Anda di halaman 1dari 17

ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

1. PENGERTIAN

Arsitektur berkelanjutan atau Sustainable architecture juga dikenal Green


architecture adalah arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif
lingkungan bangunan dengan efisiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan, energi, dan
ruang pengembangan dan ekosistem secara luas. Arsitektur berkelanjutan menggunakan
pendekatan sadar untuk konservasi energi dan ekologis dalam desain lingkungan binaan atau
teori, sains dan gaya bangunan yang dirancang dan dibangun sesuai dengan prinsip-prinsip
ramah lingkungan[3].

Ide keberlanjutan, atau desain ekologis , adalah untuk memastikan bahwa tindakan dan
keputusan kita saat ini tidak menghalangi peluang generasi mendatang[4] Dalam hal
kelayakan arsitektur berkelanjutan atau Green building[5], tiga prinsip harus
dipertimbangkan : 1. Lingkungan 2. Ekonomi dan 3. Sosial[6].

https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_berkelanjutan

Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen Internasional tentang


pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada
faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan
yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar
pembangunan ekonomi dan sosial.

Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara


lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan
material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.

Perlunya lebih banyak promosi bagi arsitektur berkelanjutan adalah sebuah keharusan,
mengingat kondisi bumi yang semakin menurun dengan adanya degradasi kualitas atmosfer
bumi yang memberi dampak pada pemanasan global. Semakin banyak arsitek dan konsultan
arsitektur yang menggunakan prinsip desain yang berkelanjutan, semakin banyak pula
bangunan yang tanggap lingkungan dan meminimalkan dampak lingkungan akibat
pembangunan. Dorongan untuk lebih banyak menggunakan prinsip arsitektur berkelanjutan
antara lain dengan mendorong pula pihak-pihak lain untuk berkaitan dengan pembangunan
seperti developer, pemerintah dan lain-lain. Mereka juga perlu untuk didorong lebih perhatian
kepada keberlanjutan dalam pembangunan ini dengan tidak hanya mengeksploitasi lahan
untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa kontribusi bagi lingkungan atau
memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi.

Sebagai proses perubahan, pembangunan berkelanjutan harus dapat menggunakan


sumber daya alam, investasi, pengembangan teknologi, serta mampu meningkatkan
pencapaian kebutuhan dan aspirasi manusia. Dengan demikian, arsitektur berkelanjutan
diarahkan sebagai produk sekaligus proses berarsitektur yang erat mempengaruhi kualitas
lingkungan binaan yang bersinergi dengan faktor ekonomi dan sosial, sehingga menghasilkan
karya manusia yang mampu meneladani generasi berarsitektur di masa mendatang.

Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan,


mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi
arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
(greenhouses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi
kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan,
kenyamanan, estetika dan nilai tambah.
Secara normatif, hal ini sudah terakomodasi dalam peraturan perundangan seperti ketentuan
tentang fungsi bangunan gedung, persyaratan tata bangunan yang berkaitan dengan aspek
lingkungan dan estetika pada berbagai skala dan cakupan baik ruangan, bangunan,
lingkungan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung yang meliputi keselamatan,
kesehatan, kenyamaman dan kemudahan. Dari sisi ini, kesadaran faktor manusia
dikedepankan dibanding faktor lain. Hal ini mengingat paradigma yang juga sudah berubah
dan mengalami perkembangan yang awalnya sebagai paradigma pertumbuhan ekonomi,
kemudian bergeser ke paradigma kesejahteraan. Di era reformasi dan demokratisasi politik di
Indonesia, mulai bergeser ke pola paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia
(people centered development paradigm) yang lebih bernuansa pemberdayaan komitmen
internasional.

2. KONSEP
Konsep arsitektur berkelanjutan terdiri dari 3 aspek utama yaitu (1) kemajuan sosial, (2)
pertumbuhan ekonomi dan (3) keseimbangan ekologi, maka arsitektur berkelanjutan pun
tidak dapat lepas dari aspek-aspek tersebut.
1. Efisiensi penggunaan energi
o Memanfaatkan sinar matahari
o Memanfaatkan penghawaan alami
o Memanfaatkan air hujan
o Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan

2. Efisiensi penggunaan lahan


o Menggunakan lahan dengan efisien
o Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
o Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan
o Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
o Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal

3. Efisiensi penggunaan material


o Memanfaatkan material sisa untuk digunakan dalam pembangunan
o Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih bisa
digunakan
o Menggunakan material yang masih berlimpah
o Penggunaan teknologi dan material terbarukan
o Memanfaatkan potensi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan ir
o Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global

4. Manajemen limbah
o Membuat sistem dekomposisi limbah organik
o Membuat sistem pengolahan limbah domestik
o Penyumbang kerusakan lingkungan alam terbesar adalah sektor konstruksi yang secara
Global mengonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi dan 16% air. Konstruksi
juga Menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu 45% (Akmal, 2007).

