Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN ARSITEKTUR TROPIS PADA BANGUNAN HIGH TECH DI

INDONESIA

Oleh

Muhammad Irvan Al aziz

Makalah

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah


TEKNIK PENULISAN

Pada

Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
BAB I

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diantara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah


karena kondisi alam atau iklim di mana manusia berada, tidak selalu dapat
menunjang aktifitas yang dilakukannya secara baik. Kadangkala alam
menurunkan hujan lebat, kadang menjatuhkan sengatan matahari yang sangat
tajam, atau menghembuskan angin yang terlalu keras. Sementara aktifitas
manusia yang sangat bervariasi memerlukan kondisi iklim tertentu di
sekitarnya yang bervariasi pula.

Permainan sepak bola masih dapat dilangsungkan di bawah guyuran hujan,


tapi tidak demikian halnya dengan tennis, tennis meja dan lainnya. Aktifitas
bermain layang-layang mengharapkan angin yang relatif kencang sementara
permainan bulu tangkis tidak dapat berlangsung di bawah hembusan angin
yang melaju dengan cepat.

Demikian pula dengan aktifitas manusia lainnya: mengetik, melukis, tidur,


makan, membaca, dan sebagainya pada umumnya memerlukan kondisi-
kondisi fisik iklim tertentu agar aktifitas tersebut dapat dilangsungkan secara
baik. Untuk melangsungkan aktifitas kantor misalnya diperlukan ruang
dengan kondisi visual yang baik di mana intensitas cahaya mencukupi,
diperlukan kondisi termal yang mendukung di mana suhu udara berada dalam
rentang nyaman tertentu, demikian pula diperlukan kondisi audial dengan
intensitas gangguan bunyi yang rendah yang tidak mengganggu pengguna
bangunan.(Karyono, 2016)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh yang


besar di dalam kehidupan manusia, begitu pula di dunia arsitektural. Perilaku
manusia yang cenderung mengikuti perkembangan jaman juga ikut
mempengaruhi keiinginan mereka untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas yang
berteknologi tinggi dan mempermudah aktifitas mereka diberbagai tempat
yang mereka kunjungi. Disinilah peran dari para arsitek dan desainer
dibutuhkan, yaitu dengan merancang suatu tempat yang dapat memenuhi
kebutuhan konsumerisme manusia akan teknologi terkini dan kemudahan
fasilitas. Arsitektur high tech muncul dari buah pemikiran seperti ini.
Walaupun arsitektur high tech cenderung dikatakan sebagai arsitektur yang
“mahal”, tetapi pada penerapannya tujuan utama dari arsitektur high tech
adalah untuk memudahkan aktifitas manusia. Jadi yang diutamakan bukanlah
penggunaan elemen-elemen berteknologi tinggi dalam bangunan, tetapi
elemen-elemen arsitektural lebih ditonjolkan agar lebih mudah dimengerti
fungsi dan penggunaanya oleh pemakainya. Tujuan dari penerapan arsitektur
high tech yakni menampilkan unsur-unsur teknik bangunan yang kemudian
diekspose sehingga aspek-aspek tekniklah yang akan menciptakan estetika
dari bangunan. Pada dasarnya arsitektur high tech dalam penerapannya selain
menekankan pada kecanggihan teknologi juga menggunakan elemen- elemen
struktural yang sangat dominan dengan material pabrikasi pada elemen
interior, eksterior maupun struktur dan utilitas bangunan. Dalam arsitektur
high tech, penggunaan warna-warna mencolok pada tiap elemen arstektural
juga diterapkan untuk membedakan fungsi dari tiap elemen arsitektural agar
lebih mudah dimengerti penggunaanya oleh pemakai.(TANDAL & EGAM,
2011)

Melihat daerah dindonesia yang beriklim tropis permasalahan matahari,


curah hujan, dan kelembaban merupakan permasalahan yang sangat serius
dalam sebuah desain, maka dari itu arsitektur diindonesia cenderung memiliki
atap yang menjulang dan lebar untuk menanggulangi permasalahan iklim
tropis tersebut.

