Anda di halaman 1dari 72

ARSITEKTUR

& LINGKUNGAN

PERTEMUAN 11
Fauza Hastati, S.T., M.T.
Ni Ketut Ayu Intan Putri Mentari Indriani, S.T., M.Ars
Outline:
- Ekologi Arsitektur
- Sustainability
EKOLOGI
ARSITEKTUR
Apa itu EKOLOGI?
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal
dari kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan
erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Bagaimana Dampak Arsitektur
Terhadap Lingkungan?

Proyek arsitektur mengkonsumsi banyak material sekaligus memproduksi banyak sampah. Dafid
Rodman dan Nicolas Lesson dalam tulisannya yang berjudul “A Building Revolution: How Ecology
and Health Concerns Are Transforming Construction,” (Worldwatch Paper 124, Washington, DC.,
March 1996) menyebutkan bahwa pembangunan lingkungan binaan berdampak pada
penggunaan sumber-sumber alam. Lingkungan binaan manusia menggunakan 1/6 air tawar
dunia, menggunakan ¼ hasil kayu dunia, 2/5 bagian material dan energi dunia. Selain itu
lingkungan binaan juga memberikan dampak perubahan pada lahan yaitu mempengaruhi
daerah resapan air, dan kualitas udara.
Arsitektur adalah seni dan ilmu tentang bangunan. Kita dapat melihat banyak
karya arsitektur sebagai karya seni dalam konteks budaya dan sosial masyarakat
tertentu. Bukan saatnya lagi melihat bangunan hanya sebagai sebuah karya seni
semata mengingat keterbatasan-keterbatasan sumber alam, keterbatasan bumi
’menerima produksi sampah’ yang kita ciptakan. Jika ingin survive, maka kita
harus menghentikan segala macam bentuk eksploitasi terhadap alam.
Pembangunan arsitektural sekecil apa pun akan memiliki dampak pada
perubahan lingkungan. Maka, pembangunan tersebut harus berlandaskan pada
wawasan lingkungan dan memanfaatkan potensi alam tanpa adanya eksploitasi
berlebihan sehingga pembangunan yang produktif tetap tercipta tanpa
berdampak negatif pada alam dan lingkungan. Untuk itulah dibutuhkan sebuah
konsep perancangan arsitektur yang memiliki prinsip ramah lingkungan
EKOLOGI ARSITEKTUR = Solusi?

Arsitektur ekologi adalah gerakan untuk kelestarian alam dan lingkungan untuk
kehidupan yang berkelanjutan dalam efesiensi energi dan sumber daya alam dalam
kegiatan arsitektural untuk pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai tujuan
ekonomi, sosial dan budaya.
Arsitektur Ekologis juga sering disebut sebagai Green Architecture adalah Arsitektur
Berwawasan Lingkungan karena menjurus ke pembangunan yang memanfaatkan
semua potensi yang berada di alam tanpa merusak atau mengganggu lingkungan
sekitar.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memanfaatkan alam sebagai berikut :
1. Atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melindungi sinar panas, angin dan
hujan.
2. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat
pembangunan harus seminal mungkin.
3. Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian
Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.
4. Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya
serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/suhu ruang di
dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa
menghemat banyak energi.
EKOLOGI ARSITEKTUR

Pembangunan harus melihat keadaan dan kondisi lingkungan sekitar dan


iklim yang ada. Penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
memaksimalkan penggunaan tenaga matahari dan angin, serta
pembangunan yang berorientasi kepada arah mata angin untuk
menciptakan bukaan dan pencahayaan yang maksimal sehingga tidak
terlalu menghabiskan energi seperti penggunaan listrik yang berlebihan.
EKOLOGI ARSITEKTUR

ARSITEKTUR EKOLOGI itu sendiri mempunyai tiga prinsip yang


harus diperhatikan yaitu;
1. Fluktuasi
2. Stratifikasi
3. Interdependence (Saling Ketergantungan)
FLUKTUASI
(FLUCTUATION)

Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan di-design


dan dianggap sebagai tempat bertemunya berbagai
budaya dan proses berinteraksi
STRATIFICATION

Organisasi bangunan memungkinkan untuk terjadinya


interaksi antar level yang berbeda dari pengguna
bangunan. Semacam organisasi yang membiarkan
kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
INTERDEPENDENCE

Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah


hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya
lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan
antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur
bangunan. Selain itu, ada hubungan yang kuat antara site dengan
bangunan. Bangunan dirancang dengan memperhatikan tapak.
Apa itu Desain Ekologis?

