalahan


yang sudah lama dicari penyelesaian terbaiknya. Alam (nature) dalam hubungannya
dengan kultur telah menjadi patokan tema yang stabil dari masa ke masa. Secara
umum pergumulan manusia terhadap keadaan alam yang berbeda-beda karakternya
pada setiap tempat yang berbeda menjadikan ide dasar dari suatu tema. Arsitektur
dalam hubungannya dengan alam harus dapat menjadi tempat bernaung yang aman
bagi manusia dari faktor-faktor alam yang terjadi di suatu tempat. Dari sini munculah
teknologi yang dibuat manusia untuk beradaptasi salah satunya dalam berarsitektur.

Arsitektur modern lebih mengutamakan analogi mesin daripada analogi secara


organik. Dengan kata lain arsitektur modern mengesampingkan perasaan manusia
secara organik dan mengutamakan apa yang dapat dibuat dengan mesin sehingga
menjadi standar dan sederhana. Sebagian besar karya-karya arsitektur modern gagal
untuk menyatu dengan alam dan lingkungan. Contoh sederhana dari satu karya
arsitektur yang mengutamakan analogi secara organik untuk dapat menyatu dengan
lingkungan yaitu bangunan Timber Workshop di bawah ini. Untuk sebuah bangunan
gudang tempat penyimpanan dan pemotongan kayu yang berlokasi di tengah hutan
sebenarnya dapat saja dibuat sederhana dengan dasar pemikiran pemanfaatan ruang
yang maksimal dan fungsional. Namun gambaran yang terjadi dengan lingkungan
akan saling bertolak belakang. Karena itu bangunan sedapat mungkin dibuat menjadi
seperti suatu unsur organik yang terkesan tidak masif dan dapat bergerak. Struktur
atap dan dinding yang menyatu dan dengan lengkungan-lengkungan di seluruh bagian
membuat bangunan ini tampak seperti suatu organisme hidup.

Tempat dan Genius Loci

Menurut Albert Einstein, tempat tidak lain hanyalah bagian dari permukaan
bumi yang dapat dideskripsikan dengan sebuah nama dan terdiri dari satu atau lebih
material yang tersusun di dalamnya. Sejarahwan arsitektur Peter Collins
mengembangkan pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa itulah arti ruang
(space) yang tepat dalam arsitektur yang mungkin juga berarti place (plaza, piazza)
adalah karya seni terbesar yang mampu digarap oleh arsitek.

Teori penempatan bermula dari fenomena geografis dari suatu daerah / tempat
tertentu dengan karakter dan jiwa yang unik dari tempat tersebut. Merupakan
kewajiban arsitek untuk menempatkan karyanya dengan baik pada kondisi tertentu
dari suatu tempat dimana karyannya akan dibangun. Struktur yang terjadi dari teori
penempatan yang baik juga merupakan realisasi dari pikiran yang mengacu pada
keadaan setempat yang kemudian dimodifikasi sehingga menjadi serasi dan sesuai
untuk kebutuhan manusia di tempat tersebut. Halangan dan hambatan / tantangan
adalah elemen yang mendasar dari tempat. Kedua hal ini akan mengarahkan segala
pikiran ke suatu ide menjadi bermakna, berangkat dari pemikiran untuk mengakali
penempatan, dengan kata lain mencari Genius Loci dari tempat tersebut.

Konfrontasi dan Penempatan

Dalam membangun sebuah karya arsitektur perlu dipertimbangkan kondisi


topografi dari suatu tempat. Hal ini juga menjadi masalah serius yang dapat
menimbulkan konfrontasi serta mempengaruhi tema dan bentukan yang terjadi.
Menurut Heidegger dalam hal ini dikenal istilah nature and nurture arsitektur yang
baik juga merawat lingkungan tempat dimana ia didirikan. Menurut Tadao Ando
begitu pula di lingkungan perkotaan dengan kepadatan dan kultur tertentu, sebuah
karya arsitektur harus dapat mewakili dan merepresentasikannya dengan baik.Sedapat
mungkin menghindari konfrontasi akibat salah penempatan. Namun dengan adanya
konfrontasi dapat dilakukan perbaikan dan penyesuaian yang terbaik.
Tempat dan Regionalisasi

Menurut Frampton regionalisme kritis mencari kemungkinan dari penempatan


dalam makna yang lebih besar dari sebuah karya arsitektur. Diperlukan adanya
pengenalan akan regional, bangunan lokal dan sensitivitasnya terhadap cahaya, angin
dan kondisi temperatur yang semuanya mengatur respon dari arsitektur yang memberi
respon positif pada site. Dengan demikian disain yang terjadi akan menjadi sangat
estetis dan ekologis dan juga menolak kapitalisme dari gerakan modernisme.