5. Kontribusi Bidang Konstruksi Terhadap Kerusakan Alam

o Pengambilan material
o Proses pengolahan material
o Distribusi material jadi dari sumbernya kelokasi pembangunan
o Proses konstruksi
o Pengambilan lahan untuk bangunan
o Konsumsi energi sejak saat dimulai bangunandipakai

3. KONSTRUKSI
Konstruksi Berkelanjutan, menurut UNEP (United Nations Environment Programme)
adalah cara industri konstruksi untuk berkembang mencapai kualitas pembangunan
berkelanjutan dengan memperhitungkan pelestarian lingkungan, sosial ekonomi, dan isu
budaya. Secara spesifik hal ini melibatkan isu seperti desain, manajemen bangunan, material,
kualitas operasional bangunan, konsumsi energi, dan sumber daya alam.

Konstruksi Berkelanjutan Dalam Konteks Arsitektur

o Arsitektur bukanlah suatu entitas yang lepas dan mandiri. Keberadaannya harus
menjadi kesatuan integral dengan sekitarnya, baik secara sosial, spasial maupun
lingkungan.
o Berarsitektur dengan memperkuat nilai-nilai kebersamaan.
o Berarsitektur dengan menghargai ekspresi/identitas budaya sebagai cerminan nilai-
nilai transenden.
o Menggunakan bahan dan keterampilan lokal.
o Menghargai pepohonan sama dengan menghargai kehidupan.
o Adaptif terhadap iklim secara aktif dan kreatif.
o Menggunakan bahan bekas dan komponen lama.
o Menggunakan bahan daur ulang bekas limbah.
o Menggunakan bahan secermat mungkin tanpasisa, tanpa limbah.
o Menggunakan desain padat karya agar dapat membuka lapangan pekerjaan dan
mengurangi penggunaan bahan-bahan industri massal.
o Mendesain satu ruang dengan banyak fungsi (multifungsi).
o Desain opan plan atau terbuka (tanpa sekat).
o Membaca potensi masa depan: bambu menjadi pengganti kayu.
o Tindakan-Tindakan Untuk Mendukung Konstruksi Berkelanjutan.
o Dari mana dan bagaimana produsen mengambil bahan dasar material
o Transportasi bahan dasar material.
o Limbah produksi.
o Dapatkah sumber daya yang diambil diperbaharui.
o Perlakuan terhadap pekerja setempat.
o Transportasi dari sumber ke lahan konstruksi.
o Mengoptimalkan penggunaan material termasuk sisanya.
o Re-use dan Re-cycle.
o Gunakan lahan sesedikit mungkin, secukup mungkin.

4. MATERIAL
Dalam efisiensi penggunaan material :

1. Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga


tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain
bangunan.
2. Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa
digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
3. Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan
sebaik-baiknya, terutama untuk material seperti kayu.
Dalam penggunaan teknologi dan material baru:
1. Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air
untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain
secara independen.
2. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat
membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi,
murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
Contoh: Bangunan dengan Material Bambu di Amsterdam

Sumber :

http://www.scribd.com/doc/94759679/ARSITEKTUR-BERKELANJUTAN#scribd
https://rezaprimawanhudrita.wordpress.com/2010/01/25/pengertian-kaidah-dan-konsep-
arsitektur-berkelanjutan/
https://aldissain.wordpress.com/2011/11/29/arsitektur-berkelanjutan-sustainability-
architecture/
PRINSIP – PRINSIP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

1. URBAN EKOLOGI

o Urban ekologi adalah kajian ekologi yang bersifat baru dan sedang berkembang
seiring perkembangan wilayah permukiman dan perkotaan. Urban ekologi sangat erat
hubungannya dengan pengelolaan dan desain sebuah kota yang berkelanjutan. Urban
ekologi digunakan untuk mempelajari interaksi antara organisme, struktur buatan, dan
lingkungan fisik, yang menjadi tempat-tempat berkumpulnya manusia.