Desain Ekologis (Eco design) adalah penerapan Teori Ekologi Arsitektur terhadap
perencanaan dan perancangan suatu bangunan. Desain Ekologis (Eco design) diartikan
oleh Sim Van Dar Ryn dan Stewart Cohen sebagai, “Segala bentuk dari desain yang
meminimalisasi dampak kerusakan lingkungan dengan cara mengintegrasikan (desain)
dengan proses kehidupan”.
Prinsip ECO - DESIGN

Terdapat Lima Prinsip Eco-design yang diajukan oleh Sim Van Dar Ryn dan Stewart
Cohen, yaitu:
1. Solusi yang tumbuh dari tempat/tapak,
2. Desain penuh informasi perhitungan ekologis,
3. Mendesain dengan alam,
4. Semua orang adalah desainer,
5. Memperlihatkan alam.
Prinsip ECO - DESIGN

Desain ekologis menciptakan bangunan hijau yang menurut Brenda dan


Robert Vale (1996), akan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut;
1. Hemat energi
2. Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami
3. Menanggapi keadaan tapak pada bangunan
4. Memperhatikan pengguna bangunan
5. Meminimalkan sumber daya baru
6. Holistik
HEMAT ENERGI

Menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin


menggunakan sumber energi yang sudah sangat langka atau membutuhkan waktu
yang lama untuk menghasilkannya kembali.
Manusia hidup bagi banyak kegiatan, ia pasti memerlukan energi,
untuk menyediakan makanan, untuk membakar batu bara dan untuk
memproduksi peralatan dalam bentuk apapun dan pasti akan selalu
membebani lingkungan alam. Api yang dapat memberikan
kehangatan dan menerangi kegelapan tetapi yang juga mengandung
kekuatan merusak yang menakutkan, dapat melambangkan energi
dan bahan bakarnya.
Bahan bakar dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu yang dapat
diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun kita telah
mengetahui perbedaan diantara keduanya, manusia tetap cenderung
memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbaharui (batu bara, minyak, dan gas
bumi) karena dianggap penggunaannya lebih mudah. Penggunaan energi untuk
seluruh dunia diperkirakan 3×1014 MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya
bagi manusia bukan hanya terletak pada kekurangan energi tetapi juga pada
kebanyakan energi yang dibakar dan mengakibatkan kelebihan karbondioksida
di atsmosfer yang mempercepat efek rumah kaca dan pemanasan global.
MEMANFAATKAN KONDISI
DAN SUMBER ENERGI ALAMI

Melalui pendekatan Green


architecture dan Bioclimatic design,
bangunan menyesuaikan dan beradaptasi
dengan iklim, lingkungan dan keadaan
sekeliling baik saat perencanaan,
pembangunan dan pengoperasian.
Kepekaan terhadap iklim sangat diperlukan dalam perancangan arsitektural
dalam hal pemanfaatan kondisi dan sumber energi alami, misalnya:
• Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara
bangunan tersebut agar gerak udara terjamin.
• Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai
kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak
tegak lurus terhadap arah angin.
• Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan
penerapan ventilasi silang (cross ventilation).
• Eksternal shading
MENANGGAPI KEADAAN TAPAK
PADA BANGUNAN

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapak. Hal ini
dimaksudkan keberadaan bangunan, baik dari segi konstruksi, bentuk dan
pengoperasian bangunan tidak merusak lingkungan sekitar. Sehingga, jika
nanti bangunan sudah tidak terpakai, tapak asli masih ada dan tidak
banyak berubah. Penggunaan Material Ramah Lingkungan merupakan
salah satu upaya untuk tidak merusak lingkungan sekitar tapak.
Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
• Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
• Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil pula
limbah yang dihasilkan.
• Bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan.
• Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat
dikembalikan kedalam rantai bahan (didaur ulang).
• Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang
berbahaya (logam berat, chlor).
• Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
• Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.
MEMINIMALKAN
SUMBER DAYA BARU