TEMA 4 : TEORI PERKOTAAN

Seringkali arsitek fokus pada bangunan sebagai suatu objek tunggal dan bukan
objek yang berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut teori perkotaan, setiap
bangunan dengan fungsi tertentu telah diatur sedemikian rupa untuk berdiri sesuai
dengan konteksnya.

Kontekstualisme

Karena itulah ada muncul teori kontekstual yang mengatur tatanan perkotaan
secara umum. Ide-ide mengenai tatanan perkotaan sudah muncul sejak awal
peradaban manusia. Contoh paling dapat dilihat yaitu kota-kota Romawi yang
membagi-bagi secara umum menjadi kompleks-kompleks bangunan seperti bangunan
pemerintahan, bangunan spiritual, bangunan tempat hiburan dan pertemuan rakyat
dan pemerintah (kaisar), daerah pemukiman rakyat, tempat pembuangan sampah dan
lain-lain. Semuanya diatur dalam suatu konteks tertentu yang mengacu pada suatu
tatanan perkotaan yang dapat menjadi tema dari arsitektur.

Teori Pembacaan dan Pengartian

Sebuah kota berisi elemen-elemen yang kuat dan yang lemah dimana satu
sama lain saling mempengaruhi dan membentuk suatu arti dan makna tertentu. Makna
ini dapat berubah menjadi suatu sistem yang kemudian dapat dibaca dan dibedakan
antara yang menandai dan yang ditandai dari suatu daerah. Adanya yang dominan dan
sub dominan menjadikan suatu kota memiliki makna yang berbeda dipandang dari
sudut pandang yang berbeda pula.
Gambaran dari Kota

Gambaran suatu kota dapat terproyeksi dari sejarah kota tersebut. Misalnya
dengan adanya bangunan-bangunan bersejarah yang kemudian adanya bangunan-
bangunan baru disekitarnya yang disesuaikan dengan bangunan lama namun tidak
menengelamkan bangunan lama namun sebaliknya justru membuat eksistensi
bangunan lama menjadi semakin kuat dan berpengaruh serta memberi kesan tersendiri
pada lingkungan tempat ia berdiri. Dengan memanfaatkan secara efektif akan
jalur/jalan (path), sudut/ujung (edge), node (titik temu), daerah/area (district) dan
penanda (landmark) pada suatu kota, maka akan terbentuk makna yang kemudian
menjadi gambaran (image) dari kota tersebut.

Satu contoh implementasi teori ini dalam suatu karya arsitektur adalah Parc de
la Villette, Paris oleh Bernard Tschumi. Kompetisi Parc de la Villette diadakan oleh
pemerintah Perancis tahun 1982 secara obyektif, kompetisi tersebut adalah :

1. Untuk menandakan visi dari suatu masa/era

2. Sebagai aksi terhadap ekonomi masa depan dan perkembangan budaya dari
suatu key are di Paris

Parc de la Vilette adalah pusat dari berbagai polemik. Pada permulaan


kompetisi terjadi polemik antara para disainer lansekap dan para arsitek. Sampai
terjadi pergantian pemerintahan dan bermacam krisis perbelanjaan negara.

Parc de la Villette berlokasi di suatu tapak terbesar dan yang terakhir, yang tersisa di
Paris. Terletak di sebelah Timur Laut kota, antara the Metro Stations Porte de Pantin
dan Porte de la Villette seluas 70 ha. Parc de la Villette kelihatan sebagai percampuran
bermacam-macam dasar pragmatis, disamping adanya the Park, a large museum of
science & industry, a city of music, a grand hall for exhibitions and a rock concert
hall. Oleh sebab itu, the park bukan merupakan replika lansekap yang sederhana.
Sebaliknya merupakan urban park for 21st century yang mengembangkan suatu
program yang kompleks dari kultur dan fasilitas hiburan, yang terdiri open air
theatre, restaurant, art galleries, music & painting workshop, playgrounds, video
computer displays, sebaik obligatory garden yang lebih menekankan pada hasil
ciptaan kultural daripada hanya berupa rekreasi alami. Tschumi berhasil menampilkan
a large metropolitan venture, yang diperoleh dari isjunction & diassociations dari
waktu kini. Ini dicobanya untuk mempromosikan suatu strategi urban yang baru
dengan keterkaitan konsep : seperti superimposition architectural
combination&cinematic lansekap. Tchumi menggambarkan ini sebagai the
largest discontinious building in the world.

