PENDAHULUAN
1.3 Permasalahan
“Bagaimana mendesain Master Plan Universitas Palangka Raya agar mampu
bersaing di tingkat Nasional maupun Internasional yang selaras dengan visi dan misi
dengan tetap mempertahankan kondisi lingkungan sekitar ?”
1.4 Tujuan
“Mendesain Master Plan Universitas Palangka Raya yang mampu bersaing
ditingkat nasional maupun international selaras dengan visi dan misi dengan konsep
penataan lingkungan yang dapat mewadahi sarana dan prasarana sebagai wujud dari
pengembangan bentuk dan keadaan lingkungan yang sudah ada”
TEMA
Abstrak :
Pemahaman Arsitektur & Iklim Aritektur dan iklim dikenal salah satunya sebagai
pendekatan arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu pendekatan desain
bangunan yang diinspirasikan keadaan alam dan menggunakan logika yang berkelanjutan
didalam setiap aspek suatu proyek, memfokuskan pada optimasi dan penggunaan lingkungan.
Logika –logika tersebut meliputi kondisi peruntukan lahan, ekonomi, konstruksi, manajemen
bangunan, serta kesehatan dan kesejahteraan manusia melalui keadaan fisik bangunan
PENDAHULUAN
1. Arsitektur Modern
Arsitektur Modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan
gaya karakteristik yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam
ornamen. Karakter ini dosinyalir pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya
ini telah diperkuat dan dikenali dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan
untuk beberapa dekade dalam abad ke-20 ini.
Sejak tahun 1920, selain sangat signifikan dalam gaya bangunan Arsitektur Modern, juga telah
menetapkan reputasi bagi arsiteknya. Tiga arsitek modern terbesar saat itu adalah Le Cobusier di
Perancis, Mies van der Rohe dan Walter Gropius di Jerman.
Arsitek Frank Llyod Wright adalah yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur
modern di Eropa. Melalui karya-karya gedung tingginya yang tersebar, Wright merupakan salah
satu dari sekian banyaknya arsitek yang sangat berpengaruh dalam dunia perarsitekturan.
2. Arsitektur Tropis
Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah beradaptasi
dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional.
Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan,
mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat pada zaman dahulu dalam
membangun rumahnya berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan
desain rumah yang nyaman dan aman.
PEMBAHASAN
Pemahaman Arsitektur & Iklim Aritektur dan iklim dikenal salah satunya sebagai pendekatan
arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu pendekatan desain bangunan yang
diinspirasikan keadaan alam dan menggunakan logika yang berkelanjutan didalam setiap aspek
suatu proyek, memfokuskan pada optimasi dan penggunaan lingkungan. Logika –logika
tersebut meliputi kondisi peruntukan lahan, ekonomi, konstruksi, manajemen bangunan, serta
kesehatan dan kesejahteraan manusia melalui keadaan fisik bangunan
a) Pola rancangan beradaptasi penuh terhadap iklim Kaidah arsitektur tropis (tradisional)
secara cermat diikuti, secara bersamaan digunakan pula rancangan arsitektur modern hingga
detail elemen bangunan.
b) Pola rancangan beradaptasi terhadap iklim, dilengkapi alat kenyamanan suhu kaidah
arsitektur tropis diikuti, namun dengan pertimbangan tertentu digunakan alat kenyamanan suhu.
c) Pola rancangan menggunakan sebagian kaidah adaptasi terhadap iklim, dilengkapi alat
kenyamanan suhu kaidah arsitektur tropis pada beberapa elemen rancangan diterapkan, pada
bagian lain
d) Pola rancangan mengunakan bentuk tradisional tanpa memperhatikan kaidah iklim pola
rancangan tidak menggunakan kaidah adaptasi terhadap iklim (Agus, studi pustaka arsitektur
bioklimatik, skripsi A. 2008)
Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah beradaptasi
dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap bentuk bangunan. Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari,
angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari bangunan-bangunan yang
berada pada iklim tropis. Masyarakat pada zaman dahulu dalam pembangunan berusaha untuk
menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan desain bangunan yang nyaman dan
aman.
Konsep bangunan tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana
kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari
kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat
kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam
bangunan, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep bangunan tropis. Meskipun
konsep bangunan tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi)
bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren yang berkembang
dalam masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam
tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
Mempunyai atap yang tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna
untuk meredam panas.
Mempunyai teritisan/overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan
yang disertai angin. Selain itu, uga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam
bangunan.
Mempunyai lubang untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa
tetap nyaman.
Pada daerah tertentu, rumah panggung menjadi ciri utama yang kuat untuk antisipasi bencana
alam dan ancaman binatang buas.
Desain tropis umumnya menggunakan material alam yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya.
Indonesia sebagai Negara dengan iklim tropis tidak selalu baik untuk menunjang
aktivitas-aktivitas manusia yang bervariasi sehingga memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu
yang bervariasi pula. Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan
kondisi visual yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung
dengan suhu udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan
bunyi rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan.
Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat
ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan, diharapkan
iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasi diubah menjadi iklim
dalam (bangunan) yang lebih sesuai.
Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim
dalam (bangunan) yang sesuai seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus,
manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam
bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan
udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan.
Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam
bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk
memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas
manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang
kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidakatau
karena aturan membangun setempat kerap melakukan tindakan yang benar. Karya arsitektur
yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan permasalahan iklim
setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap yang tebal, dengan
penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga panas di dalam
bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar. tropis masih memiliki peninggalan arsitektur
tradisional yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia. Sementara perkembangan arsitek modern di
Indonesia sangat dominan sesuai dengan jamannya, disisi lain membutuhkan identitas nasional.
III. KESIMPULAN
Di kota Palangka Raya sendiri khususnya di Universitas Palangka Raya sebagai suatu
tempat yang mewadahi proses belajar mengajar, masih memiliki suhu udara yang sangat tinggi
terutama saat musim kemarau. Dalam konsdisi iklim yang panas inilah muncul ide untuk
menyesuaikan dengan arsitektur bangunan gedung perkuliahan ataupun gedung administrasi dan
fasilitas lainnya yang dapat memberikan kenyaman bagi setiap aktivitas yang di wadahinya.