Suatu bangunan seharusnya dirancang


dengan mengoptimalkan material yang ada
dan tidak berbahaya bagi ekosistem dengan
meminimalkan penggunaan material baru,
di mana pada akhir umur bangunan dapat
digunakan kembali untuk membentuk
tatanan arsitektur lain.
Recycle Material
Sekitar dua ribu kotak es krim
disusun membentuk dinding untuk Recycle Material
bangunan perpustakaan sebuah
komunitas kecil di Bandung, Microlibrary di Bandung oleh Shau
Indonesia. Beberapa di antara kotak
bekas es krim ini telah dilubangi
untuk menampilkan kesan bangunan
yang tembus.
KONSEP MICROLIBRARY OLEH SHAU

Microlibrary (perpustakaan mini)


ini adalah sebuah karya yang
dirancang oleh perusahaan
arsitektur lokal yaitu Shau,
sebagai prototipe pertama untuk
serangkaian perpustakaan daur
ulang yang ingin dibangun di
seluruh Indonesia.
Perpustakaan ini terletak di
alun-alun kecil di lingkungan
Taman Bima,Bandung. Kota
ini menyediakan ruang untuk
pengajaran dan kegiatan lain
yang bertujuan memerangi
Denah bangunan Perpustakaan Microlibrary di Bandung
tingginya angka buta huruf
dan putus sekolah di daerah
itu.
Untuk membuat fasad bangunan, tim
proyek berusaha menemukan bahan yang
terjangkau dan tersedia secara lokal, yang
akan memberikan keteduhan dalam
bangunan. Disamping itu material dinding
juga harus memungkinkan udara dan
cahaya alami untuk mencapai bagian
dalam bangunan.
Gagasan awalnya adalah menggunakan
jerigen plastik putih dan jerigen
transparan, tetapi bahan ini tidak tersedia
dalam jumlah yang dibutuhkan pada saat
konstruksi.
Akhirnya tim memutuskan menggunakan
Bak es krim bekas karena dapat dibeli
dalam jumlah besar. Manfaat tambahan
dari kotak es ini adalah mereka stabil
Kotak es krim, material utama pembentuk fasad Microlibrary ketika bagian bawahnya dipotong, yang
berarti mereka juga dapat digunakan
untuk menjadi ventilasi.
Suasana bagian interior Microlibrary, akibat fasad yang tembus cahaya
Paviliun Botol Bekas
Recycle Material

Bangunan ini merefleksikan bola


sempurna di permukaan kolam
yang tenang. Bernama ‘Rising
Moon’ proyek ini dibangun oleh
studio yang berbasis di Hong
Kong, Daydreamers Design
adalah kubah geodesik yang
dilengkapi dengan 4.800 botol air
polikarbonat lima galon, masing-
masing berfungsi sebagai lentera
untuk membantu struktur.
Pada malam hari, mereka mentransmisikan cahaya dari dalam ke luar, sedangkan
pada siang hari, interior diterangi oleh matahari. Obor LED dipasang pada modul
segitiga pra-fabrikasi dengan botol terpasang di atasnya, dan 2.300 botol
tambahan digantung di langit-langit.
Asrama dari Kayu Palet Bekas
Recycle Material

Desain mirip benalu yang


menempel di pohon ini
adalah hasil karya arsitek
dan seniman grafiti Prancis
Stephane Malka. Diberi
nama ‘Ame-Lot ini
merupakan serangkaian
palet yang didaur ulang
dan bahan reklamasi
lainnya yang melekat pada
arsitektur yang sudah ada.
Palet terlipat dan terbuka
untuk membiarkan lebih
banyak cahaya masuk ke
interior, dan struktur dapat
secara teratur disusun
ulang dan ditambahkan
sesuai kebutuhan untuk
pertumbuhan/perluasan
desain.
HOLISTIK

Suatu bangunan harus memiliki


pemikiran yang menyatakan bahwa
sistem alam semesta, baik yang
bersifat fisik, kimiawi, hayati, sosial,
ekonomi, mental-psikis dan
kebahasaan serta segala
kelengkapannya harus dipandang
sebagai sesuatu yang utuh dan
bukan merupakan kesatuan dari
bagian-bagian yang terpisah.
Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut mengandung juga bagian-bagian dari arsitektur
biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif,
arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil
dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan.
Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung
semua bidang.
Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam
arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau
ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia
dan lingkungan alamnya. Eko- arsitektur mengandung juga dimensi yang
lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio cultural, ruang, serta teknik
bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat lebih
kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.
Pola Perencanaan Eko-arsitektur
Yang Berorientasi Pada Alam Secara Holistik
1. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
2. Menghemat energi alam yang tidak dapat
diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
3. Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
4. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam
dengan penggunaan material yang masih dapat
digunakan di masa depan.
5. Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem
energi (listrik, air) dan limbah (air limbah,
sampah).
Pola Perencanaan Eko-arsitektur
Yang Berorientasi Pada Alam Secara Holistik

6. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan


pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
7. Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke
bangunan.
8. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri
kebutuhan sehari-harinya.
Pola Perencanaan Eko-arsitektur
Yang Berorientasi Pada Alam Secara Holistik
9. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan
pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
10. Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke
bangunan.
11. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri
kebutuhan sehari-harinya.
12. Menggunakan teknologi sederhana (intermediate
technology), teknologi alternatif atau teknologi
lunak.
Unsur ECO - ARCHITECTURE
Unsur-unsur alam yang dijadikan
pedoman oleh masyrakat tradisional
antara lain udara, air, api, tanah (bumi),
merupakan unsur-unsur pokok yang
sangat erat dengan kehidupan manusia
di bumi. Dalam kehidupan masyarakat
modern pun juga harus tetap
memperhatikan unsur-unsur tersebut
karena sedikit saja penyalahgunaan
unsur alam tersebut besar akibatnya
terhadap keseimbangan ekologis.
SIFAT / CIRI
1. SUSTAINABLE (BERKELANJUTAN)
Yang berarti bangunan ekologi/green architecture tetap tetap bertahanan dan berfungsi seiring zaman,
konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa ada perubahan yang signifikan tanpa
merusak alam sekitar
2. EARTHFRIENDLY (RAMAH LINGKUNGAN)
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green / eco – architecture apabila
bangunan tersebut tidak ramah lingkungan. Ramah lingkungan disini maksudnya adalah tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan, ramah terhadap pemakaian energi, dan aspek-aspek pendukung lainnya.
3. HIGH PERFORMANCE BUILDING
Memiliki sifat high performance building adalah wajib untuk bangunan berkonsep eco-architecture untuk
meminimalisasi penggunaan energi dengan memanfaatkan energi yang berasal dari alam dan dipadukan
dengan teknologi tinggi.
SIFAT / CIRI
4. FUTURE HEALTHY
• Dapat dilihat dari beberapa tanaman rindang yang mengelilingi bangunan, membuat iklim
udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan tampak tenang, karena
beberapa vegetasi dapat digunakan sebagai penahan kebisingan.
• Dinding bangunan curtain wall dilapisi alumunium dapat berguna untuk UV protector
untuk bangunan itu sendiri. Tentunya ini semua dapat memberi efek positif untuk
kehidupan.
• Pada bagian atap gedung, terdapat tangga untuk para pengguna yang akan menuju lantai
atas. Ini dapat meminimalisasi penggunaan listrik untuk lift atau eskalator.
• Tentu lebih menyehatkan, selain sejuk pada atap bangunan terdapat rumput yang
digunakan sebagai green roof, pengguna juga mendapatkan sinar matahari.
5. CLIMATE SUPPORTLY
SIFAT / CIRI
Dengan konsep penghijauan, sangat cocok untuk iklim yang masih
tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai
resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.
6. ESTHETIC USEFULLY
Penggunaan green roof pada sebuah kampus di Sigapura misalnya,
selain untuk keindahan dan agar terlihat menyatu dengan alam, juga
dapat digunakan sebagai water catcher sebagi proses pendingin
ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap beton secara
langsung. Ini juga menurunkan suhu panas di siang hari dan sejuk di
malam hari untuk lingkungan sekitarnya. Desainnya yang
melengkung digunakan agar penyerapan matahari oleh kulit
bangunan dapat di minimalisasikan.
CONTOH BANGUNAN ECO - ARCHITECTURE
Sharma Springs Bamboo by IBUKU SHARMA SPRING BAMBOO adalah sebuah bangunan
tempat tinggal atau Villa yang dirancang oleh Ibuku.
Sharma spring adalah bangunan yang memiliki
struktur bambu tertinggi di Bali. Bangunan utama
memiliki enam tingkat, empat kamar tidur, ruang tamu
yang luas dengan view alam yang indah, dan 15 meter
pintu masuk terowongan panjang. Struktur di dukung
oleh sebuah menara sentral yang memegang sebuah
menara batin yang lebih kecil. Menara batin adalah
struktur untuk ketinggian megah.
DESAIN