Urbanisme Eropa : Neorasionalisme dan Tipologi

Kota-kota di Eropa merupakan gudang dari banyak kenangan sejarah. Dan


kota merupakan hasil karya manusia dari masa ke masa. Hal ini sangatlah berarti dan
harus diteruskan dan jangan dibinasakan dengan dominasi dari modernisme yang
ingin membangun modern city yang membinasakan keberadaan unsur-unsur sejarah
dan memori dari suatu kota. Simbolisasi dari suatu kota sangatlah penting dalam
upaya memfokuskan kembali perhatian pada ide membuat arsitektur dalam konteks
perkotaan. Arsitektur adalah kekontrasan yang muncul dari suatu kota yaitu antara
yang partikular dan universal, antara yang individual dan kolektif. Tipologi
merupakan alat analisis dan sebagai basis rasional untuk proses disain dari suatu
transformasi.

Belajar dari para ahli bahasa

Perlukah fungsi simbolis dengan fungsi literatur dalam berarsitektur? Jika


perlu apakah akan dibuat tanda pada bangunan secara khusus atau merupakan
bangunan itu sendiri? Akankah arsitektur menyesuaikan bahasanya masing-masing
menjadi satu bahasa atau tetap dengan bahasanya dan saling menterjemahkannya
kepada yang lain sehingga tercapai suatu kecocokan dalam suatu area atau lingkungan
tertentu. Pada dasarnya pikiran manusia memiliki bahasanya masing-masing dan agar
orang lain dapat mengerti maka perlu adanya penterjemahan.
Kota-kota pinggiran: Pola Sejaman dari Pembangunan

Kota-kota pinggiran muncul akibat adanya pemeliharaan keberadaan kota


lama yang menjadi pusat dari kegiatan. Hal itu merupakan suatu contoh yang umum
dan dapat dijumpai dimana-mana. Bahkan setiap kota besar yang terus berkembang
selalu mengarah pada pola sentralisasi terutama kota-kota yang memiliki nilai sejarah
pada daerah-daerah tertentu. Jika daerah tersebut dipertahankan maka akan muncul
kota-kota pinggiran yang membutuhkan suatu space khusus namun tetap menjadi
bagian dari kota inti.

TEMA 5 : POLITIK DAN AGENDA ETIKA

Berbicara mengenai politik dan etika, maka arsitektur pun juga tak luput pula
memberikan arti dan peran penting dalam dunia politik dan etika. Sehingga bila kita
kaitkan dengan politik, arsitektur ini tampil dengan wajah yang tidak jauh berbeda
dengan kehidupan sosial dan memberikan pedoman dalam kehidupan sosial, bahkan
arsitektur bisa bersikap kritis dan berperan aktif dalam mendukung status quo suatu
daerah. Sehingga boleh dikata wajah arsitektur yang tampil bisa merupkan intervensi
dari kebijakan politik. Oleh karena berkaitan dengan penjelasan di atas, dapat kami
artikan bahwa arsitektur tidaklah murni sebagai seni atau boleh dikata arsitektur
merupakan seni terapan.

Sedangkan dalam kaitannya dengan etika, arsitektur yang didirikan itu


haruslah benar-benar mempertimbangkan kondisi budaya setempat, peduli dan ramah
terhadap lingkungan, dalam arti segala macam teknologi dan bahan-bahan bangunan
yang dipakai jangan sampai merugikan lingkungan setempat, karena menurut kami
arsitektur yang dibangun saat ini akan menjadi titipan yang sangat berharga bagi
generasi mendatang yang juga butuh suatu lingkungan yang ASRI; bukannya rusak
dan carut-marut akibat dibangunnya arsitektur tertentu.

Adapun uraian yang kami paparkan diatas kami dapat berdasarkan dari
beberapa temuan teori berikut ini; sebagaimana yang disampaikan oleh Christopher
Day bahwa meskipun arsitektur sebagai seni tetapi arsitektur itu sendiri bukan hanya
berbicara indah dan tidak indah melainkan arsitektur juga harus bisa memperhatikan
lingkungan sekitar, dan bahkan sebaliknya pula lingkungan harus bisa juga cocok
dengan bahan bangunan dari arsitektur yang akan kita bangun, sehingga agar suatu
material bangunan bisa bermanfaat, secara biologi mendukung, secara emosional
memuaskan, maka kita harus menggali lebih dalam mengenai apa yang bisa
mempersatukan antara material yang dipakai dengan lingkungan sekitarnya. Oleh
karena itu ada benarnya juga bila Christopher Day mengatakan It starts with the
feelings; architecture built up out of adjectives-architecture for the soul yang artinya
bahwa membangun haruslah diawali dengan mengembangkan perasaan barulah
kemudian menumbuhkan jiwa yang kuat bagi tempat yang bersangkutan dengan
pemilihan material yang benar-benar cocok dan berkualitas tertentu seperti yang
dibutuhkan oleh lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud pada paparan di atas bukan sekedar lingkungan