Pada perkembangan desain, sejak tahun 1970-an karya arsitektur


postmodern high-tech muncul yakni Juga dikenal sebagai Modernisme Akhir
atau Ekspresionisme Struktural, yakni menggabungkan elemen-elemen dari
industri berteknologi tinggi dan system teknologi ke dalam desain bangunan.
Arsitektur High Tech muncul sebagai modernisme yang mengalami perubahan
dari ide-ide sebelumnya yang dibantu olehkemajuan teknologi bahkan lebih
dalam mencapai teknologi. Arsitektur High Tech ini berfungsi sebagai
jembatan antara modernisme dan post-modernisme, namun seringkali muncul
kesalahan desain jika dilakukan pada daerah beriklim tropis, sampai akhirnya
muncul bangunan kaca tetapi dengan pertimbangan iklim seperti yang telah
dilakukan ken yeang pada bangunan spire edge, menahan matahari dengan
tanaman dan lubang - lubang pada bangunan untuk menciptakan sun shadding
Sebagai seorang Arsitek kita perlu memahami hal apa sajakah yang perlu
diperhatikan saat mendesain bangunan high tech pada Negara beriklim tropis,
sehingga implementasinya dapat berjalan dengan baik, maka disini penulis
mencoba merangkum dan menggambarkan desain high-tech yang mampu
diterapkan pada daerah beriklim tropis.(Arsitektur, 2014)

B. RUMUSAN MASALAH

Ide awal judul ini berangkat dari besarnya minat penulis terhadap
kajian mengenai arsitektur tropis dan penerapan – penerapannya terutama pada
bangunan high tech Selain itu alasan penentuan judul ini adalah antara lain
karena; pertama masih rancunya pengertian tentang arsitektur tropis itu sendiri,
kedua banyaknya permasalahan yang muncul untuk desain arsitektur tropis dan
ketiga besarnya minat penulis akan desain arsitektur diharapkan disini dapat
dibahas teknologi beserta desain tropis yang relevan langgam High tech, dan
seperti apa perbedaan penerapan arsitektur high tech pada daerah 4 musim dan
2 musim karna alasan itulah penulis memilih judul ini.

C. TUJUAN PENELITIAN

Topik mengenai penerapan arsitektur tropis pada bangunan high tech ini
cukup penting untuk dibahas, mengingat bahwa desain arsitektur terus
berkembang diharapkan pengabaian – pengabaian tidak terjadi terus menerus.

Tujuan penulisan ini agar dapat dijadikan pegangan dalm proses


mendesain dan membuka wawasan mengingat Indonesia merupakan daerah
beriklim tropis maka diperlukan desain arsitektur yang relevan dengan iklim
tropis.

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dimulai dengan


mencari landasan teori untuk menentukan sudut pandang pngolahan data.
Pengambilan data contoh studi kasus dilakukan dengan cara observasi
lapangan dan mencari data latar belakang ke masyarakat, mencari data melalui
internet, dan para pemerhati budaya dan arsitektur setempat.

Studi kasus ini pada kelanjutannya akan dicocokkan dan di analisa dengan
teori yang pro maupun kontra menurut sudut pandang yang sama sehingga
saya mendapatkab kesimpulan

B. SISTEMATIKA

Pada penulisan tugas karya ilmiah ini, terdiri dari 1 bab. Dengan beberapa
sub bab dan point – point penjelasan mengenai bagian dari bab pendahuluan
ini, yaitu yang terdiri dari latar belakang yang mendasari saya untuk
mengambil tema dalam tugas karya ilmiah ini, rumusan masalah yang menjadi
acuan saya untuk tetap pada jalur tema agar tidak melenceng, tujuan dan
sasaran yang membuat tulisan saya ini memiliki sebuah ujung yang mengarah
pada pemberian info seputar tema karya ilmiah ini, metode penelitian yang
menjadi cara bagi saya untuk mengambil contoh data – data dalam penulisan
karya ilmiah, serta sistematika penulisan tentang pembagian penulisan karya
ilmiah agar mudah di mengerti oleh pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Arsitektur, P. S. (2014). Penerapan arsitektur tropis pada bangunan high tech.
Karyono, T. H. (2016). Mendefinisikan Kembali Arsitektur, (July).
TANDAL, A. N., & EGAM, I. P. P. (2011). Media Matrasain. Media Matrasain, 8(1), 29–39.

Anda mungkin juga menyukai