Pertama, kota terletak di pusat daerah perkotaan (Forman, 2008). Akibatnya, sebuah
area metropolitan yang pada dasarnya dibangun dari luar angkasa dikelilingi oleh lingkaran di
sekeliling kota.
Kedua, area urban adalah mozaik. Pola spasial atau pengaturan patch dan koridor
sangat beragam dan penting secara ekologi (Forman, 1995, 2008; Wu, 2004; Pickett et al.,
2009).
Struktur yang dibangun adalah kunci untuk ekologi perkotaan. Interaksi organisme-
lingkungan adalah ekologi sederhana, sedangkan penyisipan bangunan dan jalan dalam
interaksi mengubah subjek menjadi ekologi perkotaan.
Ekologi perkotaan berguna bagi banyak teman sekutu yang terfokus pada berbagai
faktor yang saling berinteraksi. Sosiologi menyoroti interaksi orang-orang. Rekreasi dan
estetika umumnya berfokus pada orang-organisme nteractions. Arsitektur, perumahan, dan
transportasi menekankan interaksi struktur yang dibangun orang. Laporan teknik dan cuaca
fokus pada interaksi manusia-lingkungan. Ekonomi berkonsentrasi pada interaksi struktur
manusia-lingkungan-dibangun, sementara kesehatan masyarakat menyoroti orang-organisme-
dibangun struktur interaksi. Kekhasan ekologi perkotaan menjanjikan banyak manfaat bagi
masing-masing bidang utama yang berpusat pada manusia.

2. ENERGI STRATEGI

Dalam efisiensi penggunaan energi :


Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari,
untuk mengurangi penggunaan energi listrik. Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti
pengkondisian udara buatan (air conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan,
penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya.
Secara umum perletakan jendela harus memperhatikan garis edar matahari, sisi utara
dan selatan adalah tempat potensialuntuk perletakan jendela (bukaan), guna mendapatkan
cahaya alami. Sedangkan posisi timur dan barat pada jam-jamtertentu diperlukan
perlindungan terhadap radiasi matahari langsung. Untuk keperluan tersebut sudah banyak
programkomputer yang dapat membantu simulasi efek cahaya matahari terhadap disain
selubung bangunan.Konsep disain fasade untuk tujuan efisiensi energi tergantung dengan
posisi geografis dan iklim setempat.Permasalahannya banyak bangunan di Indonesia yang
meniru bangunan yang ada di Eropa tanpa disesuaikan dengankondisi geografis dan iklim di
Indonesia, misal : jendela yang tanpa dilengkapi tabir matahari (sun screen).

Contoh :

Bukaan jendela dengan dinding vegetasi tanpa adanya tritisansumber :


Wikipedia, diakses 20 November 2008

3. WATER

Air adalah kunci dari pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Peran


air ini yang kemudian diangkat menjadi tema Hari Air Sedunia 2015, “Water and Sustainable
Development“, Air dan Pembangunan Berkelanjutan. Air mempunyai peran sentral dalam
pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, hingga kelestarian lingkungan. Air
memberikan kontribusi dalam ketahanan pangan dan energi, kesehatan masyarakat dan
lingkungan, serta mata pencarian penduduk bumi. Sehingga peran air dalam pembangunan
berkelanjutan tak terbantahkan.

Di tahun 2015, UN Water menetapkan “Water and Sustainable Development“, Air dan
Pembangunan Berkelanjutan sebagai tema peringatan Hari Air Sedunia. Ini mengingat air
memiliki peran yang penting dalam agenda pembangunan berkelanjutan. Air terkait dengan
semua aspek yang dibutuhkan untuk menciptakan masa depan yang diinginkan.

https://alamendah.org/2015/03/08/air-dan-pembangunan-berkelanjutan-hari-air-2015/

4. LIMBAH

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah
akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai
aktivitas domestik lainnya (grey water).[1]

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:

1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan


2. pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman
membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu
diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi
yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah,
seperti jamban misalnya.

1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke
unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka
masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau
truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah
lainnya. Di beberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah
dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya
kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan
bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar
agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran
drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat

https://id.wikipedia.org/wiki/Limbah
CONTOH :

Courtesy of Stefano Boeri Architetti

Struktur bangunan yang sustainable ini secara khusus didesain untuk rungan kolaboratif yang
menyimbolkan pendidikan lingkungan berkelanjutan. Sebuah tempat berkumpulnya
komunitas sekitar untuk bertukar ide tentang sustainable development.