fisik semata melainkan juga termasuk lingkungan budaya, karena sebagaimana kita
ketahui bahwa setiap lingkungan punya perbedaan budaya maka secara individual
setiap orang yang berasal dari daerah yang berlainan akan mempunyai tanggapan
yang berbeda satu sama lain. Seperti halnya juga yang disampaikan oleh Prof. Ir. Eko
Budiharjo MSc. Dalam bukunya yang berjudul Arsitektur Sebagai Warisan Budaya,
dimana karya arsitektur merupakan pernyataan kreatif yang jujur dari interaksi
kehidupan sosio-kultural masyarakatnya sehingga tidak mungkin bentuk yang tampil
merupakan wujud tunggal rupa, melainkan akan berkembang terus penuh kreativitas
dan inovasi baru seiring dengan perkembangan sosio-budayanya.

Menindaklanjuti paparan di atas, adapun Christopher Jones juga berpendapat


sama yakni Architecture is becoming not just visual but social, thermal, temporal,
historical. (Essay In Desaign, 1984), yang intinya perlunya kemampuan artistic
dipadukan dengan kepekaan sosial dan moral, dan diseimbangkan dengan kesadaran
lingkungan.
Sehingga bila kita mengharapkan arsitektur yang manusiawi, yang sesuai
dengan kondisi masyarakat sebagaimana adanya dan bukan memaksakan kondisi
semata-mata yang diinginkan perancang, maka jawaban sederhana saja, yakni kita
harus menghargai arsitektur sebagai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat
banyak, bukan untuk dinikmati oleh keinginan perencana arsitek semata-mata, seperti
yang terlihat pada bangunan Moshe Safdie di Montreal, disana jelas sekali yang
tampil dominan hanyalah kepuasan Sang arsitek bukanlah kepuasan lingkungan
sekitar, misalnya budaya setempat yang tidak lagi dilestarikan dalam bangunan itu,
bahkan dalam pelaksanaan konstruksinya pastilah sulit sehingga tidak dapat
dipungkiri bila pasti merugikan lingkungan setempat atau tetangganya.

Sedangkan keterlibatan arsitektur terhadap politik, atau boleh dikata


sebaliknya campur tangan politik dalam dunia arsitektur seperti terlihat pada
bangunan Hong Kong bank dimana konsep struktrur dan visualitas bangunan yang
ada, sedianya merupakan intervensi dari pemerintah Inggris, maka boleh dibilang
arsitektur tersebut menjadi bagian dari obsesi nasional. Jadi sebenarnya komitment
dan perhatian yang besar dari pemerintah atau penentu kebijakan mampu merangsang
terciptanya wajah-wajah arsitektur yang baik.

Sebagai ilustrasi atas pernyataan teori di atas berikut ini kami sajikan beberapa
contoh bangunan yang relevan dengan pembahasan kali ini diantaranya Gedung
parlemen yang ada di Tokyo, di sana terlihat sekali kalau bangunan itu berdiri dengan
mempertimbangkan budaya setempat, bahkan kalau kita lihat pada faade
bangunannya pun mengikuti faade bangunan yang ada di samping kanan-kirinya
sehingga bisa tampil menyatu dan selaras, maka boleh dikata benar-benar tampil
dengan menghargai ciri budaya setempat. Demikian juga yang ditampilkan oleh
menara Hitechniaga, bangunan ini meskipun memakai teknolgi yang canggih dan
terlihat benar-benar high tech akan tetapi tampilan itu diramu sedemikan rupa
namun sangat memperhatikan iklim dan kekhasan setempat, karena overstek-overstek
yang ada dipakai untuk tampias hujan sekaligus tatanan faade benar-benar ditata
untuk pembayangan terhadap cahaya matahari.

TEMA 6 : BADAN
Sebelum kita kaitkan badan dengan dunia arsitektur ada baiknya kalau kita
juga pahami bahwa secara harafiah badan tidak lain merupakan komponen fisik dari
tubuh manusia, yang dianggap sebagai subyek.