Sharma Springs dirancang sebagai pelarian fantasi


hutan, memiliki 6 tingkat, 4 kamar tidur dan
menghadap ke lembah sungai ayung. Di bangun
hampir seluruhnya dari bambu. Bangunan dirancang
di atas tanah, menciptakan skala struktural modern
terbuat dari bambu. Arsitek meneliti secara
mendalam untuk memastikan integritas struktural
dan umur bangunan yang panjang.
MENGGUNAKAN
MATERIAL MATERIAL BAMBU

Hampir seluruh bagian bangunan sharma spring


menggunakan bambu mulai dari struktur sampai
furniturnya, karena bambu mempunyai kekuatan,
keindahan, dan kelenturannya, dan juga karena siklus
pertumbuhan 4 tahun dan kapasitas penyerapan
karbonnya sehingga menjadi material bangunan yang paling
ramah lingkungan dari material lain yang dapat
dibayangkan.
MEMAKSIMALKAN PENCAHAYAAN
DAN MENGHEMAT ENERGI

• Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam


bentuk energi thermal sebagai sumber cahaya
• Penggunaan lampu listrik hanya malam hari.
• Mengecat interior bangunan dengan warna alami dan tidak
menyilaukan, yang bertujuan Untuk mengexpose material
alami dan meredam pantulan cahaya masuk secara
berlebihan.
• Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua
pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang
masuk.
MEMANFAATKAN KONDISI
DAN SUMBER ENERGI ALAMI

• Orientasi bangunan terhadap sinar Orientasi bangunan terhadap


sinar matahari. matahari.
• Menggunakan sistem air pump dan cross ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
• Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. dengan
membuat kolam air di sekitar bangunan.
• Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan
ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai
kebutuhan.
MENANGGAPI KEADAAN TAPAK
PADA BANGUNAN

Perencanaan mengacu pada interaksi antara antara


bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan
keberadan bangunan baik dari segi konstruksi,
konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak
merusak lingkungan sekitar. :
• Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat
desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
• Kontur tanah yang menurun, pertimbangan
mendesain bangunan secara vertikal.
SUSTAINABLILTY
Kata dasar Sustainability adalah sustain·able. Dalam konteks ekologi, arti gamblangnya adalah
menjaga keseimbangan ekologi, bahwa kehidupan manusia dituntut untuk menggunakan atau
memanfaatkan sumber daya alam tanpa harus merusak ekologi atau keseimbangan ekologi di daerah
tersebut dan sekitarnya. Dalam konteks Pembangunan berkelanjutan terdapat 3 Pilar Utama yang
harus diperhatikan :
• Keberlanjutan lingkungan
• Keberlanjutan ekonomi
• Keberlanjutan sosial

Perencanaan dan perancangan Arsitektur dalam konteks


sustainability berperan dalam upaya menjaga keberlajutan
lingkungan
Apa Perbedaan Sustainable Architecture
dan Eco-architecture?

Arsitektur ekologis yang sering juga disebut arsitektur hijau (green architecture) adalah arsitektur yang
berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami
dengan penekanan pada efisiensi energi (energy-efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan
pendekatan holistik (holistic approach).
Sustainable architecture atau arsitektur berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan dalam bidang
arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam
agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan
ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja
arsitektur.
Dua hal penting dalam konsep berkelanjutan ini yaitu kebutuhan (needs) dan generasi
mendatang (future generation) sehingga dalam pembangunan berkelanjutan perlu
diperhatikan :
1. Konsep kebutuhan (the concept of needs)
Menciptakan kondisi yang menjaga terpenuhinya kebutuhan hidup yang memadai bagi
seluruh masyarakat, dimana kaum miskin sedunia harus diberi proritas utama.
2. Konsep keterbatasan (the concept of limits)
Memperhatikan dan menjaga kapasitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini
dan akan datang.
Terdapat empat syarat yang harus dipenuhi bagi suatu proses pembangunan yang
berkelanjutan, yaitu :
1. Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara
ekologis benar.
2. Pemanfaatkan sumber daya terbarukan (renewable resource) tidak boleh melebihi
potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumber daya tak terbarukan.
3. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas
asimilasi pencemaran.
4. Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan
(carrying capacity).
Aspek Arsitektur Berkelanjutan