Tak hanya fungsinya yang ‘green’, bangunan ini juga ramah likungan dengan dinding-
dinding taman vertikal di dalamnya. Atapnya mampu menetralisir polutan di udara, juga kaca
yang terbuat sepenuhnya dari material limbah. Bangunan tersebut memanfaatkan limbah
untuh memcantik suatu bangunan tersebut.

Limbah konstruksi akan menimbulkan banyak dampak negatif terhadap lingkungan.Oleh


karena itu perlu adanya manajemen pengolahan limbah untuk mengurangi dampak tersebut.
5. MATERIAL

Dalam efisiensi penggunaan material :

a) Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan,


sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk
bagian lain bangunan
b) Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih
bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
c) Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui
dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material seperti kayu.

Dalam penggunaan teknologi dan material baru :

a) Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan
air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain
secara independen.
b) Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat
membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi,
murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.

Material alam

a) Penggunaan material alam sangat direkomendasikan untuk dipakai karena akan lebih
bersahabat kepada penggunanya. Di sinilah terungkapkan bahwa ada perbedaan yang
cukup besar antara material alam dengan material buatan manusia. Material alam
yang merupakan karya Tuhan tidak meradiasikan panas dan tidak merefleksikan
cahaya.
b) Contoh: daun pada pepohonan. Kita akan merasa sejuk berada di bawahnya. Berbeda
dengan tenda ataupun material buatan manusia lainnya. Kita akan tetap merasa panas
dan tidak nyaman.
c) Aplikasinya dalam berarsitektur, misalnya penggunaan cobbale stone pada bak
kontrol. Selain dapat menyerap air, cobbale stone ini bisa ditumbuhi rumput. Dan
rumput itulah yang membawa ‘ruh’ pada bak kontrol. Sehingga space berubah
menjadi place. Space adalah ruang yang belum punya makna. Place adalah space
yang telah memiliki kehidupan di dalamnya.
d) Intinya, seorang arsitek sebaiknya mendesain dengan menggunakan prinsip ekologi
dan tidak melulu menggunakan hardscape.

Contoh :
Courtesy of WeWork

John and Frances Angelo’s Law Center, Maryland

Gedung ini didesain dengan semangat mengatasi emisi pemanasan global dan menetralitas
iklim. Gedung ini memanfaatkan material Bambu, kayu bersertifikat, dan beton yang dibuat
dari bahan-bahan daur ulang adalah sebagian kecil dari teknologi ramah lingkungan yang
dimiliki gedung ini.

6. KOMUNITAS LINGKUNGAN

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas
manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber
daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa.
Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian
dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau
banyak".[1] Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:

1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat


Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana
sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling
mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan konstribusi bagi
lingkungannya.
2. Berdasarkan Minat
Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan
dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun
berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar
karena melingkupi berbagai aspek, contoh komunitas pecinta animasi dapat
berpartisipasi diberbagai kegiatan yang berkaitan dengan animasi, seperti
menggambar, mengkoleksi action figure maupun film.
3. Berdasarkan Komuni
Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.
Sering kali pembangunan tidak memperdulikan lingkungan, akibat dari
pembangunan tersebut dapat merusak lingkungan. Lingkungan dan sumberdaya alam
dianggap sebagai karunia Tuhan, sehingga sediannya cukup berlimpah dan selalu
dapat tercipta kembali. Namun dengan semakin menggebunya pembangunan
ekonomi, khususnya di Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, maka
semakin banyak suberdaya alam yang diambil atau dikuras dari alam, sehingga
tersedianya semakin tipis baik itu berupa sumberdaya alam yang dapat diperbarui
maupun yang tidak dapat diperbarui.
https://id.wikipedia.org/wiki/Komunitas

7. STRATEGI EKONOMI
Pembangunan Ekonomi Dalam Konsep Pembangunan Berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan,kota,
bisnis,masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan, (Menurut Brundtland
Report dari PBB, (1987).

8. KULTUR INVENTION
Di tahun 1980-an, pembangunan berkelanjutan masih dikenal dengan 3 pilarnya, yaitu:
pertumbuhan ekonomi, sosial, dan keseimbangan lingkungan. Ketiga dimensi ini dipakai
sebagai pola strategi pembangunan baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Konferensi
Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992 mengkonsolidasikan tiga pilar tersebut sebagai paradigma
pembangunan berkelanjutan.

Mulai dirasakan bahwa tiga pilar tadi tidak dapat merefleksikan kompleksitas masyarakat
masa kini. Banyak pendapat, termasuk UNESCO, Pertemuan Puncak Pembangunan
Berkelanjutan, serta para peneliti, yang mengusulkan dimasukkannya “budaya” ke dalam
model pembangunan berkelanjutan, karena kebudayaan sangat menentukan apa yang kita
pahami sebagai pembangunan dan bagaimana masyarakat melakukannya di dunia ini.

Pendekatan baru ini menunjuk pada hubungan antara kebudayaan dan pembangunan
berkelanjutan melalui dua hal: yang pertama, pembangunan dari kebudayaan itu sendiri
(d.h.i. warisan, kreatifitas, industri-industri budaya, barang-barang kerajinan, wisata budaya);
yang kedua adalah kepastian bahwa kebudayaan bertumpu secara benar di seluruh kebijakan
publik, khususnya yang berhubungan dengan pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan,
komunikasi, lingkungan, kepaduan sosial serta kerja sama internasional.

Dunia tidak hanya menghadapi tantangan-tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan.


Kreatifitas, pengetahuan, keanekaragaman, dan keindahan adalah dasar yang tak terhindarkan
bagi dialog untuk perdamaian, dan kemajuan dari nilai-nilai tersebut pada hakekatnya
terhubung dengan pembangunan manusia dan kebebasan-kebebasannya.

Sementara kita mempunyai tugas mempromosikan kelestarian budaya asli, tradisi-tradisi


lama bertemu dengan kreatifitas baru setiap harinya di kota-kota dunia, memelihara identitas
dan keanekaragaman. Dialog antar budaya adalah salah satu tantangan terbesar umat
manusia, dan kreatifitas dikenal sebagai sumber yang tidak pernah berhenti mengilhami
masyarakat dan ekonomi. (UCLG, Culture: The Fourth Pillar of Sustainable Development)

Warisan budaya adalah sebuah ekspresi dari cara hidup yang dibangun oleh suatu komunitas
dari generasi ke generasi, termasuk di dalamnya kebiasaan, praktek, tempat-tempat, obyek-
obyek, ekspresi artistik, dan sistem nilai yang dianut. Warisan budaya sering kali
diekspresikan sebagai warisan budaya yang nyata dan tidak nyata.
3/11/27/budaya-sebagai-penggerak-pembangunan-berkelanjutan/

9. OPERATIONAL MANAGEMENT

SISTEM MANAJEMEN Semakin dalam dan luasnya kesadaran bisnis terhadap


lingkungan maka dibakukan berbagai pendekatan manajemen lingkungan untuk bisnis
yang kemudian dikenal dengan Environmental Management System (EMS) atau Sistem
Manajemen Lingkungan (SML). Sistem ini mencakup kumpulan kebijakan, pengkajian,
perencanaan dan aksi implementasi internal perusahaan (Coglianese dan Nash, 2001).
Penerapan SML mempengaruhi satuan organisasi secara keseluruhan dan hubungannya
dengan lingkungan. Bentuk yang paling populer adalah ISO 14001 yang diakui sebagai
Baku Internasional yang memberikan ketentuan untuk SML dan dilaksanakan melalui
Ser kasi (Peglau, 2005). Penger an lebih rinci dan petunjuk sederhana terkait dengan
SML dapat dilihat pada US-EPA (2002a). Sebagai sebuah sistem maka penerapannya
sangat lentur sehingga berlaku juga untuk usaha kecil dan menengah (US-EPA, 2002b).
SML dikembangkan berorientasi pada aplikasi yang mudah dan sederhana sehingga dapat
dipadukan dalam pengambilan keputusan sehari-hari, yakni:Prak s, dapat digunakan,
berguna, a. Efek f biaya, b. Saling mendukung dengan sistem lainnya, c. Mendorong
perbaikan berkelanjutan, dan d. Melipu lima komponen utama: penetapan e. kebijakan,
perencanaan, penerapan dan operasi, pemeriksaan dan aksi perbaikan, dan telaah
manajemen.

(PDF) BISNIS BERKELANJUTAN: Integrasi Manajemen Lingkungan dalam


Pengelolaan Usaha. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/320854123_BISNIS_BERKELANJUTAN_Inte
grasi_Manajemen_Lingkungan_dalam_Pengelolaan_Usaha [accessed Dec 20 2018].

Anda mungkin juga menyukai