Sehubungan dengan dunia arsitektur, badan ini dianalogikan sebagai wadah


arsitektur. Wadah arsitektur bukan berarti tempat seperti arti harafiah sesungguhnya,
karena kalau kita telaah lebih dalam dari ulasan yang ada maka dapat kita tarik
kesimpulan bahwa arsitektur menempatkan manusia sebagai inti dan pedoman dalam
membangun dan merancang suatu bentuk desain, karena segala macam desain yang
tampil itu tidak lain ditujukan untuk bisa dipakai oleh manusia sebagai subyek
pengguna yang harus juga merasa nyaman, sehingga badan nantinya diproyeksikan ke
dalam perencanaan gambar, fasade, dan detil.

Dalam rangka mendukung uraian di atas, berikut ini kami sampaikan beberapa
pendapat para pakar, diantaranya seperti yang disampaikan oleh Dipl. Ing Suwondo B
Sutedjo, bahwa arsitektur merupakan suatu karya manusia untuk manusia yang berarti
sesungguhnya arsitektur tidak dapat dinilai hanya sebagai seni bangunan saja tetapi
harus selalu dalam konteks manusianya, jadi suatu karya arsitektur bisa dinilai setelah
karya tersebut berfungsi dan bukan pada saat karya tersebut secara fisik terselesaikan.
Karena manusia menjadi pengguna di dalam karya arsitektur tersebut maka menjadi
penting sekali untuk mengetahui tingkah laku manusia sehingga manusia bisa benar-
benar menjadi initi dari suatu proses terbentuknya karya arsitektur. Dan menurut
beliau bahwa dewasa ini sudah semakin tinggi tingkat kejenuhan arsitek-arsitek Pasca
Modern terhadap perancangan yang terlalu ditekankan pada aspek fungsi, bentuk dan
estetika yang serba normative dan dogmatis, karena itu mereka ingin menempatkan
faktor manusia sebagai titik sentral dalam perancangannya.

Menyambung pendapat dari Dipl. Ing Suwondo B Sutedjo, adapun Robert


Venturi juga berpendapat sama dalam bukunya yang berjudul Complexity and
Contradiction in Architecture tahun 1966, dimana beliau mengecam perancangan
arsitektur yang terlalu menekankan aspek rasional sehingga implikasinya
mengabaikan kenyataan bahwa manusia adalah juga makhluk yang emosional,
menurutnya kalaupun ingin menerapkan high tech maka perlu diperkaya juga
dengan high touch, nalar dan rasa bukan saja untuk dinikmati oleh arsiteknya
melainkan juga bagi manusia lain terlebih sebagai pengguna.
Sebagai pelengkap pemahaman kita akan tema ini, maka kami sertakan juga
beberapa obyek kasus diantaranya adalah Henley Regatta Heat Quarters yang berdiri
di Henley, bangunan ini terlihat seperti benteng sehingga bila dikaitkan dengan tema
yang ada bangunan ini berperan menampilkan kesan kekuasaan karena tampilan
bangunan yang mirip

dengan benteng, sehingga manusia dalam arti penghuni di dalamnya ikut juga
terangkat statusnya oleh karena tampilan yang disajikan oleh bangunan itu. Oleh
karena itu kebutuhan manusia sebagai pengguna bangunan ini yang kurang lebih
menghendaki bangunan ini sebagai semacam kantor militer yang syarat dengan
kekuasaan bisa dipenuhi. Ini merupakan bukti konkrit kalau bangunan ini mampu
memuaskan pemakainya.

Contoh lain dari tema ini adalah bangunan Montmorillon Hospital yang
dirancang oleh Architecture Studio (M. Robain, J. F. Galmidre, R. Tisnada, E. X.
Descart, J. F. Bonne). Bangunan ini difungsikan sebagai rumah sakit dengan tampilan
yang demikian unik menurut kami hal itu dimaksudkan memberikan kepuasan bagi
pasien yang tinggal di dalamnya agar tidak mengalami kebosanan dan kejenuhan
seperti layaknya ketika tinggal di rumah sakit pada umumnya. Tetapi menurut kami
agak kurang cocok dengan tema ini karena tampilan dari luar tidak seperti sebuah
rumah sakit apalagi entrancenya dibuat sedemikian megah seolah menyimbolkan
suatu kekuasaan dan kemegahan dan tidak sebanding dengan seukuran manusia yang
masuk.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
TEMA, memilih tema adalah tahan paling awal dalam membuat sebauh desain,
maka dari itu tema ini sangat penting dalam sebuah desain banguan, tema adalah
patokan untuk seorang arsitek mendesain bagamna bangunan itu akan dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr&ei=bSWfWJSqAYn_vgSJ2ZrwCQ#q=pentingnya+tema+dalam+peranca
ngan+arsitektur

https://docs.google.com/file/d/0B2j1KQ0u-U97R1IzMUtRODc2cVE/view

Anda mungkin juga menyukai