1. Efisiensi penggunaan energi 2. Efisiensi penggunaan lahan


• Memanfaatkan sinar matahari • Menggunakan lahan dengan efisien
• Memanfaatkan penghawaan • Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
alami • Menghargai kehadiran tanaman yang
• Memanfaatkan air hujan ada di lahan
• Konsep efisiensi penggunaan • Desain terbuka dengan ruang-ruang
energi seperti pencahayaan yang terbuka ke taman
• Dalam perencanaan desain,
pertimbangkan berbagai hal
Aspek Arsitektur Berkelanjutan

3. Efisiensi penggunaan material


• Memanfaatkan material sisa untuk digunakan dalam pembangunan
• Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih bisa
digunakan
• Menggunakan material yang masih berlimpah
• Penggunaan teknologi dan material terbarukan
• Memanfaatkan potensi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air
• Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru
Aspek Arsitektur Berkelanjutan

4. Manajemen limbah
• Membuat sistem dekomposisi limbah organik
• Membuat sistem pengolahan limbah domestik
• Penyumbang kerusakan lingkungan alam terbesar adalah sektor konstruksi yang
secara global mengonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi dan 16% air. Selain
itu, konstruksi juga menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu 45% (Akmal, 2007).
Aspek Arsitektur Berkelanjutan

5. Konstruksi Berkelanjutan,
• Menggunakan bahan dan keterampilan lokal • Menggunakan bahan secermat mungkin tanpa
• Menghargai pepohonan sama dengan sisa, tanpa limbah
menghargai kehidupan • Menggunakan desain padat karya agar dapat
• Adaptif terhadap iklim secara aktif dan kreatif membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi
• Menggunakan bahan bekas dan komponen penggunaan bahan-bahan industri massal.
lama (Re-use & Re-cycle) • Mendesain satu ruang dengan banyak fungsi
• Menggunakan bahan daur ulang bekas limbah (multifungsi)
• Gunakan lahan sesedikit mungkin, secukup • Desain open plan atau terbuka (tanpa sekat)
mungkin • Membaca potensi masa depan: bambu menjadi
pengganti kayu.
Manfaat dari konstruksi berkelanjutan adalah menciptakan kehidupan yang berkualitas,
seperti penghematan energi, kualitas lingkungan yang baik. Ada 6 prinsip dalam
konstruksi berkelanjutan, yaitu :
1. Meminimalkan konsumsi sumber daya
2. Memaksimalkan pemanfaatan kembali
3. Menggunakan sumber daya yang terbarukan
4. Melestarikan lingkungan
5. Menciptakan lingkungan yang sehat
6. Menjadikan kualitas sebagai tujuan dalam membangun
Aspek Arsitektur Berkelanjutan
Pemilihan bahan bangunan yang ramah
6. Bahan Bangunan Berkelanjutan,
lingkungan ada beberapa faktor :
Prinsip utama dalam pemilihan bahan
• Bahan bangunan itu dapat dipakai
bangunan yang berkelanjutan adalah
kembali
memaksimalkan penggunaan sumber
• Materialnya asli
daya yang dapat diperbaharui dan
• Energinya diwujudkan
penggunaan kembali bahan yang masih
• Produksi material
boleh digunakan untuk mengurangi
• Efek racun dari material bangunan
limbah dan mengurangi kawasan landfill
• Umur produksi
untuk tempat pembuangan sampah.
• Memprioritaskan material alami
Bahan bangunan seperti jerami, bambu, plastik daur ulang, kayu, ferrock, blown-in
fiberglass, wol yang dipanen secara berkelanjutan, trass, beton ramah lingkungan, wol
domba, panel yang terbuat dari serpihan kertas, tanah liat, linen rami, lamun, kelapa,
kayu pelat serat, batu pasir kalsium, batu lokal yang tersedia adalah beberapa bahan
bangunan yang berkelanjutan.
Arsitektur berkelanjutan juga mencakup penggunaan bahan daur ulang seperti kayu
reklamasi dan tembaga daur ulang atau logam daur ulang. Penting juga melihat apakah
bahan tertentu dapat didaur ulang sepenuhnya atau sebagian atau dapat didaur ulang
dan digunakan atau tidak.
Upaya Menuju
Sustainable Architecture
1. Mengatur penggunaan Energi
Pengaturan secara efesien dari suatu hunian terhadap kebutuhan listrik, gas ataupun air
yang diperlukan.
2. Menciptakan energi / Penggunaan energi berkelanjutan
Dalam jangka panjang, perencanaan hunian perlu terobosan untuk menciptakan listrik
untuk bangunan itu sendiri. Berbagai sumber energi bisa diperoleh dari kondisi geografi
daerah tempat mendirikan bangunan tersebut. Beberapa sumber energi yang bisa
diolah lebih lanjut adalah energi angin, panas matahari , panas bumi dan air yang
semuanya dapat dengan mudah didapat dan sangat melimpah di Indonesia.
Upaya Menuju
Sustainable Architecture
3. Efisiensi dan perlindungan air tanah
Air tanah dapat dijaga kualitas dan kuantitasnya dengan memperhatikan KDB
(Koefisien Dasar Bangunan), dengan mengikuti persyaratan KDB yang telah ditentukan
memungkinkan bangunan memiliki lahan yag cukup untuk penempatan sumur
resapan, lubang biopori ataupun septic tank ramah lingkungan yang tidak
mencermakan lingkungan. Penampungan air hujan dan air kotor dalam suatu
bangunan dipusatkan dalam sumur resapan untuk menjaga kelestarian air tanah
lingkungan sekitarnya. Sumur resapan dan lubang biopori prinsipnya memiliki tujuan
yang sama yaitu memudahkan air menyerap ke dalam tanah.
Upaya Menuju
Sustainable Architecture
4. Pemaksimalan vegetasi dan meminimalkan penggunaan AC
Penggunaan Air Conditioning dalam bangunan selain dapat mengakibatkan
pemborosan penggunanan energi juga dapat menyebabkan semakin
menipisnya lapisan ozon, yang pada taraf yang sangat mengkhawatirkan
dapat menimbulkan pemanasan global dan meningkatkan suhu bumi secara
global.
Vegetasi yang terdapat disekitar bangunan dapat membantu penyerapan
emisi karbondioksida sehingga secara berkesinambungan dapat membantu
mengatasi permasalahan kualitas udara disekitar bangunan dan berfungsi
sebagai barier yang dapat mengontrol aliran sirkulasi udara segar ke dalam
bangunan.
Contoh Bangunan
Berkelanjutan
The Natural Resources Defense Council Headquarters (NRDC)
The Natural Resources Defense Council Headquarters (NRDC)

Markas Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam atau Natural Resources Defense
Council Headquarters (NRDC) selesai dibangun pada tahun 1988 oleh Croxton
Collaborative Architects. Bangunan ini berdiri hingga hari ini sebagai proyek yang
mengubah gelombang pembangunan menuju arsitektur hijau di Amerika dengan
menerapkan ekologi penuh pada bangunan yaitu: cahaya, udara, energi, dan
manusia kesehatan dan kesejahteraan yang menyeluruh.
Bullitt Center, Washington Contoh Bangunan
Berkelanjutan
Bullitt Center adalah bangunan yang
pertama dari jenis ini yang menerima
Sertifikasi Living Building dari Living
Building Challenge International
Living Future Institute. Bangunan ini
memiliki 575 panel surya, yang
menghasilkan 60% dari kebutuhan
energi bangunan, tangki 56.000 galon
untuk pengumpulan air hujan yang
diolah dan dipasok sesuai kebutuhan
air gedung. Konstruksi bangunan juga
menggunakan kayu dari hutan yang
dipanen secara berkelanjutan.
Sustainable Architecture atau Arsitektur berkelanjutan adalah bagian integral
dari pembangunan berkelanjutan yang harus mendapat perhatian khusus demi
keberlangsungan hidup manusia di masa depan. Prinsip sustainability membantu
dalam mengurangi dampak negatif lingkungan pada bangunan.
Eco-architecture atau green architecture menjadi salah satu konsep
perancangan arsitektur yang menerapkan prinsip sustainability pada konteks
arsitektur dan lingkungan. Maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur ekologis
merupakan bagian dari sebuah konsep besar pembangunan berkelanjutan yang
mengacu pada arsitektur berkelanjutan.
THANKS
Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai