SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Peminatan Sosiologi
Pembangunan
Oleh:
ELZA CHLAOEDYA DEFITRI
NIM. 135120100111010
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PRAKTIK SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PADA KELOMPOK POSDAYA,
POSDAYA, DESA NGROTO, KECAMATAN PUJON,
KABUPATEN MALANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh leh Gelar Sarjana Sosiologi
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan
d Peminatan Sosiologi
Pembangunan
Oleh:
ELZA CHLAOEDYA DEFITRI
NIM. 135120100111010
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Disusun Oleh :
ELZA CHLAOEDYA DEFITRI
NIM. 135120100111010
SKRIPSI
Disusun Oleh :
ELZA CHLAOEDYA DEFITRI
NIM. 135120100111010
Tim Penguji :
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
sendiri. Hal-hal yang bukan karya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan
Apabila dikemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT, yang utama dari segalanya. Taburan
cinta serta kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Terimakasih atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan, hingga skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW yang telah mengantarkan saya untuk dekat dengan sang pencipta dan
mengenal agama Allah SWT. Kupersembahkan skripsi untuk orang-orang yang sangat
kukasihi dan kusayangi yang selalu mendukung dan selalu ada dalam setiap langkah saya.
Saya bukan apa-apa jika tanpa dukungan dan motivasi dari kalian semua. Terimakasih untuk:
1. Ibunda Nurul dan Ayahanda Edy Sutrisno yang telah memberikan kasih
sayang yang tulus tiada henti, menjadi motivator utama dalam hidup saya,
mendo’akan yang terbaik untuk saya, menjadi sumber kekuatan dan semangat
saya untuk terus berjuang menggapai cita-cita saya. Terimakasih telah
menghidupi saya dari kecil hingga saat ini, memberikan dukungan materil, dan
selalu sabar menasehati saya.
2. Mama Lyly yang telah menjadi ibu kedua bagi saya, pemberi donasi materil
terimakasih atas perjuangan, do’a, dukungan, dan kasih sayangnya yang tiada
henti. I may not always like you. We may have different arguments and fights
sometimes. But there’s one thing that you should know that I Love You always
and forever.
3. Ketiga Adik saya, Cindy Lorenza Merlyn, Imelda Aprilia Permata, dan Duta
Alam Roumunda, yang menjadi semangat dan alasan terbesar saya untuk cepat
menyelesaikan drama perkuliahan ini. Seriuslah dalam belajar dan jadilah
orang yang membanggakan kelak.
4. Eyang Putri, Eyang Kakung, kerabat, serta keluarga yang selalu mendukung
serta memberikan do’a-do’anya, sehingga saya mempu menyelesaikan
kewajiban-kewajiban saya.
5. Sahabat terbaik saya yang telah dengan setia menemani dan memotivasi saya
dalam 4 tahun ini: Mei, Darul, Shavila, Yunita, Fida, Mayang, Nuzul, Erina,
Suci, Yuni, Amrullah, Adri, Gina, Haris, Andika, Kris, Arista, Mita, Amel
Magri, Amili, Kiki, Novita, Amel Bawon, Fudah, Nur, Candra, Andreas,
iii
Ambar, Anggun, Meria, Atika, Taufik, Roni. Terimakasih atas semangatnya,
candaan receh ter-somplaknya yang selalu diberikan disaat suka maupun duka.
Meskipun ada berbagai macam grup lawakan kita seperti SISA CERIBEL,
SHE LET’S, TKW OTW SKRIPSHIT, SANGE SQUAD, tapi kita tetap satu
AREMA !! hahahaha. Semoga persahabatan kita langgeng dan abadi seperti
kesyantikan 17x mimi peri. Tetap semangat dalam mengejar karir dan cita-cita.
Love you rek.
6. Seluruh teman-teman Sosiologi angkatan 2013 yang sama-sama sedang
berjuang mengerjakan skripsi, yang tak bisa saya sebutkan namanya satu
persatu. Terutama kelas C-Sos. Terimakasih telah menjadi teman yang baik
selama 4 tahun ini. Semangat yo rek.
7. Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HIMASIGI) yang banyak memberikan
pengalaman dan menumbuhkan rasa kekeluargaan, serta solidaritas yang
tinggi. SOSIOLOGI SOLID SATU JIWA !
8. Tim Riset Dosen, kak Zenda, kak Bai, kak Sri yang telah dengan tulus
membantu mencari data dan saling berbagi data penelitian. Yang rela bolak-
balik Malang-Pujon disaat panas terik dan hujan. Semoga lelah kita
terbayarkan dengan hasil yang memuaskan. Semoga sukses ya kak.
9. Mas Danu dan Mbak Nurma selaku Asisten Dosen yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk diskusi dan memberikan banyak masukan hingga
selesainya skripsi ini.
10. Keluargaku di Bunga Kopi 8, Gis, Tiwi, Ama, Chintya, Firda, Dea, Cella, Isna,
Nadya, Ferina, Aul, Junika, Ipeh, Nikmah, Sauzan, Mbak Putri, Mbak Nyanya,
Mbak Alfa, Mbak Min, dan Eyang. Terimakasih telah menjadi keluarga
keduaku, memberi support dan semangat, menjadi teman makan bareng, teman
curhat. Maaf jika selama ini saya pernah berbuat salah, semoga bisa kembali
dipertemukan dilain kesempatan.
11. Sahabatku “Mbuts Fam”, Upik, Anggik, Yuninda, Bejo, Dika, Jepun, Arif.
Terimakasih atas semangat dan dukungan tulus yang pernah diberikan.
12. Sahabatku arek-arek Madiun, Rahmah, Irul, Pety, Vanty, Anna, Elok, Sada,
Rini, Mak Reza, Citra, Farradilla, Rika, Erwin, Dofar, Roghib, Iqbal, Tyta,
Kiki, Yuli, Indah, Elin, Vita, Ajeng, Rof’i, Novan terimakasih atas semangat
dan motivasi yang diberikan dalam penyusunan skripsiku.
iv
13. Rekan-rekan di BNP2TKI Jakarta Selatan, P.Nusron, P.Deddy, Mbak Andin,
dll. Terimakasih telah memberikan kesempatan magang dan memberikan
ilmu, saran, dan masukan yang membangun.
14. Mas Arif Nugraha, terimakasih telah menjadi Abang, teman, dan saudara yang
baik. Terimakasih atas motivasi, dukungan, waktu serta kasih sayangnya dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga selalu dilancarkan segala urusan dan karirmu
kedepan.
Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan. Mohon maaf jika ada
pihak yang belum saya sebutkan. Akhir kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat kesalahan yang di sengaja ataupun tidak
disengaja.
Penulis
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa, karena atas limpahan rahmat serta
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Praktik Sosial Pemberdayaan
Masyarakat pada Kelompok Posdaya di Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang,
dengan lancar.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun dalam upaya untuk menyelesaikan
pendidikan sarjana (S1) pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya dukungan, bantuan, dan Do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Anif Fatma Chawa, M.Si., Ph.D selaku pembimbing utama serta selaku
Ketua Jurusan Sosiologi, dan Mbak Ayu Kusumastuti, S.Sos., M.Sc selaku
pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan ilmu, masukan, dan
arahan-arahan, serta selalu sabar dan ikhlas memberikan bimbingannya pada
peneliti dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Nike Kusumawanti, S.Sos., MA dan Mbak Nyimas Nadya Izana, S.K.Pm.,
M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bantuan kritik, dan
saran yang diberikan kepada penulis yang bertujuan menyempurnakan skripsi ini.
3. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan dukungan materil, moril, dan
do’a.
4. Segenap jajaran Dosen Sosiologi yang telah dengan ikhlas turut memberikan
dukungan dan masukan kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi
ini.
5. Mas Sandi dan Mbak Trintis yang telah sabar dalam membantu mengurus
administrasi dari berkas seminar proposal, sidang kompre, hingga wisuda.
6. Segenap jajaran pemerintah dan bawahannya yang telah memberikan program
Beasiswa BIDIKMISI dan mempercayakan saya sebagai salah satu penerimanya,
sehingga saya bisa menuntut ilmu dan berhasil memperoleh gelar sarjana.
7. Ibu Rusmini selaku Ketua dan Koordinator Umum Posdaya di Desa Ngroto yang
telah bersedia menjadi informan kunci dalam penelitian ini, serta para informan
i
lainnya yang telah memberikan bantuan data dan informasi selama pelaksanaan
penelitian lapangan.
8. Teman, saudara, dan kerabat penulis serta pihak-pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas waktu, do’a, dan motivasinya yang tak
ternilai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di waktu mendatang. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR BAGAN
x
DAFAR GRAFIK
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
ABSTRAK
Elza Chlaoedya Defitri (2017). Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya. Praktik Sosial Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok
Posdaya Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Pembimbing: Anif Fatma
Chawa, M.Si.,Ph.D dan Ayu Kusumastuti, S.Sos., M.Sc
xiii
ABSTRACT
Elza Chlaoedya Defitri (2017), Department of Sociology, Faculty of Social and Political
Sciences, Brawijaya University. Social Practice of Community Empowerment in Posdaya
Group of Desa Ngroto Village, Pujon Sub-district, Malang Regency. Advisor: Anif Fatma
Chawa, M.Si., Ph.D and Ayu Kusumastuti, S.Sos., M.Sc
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
melainkan juga pada aspek sosial, politik, budaya, dan psikologis (Friedman,
lemah, terpinggirkan dalam pembangunan, dan tidak memilki daya serta kekuatan
kemiskinan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat miskin, baik yang berada di
daerah pedesaan maupun yang berada di daerah perkotaan. Pada umumnya, setiap
kategorikan miskin. Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin bersifat
relatif untuk setiap negara seperti di Indonesia yang melihat kemiskinan dari
1
2
tertentu, yaitu pendapatan rata-rata, daya beli atau kemampuan konsumsi rata-rata,
status kependidikan, dan kondisi kesehatan. Pengertian kemiskinan yang saat ini
di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 10,86% atau sebesar 28,01 juta jiwa dari
penduduk miskin pada tahun 2016 sebesar 12,05% atau sekitar 4.703,30 ribu jiwa.
Kabupaten Malang sebagai salah satu daerah di Jawa Timur, memiliki kondisi
sosial ekonomi yang tidak terlalu baik, dimana jumlah penduduk miskin pada
tahun 2016 sebanyak 11,49% atau sebesar 293,74 ribu jiwa (BPS, 2016). Jika
termasuk jumlah tertinggi kedua dengan angka sebesar 7357 setelah Kecamatan
Pujon juga memiliki jumlah perempuan kepala rumah tangga yang cukup besar
yakni sekitar 298 dengan persentase sebesar 4,04% dari keseluruhan rumah
tangga miskin yang ada, dan Desa Ngroto yang berada di Kecamatan Pujon
termasuk desa yang memiliki rumah tangga miskin sebanyak 498 Kepala Rumah
3
(Haryono, 2015).
dihadapinya. Kondisi seperti ini tentunya akan menjadi bebanF dalam proses
pada infrastruktur desa, namun juga ditekankan pada sumber daya manusianya.
tangga miskin, pengangguran dan warganya yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
rendah yang dimiliki, kurang adanya keterampilan, dan modal yang dimiliki.
dimana kategori perempuan kepala rumah tangga adalah dia yang berstatus
sebagai janda (suami meninggal dunia atau telah bercerai), perempuan lajang dari
keluarga yang tidak mampu (Nurmila, 2000). Sehingga mereka menjadi kepala
rumah tangga miskin atau women headed (rumah tangga yang dikepalai oleh
4
keluarganya (Mosse, 2007). Selain itu juga terdapat ibu rumah tangga yang
pada ibu-ibu rumah tangga karena di Desa Ngroto merupakan salah satu desa di
kecamatan pujon yang memiliki jumlah rumah tangga miskin perempuan yang
cukup banyak. Sehingga aktor atau agen pemberdaya tergerak untuk melakukan
perempuan dari kerentanan. Orang yang dalam kelompok rentan adalah mereka
yang berada dalam posisi lemah, mudah dipengaruhi dan diasumsikan kurang
dari orang lain. Sehingga pemberdayaan perempuan disini dapat menjadi solusi
alternatif untuk mengurangi jumlah masyarakat miskin. Selain itu juga dapat
yang bidangnya sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki masing-masing oleh
baik.
perempuan mempunyai dua posisi atau status dalam kegiatan bekerja yakni pada
sektor domestik mengurus rumah tangga dan pekerjaan disektor informal dengan
earning work). Pola baru pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan
mencari nafkah semakin nyata dan mampu membawa perubahan pada sistem
menggunakan dua jenis pendekatan yang berbeda yakni pendekatan top down dan
bottom up. Pendekatan yang bersifat top down merupakan sistem pembangunan
yang bersifat sentralistik dengan metode satu komando atau terpusat yang
Dalam model ini masyarakat sebagai obyek yang menerima dan menikmati hasil
pembangunan.
down telah banyak dilakukan baik di tingkat nasional maupun ditingkat daerah
Program Jalin Matra dan program lainnya yang dirancang oleh pemerintah untuk
dapat berjalan dengan cepat dan target yang telah ditetapkan juga dapat dicapai
tepat pada waktunya dan semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh
masyarakat, karena model top down dirasa kurang menguntungkan bagi proses
dalam pembangunan.
Ngroto pada awal tahun 2013. Kehadiran program pemberdayaan ini menekankan
pada pola people center strategy, dimana partisipasi dan aspirasi masyarakat
masyarakat, hasil pembangunan akan tepat sasaran dan dapat dinikmati sesuai
sejumlah nilai dan sistem juga dipahami bersama. Dimulai dengan situasi,
dengan visi posdaya sendiri yang ingin mewadahi potensi masyarakat dan turut
sebagai wadah kegiatan penguatan fungsi keluarga secara terpadu dan gotong
royong dari, oleh, dan untuk masyarakat. Selain berada dibawah struktur Posdaya
sendiri, Posdaya berada dibawah naungan Desa Ngroto, dan dibina Universitas
Brawijaya yang ikut serta dalam rintisan dibentuknya Posdaya Desa Ngroto.
8
Program Posdaya dikontrol oleh Dinas Sosial atau lembaga terkait, atas
Republik Indonesia.
terbentuknya kelompok ini, ia berusaha agar para ibu-ibu yang ada di desa Ngroto
ini adalah salah satu indikator bahwa dengan membuka akses untuk manusia bisa
satu indikator dalam pembangunan manusia itu sendiri. Untuk itulah pendirian
dalam Posdaya dengan beragam profesi, minat, bakat, keterampilan, dan hobi
(menjahit), usaha rajut, usaha pembuatan jamu TOGA, dan dalam berbagai bidang
usaha lainnya.
banyak ibu-ibu rumah tangga yang menganggur dan kurang produktif, kini
yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing individu. Selain
itu program pemberdayaan pada Posdaya juga telah membantu pemerintah desa
kegiatan pemberdayaan masyarakat, kini Desa Ngroto telah mampu menjadi desa
percontohan bagi desa-desa lain yang berada di wilayah Pujon yang juga ikut
mendirikan Posdaya. Desa tersebut seperti Desa Pandansari, Desa Madiredo, Desa
dalam mengikuti kegiatan pemberdayaan cukup tinggi. Proses partisipasi ini dapat
dilihat dari anggota yang terus dilibatkan dalam proses perencanaan, perancangan
10
tahap awal pembentukan kelompok Posdaya agar kelompok yang terbentuk dapat
berjalan sesuai dengan harapan anggota. Sesuai dengan definisi partisipasi itu
sendiri yang menyatakan bahwa partisipasi adalah proses aktif yang inisiatifnya
dilakukan dan dibimbing melalui cara berfikir, menggunakan sarana proses oleh
masyarakat sendiri. Apa yang dikerjakan di kelompok posdaya berasal dari ide,
minat, kreativitas serta inisiatif anggotanya. Selain itu partisipasi mereka juga
kegiatan sub-kelompok sangat tinggi karena mereka selalu hadir dalam setiap
dilakukan pemotongan sebesar 20% dari pinjaman modal kredit usaha yang
diperoleh anggota Posdaya dari Bank UMKM Jawa Timur, pemotongan tersebut
sebagai wajib dan simpanan pokok yang digunakan untuk pendirian koperasi.
management tidak tertata dengan baik. Tidak adanya transparasi dana kepada
anggota memunculkan sentimen negatif dari anggota terhadap ketua posdaya dan
menurunkan kepercayaan anggota terhadap pengurus posdaya. Selain itu tidak ada
11
syarat atau ketentuan yang dibebankan atau digunakan sebagai jaminan untuk
peminjaman dana pada koperasi posdaya sehingga banyak anggota yang sampai
saat ini belum melunasi peminjaman dana pada koperasi. Selain itu permasalahan
terbatasnya sarana dan prasarana usaha. Dari segi permodalan anggota posdaya
seringkali mengalami kesulitan karena hasil penjualan tidak selalu dapat dijadikan
modal kembali, karena dalam prosesnya anggota juga sering mengalami untung
dan rugi. Kendala pemasaran juga disebabkan karena produk yang dihasilkan
belum memiliki izin PIRT dari BPOM, sehingga produk yang dihasilkan oleh
Hambatan terkait terbatasnya sarana dan prasarana seperti mesin, atau teknologi
memiliki kedekatan dengan ketua posdaya. Dimana sanksi yang diberikan berupa
yag tidak aktif dalam kegiatan organisasinya namun mereka aktif dalam kegiatan
pada posdaya masih memiliki potensi untuk berlanjut. Karena anggota posdaya
antara satu satu sama lain masih saling membutuhkan dan masing-masing anggota
memiliki sense of belonging atau rasa memiliki suatu kelompok atau organisasi
strukturasi Anthony Giddens sebagai unit analisis munculnya praktik sosial dalam
peristiwa yang sedang berlaku saat ini melalui penggambaran suatu peristiwa ke
maupun kondisi sosial yang ada melalui kegiatan observasi atau pengamatan,
posdaya
posdaya. Selain itu penelitian ini bermanfaat bagi Fakultas Ilmu Sosial dan
masyarakat.
14
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Pierre Bourdieu yang berkaitan dengan konsep Praktik Sosial, Habitus, Modal,
pemberdayaan yang terdiri dari pelatih dan tuna grahita melalui teknik
15
16
lokasi (BLK) Balai Pelatihan Kerja, pelatih memiliki beberapa habitus yang
dengan baik. Habitus yang ditanamkan pada kelompok tuna grahita adalah
dibarengi dengan pemberian motivasi agar mereka tidak mudah putus asa dan
pemberdayaan ini, modal sosial sangat ditekankan, hal ini nampak melalui
keikutsertaan tuna grahita di lokasi BLK sebagai arena atau ranah, yang
menunjukkan bahwa hanya ada kelompok tuna grahita yang berada dekat
dengan lokasi yang aktif untuk mengikuti program pemberdayaan ini. Pada
17
konsep modal budaya, tuna grahita dibedakan atas beberapa ketegorisasi yakni
tuna grahita (down syndrome) sebagai subjek, sedangkan dalam penelitian ini
pemberdayaan pada penderita tuna grahita adalah organisasi dari desa yang
terdahulu adalah penelitian hibah internal yang dilakukan oleh tim dosen
(2016). Penelitian ini berjudul “Dualitas Agensi dan Modal Sosial dalam
sosial Ling & Dale, serta menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
masalah modal sosial dan pemberdayaan masyarakat serta peran dari agensi
sebuah komunitas.
pemberdayaan pada Posdaya Desa Ngroto tidak terlepas dari peran agensi
pada level individu maupun level komunitas. Agensi pada level individu
tolong menolong karena manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Hal
Selain itu jaringan atau relasi sosial yang dimiliki ketua posdaya dengan
yang terdapat pada posdaya agensi hanya mucul pada 2 kelompok saja yakni
pada kelompok griya rajut dan makaryo bersama yang dapat memanfaatkan
level kelompok ini juga tidak terlepas dari jaringan sosial yang dimiliki oleh
melalui hubungan baik yang sudah dibangun melalui pelanggan dan pasar
sebagai pihak yang berperan dalam distribusi produk yang mereka hasilkan.
penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada penelitian ini adalah kesamaan
penelitian yang dilakukan oleh Chawa, dkk lebih memfokuskan pada peran
agensi pada level individu dan kelompok dalam pemberdayaan. Serta dualitas
agensi yang ada pada level individu dan level komunitas (kelompok), dan
ini hingga hal tersebut membentuk sebuah praktik sosial yang menunjukkan
dominasi dari ketua posdaya yanhg berperan sebagai expert agent dalam
sanksi yang diberikan berupa sanksi moral dari anggota kepada ketua posdaya.
diperoleh untuk modal usaha, tidak adanya transparasi dana, sehingga hal
kelompok.
terdahulu adalah skripsi yang ditulis oleh Alfianti (2014) yang berjudul
ketentuan Dinas Sosial DIY. Terdapat beberapa bidang usaha yang bergerak
disana.
Subjek dalam penelitian ini adalah staf dan kepala seksi keluarga bermasalah
sampling.
tedapat kendala teknis maupun non teknis seperti jumlah personil kegiatan
yang memadai atau tidak sebanding dengan sasaran yang akan ditangani,
yang kurang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas serta jarak
tempat tinggal anggota yang satu dengan yang lain cukup jauh.
Selain itu dampak yang ditimbulkan dari adanya program USEP-KM ada
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya dari segi ekonomi,
kelompok tersebut. Akibatnya banyak warga yang iri karena merasa dirinya
Selain itu konflik lain yang terjadi adalah terkait banyaknya kelompok simpan
tersebut, bersifat top down, karena program tersebut berasal dari dinas sosial
kota DIY. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih
Posdaya. Selain itu dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih
juga harus ada dalam pemberdayaan masyarakat (Ife, 2013 ; Swanepoel &
mereka miliki.
menjadi mampu dan berada. Oleh karena itu mereka harus diberikan
diberikan.
2.2.2 Partisipasi
419). Secara umum, partisipasi dapat dimaknai sebagai peran serta atau
the affect them” yang artinya suatu proses yang wajar dimana masyarakat
(commuunity development) yang mana prinsip ini harus ada dalam proses
masa depan mereka (Ife, 2013; Swanepoel & De Beer, 2006). Selain itu
yang disebut dengan inklusi. Yang mana inklusi ini terkait dengan
jalan keluar dari permasalahan tersebut. Yang mana pada proses ini para
mereka miliki.
Proses partisipasi akan selalu erat dengan isu power atau kekuasaan
(Choguill, 1999; Onyx & Benton, 1995; Sherbini, 1986; Arnstein, 1969).
Sehingga dalam hal ini partisipasi merupakan prinsip dasar yang harus
35
mereka miliki.
yang sangat mendasar antar bentuk peran serta yang bersifat semu (empty
ritual) dengan bentuk peran serta yang mempunyai kekuatan nyata (real
tersebut menjadi tiga bagian, jika diurutkan dari tangga terbawah bagian
36
tanggungjawab, dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau
orang bagian dari masyarakat untuk menjadi menjadi anggota suatu badan
wewenang dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak luar yang akan
melakukan perubahan. Usaha bersama yang dilakukan oleh warga ini akan
power.
39
2.2.3 Posdaya
fungsi keluarga secara terpadu dan gotong royong dari, oleh, dan untuk
masyarakat.
hasil yang diperoleh. Sehingga dapat digali sumber daya untuk melakukan
atau upaya pemberdayaan keluarga miskin atau pra sejahtera, dan dapat
dirinya.
pihak lain untuk membantu mereka (Mar‟ie dalam Basuki dan Prasetyo,
2007: 7).
dan karena sumber daya yang penting dalam kehidupan suatu masyarakat
perempuan dan laki-laki karena peran gender yang berbeda maka apa
perempuan.
gendernya.
sosial yang terus berlangsung sebagai segi analitis terpenting dalam teori
(Giddens, 1990:38). Adanya interaksi antara agen dan struktur dalam suatu
Giddens (1984).
melandasi keberadaan agen dan masyarakat (Ross 2002: 193). Dan untuk
(Ross 2002: 193). Sebelum terlibat dalam sebuah praktik sosial maka
Jika ditinjau lebih jauh lagi, salah satu proposisi penting dalam teori
berarti bahwa terdapat agen di satu sisi yang melakukan praktik sosial
47
dalam konteks tertentu, dan disisi lain terdapat aturan dan sumberdaya
yang memediasi praktik sosial. Yang mana melalui praktik sosial tersebut
akan terbentuk melalui pola-pola yang ada pada praktik sosial yang terjadi
daya tertentu. Dengan kata lain, menurut Giddens, dengan adanya praktik
agen dan struktur merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Agen adalah orang yang terlibat dalam arus kontinu dalam suatu
ruang dan waktu (Kaspersen, 2000: 379). Oleh karena itu menurutnya
Dalam hal ini agen dapat dilihat sebagai individu atau perorangan ataupun
sebagai kelompok.
motivasi meliputi keinginan dan hasrat yang mendorong praktik sosial dan
yang mampu dikatakan atau diberi ekspresi verbal oleh para aktor,
Mereka paham akan konteks visi, prinsip, dan kegiatan yang ada
49
tindakan, dari pada cara tindakan itu dilakukan oleh agen. Motif
50
yang terus menerus terjadi dari adanya aktivitas dan kondisi struktural
sebagai tindakan yang dilakukan oleh agen secara terus menerus dan
Apapun yang terjadi tidak akan terjadi jika agen tidak terlibat
dalam bentuk praktik sosial, yang mana dalam kata lain agensi adalah
praktik sosial.
keadaan atau rangkaian peristiwa yang ada sebelumnya. Agen tidak bisa
lagi untuk berbuat seperti itu jika dia kehilangan kemampuan untuk
beberapa kategori yaitu expert agent dan lay agent. Agen akan disebut
orang lain. Sedangkam lay agent adalah agen yang dapat dipengaruhi oleh
sistem-sistem sosial.
yang hanya tampil dalam dan melalui praktik sosial. Struktur bersifat
ada dalam pikiran manusia, yang digunakan hanya ketika kita bertindak.
ruang dan waktu (Giddens 1984: 17; Haralombos 2004: 969; Turner 1998:
492), seperti yang diungkapkan oleh Giddens dalam Ritzer & Douglas
(2003) bahwa, struktur hanya akan terwujud dengan adanya aturan dan
sumber daya.
bahwa struktur hanya ada didalam dan melalui praktik sosial dan dijadikan
daya alokatif adalah kegunaan dari gambaran materi dan benda untuk
hadir atau disediakan oleh alam namun hanya melalui praktik sosial
suatu konteks yang digunakan untuk membuat orang lain menuruti dan
dalam ruang dan waktu, sedangkan praktik sosial hanya ada dalam ruang
dan waktu (Priyono, 2002: 19). Lebih jauh lagi disini Giddens
dialektika antara agen dan struktur (Giddens, 1989: 23). Strukturasi adalah
satu proposisi utama dalam teori strukturasi adalah bahwa aturan dan
yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak ada struktur tanpa agen
begitupun sebaliknya tidak akan ada agen tanpa adanya struktur. Karena
bagi Giddens agen dan sruktur ibarat dua sisi dari satu keping uang logam
berfungsi memberikan peluang pada agen. Jadi dalam hal ini, strukturasi
relasi sosial yang dapat melintasi ruang dan waktu karena adanya dualitas
tertentu dari para agen manusia, dan direproduksi sepanjang ruang dan
sebuah interaksi.
sosial (Giddens, 1979: 5). Dualitas struktur adalah bahwa struktur sosial
proses dimana struktur sosial merupakan hasil dan sekaligus sarana praktik
57
sosial. Artinya dualitas agen dan struktur terletak dalam fakta bahwa suatu
waktu adalah merupkan suatu perulangan dan terus menerus dari berbagai
praktik sosial yang kita lakukan, dan sebaliknya struktur menjadi medium
bagi berlangsungnya praktik sosial kita (Priyono, 2002: 22). Agen dan
lain, inilah yang disebut dengan dualitas struktur. Melalui dualitas struktur,
hubungan antara agen dan struktur dapat terlihat dengan jelas. Dengan
dan praktik sosial. Struktur tidaklah bersifat eksternal atau berada diluar
dalam beberapa deskripsi yang ada. Namun apa yang mereka lakukan
mungkin tidak cukup dikenal dalam deskripsi lain dan mereka hampir
Struktur adalah sebuah aturan dan sumber daya yang terbentuk dan
sebuah dualitas yang tidak dapat terpisah satu sama lain. Hubungan antara
struktur dan tindakan adalah sebuah elemen dan satu masalah fundamental
bagi teori sosial, khususnya dalam teori sosiologi modern (Arcer, 1998).
dualisme. Dualitas itu terjadi dalam praktik sosial yang terjadi secara
berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu (Giddens, 1984:2).
59
Dalam pemikiran Giddens, agen dan struktur diibaratkan sebagai dua sisi
dari satu keping uang logam, yang tidak dapat terpisah antara satu sama
agen dan struktur melalui cara yang tepat, yang dimaksudkan untuk
(Bernstein, 1989).
praktik sosial untuk melintasi ruang dan waktu. Menurutnya, relasi anatara
agen dan struktur pada dasarnya harus dilihat sebagai relasi “dualitas
waktu.
dalam praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan
sosial. Lebih kuat lagi, agen tidak mungkin ada tanpa kekuasaan struktur
sosial.
sebagainya.
dengan isi komunikasi (yaitu apa yang hendak dikatakan atau dilakukan
normatif dalam interaksi selalu berpusat pada relasi antara hak dan
63
kewajiban yang diharapkan dari mereka yang ikut andil dalam rangkaian
konteks interaksi.
kehidupan sehari-hari.
merupakan suatu bagian yang biasa dan jelas dalam kehidupan manusia
hari, bentuk utama dualitas struktur. Menurut Giddens, waktu dan ruang
suatu proses, atau dilihat sebagai duree, yang merupakan sebuah aliran
Rumah Tangga (janda) maupun ibu rumah tangga yang miskin dengan
sub kelompok yang sesuai dengan minat dan bidang keterampilan soft skill
tertulis. Selain itu struktur Posdaya juga memiliki sumber daya (resources)
Bagi giddens, sumber daya tidak begitu saja disediakan oleh alam, namun
berlangsung saat ini hingga hal tersebut membentuk sebuah praktik sosial
sanksi yang diberikan berupa sanksi moral dari anggota kepada ketua
20% dari kredit yang diperoleh untuk modal usaha, tidak adanya
METODE PENELITIAN
penelitian tersebut dapat dianggap sebagai penelitian yang valid, ilmiah, dan dapat
menekankan pada makna dan proses dari pada hasil suatu aktivitas. Menurut
data pada suatu latar ilmiah dengan menggunakan metode alamiah yang dilakukan
oleh peneliti yang mempunyai perhatian ilmiah. Sedangkan, menurut Denzin dan
dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode yang ada. Secara umum
tergolong sebagai penelitian ilmiah yang dibangun atas dasar teori-teori yang
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor, 1975;5). Penelitian kualitatif
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang sedang berlaku saat ini.
68
69
deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, fakual, dan akurat mengenai
fenomena, proses, maupun kondisi sosial yang ada melalui kegiatan observasi
pembaca dapat turut memahami serta berada pada pengalaman peristiwa yang
makna dari para informan,dimana data yang telah diperoleh sebelumnya akan
ditelaah untuk dipahami makna dan informasi yang terkandung didalamnya, dan
masalah yang diteliti berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari sudut
dan digunakan sebagai acuan untuk memahami secara menyeluruh tentang Praktik
Penelitian kualitatif deskriptif ini menjadi pilihan peneliti karena sesuai dengan
sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji sebuah
pengumpulan data, pengolahan data atau analisis data, penyusunan laporan serta
hasil penelitian secara objektif. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan melihat aktivitas anggota posdaya secara umum yang dilakukan pada tiap-
semua subjek yang terkait dalam penelitian ini yakni, penggagas terbentuknya
posdaya yang menjadi informan kunci, anggota posdaya serta perangkat desa
yang juga memiliki peranan dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan dalam
dan agen yang terjalin dalam pemberdayaan pada kelompok Posdaya di Desa
Ngroto.
Pertama, Desa Ngroto mempunyai potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang
yang jumlahnya mencapai 7357 kepala rumah tangga termasuk di Desa Ngroto itu
sendiri yang berjumlah 498 rumah tangga miskin (Haryono,2015, p.97). Selain itu
jumlah perempuan yang berperan sebagai kepala rumah tangga miskin juga cukup
besar yakni sekitar 298 atau sekitar 40.4% dari keseluruhan rumah tangga miskin
yang ada. Hadirnya Posdaya di Desa Ngroto sangatlah membantu warga setempat
untuk menampung kreatifitas dan mengembangkan soft skill dan hard skill yang
Kini Desa Ngroto juga telah menjadi desa percontohan bagi desa-desa lain
Pemberdayaan Keluarga).
mana permasalahan tersebut dimulai dari pendirian koperasi pada Posdaya yang
menuai pro dan kontra dari anggota Posdaya. Pendirian koperasi diawali
pemotongan dana pinjaman modal usaha yang diberikan oleh Bank UMKM Jawa
Timur kepada masing-masing anggota Posdaya sebesar 400 ribu. Dalam hal ini
namun ada juga yang setuju. Selanjutnya, dana yang terkumpul untuk pendirian
koperasi simpan pinjam anggota dipinjam oleh anggota Posdaya, namun uangnya
tidak dikembalikan hingga saat ini. Sehingga hal tersebut membuat Koperasi
Posdaya tidak dapat berjalan. Mekanisme peminjaman dana koperasi tidak disertai
dengan persyaratan atau jaminan yang dibebankan pada anggota sehingga banyak
tersebut. Sedangkan anggota yang lain yang belum memiliki kesempatan untuk
meminjam dana koperasi tidak dapat meminjam dana tersebut karena dana yang
ada pada pengurus sudah di pinjam oleh anggota yang lain. Selain itu, tidak ada
upaya dari pengurus untuk menunjukan transparasi nominal dana koperasi yang
terkumpul, yang keluar, dan yang tersisa. Sehingga hal tersebut menimbulkan
dalam diri anggota untuk bersama-sama maju melakukan kegiatan produktif dan
kelompok. Selain itu pengurus Posdaya juga ingin menjalin relasi dan kerjasama
lokasi penelitian. Selain itu peneliti juga mempertimbangkan lokasi tersebut dari
segi keterjangkauan akses informasi dan akses finansial yang menjadi faktor
penentu dalam melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dimulai dari observasi
awal yang dilakukan sejak bulan Oktober 2016, obervasi lanjutan pada bulan
Januari 2017, dan turun lapang untuk wawancara mendalam dengan informan
dalam suatu penelitian. Karena fokus penelitian adalah pokok permasalahan yang
bertumpu pada fokus penelitian yang memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam
informasi (Moleong, 2001 : 93). Dalam sebuah penelitian sangat penting bagi
agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan dapat memperoleh hasil yang
Menurut Spradley dalam Sugiyono, (2008: 209) terdapat empat alternatif untuk
domain)
IPTEK
penelitian ini adalah alternatif keempat dimana fokus penelitian terkait “Praktik
permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. Hal ini dikarenakan
menjadi tidak efektif. Sehingga peneliti ingin menggambarkan pola praktik sosial
yang terjadi pada lingkup Posdaya. Oleh karena itu peneliti menetapkan batasan
penelitian pada:
melalui praktik sosial yang berlangsung saat ini. Dalam hal ini agen sebagai
pelaku atau aktor berperan penting dalam menjelaskan informasi yang diperlukan
dalam penelitian ini. Agen tersebut antara lain yakni pengurus dan anggota
Posdaya itu sendiri yang mampu melakukan tindakan berdasarkan kapasitas yang
dimiliki.
sumber yang dinilai mampu untuk memberikan informasi, sumber data, atau
sebagai subyek yang nantinya akan diteliti. Informan bukan hanya sebagai sumber
data, melainkan juga sebagai aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil
Imam, dan Tobroni, 2001:26). Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk
penelitian karena mereka dapat secara spesifik untuk memberi pemahaman terkait
problem riset dan fenomena dalam studi tesebut. Dan dengan metode tersebut
tujuan peneliti karena informan yang ditunjuk dapat memenuhi beberapa kriteria
peneliti seperti yang peneliti harapkan dan juga informan tersebut mengetahui
situasi yang ada, sehingga dapat membantu peneliti untuk menjelajahi objek,
fenomena, atau situasi sosial yang akan diteliti (Sugiyono 2008: 53-54). Dalam
pemilihan informan, teknik purposive juga didasarkan pada kriteria tertentu yang
dimiliki oleh seseorang untuk bisa dijadikan informan. Selain didasarkan pada
kriteria tertentu dengan teknik ini penentuan informan juga didasarkan pada
Posdaya yang berperan dalam program pemberdayaan dan pengurus yang menjadi
dapat menarik benang merah atas praktik sosial yang berlangsung. Berdasarkan
1) Informan Kunci
Informan kunci disini adalah Ibu Rusmini sebagai Ketua atau koordinator
umum Posdaya yang telah mendirikan Posdaya Desa Ngroto dan menjadi
77
didalamnya.
2) Informan Utama
anggota kelompok Posdaya yang menjadi agen praktik sosial yang berkaitan
terjadi sejak awal pendirian Posdaya hingga saat ini, khususnya dalam pola
produktif mereka.
3) Informan Tambahan
menceritakan fenomena apa saja yang terjadi pada ruang lingkup penelitian
peneliti akan berusaha secara maksimal dan terfokus untuk mendapatkan data
a) Data Primer
Data primer adalah data yang dapat diperoleh dari sumber pertama atau
sumber asli (tanpa peantara). Sumber data primer dapat diperoleh peneliti
penelitian ini data primer diperoleh langsung melalui proses interaksi dan
sikap atau tindakan serta kata-kata yang diucapkan oleh informan baik
b) Data Skunder
baik data monografi desa buku maupun data berupa laporan historis yang
sudah tersedia di perpustakaan, biro pusat statistik, arsip yang dimiliki oleh
pemerintah, dsb. Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
80
sebelumnya, Foto kegiatan produktif pada Posdaya, data dari Badan Pusat
Statistik, buku referensi, jurnal penelitian, serta artikel yang masih relevan
Teknik pengumpulan data adalah cara yang tepat dan strategis untuk
mendapatkan data dan untuk memenuhi standar data yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2008: 62-66). Dengan teknik pengumpulan data, peneliti akan dengan
fenomena apa saja yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data dapat terbagi
lengkap hasil penelitian dapat dilakukan dengan kajian dokumen yang berkaitan
dengan fenomena yang diteliti. Berikut ini merupakan uraian dari tiga tahapan
pengumpuan data:
1) Observasi
(Yin, 2007 :108). Hal ini dimaksudkan agar peneliti mendapatkan dimensi-
seorang peneliti yang tidak terlibat langsung dalam aktivitas aktor yang
luar (outsider) dari kelompok yang diteliti. Sehingga peneliti tidak selalu
terlibat langsung dengan aktivitas mereka tapi masih dapat menyaksikan dan
menjadi pihak luar dari kelompok yang sedang diteliti karena peneliti tidak
2) Wawancara
yang dilakukan oleh kedua belah pihak yakni peneliti dan informan.
lain. Hal ini bertujuan agar informan dapat mengetahui maksud dari
jawaban yang sesuai dengan permasalahan tanpa ada rasa curiga (Moleong,
1989 : 186-189).
83
1989 : 191). Selain itu wawancara juga harus terstruktur. Peneliti haruslah
masalah yang ada dalam rancangan penelitian (Moleong, 2013 : 190). Selain
itu peneliti juga menyiapkan alat bantu yang akan digunakan sebagai alat
dan anggota posdaya serta untuk Pemerintah Desa Ngroto. Peneliti berusaha
dapat lebih membaur dan berjalan lancar. Selama proses wawancara peneliti
peneliti pada saat observasi dan saat turun lapang penelitian sejak bulan
3) Dokumentasi
Dokumen adalah catatan atau peristiwa yang sudah lama berlalu, dan
dokumen dalam bentuk gambar dapat berupa foto, sketsa dan lain
dapat memperoleh data melalui artikel ilmiah yang berkaitan dengan praktik
monografi Desa Ngroto untuk mencari tahu potensi yang dimiliki desa,
Menurut Sugiyono (2008: 90), analisis data telah dimulai sejak dirumuskan dan
penulisan hasil penelitian. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaki proses mengumpulkan dan menyusun dengan baik data-data
pada pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), yang bersumber baik dari buku,
jurnal, skripsi, artikel, tulisan dari media elektronik, dsb. Selain itu, analisis
kelompok pada pengurus Posdaya. Selain itu juga terdapat hambatan dalam
Untuk memperoleh makna yang berarti maka proses analisis data dilakukan
secara terus menerus, dalam proses ini peneliti diharapkan dapat menemukan hal-
hal penting yang dapat membantu dan mempermudah peneliti untuk mengkaji
mana mereka menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisis tersebut meliputi tiga
unsur yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Bungin,
2003: 69). Adapun ketiga unsur yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
reduksi data ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data
yang telah dikumpulkan. Data yang telah dikumpulkan melalui observasi awal,
87
sesuai fokus yang ada pada masalah dalam penelitian ini. Proses mereduksi data
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan baik sehingga proses
memperkaya data yang diperoleh dari observasi awal. Kemudian peneliti meneliti
bergabung dengan posdaya, kegiatan pemberdayaan pada level posdaya dan level
penyajian data yang berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitian ini.
88
uraian singkat, bagan, grafik, chart, tabel dan sejenisnya secara jelas untuk
keseluruhan maupun bagian demi bagian. Menurut Miles dan Huberman, yang
paling sering digunakan untuk penyajian data secara kualitatif adalah dengan
ini tidaklah terpisah dari analisis data. Pengumpulan data-data yang diperoleh baik
transkrip wawancara dari ke 16 informan, hal ini dilakukan agar mudah untuk
Kemudian, hal yang peneliti lakukan dalam tahap ini yakni menggambar
secara umum hasil penelitian di mulai dari lokasi penelitian tempat kegiatan
bergabung di dalamnya, kemudian realitas yang ada pada kegiatan Posdaya yang
dalam mengikuti kegiatan pemberdayaan tersebut awalnya cukup tinggi, hal ini
89
dan tanpa paksaan dari pihak manapun, mereka juga selalu aktif dalam mengikuti
pertemuan rutin dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam posdaya seperti
kegiatan sosialisasi dan pelatihan dari berbagai pihak luar seperti dari pihak
menjadi menurun.
sebagai ketua menjadikannya sebagai expert agent sehingga hal tersebut menjadi
Hubungan sekema dualitas struktur, secara lebih jelas digambarkan melalui D-S-
L, dimana pembahasan lebih lanjut akan di jelaskan pada bab berikutnya dengan
unsur terpenting dalam teknis analisa data pada penelitian kualitatif sebagaimana
model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Bungin, 2003: 69).
Penarikan kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang akurat dan
yang kuat, valid, dan konsisten dalam mendukung data-data awal yang dimaksud.
selama masa penelitian (di lapangan), tinjauan kembali dengan seksama dengan
yang terjadi dalam pemberdayaan pada posdaya, dan mencari penjelasan terhadap
berbagai fenomena yang muncul dan menjadi penyebab tidak efektifnya kegiatan
pemberdayaan pada posdaya, dengan melihat sebab akibat yang terjadi sesuai
menjadi suatu praktik sosial. Selanjutnya, kesimpulan secara umum dibahas pada
bab terakhir.
sebuah penelitian. Karena dalam sebuah penelitian, peneliti tidak cukup jika
hanya memperoleh sebuah gambaran dan hasil penelitian tetapi hasil dari
kepercayaan serta validitasnya. Selain itu, keabsahan data juga harus memenuhi
mendemostrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu mampu
Keabsahan data, memiliki beberapa jenis atau bentuk. Salah satunya yakni
berbagai sumber, cara atau teknik, dan waktu. Pengertian dari triangulasi sendiri
adalah sebuah teknik keabsahaan data dengan cara memeriksa keabsahaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain, dengan cara membandingkan data yang
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan, atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Denzin (dalam Moleong, 2013) menjelaskan bahwa ada empat
1. Triangulasi Sumber
2. Triangulasi Metode
3. Triangulasi Penyidik
4. Triangulasi Teori
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Triangulasi sumber ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni sebagai
berikut:
wawancara
92
waktu
yang berkaitan
ini dengan penelitian orang lain untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh
penelitian terkait dengan pemberdayaan pada posdaya yang terfokus pada praktik
terjadi di dalamnya.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
topografinya desa ini berada pada ketinggian 1.144 Mdl atau 1.144 M dari atas
antara 60% - 70% suhu rata-rata harian 19-25 derajat celcius. Secara administratif,
Timur. Desa Ngroto sendiri mempunyai 3 dusun yang terbagi menjadi Dusun
Krajan, Dusun Maron, dan Dusun Lebaksari. Dengan terbaginya menjadi tiga
dusun tersebut, Desa Ngroto memiliki 14 Rukun Warga (RW) dan 33 Rukun
Tetangga (RT), dengan rincian Dusun Krajan terdiri dari 12 RW dan 28 RT,
Dusun Maron terdiri dari 1 RW dan 2 RT, Dusun Lebaksari terdiri dari 1 RW dan
3 RT. Sedangkan batas-batas wilayah Desa Ngroto secara umum dengan rincian
sebagai berikut:
Kecamatan Pujon
Kecamatan Pujon
93
94
Pemukiman 9,60
Persawahan 133,913
Perkebunan 11
Kuburan/Makam 0,983
Pekarangan 155,844
Perkantoran 0,663
Luas
0%5%3% Pemukiman
Persawahan
41% Perkebunan
48% Kuburan
Pekarangan
3%
0% Perkantoran
Prasarana Umum Lainya
Jika melihat sejarah awal mula terbentuknya Desa Ngroto, diawali oleh
datangnya salah satu orang pertama sebagai leluhur pendiri desa yang membuka
lahan atau yang dalam istilah jawa disebut babat alas yang datang ke Desa
Ngroto. Orang pertama tersebut datang dari daerah Pacitan + pada tahun 1830.
penduduk biasa). Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya punden yang letaknnya
berada kurang dari 0,5 km dari desa pada sebelah utara. Dahulu di tanah komplek
Bendo, Guci, Tumbak, dan sebagainya. Istilah Desa Ngroto sendiri berasal dari
Puncak yang roto atau rata yang lama kelamaan menjai istilah “DESA
NGROTO” yang berarti tanah yang berada di padan merata. Dimana desa ini
menjadi jalur poros atau pos lalu lintas antara Batu dan Ngantang dan sebaliknya
(guna istirahat).
wilayahnya yang berada di dataran tinggi yang memiliki tanah yang cukup subur
dan berpotensi untuk menghasilkan produk pertanian yang baik. Sejak saat itu,
banyak para pendatang di Desa Ngroto yang berasal dari luar daerah seperti
Desa Ngroto. Mereka menggabungkan diri pada Pak Truno Dipo, untuk membuka
tanah guna pertanian dan penanaman kopi yang jumlahnya ada 15 rumah
berbentuk gubug-gubug. Dan karena Pak Truno Dipo pada saat itu telah
97
2015, memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yakni sekitar 6.600 jiwa yang
terdiri dari 1.909 KK (Kepala Keluarga). Dimana pembagian jenis rasio penduduk
1200
1000
800
600
400 LAKI - LAKI
200 PEREMPUAN
0
termasuk desa yang berada pada kawasan agro pertanian dan wisata budaya.
pedagang karena sebagian besar warganya merupakan pelaku usaha dengan usaha
yang sesuai dengan skill atau kemampuan yang dimiliki. Banyak masyarakat desa
ini yang menjadi pelaku usaha di kawasan wisata baik di pusat oleh-oleh Dewi sri,
maupun di tempat wisata di Batu dan sekitarnya. Selain itu sebelum menjadi
kawasan agro, Desa Ngroto terkenal dengan desa yang memiliki kultur budaya
dengan berbagai seni seperti seni kuda lumping, bantengan, pencak silat,
ganongan, dan sholawatan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa
merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan budaya yang patut
4.2 Potensi Sumber Daya Alam dan Mata Pencaharian Penduduk di Desa
Ngroto
pegunungan atau dataran tinggi menjadikan desa tersebut sebagai desa pertanian
99
banyak penduduk di Desa Ngroto yang menanam berbagai macam sayuran, bibit,
dan hasil pertanian lainnya. Beberapa penduduk Desa Ngroto yang juga ada yang
memelihara hewan ternak seperti sapi dan kambing yang mana hasil susu yang
dihasilkan dari ternak tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi susu murni,
dan yogurt berbagai rasa yang disalurkan ke KOP SAE Pujon dan ada juga yang
diproduksi dalam skala rumah tangga. Namun saat ini banyak masyarakatnya
mereka yang memiliki usaha ini bergabung menjadi anggota dalam organisasi
Posdaya.
Selain itu Desa Ngroto juga memiliki sumber mata air yang cukup banyak
dan berada ditiap-tiap dusun, sumber mata air tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air masyarakat baik untuk konsumsi, usaha, maupun untuk
irigasi pertanian. Di Desa Ngroto sendiri telah terkenal dengan perkebunan kopi
yang dibangun sejak era penjajahan Belanda yang masih ada hingga saat ini.
Selain itu Desa Ngroto juga terkenal dengan sentra pembibitan sejak tahun 1970-
an, terdapat berbagai macam bibit sayuran yang ditanam oleh masyarakat Desa
Ngroto, dan telah dikenal oleh pelanggan yang berasal dari berbagai daerah
seperti Magetan, Tuban, dan kota-kota lainnya. Bibit yang dihasilkan terdapat
berbagai macam jenis seperti bibit kubis, andewi, sawi daging, slada air, dan
Hasil pertanian dan perkebunan biasanya akan dijual di Pasar Pujon dan
Pasar sayur Mantung. Namun banyak pengepul yang datang membeli untuk
pertanian selain dilihat dari aspek geografis juga dipengaruhi oleh luasnya lahan
persawahan sebesar 133,913 ha, pekarangan sebesar 155,844 ha, dan perkebunan
seluas 11 ha, lebih besar dari luas pemukiman yang hanya sebesar 9,60 ha.
Sehingga potensi dan posisi desa ini menyebabkan sebagian warganya berprofesi
atau bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Adapun mata
dalam sektor perdagangan dan usaha lainnya sebesar 1.077 jiwa kemudian
disektor pertanian dan perkebunan sebesar 1000 jiwa, mengurus rumah tangga
sebesar 905 jiwa, belum atau tidak bekerja sebanyak 750 jiwa. Dari jumlah
tersebut terdapat sekitar 1.655 jumlah kalkulasi pengangguran dan mereka yang
meningkatkan kreativitas, soft skill dan hard skill masyarakatnya sehingga SDM
antara satu sama lain, hidup dengan rukun, damai, dan saling gotong-royong. Hal
ini dibuktikan dengan tingginya tingkat keperdulian antara satu sama lain, saling
bekerja sama, dan gotong royong dalam berbagai kegiatan seperti bersih desa,
bangun desa, maupun dalam kegiatan hajatan, dan slametan yang rutin
dilaksanakan. Adapun agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Desa Ngroto
adalah agama islam, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa bangunan mushola
dan masjid dilingkungan desa tersebut. Namun untuk sarana dan prasarana sosial
butuh untuk segera dilakukan renovasi dan peningkatan fasilitas baik terhadap
102
industri kecil / UKM, dan sektor pariwisata. Hal ini terbukti dengan tersedianya
lahan pertanian yang cukup luas, Sub Terminal Agribisnis (STA Mantung) yang
karena memerlukan modal atau pembiayaan yang besar serta harus memiliki
hidup karena harga barang tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat
mereka serta masih minimnya bekal keterampilan yang dimiliki. Banyak ibu
rumah tangga yang tidak bekerja dan hanya berada di rumah saja atau kurang
Selain itu pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang telah
pelaku-pelaku usaha kecil yang tidak memiliki akses guna penambahan modal
103
usahanya, dan juga bertujuan agar masyarakat dapat terhindar dari renternir atau
kebutuhan hidup dasar. Oleh karena itu melalui program tersebut dan fasilitasi
kapasitas mereka.
tingkat pendidikan ini lah yang kemudian berdampak pada mata pencaharian
hanya berprofesi sebagai petani, peternak, pedagang ibu rumah tangga, bahkan
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik sebagai guru, perangkat desa,
104
Akademi/Diploma III/S. 33 36 69
Muda
Belum Tamat SD/Sederajat 335 324 659
Diploma I/II 9 14 23
Strata II 8 5 13
penduduk Desa Ngroto sebagian besar adalah Tamat SD/sederajat sebesar 2.231
jiwa, Tamat SLTP/sederajat sebesar 1.257 jiwa, dan Tamat SLTA sebesar 1.000
pendidikan warga Desa Ngroto cukup rendah. Faktor kemiskinan juga menjadi
miskin di Desa Ngroto sebanyak 352 KK, dengan tingkat kesejahteran 10%
(SDM) yang mempuni agar dapat mengisi peluang usaha yang ada. Hal tersebut
terjadi di Desa Ngroto sendiri adalah kemiskinan yang bersifat relatif, yakni
telah hidup dibawah garis kemiskinan, namun mereka masih berada dibawah
Ngroto sendiri adalah terkait masih banyaknya warga miskin, dan pengangguran
Jika melihat konteks perempuan miskin, selama ini perempuan berada pada
distribusi kekuasaan yang paling rendah dibandingkan laki-laki, akses dan kontrol
yang bekerja di sektor domestik atau hanya mengurus rumah tangganya saja,
terdapat Kepala Rumah Tangga Miskin Perempuan yang berstatus janda maupun
cerai dan harus berjuang sendiri dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Karena
tidak ada peran lelaki dalam keluarganya, sehingga mereka bekerja sendiri untuk
sebagai buruh tani, dan ada juga ibu rumah tangga yang masih bersuami yang
yang diperoleh suaminya hal tersebut dirasa kurang mampu untuk memenuhi
perempuan miskin disana berpendidikan rendah atau hanya tamat SD saja, jika
Kemiskinan yang dihadapi oleh mayoritas rumah tangga di Desa Ngroto membuat
masyarakat disekitarnya.
ekonomi women in development dan politik seperti civic education dan vote
telah mampu menekan kemiskinan yang ada di Desa Ngroto, hal ini seperti yang
“Ya kalau dulu masih banyak orang miskin sekarang saja sudah agak berkurang, ya
namanya orang desa apalagi Desa Ngroto yang letaknya di daerah pegunungan ini
rata-rata masyarakat pendapatannya hanya mengandalkan dari hasil pertanian, kalau
mereka yang nggak punya lahan ya jadi buruh tani yang mungkin penghasilannya
hanya cukup untuk makan saja. Jangankan untuk membeli kebutuhan lain nyari
untuk kebutuhan pokok aja kadang susahnya setengah mati. Mereka-mereka yang
dalam kondisi kurang mampu ini kurang mendapatkan perhatian dari lingkungan
108
disekitarnya sehingga dulunya mereka hidupnya ya gitu-gitu aja, kan jarang orang
sini dulunya yang berdagang atau punya usaha, sekarang aja ini banyak, dulu banyak
pengangguran utamanya ibu-ibu itu banyak yang nggak produktif karena mereka
hanya mengandalkan gaji suami, kalau mereka yang nda punya suami ya terpaksa
harus bekerja sendiri agar bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya”
(Wawancara dengan Bu Rusmini, Ketua dan koordinator umum POSDAYA, pada
tanggal 31 Mei 2017)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menunjukkan bahwa dulu di Desa
pencahariaan mereka hanya sebagai petani dan buruh tani dengan penghasilan
Pengangguran yang ada di Desa Ngroto didominasi oleh ibu-ibu yang tidak
tersebut.
seperti menjahit, merajut, memasak, dan menanam bibit. Bahkan sebelum ada
Posdaya beberapa dari mereka sudah memiliki usaha kecil-kecilan seperti usaha
pembibitan, usaha menjahit, menerima catering, dsb meskipun dalam skala kecil
dan jumlahnya hanya beberapa. Namun banyak juga perempuan miskin di Desa
Ngroto yang sebelumnya kurang memiliki keterampilan dan tidak memiliki modal
penyadaran melalui pelatihan dan sosialisasi yang mana melalui proses tersebut
mereka dapat memulai sebuah usaha yang sesuai dengan minat (passion) dan
keterampilan mereka.
Miskin di Desa Ngroto yang terdiri dari ibu rumah tangga tunggal atau janda, dan
109
yang masih bersuami. Yang mana awalnya mereka berada pada kemiskinan di
tingkat desil 1, namun saat ini naik di desil 2 dan 3. Perubahan tersebut karena
pemerintah desa seperti program Jalin Matra (Jalan Lain Menuju Mandiri dan
bantuan pinjaman modal usaha melalui BUMDES Ageng kepada masyarakat. Hal
tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Kepala Desa dalam wawancara berikut:
“Ada sekitar 498 kepala rumah tangga miskin itu termasuk janda sama yang masih
bersuami, la itu kami punya program melalui Posdaya bentukan Bu Rusmini dan
Jalin Matra yang programnya dari pak gubernur, yang melalui BUMDES, sehingga
kami punya simpan pinjam yang dipinjamkan khusus RTSM (Rumah Tangga Syarat
Miskin) yang mana nanti kita bantu, biar usaha, nanti pinjamnya sistemnya
perkelompok, dari data 498 itu sekarang sudah 9 kelompok yang sudah terdanai biar
usahnya jalan melalui BUMDES kami, jadi dari RTSM yang awalnya berada di desil
1 sekarang bisa naik di desil 2 dan 3” (Wawancara dengan Pak Lurah Budi, Kepala
Desa Ngroto, pada tanggal 06 Juni 2017)
setelah hadirnya Posdaya pada tahun 2013 sebagai salah satu yang utama. Dimana
berstatus perempuan kepala rumah tangga miskin, dan ibu rumah tangga
produktif.
110
Kemudian, disusul dengan hadirnya program lain dari pemerintah desa diawal
tahun 2016 seperti Jalin Matra, BUMDES, ditunjang dengan adanya program-
program lainnya seperti UP2K/ ibu-ibu PKK, KUBE (Kelompok Usaha Bersama),
dan program lain dari pemerintah desa yang mampu mengurangi Rumah Tangga
Miskin yang awalnya berada di desil 1 dengan tingkat kesejahteraan 10% atau
sesorang untuk melakukan tindakan. Dalam hal ini kemiskinan awalnya menjadi
dari pemerintah desa. Dengan proses yang seperti inilah kemiskinan di Desa
2014 hingga tahun 2019 akan menitik beratkan dan memprioritaskan pada
telah dilakukan, telah disusun usulan kegiatan prioritas yang kemudian dirangkum
oleh tim penyusun RPJM Desa dimana terdapat beberapa potensi desa dan
geografis maupun sumber daya yang ada di Desa Ngroto, sangat berpotensi untuk
permasalahan atau kendala antara lain yakni, besarnya biaya atau investasi,
memadainya infrastruktur yang ada, khususnya jalan usaha tani, jaringan irigasi,
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat tidak dapat dilakukan tanpa adanya
strategi yang tepat sehingga mampu mengatasi masalah yang ada sampai ke
akarnya. Dengan pengalaman masa lalu yang mengunakan pola perencanaan yang
bersifat top down, ternyata tidak bisa langsung mengena pada sasaran yang tepat,
karena masyarakat hanya sebagai sasaran penerima manfaat atau obyek tidak
yang riil terjadi. Sehingga kemudian perencanaan diubah ke arah bottom up,
sekaligus sasaran pemanfaat, akan dilibatkan dan dijadikan sebagai subyek yang
perencanaan partisipatif, yang mana melalui strategi ini masyarakat akan terus
atau sumberdaya yang mereka miliki kemudian hal tersebut akan mampu
secara maksimal melalui berbagai kegiatan positif seperti bidang usaha produktif.
(PAD), Transfer dari Pemerintah Pusat (DD) dan Transfer dari Pemerintah Daerah
BUMDES Ageng yang saat ini digunakan sebagai tempat penyedia pupuk dan
benih untuk masyarakat Desa Ngroto, serta penyedia pinjaman modal usaha.
Selain itu pihak desa juga memiliki program UP2KPKK / UPKU yang dijalankan
oleh ibu-ibu PKK dimana terdapat koperasi simpan pinjam untuk modal usaha
dan memiliki berbagai kegiatan untuk para ibu-ibu. Selain itu juga terdapat
membantu untuk menampung kreatifitas dan mengembangkan soft skill dan hard
Posdaya Desa Ngroto dibentuk pada bulan Juli 2013. Pembentukan ini
digagas oleh Bu Rusmini, selaku kordinator atau ketua Posdaya sampai saat ini,
dan disahkan langsung oleh Kepala Desa Ngroto Pak Lurah Budi yang telah
Desa Ngroto sendiri, dengan melakukan pemberdayaan keluarga baik dalam segi
Sejak awal berdiri, Posdaya Desa Ngroto belum memiliki wadah yang
adanya kunjungan dari pihak LPPM UB, Posdaya Desa Ngroto resmi terbentuk
dan berada dibawah binaan mereka. Sasaran utama Posdaya adalah ibu-ibu rumah
tangga yang memiliki banyak waktu luang agar mereka dapat menjadi ibu-ibu
masing ibu rumah tangga, yang mana mereka sendiri yang menentukan
keanggotaan kelompok sesuai dengan potensi atau kapasitas yang mereka miliki.
114
Posdaya sendiri memiliki visi dan misi yang dapat dijadikan patokan
muda bangsa, b) Menciptakan pola pikir masyarakat yang berdaya saing tinggi
upaya meningkatkan taraf hidup bersama melalui unit usaha mikro dalam
diharapkan dimasa mendatang nantinya masyarakat dapat turut aktif dalam setiap
kegiatan yang ada, terutama di tingkat RT, dusun, hingga desa. Hal ini lah yang
kemudian dapat membuat setiap aktivitas bersama akan semakin mudah serta
Adapun sasaran dari program Posdaya ini adalah para ibu rumah tangga miskin
dikarenakan sebagian besar ibu rumah tangga di Desa Ngroto tidak mempunyai
dibagi berdasarkan spesifikasi usaha dan ketrampilan yang dimiliki oleh para ibu
115
rumah tanggga disana, berikut ini adalah struktur pengurus dan pembagian
makanan.
peracangan
Biasanya tiap ketua kelompok juga mewakili anggotanya apabila ada kegiatan
yang diadakan oleh koordinator umum seperti adanya kegiatan penyuluhan dari
seluruh anggota Posdaya dalam acar tersebut. Namun hal tersebut dirasa kurang
117
efektif karena tidak semua anggota Posdaya memiliki waktu untuk menghadiri
kegiatan tersebut, karena sebagian besar dari mereka sibuk beraktivitas mencari
memanggil ketua dari masing-masing sub kelompok jika ada kegiatan di Posdaya.
norma atau aturan yang harus dipatuhi oleh anggotanya. Aturan yang ada pada
Posdaya ada yang tertulis dan tidak tertulis. Aturan yang tertulis berupa Surat
Keputusan (SK) yang dilegalkan oleh KepalaDesa Ngroto, yang mana didalamnya
terdapat aturan bahwa anggota yang telah terdaftar dalam Posdaya akan tetap
menjadi anggota Posdaya seumur hidupnya, kecuali jika dia telah meninggal
(Posdaya) juga telah tercatat siapa-siapa saja anggotanya. Sedangkan aturan yang
tidak tertulis dalam organisasi Posdaya ini berupa norma dan aturan berupa
teguran secara moral yang hanya secara insidental atau hanya dilakukan pada
kesempatan tertentu saja, tidak secara tetap dan rutin, dimana aturannya berupa
sebuah kesepakatan bersama seperti contoh jika ada pertemuan rutin dalam
Posdaya secara umum, seluruh ketua sub-kelompok wajib hadir, dan jika
sampai saat ini tidak ada perubahan, legalitasnya tetap dibawah naungan desa
yang bertugas mengawasi. Dan bagi anggota Posdaya yang sudah terdaftar
118
Posdaya juga dibina oleh Universitas Brawijaya yang ikut dalam rintisan
Posdaya, dan sampai saat ini Universitas Brawijaya berperan sebagai pembina
sekaligus penyalur bantuan untuk kelompok Posdaya. Selain itu Posdaya ini
Posdaya melalui badan tersebut. Untuk perubahan peraturan sampai saat ini belum
ada, jika pun ada maka pihak Universitas Brawijaya sebagai pembina akan
BKKBN. Dan untuk sanksi bagi yang melanggar aturan hanyalah sanksi moral
saja seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Bu Rusmini selaku ketua dan
“Ya sanksi moral aja ya, mereka tanpa kita beri sanksi juga akan takut dengan
sendirinya. Orang mau gabung berkelompok itu aja sudah bagus. Dipedesaan itu
nggakdiberi sanksi aja sudah ewuh pakewuh kadang-kadang kalau berpapasan
dengan saya itu menyimpang, kadang yang ndableg-ndableg itu berpapasan
dengan saya ya ketuawa dari jauh “waduh rek ono mbak kanthi ono mbak
kanthi...” kalau ada kendala maslaah uang ya gitu menghindar, susah membuat
orang punya tanggung jawab moral itu nggak gampang” (Wawancara dengan Bu
Rusmini, Ketua dan koordinator umum Posdaya pada tanggal 31 Mei 2017)
Posdaya. Jika terdapat anggota yang melanggar aturan akan diberikan sanksi
moral saja. Bahkan Bu Rusmini mengatakan bahwa ada atau tidak adanya sanksi,
anggota Posdaya yang yang basicnya sebagai orang desa akan merasa ewuh-
mana hubungan masyarakat selama ini terjalin dengan akrab dan didasari oleh
119
yang tinggi dan masih menerapkan sistem gotong-royong tanpa ada pembagian
usia yang produktif antara 30 hingga 70 tahun, yang mana mereka sudah
berkeluarga dan memiliki banyak waktu luang agar menjadi lebih produktif dan
lebih mandiri dan juga karena mereka merasa butuh untuk mengikuti Posdaya
terdapat sekitar kurang lebih 200 anggota, yang terbagi kedalam 18 kelompok
dan II, Kelompok Rajut I dan II, Kelompok Seger Waras I dan II, Kelompok
Srikandi Collection I dan II, Kelompok Gemah Ripah I dan II, Kelompok Tahu
Sehat I, II, dan III, Kelompok Maju Jaya I dan II, dan Kelompok PAUD yang
atau menengah kebawah namun masih berpenghasilan namun ada juga yang
kondisi perekonomiannya menengah keatas atau bisa dikatakan mampu, hal ini
dapat dilihat dari bangunan rumah yang sudah cukup layak serta usahanya yang
sudah mapan dan memiliki penghasilan yang cukup. Mayoritas anggota kelompok
Ripah yang bergerak dalam usaha pengepul sayur dari para petani untuk
mulai dari janda atau kepala rumah tangga tunggal karena cerai mati maupun cerai
keluarganya dimana jumlahnya terdapat sekitar 30%, kemudian ibu rumah tangga
peran perempuan tidak hanya sebagai pendamping suami namun juga membantu
suami untuk memperoleh income tambahan, dimana yang dalam kategori ini
anggotanya terdapat sekitar 60%. Selain itu dalam anggota Posdaya juga terdapat
laki-laki yang jumlahnya sekitar 10%, sebagai kepala rumah tangga yang ingin
Posdaya hadir sebagai sebuah organisasi atau forum yang menjadi wadah
keluarga berkembang secara mandiri. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bu
mendapatkan income tambahan. Dan ada juga laki-laki sebagai kepala rumah
tangga yang ingin meningkatkan taraf hidup keluarganya sekitar 10%, rata-rata
kan begitu. (Wawancara dengan Bu Rusmini, Ketua dan Koordinator umum
Posdaya pada tanggal 31 Mei 2017)
anggota yang sebelumnya tidak memiliki keterampilan apapun dan usaha yang
yang telah memiliki keterampilan yang sesuai dengan bidang dan kemampuan
yang dimilikinya. Seperti keahlian merajut yang dimiliki anggota kelompok Rajut,
keahlian menanam bibit yang dimiliki oleh anggota yang tergabug dalam
kelompok Makaryo Bersama, serta keahlian membuat aneka masakan, dan jajanan
kue kering maupun kue basah yang telah dimiliki anggota Sarinah Creative,
keahlian menjahit yang telah dimiliki oleh anggota kelompok Srikandi Collection,
(pengepul dan supplier sayur) dan kelompok Maju Jaya (pedagang pracangan),
kelompok Seger Waras yang mempunyai kealian membuat jamu TOGA, dan
usia dini.
keahlian yang dimiliki anggota sebelumnya, yakni kelompok Tahu Sehat, yang
mana anggotanya dulu adalah ibu rumah tangga yang tidak produktif dan tidak
yang terdiri dari 3 kelompok untuk berusaha secara berkelompok dengan belajar
122
membuat tahu sehat menggunakan alat dan mesin pembuat tahu yang dibeli oleh
sehat, mereka terlebih dahulu mendapatkan sosialisasi dan pelatihan dari Lembaga
hanya berjalan sekitar 2 tahun saja, karena terdapat kendala dalam produksinya,
terkait minimnya tenaga listrik dan mahalnya biaya produksi yang dimiliki
anggota yang tidak dapat menjangkau mesin pembuat tahu untuk tetap
berproduksi.
singkat tokoh yang menjadi informan dalam penelitian ini. Adapun informan
terdiri dari beberapa agen yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan pada
Posdaya di Desa Ngroto seperti ketua atau koordinator umum Posdaya sebagai
informan kunci dan juga informan utama, beberapa ketua dan anggota dari
yang berbeda, serta Kepala Desa sebagai informan tambahan atau informan
peneliti wawancarai:
prinsip ini selalu menekan manusia atau anggota masyarakat sebagai sumber
pendidikan, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup
bersama agar dapat membawa perubahan dan pengaruh yang lebih besar baik
secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik pada kalangan perempuan di Desa
129
130
human development.
2004; Kenny, 2006; Swanepoel & de Beer, 2006). Untuk itulah pemberdayaan di
Desa Ngroto bersifat bottom up, yakni dengan menempatkan perempuan sebagai
subyek utama dari proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang ada
disana. Posisi mereka tidak lagi sebagai penerima manfaat (beneficiaries) yang
mereka sebagai agen partisipan yang bertindak yang mampu berbuat secara
mandiri.
masyarakat Desa Ngroto dalam mengembangkan soft skill dan hard skill yang
berdasarkan kesamaan profesi, minat, dan bakat yang dimiliki anggota. Dengan
131
menghasilkan ide baru, jaringan sosial dan tentu motivasi bersama untuk
menjadi indikator dalam pembangunan itu sendiri, yang mana melalui kapasitas
pada sub kelompok Posdaya yang sesuai dengan minat dan keahliannya,
di Desa Ngroto sebagai agen atau subjek yang kompeten. Keberhasilan program
pemberdayaan di Desa Ngroto telah melalui tiga proses tahapan yakni Pertama,
adalah tahap penyadaran, yang mana dalam tahap ini masyarakat yang kurang
hak untuk menjadi mampu dan berada. Terlebih lagi dengan kondisi masyarakat
Desa Ngroto yang kurang mampu dan kegiatan sehari-harinya kurang produktif.
“Anggota kami kan banyak yang perempuan jadi bukan berarti mengecilkan arti
peranan suami tidak kalaupun dia bisa berbuat kenapa harus selalu
menggantungkan diri pada penghasilan suami toh rata-rata penghasilan dari para
suami bisa dibilang belum bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Akhirnya
perempuan-perempuan disini dari pada kegiatan-kegiatannya ngrumpi setelah
masak ya mending ada aktivitas untuk memberikan kontribusi tambahan untuk
kebutuhan rumah tangganya...Saya melihat ibu-ibu banyak yang mengganggur dan
132
kurang produktif ya mungkin ada sebagian yang punya usaha tapi kan mereka
belum punya organisasi yang bisa mereka jadikan wadah untuk sharing, jadi saya
muncul ide untuk coba menggerakkan mereka, memotivasi mereka, agar mau
berkembang melalui Posdaya. Pokoknya saya rangkul saya ajak untuk berfikir,
membuat kebijakan, berusaha, dan harus memiliki semangat tinggi”. (Wawancara
dengan Bu Rusmini selaku ketua dan koordinator umum Posdaya pada tanggal 31
Mei 2017)
untuk mereka dengan mengajak begabung pada Posdaya dan terlibat dalam segala
aktivitas yang ada di dalamnya mulai dari pembuatan kebijakan, mengajak mereka
kemampuan untuk keluar dari kemiskinannya. Kesadaran yang terbentuk dari para
anggota Posdaya tumbuh melalui upaya penyadaran dan melalui strategi untuk
yang ada di Desa Ngroto, seperti yang diungkapkan oleh Bu Rusmini sebagai
berikut:
“Ya awalnya saya yang menumbuhkan kesadaran mereka, karena kan kalau
melihat permasalahan kemiskinan disini ini sangat kompleks ya, setelah saya ada
ide untuk mendirikan Posdaya ini saya ajak ibu-ibu untuk bergabung dan
berpartisipasi dalam pemberdayaan. Selanjutnya kesadaran tumbuh dari lingkungan
mereka sendiri yang sudah ada anggota kelompok Posdaya, tetangganya bergabung
ya dari situ. sehingga setelah dari situ mesti datang kesini, “udah bikin aja
kelompok terus cari anggota yang lain” ya saya gitu. Awalnya saya katakan kalau
saya mau bentuk kelompok Posdaya Bu Mia saya suruh cari anggota, terus
berlanjut yang lain datang sendiri minta dibikinkan kelompok.. Strateginya ya yang
sudah menjadi anggota kelompok ya harus tangguh. Karena tantangan UMKM kan
sudah mereka pahami orang berusaha tentunya kan kepingin berhasil semaksimal
mungkin, tapi jangan dikira tangtangan dan hambatan iitu tidak ada mereka ya
harus tau, makanya saya selaku koordinator ya harus memotivasi, harapan boleh
tapi mesti selalu diingat bahwa kegagalan nggak bisa dihindari” (Wawancara
dengan Bu Rusmini selaku ketua dan koordinator umum Posdaya pada tanggal 31
Mei 2017).
133
meningkatkan life skill dan hard skill yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Pelatihan dan sosialisasi yang ada pada pemberdayaan Posdaya di Desa Ngroto
telah sering dilakukan. Pelatihan dan sosialisasi ini umumnya membahas seputar
mengelola peluang yang akan diberikan dalam pemberdayaan. Hal ini sesuai
“Iya jadi pengkapasitasan anggota itu kita lakukan ketika mereka sudah bergabung
ya, kemudian ada sosialisasi dilanjut dengan pelatihan-pelatihan seperti contohnya
pelatihan membuat tahu sehat dari Lembaga Insan Mandri dulu sampai terbentuk
kelompok dan akhirnya jalan, pelatihan dan sosialisasi itu sering sekali, entah dari
UB itu sering anak-anak KKN ngadakan pelatihan bikin kerajinan barang bekas
seperti tudung saji dari botol aqua, bikin es krim, UB ini juga memberikan bantuan
alat produksi,dari UNMER itu pernah pelatihan pembuatan pupuk untuk kelompok
pembibitan, dari Bank UMKM sosialisasi pinjaman kedit usaha, dari Pemerintah
Provinsi juga pernah kasih sosialisasi dan pelatihan usaha mikro kecil menengah
banyak mbak, kalau misalkan tiba-tiba ada sosialisasi atau pelatihan gitu
tergantung saya dapat aksesnya dari mana gitu mbak, kalau nggak ada akses ya
nggak akan ada kegiatan seperti itu (Wawancara dengan Bu Rusmini selaku ketua
dan koordinator umum Posdaya pada tanggal 31 Mei 2017)
pengetahuan dan keterampilan anggota yang mana apa yang didapat dari proses
Posdaya. Selain itu sosialisasi dan pelatihan tersebut didapatkan melalui akses
134
yang dibangun oleh ketua umum Posdaya dengan beberapa lembaga dan instansi
seperti dari lembaga Insan Mandiri, UB, UNMER, Bank UMKM, Pemerintah
Provinsi, dsb.
Ketiga tahap pendayaan, dimana pada tahap ini diperlukan partisipasi aktif
dan berkelanjutan yang telah ditempuh dengan memberikan peran yang lebih
besar dan bertahap kepada masyarakat untuk terlibat dalam pemberdayaan pada
mandiri yang sesuai dengan kemampuan, kapasitas, dan kapabilitas yang dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dimana pada tahap ini perempuan miskin
di Desa Ngroto yang telah tergabung menjadi anggota Posdaya memulai sebuah
usaha baik secara individu maupun kelompok berdasarkan pada pelatihan yang
telah didapatkan sebelumnya. Dan bagi mereka yang sebelumnya telah memiliki
keterampilan baik secara soft skill dan hard skill, dapat mengembangkan
keterampilan yang dimiliki dan menularkannya pada anggota yang lain. Dalam
perempuan miskin pedesaan melalui Posdaya yang ada di Desa Ngroto. Selain itu
prinsip penting dalam kegiatan pemberdayaan yang ada di Desa Ngroto adalah
adanya kerjasama dan gotong royong antar sesama anggota kelompok atau
135
minat dan bidang kemampuan yang dimiliki dalam sub-sub kelompok bertujuan
agar supaya mereka dapat menjalin kerjasama antar sesama anggota kelompoknya
didesa Ngroto, terutama para ibu-ibu rumah tangga melalui sebuah forum
komunikasi antara ibu-ibu yang memiliki kesamaan minat dan keahlian yang
mengarah pada kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya yang ada seperti
yang memiliki soft skill dan hard skill yang patut untuk terus dikembangkan.
Posdaya memiliki banyak kegiatan yang berlangsung pada dua level atau tempat,
yakni pada level Posdaya dan level sub-kelompok yang tergabung dalam Posdaya.
Kegiatan pada level Posdaya, kegiatan ini biasanya dilakukan oleh anggota
posdaya di rumah ketua atau koordinator umum Posdaya, sebagai contoh saat
sedang ada acara sosialisasi World Bank terkait pembagian ternak sapi limousine
136
Mikro Kecil Menengah dari Bank UMKM Jawa Timur, Pelatihan keterampilan
dari Dinas Kota Malang, sosialisasi dan pelatihan dari Lembaga Insan Mandiri,
serta beragam sosialisasi maupun pelatihan yang dilakukan oleh berbagai instansi
diundang untuk menghadiri kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan oleh
dirumah ketua dan koordinator umum Posdaya. Dalam sosialisasi dan pelatihan
ini semua anggota berkesempatan hadir untuk mengikuti. Biasanya ketua umum
tidak semua anggota bisa turut hadir dalam kegiatan tersebut, mengingat
kerjasama bahkan saluran informasi antar sesama. Hal ini lah yang
memungkinkan mereka untuk terus saling membantu dan secara kolektif bekerja
kelompok.
137
membagi job pada anggotanya jika menerima orderan dari pelanggan. Meskipun
sekali seperti pada kelompok Makaryo Bersama, dalam pertemuan tersebut selain
melakukan sharing juga membahas mengenai simpan pinjam, iuran rutin, dan
bagi hasil. Berbeda dengan kelompok lainnya seperti kelompok Griya Rajut,
kelompok setiap satu bulan sekali bahkan ada yang sesuai kebutuhan (insidental)
Anggota pada level sub kelompok berusaha untuk mengorganisasir diri diri untuk
membawa sebuah perubahan dan membawa efek pada komunitas lokal agar
mampu berdaya dalam produksi dan distribusi hasil usahanya. Komunitas ini
138
dan kepercayaan dan gotong royong dalam kelompok yang digunakan juga untuk
membangun relasi di luar kelompok yaitu pelanngan dan juga pihak pasar.
Posdaya di Desa Ngroto, yang mana seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
bahwa kegiatan dilakukan pada dua level, yakni level terpusat dalam lingkup
Posdaya secara umum, yang dilakukan secara bersama-sama oleh semua anggota
Posdaya atau ketua pada setiap sub-sub kelompok yang tergabung dalam Posdaya.
139
Dimana kegaitan yang dilakukan pada level Posdaya atau terpusat biasanya adalah
yang lainnya yang bersifat umum yang harus diketahui dan dipahami oleh semua
anggota Posdaya.
Berdasarkan hasil penelitian, saat ini anggota Posdaya secara umum hanya
kebutuhan saja seperti jika ada kegiatan tertentu yang melibatkan seluruh anggota
“Kalau aktif dalam organisasinya itu memang sesuai kebutuhan kalau dalam
usahanya semuanya aktif, tidak ada yang tidak bekerja gitu nggak ada, ya
meskipun ada yang bekerjanya tidak setiap hari...
“Ya karena aktivitas mereka yang padat, ya mungkin ada juga masalah lain
pinjaman itu tadi kendalanya, mereka sungkan sama saya makanya jarang datang
kesini, tapi kalau saya mau datang ya ruame, saya undang pas ada even apa gitu
pasti datang semua, sayanya aja yang nggak bisa full untuk mendampingi
mereka” (Wawancara dengan Bu Rusmini selaku ketua, dan koordinator umum
Posdaya)
pertemuan rutin seperti rapat organisasi Posdaya, selain itu menurut ketua
sebab pihaknya merasa sungkan karena masih memiliki tunggakan pinjaman pada
seluruh anggota untuk datang rapat, mereka akan memenuhi undangan tersebut.
Sedangkan kegiatan pada level kedua yakni kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan atau berlangsung dalam sub kelompok Posdaya antar sesama anggota
kelompok yang berbeda-beda, yang mana kegiatan tersebut saling mendukung dan
140
lagi, apabila ada pelatihan atau sosialisasi yang terkait dengan keterampilan
khusus pada sub kelompok tertentu, maka pelatihan juga diadakan pada level sub-
Merdeka Malang, serta pelatihan Budidaya Lele dari Universitas Brawijaya. Hal
“Ada dulu pelatihan pupuk organik dari bu endang orang dari Universitas
Merdeka, diajari caranya buat pupuk organik dulu ibu-ibu disini semangat waktu
ada pelatihan kaya gitu, dulu sering di Bu Rusmini juga ada. Kapan hari itu disini
ada pelatihan budaya lele itu dari Universitas Brawijaya” (Wawancara dengan Bu
Siti selaku ketua sub-kelompok Makaryo Bersama pada tanggal 02 juni 2017)
dan pelatihan juga dilakukan pada level sub-kelompok. Selain itu aktivitas
sama lain. Perbedaan tersebut karena mereka bergerak dalam bidang yang
berbeda-beda antara sub-kelompok satu dan lainnya. Selain itu, setiap individu
memiliki usaha masing-masing yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.
berikut:
“Jadi kalau pagi habis nganter cucu ke sekolah terus saya berangkat ngemasi ya
ada pepes, botok, jangan lodeh, rica-rica itu bawa ke sekolahan. Ya tak bawa apa
aja, titip di warung, pasar yang penting gak nganggur, saya juga ada warung
sendiri ini biasanya buka tapi ini karena puasaan aja saya tutup. Ini kalau hari
raya imlek, natal, atau lebaran, gini saya terima orderan kue mbak banyak nih,
udah 200 toples yang order ke saya, kue kering macam-macam saya bisa, rasanya
dijamin enak, karena saya pakai bahan-bahannya pilihan ini harganya bisa
menyesuaikan” (Wawancara dengan Bu Ana, ketua kelompok Sarinah Creative
pada tanggal 31 Mei 2017)
“Ini ada kue kering, kacang sembunyi, stik, widaran, goreng bakso. Ini kue
keringnya ada yang dikemas pakai mika ada yang dikemas pakai toples. Tiap hari
produksi mbak, ini kaya kue kering yang toplesan itu tiap hari saya produksi
banyak karena untuk disetorkan ke agen-agen besar dan melayani pesanan orang
141
hajatan. produk saya ini udah ada izin PIRT dan BPOM nyanya” (Wawancara
dengan Bu Susi, anggota kelompok Sarinah Creative pada tanggal 31 Mei 2017)
“ya bawang goreng merah, bawang goreng putih, bawang bombay goreng,
kadang kalau ada pesanan catering ya catering, kue kering kalau lebaran gini”
(Wawancara dengan Bu Tari, anggota kelompok Sarinah Creative pada tanggal
02 Juni 2017)
Sarinah Creative tersebut, praktik sosial sosial yang dilakukan berupa kegiatan
memproduksi aneka sayuran matang untuk dijual, dan memproduksi aneka jenis
kue kering pada saat hari raya natal, imlek, dan idul fitri. Dalam kegiatan
kualitas produknya, dan harga jual produknya cukup terjangkau karena bisa
pelanggan yang setiap hari membeli produknya. Selain Bu Ana, setiap hari Bu
Susi juga memproduksi aneka jajanan dan kue kering yang dipasarkan ke agen-
agen besar di Batu, dan pesanan dari berbagai distributor, harga yang ditawarkan
juga relatif terjangkau. Begitu juga dengan Bu Tari yang hampir setiap hari
catering dan kue kering saat lebaran. Seluruh kegiatan produktif tersebut
ladang masing-masing untuk menanam, dan melakukan perawatan pada bibit yang
penggangu, memberantas hama penyakit pada bibit tanaman, dan juga melakukan
penyiraman. Panen dilakukan setiap satu bulan sekali, ketika bibit sudah besar dan
142
sudah cukup umur untuk dipanen. Rata-rata mereka memiliki ladang yang berada
memiliki pelanggan tetap yang berasal dari luar daerah seperti Batu, Pasuruan,
Probolinggo, Magetan, dan wilayah lainnya yang sering datang untuk membeli
bibit sayur, karena daerah Desa Ngroto dikenal dengan sentra pembibitan yang
telah terkenal diseluruh wilayah di Jawa Timur. Omset yang dihasilkan oleh ibu-
ibu pembibitan rata-rata berkisar antara 3 jt hingga lebih dalam sekali panen,
namun tak jarang mereka merugi jika cuaca sedang tidak bagus, tanaman diserang
hama, dan terancam gagal panen. Aneka benih sayuran yang dihasilkan ada 13
macam, diantaranya sesuai dengan yang disebutkan oleh anggota kelompok pada
saat wawancara :
“Banyak mbak macamnya, ada andewi, sawi daging, slederi, kubis, brokoli,
slada, pakcoi, cabe, tomat, terong hampir semuai itu kita tanam.. Tergantung
musim sama permintaan. Yang paling utama itu menjaga mutu tanaman
pokoknya kualitas itu harus yang utama, kan kalau kualitasnya bagus pelanggan
senang, bibit kita jadi banyak diminati. Karena disini itu ada mbak orang
pembibitan yang memakai obat perangsang tanaman, jadi kelihatannya aja
bibitnya bagus, tapi nanti kalau ditanam hasilnya jelek disini banyak, tapi bukan
anggota makaryo, karena kalau anggota makaryo nggak berani, kami sudah
sepakat untuk tidak menjual bibit yang bagus daunnya aja tapi akarnya jelek,
kalau bisa ya bagus semua tanpa pakai obat perangsang karena kan kasian mbak
sama pembeli yang sudah jauh-jauh datang kesini, nanti petani sayurnya kecewa
dengan hasil tanamnya” (Wawancara dengan Bu Siti, ketua sub-kelompok
Makaryo Bersama pada tanggal 02 Juni 2017)
“Iya.. kalau seledri permeter.. andewi permeter.. sawi daging permeter.. kobis
brokoli itu bijian. Seribuan lah.. kalau harga e kobis 1000 nya 90.000, andewi
30.000 permeter. sama sawi daging 30.000 permeter. biasane sebulan, kadang
umur 25 hari ada orang cari gitu yq siap di jual. Itu kadang ya sampai gak laku
juga. kalau nggak ada yang nyari. Kaya musim sekarang andewi gak laku, gak
ada yang mencari. Kaya gini rugi” (Wawancara dengan Bu Nurul anggota sub-
kelompok Makaryo Bersama pada tanggal 02 Juni 2017)
ekstra, namun anggota Makaryo tetap mengutamakan kualitas bibitnya, agar tidak
sayuran, ada yang dijual permeter dan ada juga yang dijual bijian, masing-masing
jenis bibit memiliki harga jualnya masing-masing. Biasanya bibit akan dipanen
karena bibit yang sudah ditanam tidak dipanen karena tidak ada pelanggan yang
datang untuk mencari bibit, jika gagal panen maka bibit-bibit tersebut akan
dibuang.
“Ya kami dekat mbak kan hidupnya bertetangga, saling membantu antara satu
sama lain, misalkan ada tetangga kami yang bibitnya belum laku nanti kami
bantu jualkan. Nanti kalau jualkan itu pakai sistem kerjasama, jadi misalkan saya
bantu jual punya tetangga nanti tetangga kasih fee ke saya 1000-5000 rupiah ya
istilahnya jadi makelar gitu” (Wawancara dengan Bu Siti, ketua sub-kelompok
pembibitan pada tanggal 02 juni 2017)
kerjasama terkait pemasaran bibit, jika ada anggota kelompok yang bibitnya
belum laku, maka anggota lain akan membantu memasarkan bibit tersebut.
Biasanya akan ada fee atau uang jasa sebesar 1000-5000 rupiah upah dari jasa
memasarkan tersebut. Bahkan jika ada anggota kelompok yang tidak memiliki
modal untuk membeli benih, anggota yang memiliki benih lebih tak segan untuk
Hal ini juga berlaku bagi kelompok Rajut yang saling bekerjasama dengan
kelompok yang bergerak dalam bidang kerajinan handy craft, dan merupakan
keterampilan merajut sejak kama, namun ada juga anggota yang baru bisa merajut
pada saat sudah bergabung dengan kelompok rajut. Kelompok rajut biasanya
mengerjakan rajutan saat ada pesanan atau orderan dari pelanggan. Namun
sebagian dari mereka ada yang memproduksi untuk kemudian dititipkan di tempat
wisata, maupun toko souvernir. Adapun produk rajutan yang dihasilkan seperti
“Ada gantungan kunci, bros, tempat tissue, taplak meja, tutup kulkas, tutup galon,
kaos kaki,topi bayi, tas, ya pokoknya semua yang berbahan rajut bisa dikerjakan,
kalau kita sulit pola ya tinggal mencontoh cari gambar di internet. Ya agak sulit
karena merajut itu tidak sama seperti menjahit jadi kita harus sangat teliti.
Harganya tergantung kesulitan, kalau sperti bros kaya gini ini dari saya 7 ribu,
gantungan kunci 10-15 ribu, tempat tissue 45-60 rb,tutup galon 70 ribu, tutup
kulkas 100 ribu, taplak 100 ribu ke atas kalau satu set sama sarung bantal ya 350
ribu, kaos kaki 25 ribu, topi bayi 25 ribu, tergantung kesulitan dan tambahan
aksesorisnya kalau harga itu mbak nanti menyesuaikan” (Wawancara dengan Bu
Mia, ketua sub-kelompok Rajut, pada tanggal 31 Mei 2017)
“Ya iya di bagi yang ngatur Bu Mia, kan Bu Mia ketuanya, dia yang dapat job
orderan kalau banyak gitu ya dibagi ke anggotanya nanti sudah disiapkan
benangnya sama pernak-perniknya sama Bu Mia, la nanti arek-arek tinggal
nggarap aja, kalau sudah selesai disetorkan ke Bu Mia, pokoknya Bu Mia yang
ngatur anggotanya, jadi saya produksi kalau ada orderan aja, kadang nyambi
jualan gorengan ini didepan rumah kalau lagi nggak ada pesenan rajut”
(Wawancara dengan Bu Markonah, anggota sub-kelompok Rajut, Wawancara
pada tanggal 31 Mei 2017)
taplak meja, dsb. Harga produk rajut pun bervariasi tergantung pada kesulitan
Biasanya Bu Mia sebagai ketua kelompok rajut akan membagi job pada
anggotanya dan akan diberikan bayaran atas jasa pengerjaannya. Karena Bu Mia
memiliki jaringan pemasaran yang cukup banyak seperti ditempat wisata dan
Markonah, yang tidak memiliki modal untuk membeli bahan rajutan, dan tidak
produksi jamu instant dan jamu gendong berbahan dasar TOGA, juga rutin
dan menerima permintaan pesanan dari para distributor yang menjual ulang
“Kalau kelompok saya ini kan anggotanya banyak yang usaha sendiri-
sendiri,yang jelas jamunya macem-macem dari TOGA ya, ya kunyit, jahe,
kencur, sirih, temulawak, dan lain-lain, tapi kan ada yang buat jamu desa yang
kaya jamu gendong itu , dan ada juga anggota yang buat jamu instant, jenisnya ya
macam-macam mbak” (Wawancara dengan Bu Mei, ketua sub-kelompok Seger
Waras pada tanggal 02 Juni 2017)
“Komposisinya dari TOGA, misalnya kunyit gitu nanti ekstraknya dicampur gula
pasir. Nanti ada juga yang pakai gula palem. Kan kalau jamu instan
pembuatannya harus dikristalkan agar dapat menjadi kristal dan prosesnya jauh
lebih susah jika dibandingkan membuat jamu gendong. Kalau jamu gendong kan
tinggal parut terus diambil sarinya dikasih gula lalu direbus, kalau jamu instant
ini harus pakai mesin, dan harus pakai gula pasir buat pengawetnya biar bisa
tahan sampai 6 bulan (Wawancara dengan Bu Nita, anggota kelompok Seger
Waras, pada tanggal 02 Juni 2017)
produksi jamu TOGA. Produk jamu yang dihasilkan memiliki berbagai macam
146
khasiat seperti mengobati pegel linu, mengobati pusing, nyeri haid, menambah
nafsu makan, dsb. Harga yang ditawarkan juga relatif terjangkau yakni mulai dari
Rp.2000 hingga 50.000 rupiah tergantung pada berat kemasannya. Produk jamu
ini belum dapat dipasarkan secara bebas karena belum memiliki izin PIRT.
Namun produk jamu ini aman karena tidak memakai bahan pengawet yang
berbahaya, hanya menggunakan gula sebagai pengawetnya. Jenis gulanya pun ada
2 yakni gula pasir dan gula palem, yang menggunakan campuran gula pasir dapat
bergerak pada bidang perdagangan sayur, sebagai pengepul hasil pertanian dari
para petani atau sebagai supplier yang menyuplai pedagang sayur eceran dipasar-
pasar. Dalam praktik usahanya, kelompok Gemah Ripah bergerak secara individu,
“Dagang sayur dirumah ini nanti kalau ada pesenan baru dikirim, ya saya yang
jadi supplier orang-orang dipasar itu, saya yang nyetok i, kadang ya ada yang
ngambil kesini. Ya banyak dari luar kota seperti Tuban, Bojonegoro, Pasuruan
kalau deket-deket sini ya ke Pasar Pujon, Malang. Ngambinya langsung dari
petaninya, la saya ini yang jadi pengepulnya gitu lo mbak, ya petaninya dari
wilayah pujon sini aja, saya yang ngepul, nanti ngecer ke pedagang sayur’.. Jenis
dagangannya slederi, slada air, andewi, kubis, wortel, cabai, bawang merah, daun
bawang e, brokoli, ya macem-macem mbak” (Wawancara dengan Pak Angga,
ketua sub-kelompok Gemah Ripah pada tanggal 06 Juni 2017)
secara mandiri. Profesi sebagai pengepul sayur telah digeluti sejak lama bahkan
147
Ripah dibentuk atas kesamaan profesi, dengan tujuan agar memudahkan anggota
kelompok dalam menjalin koordinasi dan kerjasama antara satu sama lain.
kelompok Srikandi yang aktivitasnya bergerak dalam bidang jasa menjahit, dalam
praktiknya, ha nya menjahit ketika jasa mereka dibutuhkan oleh konsumen yang
membutuhkan jasanya. Bu Dewi sebagai ketua kelompok juga tak segan membagi
job kepada anggotanya, ketika ada yang membutuhkan jasa mereka. Bu Dewi
memiliki kemampuan dan keterampilan menjahit sejak lama, bahkan tak jarang
kelompok berdagang di Pasar, dan ada juga yang berdagang di rumah. Biasanya
anggota kelompok mulai berdagang pagi hingga siang hari. Rata-rata mereka
“iya jualannya di pasar mulai subuh sampai siang jam 11 itu baru pulang, nanti
sesampainya dirumah berjualan gorengan. Yang di jual macam-macam mbak
kalau toko pracangan ada sembako seperti beras, minyak, telur, sayuran, aneka
macam kebutuhan pokok rumah tangga itu (Wawancara dengan Bu Yani, ketua
Sub-kelompok Maju Jaya)
kelompok Maju Jaya adalah dengan berdagang sembako dan aneka kebutuhan
sepi , sehingga penghasilan yang didapat melalui usaha toko pracangan juga tak
menentu.
bidang pendidikan anak usia dini. Kelompok PAUD ini anggotanya adalah
pengurus dan pihak yang ikut dalam rintisan pendirian PAUD dan beberapa staf
pengajar yang bertugas mengajar anak-anak usia dini. Dalam praktikya, sub-
mengajarkan anak didik untuk aktif dan kreatif, dan menumbuhkan minat anak
pembuatan tahu sehat tanpa limbah yang dimodifikasi dengan campuran sayur
masyur seprti wortel, bayam, dan sebagainya. Dimana pembuatan tahu dilakukan
dengan alat atau mesin yang dimiliki oleh kelompok. limbah dari tahu (ampas)
bagian dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang. Selain itu Tahu sehat tidak
“Dulu berjalan sekitar 2 tahunan, sekarang ini mancet, nggak jalan karena
kendalanya di listrik wattnya besar, berjalan sebentar itupun nggak produksi terus
cuma kalau mau aja, terus kalau ada anak KKN itu, survei dari bank juga kita
praktek, biasanya praktek sering kok praktek dulu di balai desa, di pamong yang
wattnya besar dan kuat” (Wawancara dengan Bu Intan, ketua sub-kelompok Tahu
sehat, pada tanggal 04 Juni 2017)
yang tidak berjalan usahanya, karena beberapa kendala dan hambatan seperti
kurangnya biaya produksi, dan terbatasnya alat daya listrik, karena mesin pembuat
tahu memerlukan daya yang besar. Sehingga untuk sementara kelompok tahu
yang tergabung dalam Posdaya saling mendukung dan bekerjasama antara satu
sama lain. Kegiatan saling dukung dalam melakukan kegiatan produktif tersebut
juga dilakukan oleh anggota dari sub-kelompok yang berbeda. Hal ini juga
ditunjang oleh letak rumah yang saling berdekatan antara satu sama lain, dan
budaya masyarakat desa yang saling membantu dan gotong-royong masih tetap
dalam kegiatan Posdaya. Hal itulah yang membuat mereka bisa saling membantu
kelompok yang tergabung dalam Posdaya Desa Ngroto juga telah berupaya
macam cara telah dilakukan oleh anggota kelompok Posdaya dalam memasarkan
di toko, warung, cafe, menjualnya dipasar, tempat wisata, ada pelanggan sendiri
yang datang bahkan mereka juga mempromosikannya secara online yakni melalui
blog-blog, gup whatsapp, facebook, instagram dan jejaring sosial media lainnya.
modal, atau kredit usaha yang diajukan oleh anggotan Posdaya Kepada Bank
UMKM Jawa Timur. Yang mana pada saat pencairan bantuan pinajaman kredit
bantuan terealisasi, setiap anggota pada Posdaya telah terlebih dahulu mengajukan
proposal usaha guna untuk melakukan peminjaman dana pada Bank UMKM.
Sebelum dana cair seluruh anggota Posdaya juga telah menerima sosialisasi dan
dilakukan pengurusan administrasi oleh seluruh anggota, baru sesaat setelah itu
melalui tahap atau proses, sebelum dana dicairkan. Sistem perjanjian kredit
yang diberikan, angsuran setiap bulannya beserta bunga tiap bulan yang harus
juta rupiah. Namun dilakukan pemotongan sebesar 400 ribu rupiah oleh pengurus
Posdaya. Uang dari hasil pemotongan tersebut nantinya akan digunakan untuk
pendirian “Koperasi Posdaya”, yang mana dari potongan 400 tersebut rinciannya
adalah sebagai simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Uang yang
operasional dan bergulir, yang mana jika ada anggota kelompok yang
yang diajak berunding, tidak ada anggota yang diajak berdiskusi dan musyawarah
berharap agar ketua sub kelompok dapat menyampaikan rencana tersebut kepada
masing-masing anggota. Namun saat dana sudah cair dan tersalurkan ke seluruh
anggota, Bu Rusmini sebagai ketua umum Posdaya memanggil seluruh ketua sub-
400 ribu untuk keperluan pendirian koperasi. Keputusan tersebut menuai pro-
kontra dari seluruh anggota. Namun karena anggota Posdaya merasa menghormati
banyak dari mereka yang merasa tidak ikhlas dan keberatan dengan adanya
potongan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh informan pada saat proses
“Ya banyak yang protes mbak waktu itu anggota, kan nggak ada perjanjian
awalnya begitu dana turun cair kok ketuanya langsung dipanggili ke rumah Bu
152
Rusmini terus bicara itu tadi, awalnya ya tanya buat apa-buat apa, terus
dijelaskan sama ketuanya, terus ya manut semua, wong Bu Rusmini yang sudah
carikan pinjaman modal ya, malah saya sama kelompok saya ini nyangoni dulu
sekelompok 300 ribu buat jasanya Bu Rusmini kami iuran, tapi ya diterima sama
Bu Rusmini, padahalkan dia udah dapat fee sendiri dari pihak banknya, wong
saya aja yang wira wiri bayar ke bank batu nggak minta ongkos nggak minta apa.
Ya anggota terus jadi banyak yang getun gitu mbak karena kan nggak semua
kebagian uang pinjaman itu ya, ada yang pinjam nggak dikembalikan, terus ada
yang mau pinjam katanya uangnya habis sudah dipinjam yang lain, ya coba
bayangkan aja mbak, uang 400 ribu itu dikalikan berapa orang aja, banyak
jatuhnya kan puluhan juta itu, makannya terus kepercayaan warga ke Bu Rusmini
jadi berkurang karena nggak ada transparasi dana itu tadi, toh lo koperasinya
terus nggak jalan. La dulu kan ibu-ibu seneng pas dapat bantuan pinjaman itu kan
bayangannya penuh gitu mbak 2 jt, eh la kok moro-moro dipotong, itu
sebelumnya kan nggak ada musyawarah sama kami jadi ya banyak yang kecewa.
Itu bukan dari wewenang bank juga, jadi orang-orang pulang ya langsung syock,
la yok opo mbak wong wes kadung mau nggak mau ya kita manut wong lek
kanthi ketuanya, dia juga yang carikan pinjaman mosok yo katene nglamak mbak
hahaha” (Wawancara dengan Bu Intan, Ketua sub-kelompok Tahu Sehat, pada
tanggal 04 Juni 2017)
sub-kelompok saja, tidak ada anggota yang diajak untuk bermusyawarah dan
kredit anggota yang dilakukan secara tiba-tiba membuat anggota Posdaya merasa
kaget dengan hal tersebut. Sehingga mereka pasrah dengan keputusan Bu Rusmini
potongan yang tidak sedikit itu, bagaimanapun mereka tetap harus membayar
di serahkan ke Bu Rusmini sebagai ketua Posdaya lalu kemudian pihak Bank yang
pertama dan kedua proses tersebut berjalan dengan lancar. Namun selanjutnya,
Posdaya ternyata tidak disetorkan kepada pihak Bank oleh Bu Rusmini. Sehingga
“kelompok itu mengumpulkan uang dari anggota yang ngangsur itu, la nanti
ketua yang nyetor ke Bu Rusmini, terus Bu Rusmininya yang setor ke bank. La
tapi masalahnya pas kami udah setor ke Bu Rusmini ternyata Bu Rusmininya
nggak menyetorkan ke bank, jadi pihak bank itu datangi ketua-ketua
kelompoknya, ya awalnya masih lancar aja bulan ke 3, ke 4, sudah mulai nggak
beres itu, terus orang-orang kan akhirnya banyak yang nggak percaya lagi jadi
merasa dimanfaatkan gitu to kami, jadi setelah itu saya yang wira-wiri bayar
angsurannya anggota ke bank di batu sana.. Ya nggak tau ya, bukan suudzon ya
mbak, kata orang-orang ini mungkin uangnya dipakai sendiri sama Bu
Rusmininya, la wong uang kami sudah setor kok terus tiba-tiba pihak bank nagih
ke kami ketua kelompok, ya kami kaget lah waktu itu, wong semua kelompok
digitukan, akhirnya mucul rasa curiga, fikiran negatif, nggak percaya lagi sama
Bu Rusmini jadinya, la semenjak kejadian itu kami yang ngangsur sendiri ke
banknya, nggak lewat Bu Rusmini lagi” (Wawancara dengan IBu Intan, Ketua
kelompok Tahu Sehat, pada tanggal 04 Juni 2017)
proses angsuran modal kredit. Yang mana angsuran yang awalnya terhimpun ke
angsuran, tiba-tiba mengalami kondisi yang tidak beres saat uang angsuran
anggota ternyata tidak disetorkan pada pihak Bank, sehingga pihak bank menagih
berjalan sesuai harapan seluruh anggota Posdaya. Sistem management yang tidak
kerugian. Pasalnya uang koperasi yang telah terkumpul, telah di pinjam oleh
sebagian anggota Posdaya dan tidak kembali hingga saat ini. Sedangkan, anggota
lainnya ada tidak memiliki kesempatan untuk meminjam karena dananya sudah
tidak ada.
“Kalau saya sendiri sungkan mbak mau tanya karena lek kanthi kan masih
saudara sama saya, tapi ada anggota yang tanya itu katanya uangnya ada
dianggota sudah dipinjam-pinjamkan, la tapi lo koperasinya aja nggak jelas, yang
dipinjamkan uang juga orangnya kita nggak tau, harusnya kan terbuka, makanya
wes maleh nggak percaya lagi kita. La wong yang dipinjami uang itu lo orangnya
nggak betul-betul ingin usaha, butuhe dia butuh uang terus langsung dipinjami
sama Lek Kanthi, harusnya kan ada kriterianya yang pinjam itu, terus ada
jaminannya ya meskipun pinjamnya dikelompok sendiri kan kalau ada
jaminannya orang itu nanti bertanggungjawab mengembalikan, kalau sampai
sekarang ini nggak dikembalikan karena pengurusnya nggak tegas itu
tadi”(Wawancara dengan Bu Gina, anggota kelompok Tahu Sehat, pada tanggal
04 Juni 2017)
dan para ketua sub-kelompok tanpa adanya rencana dan musyawarah sebelumnya.
dimaknai oleh anggota sebagai permainan politik dari ketua umum Posdaya.
Bahkan setelah koperasi Posdaya berdiri, tidak ada transparasi dana oleh pengurus
Posdaya kepada seluruh anggota Posdaya. Jumlah uang yang terkumpul, jumlah
155
uang yang keluar, dan sisa uang yang masih tidak di jelaskan secara transparan
Pasalnya ketika sebagian anggota dari Posdaya akan meminjam uang tersebut,
ternyata uangnya sudah tidak ada. Karena menurut keterangan dari ketua
Posdaya, uang tersebut telah dipinjamkan kepada anggota Posdaya. Tidak ada
kejelasan dan transparasi jumlah uang koperasi yang masuk, keluar, dan yang
perencanaan yang matang terlebih dahulu dari seluruh anggota kelompok. Jika
rencana tersebut disetujui oleh anggota bahkan anggota bersedia iuran untuk
potongan yang hampir 25% dari jumlah kredit yang diterima guna keperluan
koperasi, tidak semua anggota merasa berikhlas hati dengan keputusan tersebut.
Bahkan tak jarang dari mereka yang merasa bahwa potongan tersebut sangat
membebani mereka, karena selain menerima potongan dari Posdaya juga harus
Selain itu, sistem pinjaman koperasi cenderung kurang selektif dan tidak
anggotanya. Harus ada kriteria tertentu bagi yang meminjam, mulai dari batas
namun justru untuk keperluan lainnya. Namun prakktiknya justru anggota yang
koperasi yang besar dan berbadan hukum seperti koperasi pada umumnya, tetap
harus terdapat aturan yang mengatur, kebijakan, kriteria dan syarat peminjam
kredit, jaminan, serta yang paling penting harus ada transparasi dana yang jelas
kepada seluruh anggota. Karena beberapa faktor tersebut sangat penting untuk
umum Posdaya, terdapat fitnah dari masyarakat yang ditujukan kepada dirinya
saat sebelum dan sesudah pencairan bantuan dana kredit dari Bank UMKM.
“Mungkin selak orang itu puengen uangnya timbul fitnah, waktu itu suami saya
sedang sakit jantung ya, pas rapat ibu-ibu dibawah sini treak-treak manggilin
saya, begitu itu ada kelompok yang proposalnya udah di acc ada juga yang belum
karena serentak kan pencairan semalang raya waktu itu. Itu fitnahnya mereka
uang itu ada disaya, dia sendiri nggak tau prosedurnya kalo uang itu diterimakan
dikelompok masing-masing itu nggak eruh, ya dikira uangnya diaku nggak
dibagi-bagi “uang kok didekemi dewe ae gak dibagi-bagi” jarene, lo lo padahal
aku iki nggak eruh rupane duite aku itu cuma merekomendasi, gak oleh opo-opo
mbe pak lurah malah dipisuhi wong akeh”. Kan harus ada rekomendasi saya
dengan pak kades dulu baru pinjamannya cair. Tapi ya gitu ada aja fitnah kaya
gitu doh ya alloh rek wes ditulung malah mentung. Ya tapi biarlah mereka kan
nggak tau bagi saya itu tak anggep ibadah wes”. (Wawancara dengan Bu
Rusmini, Ketua dan koordinator umum Posdaya, pada tanggal 31 Mei 2017)
muncul sejak kredit pinjaman belum cair. Bahkan ada anggota yang memfitnah
157
ikhlas membantu anggotanya mencarikan bantuan kredit modal usaha, agar tujuan
awal dari program pemberdayaan pada Posdaya yang digagasnya dapat berjalan
sesuai visi dan misinya, yakni untuk menciptakan kemandirian dan kesejahteraan
anggotanya.
usaha, yang mana uang yang terhimpun dari anggota dan untuk anggota Posdaya.
bahwa pendirian koperasi dimaksudkan agar uang anggota bisa berputar, dan
sebesar Rp.125 ribu rupiah, uang tersebut sebagai simpanan pokok dan simpanan
membeli alat atau mesin pembuat tahu yang mana mesin tersebut digunakan
untuk kegiatan produksi tahu oleh Sub-Kelompok Tahu Sehat. Mesin tersebut
dibeli dari Lembaga Insan Mandiri sebesar Rp 5 jt rupiah. Namun mesin tersebut
hanya digunakan produksi selama 2 tahun saja, karena adanya faktor penghambat
158
yang membuat sub-kelompok Tahu Sehat tidak dapat produksi lagi dan macet
justru uangnya saat ini masih ada pada anggota, dan belum dikembalikan ke
Posdaya hingga saat ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bu Rusmini sebagai
berikut:
“Ya mau gimana mbak dipaksao ya kalau nggak ada dan nggak ada kemauan dari
diri sendiri untuk melunasi ya gitu, ya gimana wong itu uang kelompok ya dulu
modal awalnya ya kita patungan buat koperasi Posdaya, 125 ribu per anggota lalu
dibelikan mesin tahu, kemudian potongan pinjaman dari bank jatim 400 ribu
dikalikan kan banyak la itu uangnya i anggota yang pinjam, ada catatannya siapa-
siapa saja yang pinjam, nominalnya berapa. Ada yang pinjam di bank juga belum
dilunasi sampai sekarang ya karena tanggung renteng itu, ada anggota kelompok
yang sudah lunas ada sebagian yang masih punya tanggungan karena
penanggungjawab kan ketua sama bendahara la kalau ini dalam satu kelompok
belum lunas yang kena b i checking ketua sama bendaharanya” (Wawancara
dengan Bu Rusmini, Ketua dan koordinator umum Posdaya, pada tanggal 31 Mei
2017)
Berdasarkan wawancara tersebut, bahwa Bu Rusmini memiliki catatan
siapa-siapa saja yang meminjam uang tersebut. Namun beliau enggan memaksa
anggota yang meminjam uang koperasi untuk dikembalikan karena mereka yang
memiliki hutang dengan Koperasi Posdaya dan juga dengan pihak Bank UMKM
yang hingga sampai saat ini masih belum diselesaikan. Menurut Bu Rusmini
tanggung-renteng yang selama ini diterapkan oleh anggota kelompok. yang mana
jika ada anggota yang tidak mampu melunasi pinjaman, akan dibantu terlebih
nanti jika pihak yang dibantu sudah memiliki uang, pihakya akan mengganti uang
yang memiliki hutang, sehingga anggota lain tidak sanggup jika harus
kemacetan koperasi Posdaya dan juga berdampak pada kelompok lain yang sudah
lunas angsurannya ke Bank, mereka tidak dapat mengajukan angsuran lagi karena
mereka terkena b i checking dari pihak Bank yang disebabkan oleh anggota yang
“sulit dijelaskan mbak, apalagi banyak anggota yang belum tau tujuan
dibentuknya koperasi. Jadi banyak yang salah paham bahkan jadi ada yang
menjelekkan bu rusmini, apalahgi menyangkut bantuan yang katanya
pembagiannya tidak merata itu maksudnya tidak begitu. Maunya koperasi di
buat sebagai simpan pinjam, gantian siapa yang membutuhkan, tapi salahnya
yang udah pijam itu nggak mau membayar hutangnya dan juga nggak mau
membungai. Jadi intinya sebenarnya dana yang macet ada di anggota tapi banyak
orang yang nggak ngerti. Kemana larinya simpanan pokok. Sebenarnya kan uang
ada pada anggota ada mbak catatannya semua di Bu Rusmini.
Sebetulnya sudah dicoba mbak mengundang tapi ndak ada respon i, mereka diam
seolah ndak ada masalah ndak ada utang piutang. Ya seperti itu memang ya,
uangnya ada pada mereka tapi gak gelem mbalekno. Wong dulu itu maunya
dibentuk koperasi kelompok simpan pinjam dari anggota untuk anggota biar
uangnya muter tapi faktanya sekarang malah gak mbalik uangnya, karena ada
yang nggak disiplin akhirnya malih mandeg” (Wawancara Dengan Bu Mia,
Ketua Kelompok Rajut, Wawancara Pada Tanggal 31 Mei 2017)
tanggungannya. Selain itu banyak anggota yang belum tau tujuan dibentuknya
koperasi dalam posdaya sehingga banyak yang salah paham. Sehingga Koperasi
Posdaya tidak dapat berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan sejak awal saat
160
kepada Koperasi, namun tidak ada respon dan tanggapan apapun dari mereka.
tindaklanjut atas permasalahan tersebut, karena tidak ingin terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan.
mendominasi dari ketua kelompok Posdaya. Yang mana agen tersebut memiliki
sistem sosial kekuasaan memiliki suatu kontinuitas disepanjang ruang dan waktu
para aktor atau kelompok dalam konteks interaksi sosial yang mereka lakukan.
dan keanggotaan yang mana terdapat interaksi yang terjalin antara agen yang
expert agent. Namun dalam praktiknya, tindakan yang dilakukan oleh Bu Rusmini
dianggap menyalahi sistem yang ada telah memunculkan sebuah sentimen negatif
kelompok yang juga tidak sesuai dengan sistem yang disepakati yang kemudian
satu unsur yang memegang peranan penting pada kegiatan pemberdayaan dan
Selain itu juga terdapat hambatan yang dihadapi oleh anggota Posdaya.
Secara umum hambatan tersebut merupakan hambatan internal yang terjadi dalam
ruang lingkup kelompok. Hambatan tersebut antara lain dapat berupa kurangnya
Padahal modal menjadi faktor utama dan penentu berjalannya suatu usaha.
Dengan tidak adanya modal maka anggota Posdaya akan sulit dalam melakukan
pasan, kurangnya bantuan keuangan dari pemerintah, serta tingginya suku bunga
kredit yang dibebankan oleh lembaga keuangan menjadi faktor penghambat secara
finansial. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bu Ana dalam wawancara
sebagai berikut:
“Kalau saya hambatannya ini ya di modal aja. Kan jualan hasile nggak mesti,
kalau pemasarannya itu lancar..la gimana mbak kalau mau pinjam di bank juga
162
bunganya besar nggak berani. ini saya kalau pamanya bikin ini itu bingung nanti
modalnya” (Wawancara dengan Bu Ana, ketua sub-kelompok Sarinah Creative
pada tanggal 31 Mei 2017)
“Hambatannya itu dipermodalan mbak, ya itu susah sekali kadang itu kalau orang
ngambil bayarnya belakangan kalau barang sudah laku, kadang dikasih separonya
dulu, la saya untuk beli bahan baku lagi kan kadang suka susah nggak ada uang.
Jadi yang paling utama ya modal produksi ini. Kadang ya saya ini ngakalinya
gini mbak kalau saya nggak punya uang nanti saya datang ke toko buat minta
bahan baku kaya minyak, tepung, gula, telor, mentega itu, la nanti kalau misalkan
bahan itu sudah saya olah jadikan jajanan, jajanan itu saya titipkan lagi ke toko
tempat saya hutang, nanti kalau barang laku ya itungannya belakangan
(Wawancara dengan Bu Susi, anggota sub-kelompok Sarinah Creative pada
tanggal 31 Mei 2017)
praktik usahanya lebih pada segi permodalan. Karena dengan tidak adanya modal,
menempuh jalan lain dengan berhutang terlebih dahulu kepada pemilik toko
penjual bahan baku produksi. Mereka tidak memiliki keberanian untuk meminjam
kredit modal di Bank karena bunga yang dibebankan cukup besar. Sehingga
biasanya mereka lebih memilih berhutang bahan baku ke toko kemudian setelah
proses produksi akan diganti dengan barang jadi, atau menunggu hasil dari
penjualan produknya.
pasar, dan menunggu pesanan dari konsumen. Biasanya konsumen akan menelfon
jika akan melakukan order. Sebagian besar anggota Posdaya kurang bisa
memanfaatkan media sosial sebagai sarana pemasaran, oleh karena itu jaringan
163
pemasaran produk yang mereka hasilkan dapat dikatakan masih lemah. Meskipun
produk yang dihasilkan belum memiliki izin PIRT dari Badan POM, sehingga
produk tersebut tidak dapat dipasarkan secara bebas. Minat dari konsumen yang
tidak setiap hari mengkonsumsi produk juga menjadi kendala pemasaran. Karena
jika minat konsumen rendah, daya beli juga akan rendah, sehingga pemasaran
Jika sarana prasarana produksi kurang memadai maka hal tersebut dapat menjadi
penghambat. Sarana dan prasarana produksi dapat berupa alat produksi, dan
“Dulu berjalan sekitar 2 tahunan, sekarang ini mancet, nggak jalan karena
kendalanya di listrik wattnya besar, berjalan sebentar itupun nggak produksi terus
cuma kalau mau aja, terus kalau ada anak KKN itu, survei dari bank juga kita
praktek, biasanya praktek sering kok praktek. dulu di balai desa, di pamong yang
wattnya besar dan kuat (Wawancara dengan Bu Intan, Ketua kelompok Tahu
Sehat, pada tanggal 04 Juni 2017
164
“Ya pertama modalnya sering kurang, terus musim juga pengaruh kalau musim
hujan bibit laris laku keras orang banyak cari tapi kalau hujannya deras tanaman
rusak ya rugi,meskipun udah pakai penutup plastik tapi kadang ambrol
kebanjiran. kalau musim kemarau orang cari bibit jarang, kita kesulitan air,
kadang sampai bibit tinggi-tinggi buang karena panen gak laku ya rugi, sama
kalau ada yang terserang hama itu..kalau itu pasti rugi. Gak laku kaya gitu lo
mbak..seperti kubis itu … puanas gitu ..terus gak ada yang mau..ya siapa yang
butuh musim kaya gini.. Kaya brokoli juga.. modal tana 2 juta terus gak laku..ya
berhenti nanam terusan ,,rugi kaya gitu, susah cari modal lagi. (Wawancara
dengan Bu Nurul, Anggota kelompok Makaryo Bersama, pada tanggal 02 Juni
2017)
pada kelompok tersebut ditunjang oleh adanya alat atau mesin pembuat tahu,
namun kendalanya terletak pada besarnya watt listrik dari mesin yang digunakan,
terbatasnya sumberdaya listrik dan biaya produksi yang dimiliki oleh anggota
membuat proses produksi tidak dapat berjalan, sehingga kegiatan produksi tahu
sehat tanpa limbah pada kelompok tersebut harus mengalami kemandegan untuk
semenjak awal pendirian Posdaya sejak tahun 2013 lalu, dan sudah berhenti
produksi dan fasilitas penunjang yang digunakan dalam produktivitas tahu sehat
tanpa limbah. Karena mesin produksi yang digunakan dalam pembuatan tahu
sehat memiliki daya listrik yang tinggi, sedangkan kapasitas daya listrik milik
seluruh anggota tidak ada yang besar, rata-rata rumah anggota tahu sehat hanya
memiliki sekitar 900-1000 Watt / Volt Ampere, sedangkan mesin pembuat tahu
memiliki watt yang cukup besar sehingga dalam produksinya kelompok pembuat
165
tahu sering menumpang di balai desa, bahkan dirumah salah satu pamong desa.
Biasanya mereka menghabiskan sekitar 100-200 ribu rupiah untuk membeli token
listrik dalam sekali produksi tahu sehat tanpa limbah. Besarnya biaya produksi
tersebut dirasa membebani anggota kelompok tahu sehat, dan mejadi faktor
Selain itu dari keterangan Bu Nurul, selain memiliki hambatan modal yang
sering kurang dalam pembelian benih dan pupuk untuk pembibitan. Cuaca yang
curah hujan tinggi bibit yang ditanam seringkali rusak, dan jika musim panas,
bibit seringkali tidak laku karena jarangnya orang yang mencari bibit. Hal ini juga
dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang memadai, karena jika musim hujan
penutup plastik yang digunakan untuk menutupi bibit kurang bisa menampung air
hujan sehingga ambrol dan bibitpun menjadi rusak. Karena rata-rata anggota
bibit terserang hama, petani akan merugi karena bibit yang dihasilkan akan rusak.
Selain itu adanya pengaruh musim juga menjadi penghambat, karena jika musim
panas sayuran banyak yang tidak laku dipasaran, minat konsumen menjadi rendah
sehingga bibit yang sudah waktunya panen tidak laku karena tidak ada yang
alat atau mesin kepada anggota Posdaya. Selama ini Posdaya sering mendapatkan
bantuan berupa alat atau mesin produksi dari Universitas Brawijaya. Namun
saja. Sehingga hal tersebut menyebabkan adanya kecemburuan sosial dan rasa iri
“Ya gitu kemarin dapat uang dari orang malang itu juga gitu dipilihin, kalau
seperti plek-plek e Bu Rusmini itu seperti Bu.Harnanik itu plek e yang dapat
oven dari Brawijayaa yang deketnya dia..itu ovennya malah nganggur itu,
kemarin dia bilang “itu ovennya nganggur itu, gak digawe sak loyang-loyange"
gah aku. Males geret aku..saya da oven kecil malah enak itu pakai seadanya aja.
cuman kemarin kan orang-orang dapat dana saya juga gak tahu, dana nya di
Bu.Kanti semua. Saya gak pernah tahu. Ya gitu mbak, jadi anggota itu banyak
yang iri karena “yang lain dapat kok saya nggak dapat” harusnya bantuannya
merata kalau bisa biar gak ada yang cemburu hehe” (Wawancara dengan Bu Ana,
Ketua sub-kelompok Sarinah Creative pada tanggal 31 Mei 2017)
“Dulu sih pernah disuruh nyatet butuhnya apa gitu mesin ini mesin ini, tapi yo
sampek sekarang nggak terealisasi, malah saya dengar kelompok rajut yang dapat
bantuan mesin jahit dari Brawijaya kan, ya nggak tau mbak mungkin sama
ketuanya di kasih ke yang lebih membutuhkan, soalnya dipikir kelompok
skrikandi sudah pada punya mesin jahit sendiri-sendiri padahal ya ada anggotaku
yang mesinnya rusak, tapi harusnya kan adil a mbak, soalnya banyak mbak
kelompok yang dapat bantuan alat itu ya kelompok jamu, kelompok pembuat
jajanan, tapi mau gimana-gimana yang berkuasa yang berhak menentukan ya
hahaha” (Wawancara dengan Bu Dewi, Ketua Kelompok Srikandi Collection,
pada tanggal 04 Juni 2017)
bantuan selama ini sifatnya belum dapat merata. Dan hanya kelompok-kelompok
tertentu saja yang mendapatkan bantuan. Seperti bantuan pada kelompok Sarinah
Creative, berdasarkan hasil observasi sudah terdapat tiga anggota pada kelompok
tersebut yang sudah mendapatkan bantuan alat, seperti alat penggiling pastel,
Oven besar dan loyang, serta mesin pemotong bawang. Padahal anggota
anggota, praktik pemberian bantuan tidak merata dan terkesan dipilih-pilih, hal
motivasi masyarakat, organisasi Posdaya dapat terbentuk dan berjalan hingga saat
ini. Derajat partisipasi yang tinggi akan menjadi penentu berjalannya proses
keputusan yang terkait dengan program yang akan dijalankan dalam lingkup
Posdaya yang bersifat bottom-up. Secara garis besar, partisipasi dibedakan atas: 1)
partisipasi pasif, yang mana masyarakat dilibatkan dalam tindakan yang telah di
rancang oleh orang lain, 2)partisipasi aktif, yakni pelibatan diri untuk
peran serta atau pelibatan seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses
keahlian, modal, maupun materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-
yang sedang dilakukan, yang mana nantinya pembangunan tersebut akan dapat
kontrol dan kekuasaan ditangan masyarakat, maka mereka akan dengan mudah
dilakukan.
Posdaya ini dapat dilihat dari dinamika partispasi yang terjadi dalam kegiatan
dalam kegiatan pemberdayaan pada Posdaya adalah mereka yang dalam kategori
kurang mampu atau sebagai perempuan miskin pedesaan yang hidupnya serba
tergolong mampu justru enggan mengikuti kegiatan pemberdayaan. Hal ini seperti
dalam kategori mampu atau mereka yang punya wewenang mengatur masyarakat
berbagai kegiatan yang dilaksanakan serta yang mereka rasakan sebagai orang
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Hal ini sesuai dengan pernyataan Bu
terbentuknya Posdaya:
“Ya tentunya motivasi itu kepinginnya walaupun dalam sekup kecil tapi kita
berharap masyarakat itu ikut berpartisipasi dalam pembangunan perekonomian
sebab yang namanya UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) itu tidak
pernah ada istilah gulung tikar karena kalo dia sekali saja tidak bekerja tentunya
kebutuhan sehari-harinya tidak akan tercukupi tanpa dia ada tindakan, dari pada
mereka tidak berbuat apa-apa sama sekali mending kan ya mau berusaha. Selain
itu saya melihat ibu-ibu banyak yang mengganggur dan kurang produktif ya
mungkin ada sebagian yang punya usaha tapi kan mereka belum punya organisasi
yang bisa mereka jadikan wadah untuk sharing, jadi saya muncul ide untuk coba
menggerakkan mereka, memotivasi mereka, agar mau berkembang melalui
Posdaya. Pokoknya saya rangkul saya ajak untuk berfikir, membuat kebijakan,
berusaha, dan harus memiliki semangat tinggi, itu kuncinya kalau mau berhasil”
(Wawancara dengan Bu Rusmini selaku ketua dan koordinator umum Posdaya
pada tanggal 31 Mei 2017)
170
pelaksanaan program yang harus disertai dengan usaha dan semangat yang tinggi,
untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui Posdaya yang berperan sebagai
yang aktif dari individu maupun kelompok dengan mengambil inisiatif dan
murni atas kemauan sendiri tanpa adanya unsur paksaan dari pihak tertentu. Jadi
mereka gabung dengan partisipasi sendiri meskipun sebelumnya ada peran agen
yang menginisiasi mereka untuk gabung dengan Posdaya. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari peran agen penggagas terbentuknya Posdaya yang menggerakkan dan
dalam seluruh kegiatan yang ada didalamnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
“Awalnya kan memang saya yang menginisiasi, jadi kumpul-kumpul gitu kan,
terus spontan aja membentuk kelompok Posdaya ini bersama ibu-ibu, lalu mereka
menunjuk saya sebagai koordinator, lalu saya memandang dari mereka siapa
yang layak jadi sekertaris dan bendahara saya tunjuk, la dengan itu kemudian saja
ajukan ke kepala desa tanpa penolakan ya setelah itu diterima, lalu kami disuruh
mengumpulkan fotokopi KTP saya minta ke anggota-anggota, untuk kemudian di
buatkan SK (Surat Keputusan) dari desa bahwa Posdaya telah berdiri”.
(Wawancara dengan Bu Rusmini selaku Ketua Dan Koordinator Umum Posdaya
Pada Tanggal 31 Mei 2017)
171
tumbuh sejak adanya agen penggerak yang mengajak mereka untuk terlibat dalam
Posdaya harus melalui proses yang tidak mudah, karena harus door to door dari
dari anggota yang lain yang murni ingin ikut kegiatan pemberdayaan dan tidak
mengikuti kegiatan kelompok cukup tinggi. Hal ini di buktikan mulai dari
diri atau mengorganisir dalam sub-sub kelompok yang sesuai dengan minat dan
bakatnya masing-masing dan aktif dalam segala kegiatan yang ada pada posdaya
kegiatan lainnya. Sehingga dalam proses ini menunjukan bahwa mereka telah
172
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor sosial ingin menambah ilmu,
dengan anggota lainnya yang memiliki profesi yang sama dengannya. Partisipasi
kelompok Posdaya yang terbentuk nantinya dapat berjalan sesuai dengan harapan
dari anggotanya. Jadi apa yang dikerjakan oleh kelompok Posdaya benar-benar
Selain itu, partisipasi juga hadir tidak hanya dalam tahap pembentukan
kelompok saja, namun juga dalam kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan oleh
(pembibitan), hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh ketua
“Ada pertemuan rutin setiap 45 hari sekali itu kan ada pinjaman modal dari
kelompok. Jadi setiap 45 hari sekali itu kita kembalikan plus bagi hasil, ya
istilahnya ada SHU gitu untuk satu lingkup kelompok. kalau dulu sebelum ada
Posdaya kita kan jalan sendiri-sendiri, kalau sekarang ada yang bisa diajak
kerjasama dan gotong royong, ya semenjak ada organisasi ini kita juga menjadi
semakin nambah pengalaman, jadi sering ketemu, sering kumpul-kumpul, jadi
semuanya itu jadi enak mbak. Kalau ketemu gitu ya sering diskusi soal lahan jadi
kami juga semakin guyup. Kalau ada masalah bisa dipecahkan bersama, misalnya
tanamannya kena penyakit atau hama, nah pas waktu kumpul itu nanti dibahas
saling diomongkan jadi kan tau harus diapakan, jadi ada sharing dari anggota lain
yang punya pengalaman. Dengan hadirnya Posdaya ini juga sangat membantu
dalam segi perekonomian, soalnya pemasarannya lebih cepat karena kita sesama
anggota kan saling kerjasama membantu dalam pemasaran, jadi semakin maju
lah, kalau dulu kan apa-apa sendiri, setelah ada Posdaya jadi enak kami juga
dapat bantuan dari luar kaya gitu..orang-orang di keompok saya ini rajin-rajin
mbak, apalagi yang tua-tua itu semangatnya masih tinggi, saya aja kalah. Kalau
misalkan ada pelatihan atau sosialisasi seperti pembuatan pupuk organik dari
mana gitu anggota langsung antusias” (Wawancara dengan Bu Siti, ketua sub-
kelompok Makaryo Bersama pada tanggal 02 Juni 2017).
tinggi. Karena anggota selalu hadir dalam kegiatan yang berkaitan dengan
tersebut mereka selalu sharing dan bertukar pendapat, bahkan jika ada masalah
mereka dalam setiap kegiatan juga tinggi. Partisipasi juga hadir tidak hanya
anggota selalu hadir dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan kelompok. Apa
174
yang dikerjakan dalam kelompok posdayab benar-benar berasal dari ide, minat,
kreatifitas serta inisiatif dari anggotanya. Hal ini tidak terlepas dari awal
sehingga hal tersebut yang menjadikan keikutsertaan mereka juga tinggi dalam
setiap kegiatan.
peran serta yang bersifat semu (empty ritual) dan bentuk peran serta yang
memiliki kekuatan nyata (real power), dimana hal ini dapat mempengaruhi hasil
partisipasi masyarakat sebagai suatu pola bertingkat yang terdiri atas 8 tingkatan
tangga, yang mana tingkatan paling bawah merupakan tingkatan partisipasi yang
sangat rendah, sedangkan tingkatan yang paling atas merupakan tingkatan yang
pemberdayaan merupakan bentuk peran serta yang bersifat nyata (real power) dan
Delegated Power, dan Citizen Control dimana ketiganya merupakan bagian dari
yang paling atas. Teori Arnstein digunakan penulis untuk menganalisis tindakan
175
tindakan
pemberdayaan pada Posdaya saling bekerjasama, dan gotong royong dalam setiap
lini kegiatan baik dalam level Posdaya maupun level sub kelompok hal ini
pembagian orderan dari pelangan yang dibagi pada anggotanya, hingga pada
pemasaran produk yang dihasilkan. Anggota Posdaya juga saling berunding dalam
masalah yang telah atau akan dihadapi. Seperti dalam pendirian posdaya yang
partnership ini berlaku pada seluruh anggota Posdaya, baik pengurus umum
Posdaya, ketua-sub kelompok, dan anggota, serta pada pembina Posdaya yakni
Universitas Brawijaya, dan juga pemerintah desa sebagai pihak yang telah
“Ya spontanitas seperti itu, kalau kita ngumpul antara satu sama lain selalu
menyumbangkan ide dan pendapatnya, mereka satu sama lain selalu sharing.
Karena sama-sama orang sini kebetulan, berkumpul juga sudah bertahun-tahun,
saya sendiri sejak tahun 1986 sampai sekarang ya bersedia melayani mereka.
Kalau mereka misalkan belum bisa melunasi pinjaman datang ke saya minta
solusi, terus kalau ada yang produknya belum bisa laku dipasaran minta bantu
saya diuruskan PIRT nya, saya saya itu senang jika bisa bermanfaat untuk orang
lain, ya dari situ kemudian muncul kepercayaan” (Wawancara Dengan Bu
Rusmini Selaku Ketua Dan Koordinator Umum Posdaya Pada Tanggal 31 Mei
2017).
176
seluruh anggota Posdaya memiliki kendali atas keputusan yang ada. Seperti yang
“kalau dalam kelompok baik ketua umum atau saya sendiri sebagai ketua sub-
kelompok gak pernah membatasi anggota untuk menyumbangkan ide dan
pendapatnya mbak, ya karena posdaya ini bisa berdiri ya atas partisipasi kita, jadi
dalam penyusunan programpun kita juga selalu musyawarahkan sama-sama.
Bukan hanya pengurus aja yang bisa menentukan program tapi anggota juga
berhak menyumbangkan gagasannya, kan kita juga selalu melakukan pertemuan
rutin, jadi apa yang terkait perkembangan posdaya itu selalu kita diskusikan
misalkan ada masalah dalam posdaya atau hambatan dalam produksinya kita
mencari jalan keluarnya sama-sama. Aspirasi anggota kita tampung dan
musyawarahkan bersama, seperti itu. Dulu pernah waktu pendirian koperasi itu
kita rapat dengan seluruh pengurus termasuk ketua-ketua dalam tiap-tiap sub
kelompok, awalnya ada yang pro dan kontra, tapi setelah melalui pertimbangan-
pertimbangan, ya akhirnya koperasi berdiri meskipun pada akhirya macet kaya
gini, masih belum ada solusi ini karena uangnya ada pada anggota, pengurus
milih membiarkan aja, dari pada timbul masalah” (Wawancara dengan Bu Siti,
ketua sub-kelompok Makaryo Bersama pada tanggal 02 Juni 2017).
kelembagaan pada Posdaya yang berkaitan dengan kepentingannya. Dalam hal ini
dalam kelompoknya, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bu Mia selaku ketua
“Kalau kami tidak pernah putus komunikasi dan koordinasi dengan Bu Rusmini,
karena beliau selaku ketua dan koordinator umum yang telah banyak membantu
kami, memberikan kami arahan, bahkan saya dapat bantuan mesin jahit dari UB
ini juga berkat Bu Rusmini yang mengajukan, kami bisa dapat bantuan uang
pinjaman dari bank untuk modal usaha ya berkat iBu Rusmini, ibu-ibu disini juga
banyak yang dapat bantuan seperti oven, mesin penggiling dari UB juga. Karena
rumah kami saling berdekatan apalagi saya ke Bu Rusmini tinggal jalan
rumahnya beliau belakang rumah saya ya saya sering koordinasi dengan beliau,
kalau misalkan pada sibuk dengan urusan masing-masing ya tinggal WA aja
sekarang kan pada punya HP mbak .haha” (Wawancara dengan Bu Mia selaku
ketua sub-kelompok Rajut pada tanggal 31 Mei 2017)
dalam hal ini anggota kelompok Posdaya juga mempunyai wewenang dan dapat
mengadakan negosiasi dengan pihak luar yang akan melakukan perubahan. Usaha
bersama yang dilakukan oleh anggota ini akan langsung berhubungan dengan
bantuan sumber dana yang diperoleh tanpa melalui pihak ketiga. Seperti
pengajuan kredit pinjaman modal usaha yang diajukan oleh anggota Posdaya
kepada Bank UMKM yang telah terealisasi dimana saat pengajuan kredit usaha,
bahwa mereka memiliki derajat partisipasi yang awalnya cukup tinggi dalam
kegiatan tersebut. Anggota Posdaya yang berperan sebagai agen atau pelaku pada
dilakukan untuk ikut serta dalam kegiatan pemberdayaan tersebut. Dalam praktik
sosial, motivasi dan partisipasi yang meliputi keinginan dan hasrat menjadi faktor
178
penting yang dapat mendorong terjadinya praktik sosial dan potensi untuk
yang bersifat produktif. Karena dalam teori strukturasi agen diberikan kesempatan
untuk dapat merubah situasi yang ada termasuk kondisi kemiskinan yang dialami
oleh kalangan perempuan di Desa Ngroto. Sehingga tahap partisipasi ini hanya
Namun ketika tindakan agen telah berubah menjadi pola praktik sosial,
pendirian koperasi yang tanpa melibatkan keputusan dari anggota serta, dilakukan
partisipasi anggota posdaya saat ini bersifat pasif, artinya mereka melakukan
pelibatan dan keikutsertaan dalam pendirian koperasi yang diinisiasi oleh orang
lain dan tidak berdasarkan atas kepustusan bersama. Namun derajad partisipasi
yang lebih rendah dibandingkan partisipasi aktif ini sama sekali tidak mengingkari
wajar, karena dalam kelompok posdaya terdapat banyak agen baik yang pro
maupun yang kontra dengan program yang ada sehingga masing-masing agen
pada akhirnya program tersebut tetap berjalan. Sejalan dengan pendapat Giddens,
bahwa dengan adanya hambatan dapat mendorong seseorang untuk bertindak dan
dalam kegiatan pemberdayaan posdaya yang awalnya berada dalam taraf citizen
power, menjadi menurun. Yang artinya tetap ada partisipasi namun tingkat
dominasi, dan legitimasi yang berhubungan dengan tipifikasi para agen (Giddens,
sosial tidak dapat dianalisis hanya dari segi individu yang mempengaruhi
masyarakat atau sebaliknya masyarakat adalah cerminan individu. Oleh karena itu
Dalam praktik sosial terdapat relasi antara agen dan struktur. Terdapat dua
macam agen, yaitu agen kompeten yang memiliki kapasitas tinggi (expert agent)
dan agen yang kapasitasnya dibawahnya (lay agent). Expert agent adalah agen
sekitarnya, atau justru sebaliknya expert agent dapat menahan diri dari intervensi
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mencapai tujuan yang
sudah di tetapkannya. Tujuan yang dimiliki oleh agen akan menentukan langkah-
langkah atau strategi atau cara apa yang akan pilih dalam mengupayakan hasil
(outcome) maupun teknologi apa yang digunakan dalam praktiknya. Dengan kata
lain, expert agent dapat mempengaruhi proses atau situasi yang berlangsung dan
“To be able to “act otherwise” means being able to intervene in the world,
or to refrain from such intervention, with the effect of influencing a
specific process or state of affairs. This presumes that to be an agent is to
be able to deploy (chronically, in the flow of daily life) a range of causal
powers, including that of influencing those deployed by others.“ (Giddens
A. , 1984, hal. 14)
Merujuk pada pendapat Giddens di atas, pada dasarnya setiap manusia
keikutsertaan seseorang dalam suatu rapat merupakan suatu bentuk tindakan yang
mempengaruhi, meskipun dia hanya diam dalam rapat tersebut. Namun, yang
membedakan antara expert agent dan lay agent adalah sejauh mana kapasitas yang
dimiliki mereka dan sejauh mana mereka dapat mengolah pengetahuan mereka
praktis mereka. Kapasitas yang dimaksud dalam ini dapat mengarah pada
atau dengan kata lain lay agent mampu melakukan tindakan namun dari segi
kapasitas ia berada dibawah expert agent. Pada tabel berikut ini, penulis akan
mengkategorikan posisi expert agent, lay agent , dan actor dalam kegiatan
mengidentifikasi peran expert agent dijalankan Bu Rusmini, dan peran lay agent
dari masing-masing ketua sub-kelompok serta dari para anggotanya yang ikut
ada pada dirinya adalah kapasitas pengetahuan yang merupakan akumulasi dari
pengalaman yang dia dapat selama ini, baik di bidang politik, kegiatan sosial,
seminar dan beberapa kegiatan lain yang membentuk cara berpikirnya seperti saat
ini. Dari akumulasi pengetahuan dan pengalaman itulah Ibu Rusmini melakukan
Posdaya Ngroto.
“Saya itu dulu pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten malang Fraksi
PDIP pada tahun 1992-1997, selanjutnya pada tahun 1986 sampai tahun 2003
saya menjadi pengurus cabang DPC PDIP, saya juga pernah menjadi Kadin
182
internal saja, tetapi juga mengorganisasikan relasi dengan pihak luar. Menurut
berkaitan dengan penguasaan atas orang. Dalam kasus Posdaya Ngroto, dominasi
sumberdaya yang ada nantinya akan menentukan teknik atau cara mengolah
sumberdaya yang ada menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan. Bu Rusmini
harus melalui proposal, dan kedekatan relasi dengan beberapa orang membuatnya
lebih mudah mengakses dana tersebut. Hal ini merupakan pengetahuan teknis
yang tidak dimiliki oleh semua anggota Posdaya, sehingga posisinya sangat
dominan.
sehingga tidak menutup diri hanya pada masing-masing kelompoknya saja. Ketua
kepadanya dalam hal akses dana. Oleh karena itu para ketua kelompok sub-
184
kesadaran diskursif karena mereka sadar bahwa mereka tidak dapat bergantung
kegiatan pemberdayaan tidak dapat berjalan. Namun demikian, di sisi lain mereka
dan para ketua sub-pemberdayaan. Kapasitas yang dimiliki oleh para anggota
Posdaya Ngroto masih dalam taraf kapasitas memproduksi. Mereka masih berada
pada tahapan bagaimana memproduksi sumberdaya dengan dana yang ada, belum
ada.
Ada yang sudah memiliki usaha seperti dikelompok pembibitan, jahit, sama
prancangan tapi nggak semua ya, sebagian anggota dari kelompok itu
sebelumnya ada juga yang belum memiliki usaha, baru setelah gabung dengan
posdaya mereka mulai merintis usaha. Tapi banyak juga anggota lain yang belum
memiliki usaha, banyak yang nganggur terutama ibu-ibu itu. (Hasil wawancara
dengan Bu Rusmini, 31 Mei 2017).
Mereka sadar bahwa dengan ikut dalam Posdaya Ngroto akan lebih
di sisi lain mereka juga memiliki motif tidak sadar ketika mereka masuk dalam
adalah Kepala Desa yang telah memberikan legalitas pendirian Posdaya. Dalam
185
hal ini Kepala Desa tidak bisa disebut sebagai expert agent maupun lay agent
karena ia tidak terlibat langsung dalam kegiatan pemberdayaan yang ada pada
Menurut Giddens praktik sosial adalah suatu tindakan yang ditata menurut
ruang dan waktu dan dilakukan secara berulang, berkesinambungan, dan bersifat
Posdaya yang dilakukan oleh Kepala Desa Ngroto tersebut jika dilihat dari segi
namun jika dilihat dari sudut pandang tindakannya belum dapat dikatakan sebagai
praktik sosial. Otoritas yang dimiliki oleh kepala desa dalam proses pembangunan
Desa Ngroto dan mengelola potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Desa
foto kopi KTP dari seluruh anggota Posdaya, yang mana secara struktur SK
tersebut menjadi aturan yang bersifat tertulis yang mengatur bahwa Pemerintah
186
posdaya harus melalui izin dari Kepala Desa. Seperti yang diungkapkan dalam
wawancara berikut:
“Proses pendiriannya dulu itu melalui izin dari pemerintah desa ya dulu pada tahun
2013 dan berjalan sampai sekarang ini, nah waktu proses perizinan tadi
sebelumnya sudah ada rapat dan musyawarah oleh seluruh anggota kelompok,
segenap pengurus, dan perangkat desa pun ikut hadir. Nah peresmian Posdaya
sendiri itu setelah kepala desa mengeluarkan SK (Surat Keputusan) sebagai
legalitas Posdaya. Waktu itu seluruh anggota wajib mengumpulkan foto kopi KTP
untuk di buatkan SK itu, jadi SK itu nantinya akan berlaku seumur hidup bahwa
telah menjadi anggota Posdaya. Jadi pemerintah desa disini memiliki otoritas
penuh dalam memantau berjalannya kegiatan pemberdayaan pada posdaya, segala
bentuk kegiatan yang ada didalamnya harus melalui izin dari kepala desa misalkan
kalau ada sosialisasi atau pelatihan dari mana gitu.. Hubungan saya dengan ketua
Posdaya sejauh ini kami tidak pernah lose contac, jadi meskipun jarang bertemu
karena kesibukan masing-masing, tapi kami tidak pernah putus komunikasi, jadi
kalau ada apa-apa semisal ada kegiatan sosialisasi atau pelatihan selalu meminta
izin ke saya, dapat bantuan dari mana, Bu Rusmini selalu lapor ke saya kalau gak
bisa ketemu ya via whatsapp, via telfon.. Selama ini hanya ketuanya saja ya yang
sering berkoordinasi dengan saya karena kan anggota nya pada sibuk ya, tapi saya
selalu memantau seluruh anggota kelompok pemberdayaannya sampai dimana gitu
kalau ada keluhan apa sudah saya suruh lapor” (Wawancara dengan Pak Lurah
Budi, KepalaDesa Ngroto, pada tanggal 06 Juni 2017)
memberikan laporan dan meminta izin jika akan melakukan kegiatan seperti
sosialisasi dan pelatihan dari pihak luar, pemerintah desa memiliki wewenang
pemberdayaan tersebut. Dalam hal ini kepala desa berperan sebagai actor yang
memiliki peraturan desa yang terangkum dalam Perdes dan undang-undang desa,
“Pendirian Posdaya ini ya tentunya berdasarkan izin dari pemerintah desa, kalau
nggak ada izinnya ya Posdaya nggak bisa berdiri. Karena perangkat desa memiliki
187
wewenang dan hak otoritas jadi begitu saya berhasil merangkul ibu-ibu dan dapat
anggota saya langsung mengajukan perizinan itu, alhamdulillah langsung disetujui,
dan dibuatkan SK sebagai legalitas Posdaya ini. Karena pemerintah desa sendiri
pasti juga merasa terbantu dengan adanya program pemberdayaan pada Posdaya ini
nantinya akan dapat membantu pihak desa dalam mengatasi permasalahan yang
ada seperti kemiskinan, pengangguran, ya mungkin belum bisa mengatasi
semuanya tapi paling tidak bisa mengurangi lah. Ya jadi dalam jika ada kegiatan
apa gitu di Posdaya ya harus melalui persetujuan dari pemerintah desa misalkan
mau ada kegiatan sosialisasi atau pelatihan dari mana gitu izin dulu, nanti kalau
sudah ya saya laporan” (Wawancara dengan Bu Rusmini, Ketua dan koordinator
umum POSDAYA, pada tanggal 31 Mei 2017)
mengelola sumber daya yang ada di desa merupakan otoritas pemerintah desa
untuk mengatur dan mengelola struktur yang ada pada masyarakat. Mengingat
kondisi masyarakat di Desa Ngroto yang masih terdapat banyak keluarga miskin
Ngroto. Selain itu, pemerintah Desa Ngroto juga memiliki kekuasaan untuk
“Kalau untuk program pembangunan desa itu ada 3, yang pertama pembangunan
infrastruktur, pembangunan pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan
masyarakat. Ada empat bidang yang pertama penyelenggaraan pembangunan desa
ini yang mana untuk mengatur semua programnya sehingga masyarakat ketika
butuh pelayanan desa itu gratis, kalau di bidang pembangunan infrastruktur yakni
membangun jalan umum, saluran air. Kalau untuk pembiaannya meningkatkan
aspek masyarakat, pemberdayaannya melalui BUMDES Ageng” (Wawancara
dengan Pak Lurah Budi, KepalaDesa Ngroto, pada tanggal 06 Juni 2017).
aktivitas-aktivitas produktif yang dijalankan oleh para ibu-ibu dalam usaha kecil
pada Posdaya lebih bersifat bottom up karena dibentuk sendiri oleh masyarakat
dari pemerintah desa yang sifatnya top down seperti program Jalin Matra,
BUMDES, UP2K/PKK, dan program lainnya. Dalam hal ini, interaksi yang
Dalam teori strukturasi giddens, adanya interaksi antara agen dan struktur
dalam suatu praktik sosial dapat dinyatakan sebagai sebuah kebiasaan atau
berlangsung melalui dualitas struktur dan praktik sosial seperti itu. Dimana antara
agen dan struktur tersebut menggambarkan adanya dualitas yang saling terkait dan
keduanya tidak bisa dipisahkan, bukan dualisme yang saling terpisah. Struktur
dipahami sebagai aturan dan sumberdaya yang terbentuk dari dan membentuk
189
fenomena sosial, seperti fenomena sosial terkait kemiskinan yang terjadi pada
relasi yang hadir melalui aktivitas agen yang digunakan mereka untuk bertindak
wujudkan dalam bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis dan sumberdaya
Pada sub bab ini peneliti akan menjelaskan permasalahan yang ada pada
posdaya hingga melahirkan praktik sosial. Struktur Posdaya memiliki aturan atau
pada Posdaya berupa aturan yang tertulis dan tidak tertulis yang bersifat normatif.
Dimana aturan yang tertulis disini berupa Surat keputusan (SK) sebagai legalitas
terdapat aturan bahwa masyarakat yang telah tergabung dalam Posdaya akan
menjadi anggota tetap Posdaya seumur hidupnya, kecuali saat dirinya meninggal
Posdaya harus melalui perizinan dari Pemerintah Desa. Sedangkan aturan yang
tidak tertulis berupa kesepakatan bersama dari para anggota yang digunakan
melanggar aturan adalah sanksi secara moral. Misalkan jika ada anggota yang
190
tidak mengikuti pertemuan rutin akan ada teguran dari anggota kelompoknya,
atau semisal ada anggota yang telat membayar angsuran pinjaman akan diingatkan
dan dikenakan denda atau sanksi administratif. Oleh karena itu disini struktur
mengetahui aturan dan program yang terdapat didalam Posdaya. Sehingga hal
struktur yang bersifat objektif, karena aturan tersebut melekat pada praktik
pemberdayaan yang ada ada Posdaya serta berada pada jejak ingatan agen dan
terwujud dalam aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para agen. Sehingga sesuai
dengan teori strukturasi Giddens, terjadi hubungan dualitas antara struktur dan
Posisi agen yang berada di luar pemerintah desa membuat mereka lebih
mandiri dalam mencari pendanaan dan kemitraan. Pada tahap tersebut agen
dengan pihak-pihak luar. Sehingga relasi yang terjalin tidak hanya dari pihak
pemerintahan tetapi juga dengan pihak Universitas dan CSO. Jalinan relasi yang
yang lebih luas dibandingkan dengan agen yang berasal dari pihak pemerintahan
seperti dari organisasi desa, karena sudut pandang yang digunakan dalam proses
Selain itu struktur Posdaya juga memiliki sumberdaya alokatif yang berupa
alat produksi atau teknologi seperti alat pemotong bawang, alat penggiling pastel,
kewenangan adalah kemampuan yang dimiliki oleh agen dalam mengontrol dan
mengarahkan pola-pola interaksi, yang mana hal ini dapat berupa keterampilan
dan pengetahuan yang dimiliki agen, serta adanya dominasi yang dilakukan oleh
agen ahli (expert agent). Dimana dalam praktik pemberdayaan ini ketua Posdaya
anggota Posdaya yang berperan sebagai lay agent atau agen yang memiliki
dilakukan secara berulang-ulang dalam konteks ruang dan waktu yang sama inilah
kelompok, melakukan aktivitas produktif setiap harinya secara terus menerus dan
berulang.
dua fase, yaitu pada fase sebelum adanya permasalahan di tubuh Posdaya dan fase
192
penelitian pada momen setelah adanya permasalahan di tubuh Posdaya Ngroto itu
sudah bukan lagi menjadi sebuah tindakan, tetapi sudah menjadi praktik. Masalah
masalah.
kesadaran yang mendorong setiap tindakan para agen, yaitu kesadaran praktis,
kesadaran diskursif dan motif tidak sadar. Ketiganya tidak berjalan secara
kehidupannya dengan rutinitas yang tidak produktif dari tahun ke tahun. Mereka
menyadari bahwa mereka miskin, tetapi mereka tidak sampai pada akar refleksi
adalah sesuatu yang bersifat wajar dan secara rutin mereka hadapi sehingga
sesuatu yang harus dientaskan dari kalangan perempuan Ngroto. Hal ini perlahan
menganggap kemiskinan adalah sesuatu yang secara rutin mereka alami menjadi
kondisi mereka bisa seperti itu dan bagaimana upaya pengentasannya. Kesadaran
diskursif inilah yang mendorong tindakan para perempuan tersebut untuk mulai
digunakan sebagai realisasi dari program pemberdayaan. Pada tahap inilah proses
(sebelum menjadi praktik sosial), tingkat partisipasi masyarakat masih tinggi. Hal
ini dibuktikan dengan keterlibatan anggota secara umum dalam setiap kegiatan,
tidak hanya dalam kegiatan pemberdayaan secara teknis, tetapi juga dalam
anggota untuk terlibat dan menjadi stimulus untuk mengeluarkan pendapat dan
194
terus menerus, posisi ketua Posdaya Ngroto menjadi sangat dominan. Dominasi
beberapa keputusan dan informasi tidak sampai pada anggota Posdaya secara
Posdaya. Sebelumnya mereka hanya menerima setiap instruksi dan keputusan dari
pendirian koperasi yang menuai pro dan kontra, pembagian bantuan yang tidak
para anggota untuk berpikir ulang mengenai kepentingan siapa yang sebenarnya
yang mengacu pada kepentingan segelintir orang yang dekat dengan agen yaitu
ketua Posdaya. Posisi yang diuntungkan adalah posisi para pihak yang dekat
195
dibandingkan pihak lain yang menempati posisi tidak strategis. Kondisi tersebut
juga mempengaruhi kesadaran diskursif para sub ketua kelompok, dari yang
laun memberikan sanksi moral kepada Ketua Posdaya. Sanksi moral tersebut
rasan-rasan, dan menggerutu dengan sesama anggota yang juga tidak berada
menggerutu, dan memilih tidak tergabung dalam beberapa kegiatan. Berikut ini
karena pada praktiknya agen terlalu mendominasi sehingga yang awalnya sudah
mengacu pada akar permasalahan yang muncul di Posdaya Ngroto adalah karena
dapat lepas dari sosok ketua posdaya sebagai expert agent. Posisi ketua posdaya
anggota yang lain sangat kuat. Posisi ini memungkinkan ketua posdaya merasa
sendiri.
berat oleh para anggotanya, ditambah lagi pengambilan keputusan yang dilakukan
secara sepihak membuat para anggota merasa tidak ada transparansi yang jelas
pada tindakan para anggotanya, seperti menunggak membayar cicilan kredit dan
Ngroto masih berjalan, tetapi menjadi tidak efektif karena masalah tersebut.
ketua sub kelompok tanpa adanya perundingan terlebih dahulu dengan para
dan simpanan pokok koperasi dari dana yang diperoleh melalui Bank UMKM.
Sehingga dari momen tersebut menuai pro dan kontra sampai saat ini.
dilihat pada tahap perencanaan awal yang melibatkan semua anggotanya mulai
dari identifikasi potensi dan aset di kalangan anggota yang kemudian menjadi
dualitas struktur dan agensi dalam Posdaya Ngroto adalah sebagai berikut:
199
Posdaya bermula ketika ada masalah struktural di dalam tubuh Posdaya itu
ketua sekaligus penggagas Posdaya merasa bahwa dirinya memiliki kuasa atas
sebesar 20% untuk pendirian koperasi ditentang oleh para anggota. Masalah
Pada awalnya maksud dari tindakan ketua posdaya mengarah positif, yakni
pada niatan mendirikan koperasi agar menunjang perputaran dana yang ada di
keputusan yang dulunya dilakukan dalam forum bersama tidak berlaku ketika
yang dulunya mengarah pada wacana pengentasan kemiskinan saat ini bergeser
struktur dan agensi masih berada pada tatanan S-D-L. Signifikasi pengentasan
yang pada waktu itu berjalan mengarah pada dominasi autoritatif ke arah positif,
dimiliki. Di samping itu, Bu Rusmini tetap menjadi agen sentral yang menguasai
perputaran uang. Tetapi pada waktu itu masalah masih belum muncul ke
201
pemberdayaan yang dilakukan saat ini, dimana dominasi Bu Rusmini pada saat
pendirian koperasi.
sebagai berikut:
“Ya banyak yang protes mbak waktu itu anggota, kan nggak ada perjanjian
awalnya begitu dana turun cair kok ketuanya langsung dipanggili ke rumah Bu
Rusmini terus bicara itu tadi, awalnya ya tanya buat apa-buat apa, terus
dijelaskan sama ketuanya, terus ya manut semua, wong Bu Rusmini yang sudah
carikan pinjaman modal ya, malah saya sama kelompok saya ini nyangoni dulu
sekelompok 300 ribu buat jasanya Bu Rusmini kami iuran, tapi ya diterima sama
Bu Rusmini, padahalkan dia udah dapat fee sendiri dari pihak banknya, wong
saya aja yang wira wiri bayar ke bank batu nggak minta ongkos nggak minta apa.
Ya anggota terus jadi banyak yang getun gitu mbak karena kan nggak semua
kebagian uang pinjaman itu ya, ada yang pinjam nggak dikembalikan, terus ada
yang mau pinjam katanya uangnya habis sudah dipinjam yang lain, ya coba
bayangkan aja mbak, uang 400 ribu itu dikalikan berapa orang aja, banyak
jatuhnya kan puluhan juta itu, makannya terus kepercayaan warga ke Bu Rusmini
jadi berkurang karena nggak ada transparasi dana itu tadi, toh lo koperasinya
terus nggak jalan. La dulu kan ibu-ibu seneng pas dapat bantuan pinjaman itu kan
bayangannya penuh gitu mbak 2 jt, eh la kok moro-moro dipotong, itu
sebelumnya kan nggak ada musyawarah sama kami jadi ya banyak yang kecewa.
Itu bukan dari wewenang bank juga, jadi orang-orang pulang ya langsung syock,
la yok opo mbak wong wes kadung mau nggak mau ya kita manut wong lek
kanthi ketuanya, dia juga yang carikan pinjaman mosok yo katene nglamak mbak
hahaha” (Wawancara dengan Bu Intan, Ketua sub-kelompok Tahu Sehat, pada
tanggal 04 Juni 2017)
sub-kelompok saja, tidak ada anggota yang diajak untuk bermusyawarah dan
kredit anggota yang dilakukan secara tiba-tiba membuat anggota Posdaya merasa
202
kaget dengan hal tersebut. Sehingga mereka pasrah dengan keputusan Bu Rusmini
tindakan para anggota yang menunggak cicilan kredit. Kesadaran para anggota
tadinya berada pada taraf kesadaran praktis, mereka awalnya menerima begitu
sebagai agen yang kapasitasnya di atas mereka dan mereka merasa bergantung
tersebut sebesar 20% dan untuk apa pemotongan tersebut dilakukan. Mereka juga
para anggotanya karena sudah terlanjur bersedia jika kreditnya dipotong sebesar
20%, jadi mau tidak mau mereka harus tetap membayar meskipun mereka sering
juga harus membayar bunga dari pinjaman tersebut. Mereka merasa hal tersebut
terlalu berat ketika menerima pinjaman uang tidak sesuai dengan jumlah yang
mereka butuhkan tetapi harus membayar bunga yang melebihi pinjaman mereka.
menjadi terhambat.
203
Menurut Giddens waktu dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu reversible time,
irreversible time dan longe duree. Reversible time adalah waktu yang dapat
diulang, misalnya dalam penelitian ini adalah pertemuan rutin yang dilakukan sub
kelompok pemberdayaan setiap satu bulan sekali. Irreversible time adalah waktu
yang tidak dapat diulang. Dalam penelitian ini misalnya ketika ada permasalahan
dalam koperasi yang berupa kemacetan kredit simpan pinjam karena beberapa
anggota yang meminjam uang sering menunggak uang tersebut. Hal tersebut akan
tetap melekat dalam ingatan masing-masing individu di dalamnya dan tidak dapat
Adapun longe duree merupakan waktu dalam jangka panjang, dalam penelitian ini
longe duree adalah proses pemberdayaan yang dilakukan dalam waktu ke waktu
perempuan Ngroto. Dari yang awalnya pemberdayaan tersebut lebih fokus pada
sepihak.
hanya meliputi ruang fisik, tetapi juga ruang sosial. Ruang sosial menggambarkan
penelitian ini, cakupan ruang yang digunakan untuk bertemu dan musyawarah
melalui pertemuan rutin, menjadi keterwakilan ketua sub kelompok dengan ketua
terkait tidak berjalannya sistem posdaya, tidak meratanya pembagian bantuan dan
pola praktik sosial. Terdapat hambatan dalam level sub kelompok berupa
terbatasnya sarana dan prasarana usaha. Dari segi permodalan anggota posdaya
seringkali mengalami kesulitan karena hasil penjualan tidak selalu dapat dijadikan
modal kembali, karena dalam prosesnya anggota juga sering mengalami untung
dan rugi. Kendala pemasaran juga disebabkan karena produk yang dihasilkan
belum memiliki izin PIRT dari BPOM, sehingga produk yang dihasilkan oleh
Hambatan terkait terbatasnya sarana dan prasarana seperti mesin, atau teknologi
of belonging atau rasa memiliki suatu kelompok atu organisasi dalam diri
205
anggotanya, yang berfungsi sebagai pembentuk identitas dalam diri individu dan
keberlanjutan Posdaya itu ada. Meskipun ada peran yang lebih dominan dari
berlangsung hingga saat ini karena anggotanya masih banyak yang melakukan
kegiatan produktif dan tetap menjalankan program kegiatan pada posdaya seperti
pendirian Posdaya pada tahun 2013 hingga saat ini. Dari hasil penelitian tercatat
Kelompok tersebut bergerak dalam bidang usaha pembuatan Tahu Sehat tanpa
hambatan yang menjadi faktor penyebab tidak berjalannya kegiatan usaha pada
sub-kelompok tahu sehat yang terdiri dari 3 kelompok tersebut. Program yang
sudah menghabiskan banyak dana untuk membeli mesin pembuat tahu tersebut
terpaksa harus berhenti untuk sementara waktu, dan berhenti produksi dalam 2
tahun belakangan ini, sehingga hal tersebut membuat anggota kelompok banyak
206
yang mencari pekerjaan lain seperti menjadi pelayan diwarung nasi ampok,
dikelola secara individu sesuai bidang mereka. Namun meskipun usaha mereka
dikelola secara individu , setiap anggota sub-kelompok masih saling bekerja sama
antara satu sama lain. Kerjasama dilakukan baik dalam kegiatan produksinya,
produktif dan mampu menjalankan usahanya. Hal ini seperti keterangan dari salah
“Ya itu kan basicnya program pemberdayaan ya, nyatanya ibu-ibu disini kan juga
dapat berdaya mbak, dari yang sebelumnya sudah memiliki keterampilan bisa
untuk mengembangkan bakatnya lagi, yang belum bisa bisa saling belajar sama
yang lain, yang tadinya nggak ada modal buat usaha semenjak ada pinjaman
modal melalui Posdaya jadi bisa mendirikan usahanya dan berkembang sampai
sekarang, yang nggak punya alat produksi alhamdulillah banyak anggota
kelompok yang dapat alat produksi, kaya mesin pemotong bawang ini punya
saya, dan yang lain dapat sesuai kebutuhannya”(Wawancara dengan Ibu Nunik,
Anggota kelompok Sarinah Creative, pada tanggal 02 Juni 2017)
anggotanya yang saat ini yang berdaya dan mejalankan kegiatan produktif. Dari
akses bantuan berupa pinjaman modal usaha dan juga alat produksi yang sangat
pada kelompok Posdaya, setiap anggota kelompok memiliki harapan dan problem
menginginkan agar Posdaya bisa terus maju dan dapat menjadi wadah bagi
“Ya kalau bisa jalan lagi cari orang yang sungguh-sungguh ya yang benar-benar
tlaten, punya keterampilan, kalau dulu kan orang-orang itu asal rekrut karena
cuma memanfaatkan pinjamannya aja, nggak benar-benar dimanfaatkan untuk
modal usaha, terus yang kedua saya berharap kelompok ini yang macet bisa jalan
lagi, dicarikan solusi gimana gitu, kami diajak rembukan, musyawarah, jangan
keputusan sendiri, yang ketiga harus ada transparasi dana, uang kelompok itu
larinya kemana untuk keperluan apa, ya bukannya saya menjelek-jelekkan ya
mbak uang 2 juta kita cuma nerima 1,6 juta, la yang 400 itu kemananya kan
nggak jelas apalagi 400 itu dikalikan berapa jumlah anggota yang pinjam,
katanya uang itu dipinjam-pinjamkan tapi lo nggak jelas banget” (Wawancara
dengan Bu Gina, anggota kelompok Tahu Sehat, pada tanggal 04 Juni 2017)
“Kalau harapan sih ya semoga kelompok kami bisa maju terus, organisasinya
jalan, kerjasama dan gotong-royongnya juga jalan terus, ya pokoknya selalu bisa
memberikan hasil yang baik lah tidak mengecewakan pelanggan. Kalau bisa ya
kami berharap ada bantuan dari pihak manapun, ya kita butuh tambahan modal
karena kan kita sering kekurangan modal” (Wawancara dengan Bu Siti, Ketua
kelompok Makaryo Bersama, pada tanggal 02 Juni 2017)
menginginkan agar Posdaya bisa maju, kelompok yang saat ini mengalami
kemandegan bisa jalan lagi. Mereka berharap agar nantinya diajak musyawarah
dalam mencari solusi atas permasalahan yang ada pada Posdaya. Selain itu yang
harus ada transparasi dana antara pengurus dan anggota agar kepercayaan anggota
bisa kembali lagi seperti dulu. Dengan begitu, aktivitas dalam Posdaya akan
berjalan sesuai yang diharapkan, dan apa yang menjadi visi misi kelompok dapat
Selain itu, Bu Rusmini sebagai ketua dan koordinator umum Posdaya juga
karena hal tersebut menjadi penentu tingkat kesejahteraan mereka dalam segi
sosial dan ekonomi. Oleh karena itu beliau megharapkan adanya usaha dan
semangat untuk bekerja dari para anggotanya. Sehingga nantinya visi misi
membentuk sekitar 18 kelompok dari 9 sub-kelompok yang ada, saat ini ketua dan
produktif yang dapat berjalan seperti kelompok sebelumnya yang telah dianggap
bidang pembuatan es krim berbahan dasar sayur wortel untuk para ibu-ibu dan
juga kelompok dibidang jasa bengkel dan cucian motor yang nantinya anggotanya
Pembentukan kelompok baru tersebut sampai saat ini masih dalam tahap
proses perencanaan dan masih didiskusikan dengan anggota terkait serta kepala
209
desa setempat. Jika musyawarah telah mencapai mufakat, nantinya kelompok baru
kelompok baru pada Posdaya. Pendirian kelompok baru ini diharapkan dapat
mengutamakan partisipasi dan aspirasi dari masyarakat, yang diajak dalam proses
ada pihak yang membantu, lebih-lebih mau mengambil posisi Bu Rusmini sebagai
ketua Posdaya untuk menggantikan beliau. Beliau berharap ada generasi muda
dariDesa Ngroto yang mau menjadi agen penggerak seperti beliau yang mampu
oleh masyarakatDesa Ngroto yang mana nanti dalam prosesnya generasi muda
berperan sebagai pembina Posdaya Desa Ngroto. Menginggat saat ini terdapat
banyak peluang usaha baik dibidang produksi makanan dan bidang jasa, maka hal
berwirausaha.
fasilitas apapun baik dari pemerintah maupun dari kelompok itu sendiri dan
Posdaya nantinya dapat menjadi wadah organisasi bagi mereka. Sehingga segala
macam informasi terkait UMKM dan beragam fasilitas baik dari pemerintah
maupun swasta akan mudah mereka dapatkan karena melalui organisasi yang
mereka ikuti.
Selama ini, Posdaya telah mendapatkan bantuan dari pihak luar baik dari
Bantuan tersebut ada yang berupa bantuan uang tunai, bantuan pinjaman modal
usaha, bantuan alat produksi, dan bantuan ilmu seperti pemberian pelatihan dan
sosialisasi. Selama ini bantuan yang didapatkan oleh kelompok Posdaya bukan
secara langsung bantuan tersebut datang namun juga melalui relasi-relasi dengan
pihak luar, pengajuan proposal, dan juga kemampuan anggota dalam melobby
Selama ini telah banyak bantuan yang masuk dan telah berhasil membantu
anggota Posdaya, bantuan tersebut diantaranya adalah a) Bantuan uang tunai dana
hibah dari Pemerintah Provivinsi Jawa timur yang diberikan kepada sub-
kelompok, b) Bantuan pinjaman modal usaha dari Bank UMKM (Usaha Mikro
Kecil Menengah) dengan bunga cicilan yang rendah dan dapat diangsur selama 2
tahun, c) Bantuan alat produksi seperti mesin jahit yang diberian kepada
kelompok rajut, mesin pemotong bawang, mesin penggiling pastel, dan oven
besar yang diberikan kepada kelompok sarinah creative, dan timbangan yang
diberikan kepada kelompok seger waras, dimana semua mesin tersebut merupakan
bantuan dari Universitas Brawijaya, d) Sosialisasi dan pelatihan usaha mikro kecil
211
dari KKN Universitas Brawijaya, Pelatihan pembuatan tahu sehat tanpa limbah
dari Lembaga Insan Mandiri, sosialisasi dari World Bank terkait pembagian
ternak sapi limousine bersubsidi kepada kepala keluarga di Kab. Batu, pelatihan
dan memerlukan fasilitas yang dapat membantu aktivitas dan usahanya, oleh
karena itu saat ini pengurus Posdaya berencana akan mencari terobosan baru
dan juga membantu mencarikan fasilitas untuk anggota Posdaya secara umum.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh pengurus Posdaya pada saat wawancara:
“Ya sambil jalan saya harus mencari terobosan untuk bisa mendapatkan
solusinya, dan sekarang lagi trend bantuan-bantuan dari pemerintah untuk Usaha
Mikro Kecil Menengah ini, pendampingan juga kami bergabung di IKINDO
(Ikatan Pemberdayaan Pedagang Kecil Indonesia), kebetulan ketua umumnya
istri mantan menteri pada saat jaman Gusdur, Alm Pak Cacuk Sugiarto, nah sama
Bu Cacuk saya pernah diundang untuk memberi sambutan di forum pengukuhan
itu, ya satu kehormatan sih bagi diri saya, karena mungkin teman-teman
menganggap saya ada peranan disitu, dengan begitu saya berharap binaan saya
dari Posdaya ini nantinya bisa mendapat fasilitas dari IKINDO, nah saya
koordinasi dengan dinas pasar, dinas koperasi, dinas UKM, ternyata dari dinas
koperasi dan dinas UKM sendiri itu mencari para usaha usaha mikro kecil
menengah ini untuk mendapat fasilitas dari Pemerintah Kabupaten Malang,
bahkan ini targetnya 5000 UKM dalam 1 tahun, dengan demikian informasi itu
langsung kami tangkap la kedepan saya secara pribadi selaku koordinator
Posdaya ini bisa kita ambil sebagai solusi untuk mengatasi hambatan yang ada
dan bisa mendapatkan fasilitas dari pemerintah Kabupaten Malang” (Wawancara
dengan Bu Rusmini selaku Ketua dan Koordinator Umum Posdaya, Pada tanggal
31 Mei 2017)
serta solusi menjadi dasar berkembangnya jaringan serta saluran informasi yang
diperoleh dari pihak luar. Bahkan saat ini Bu Rusmini yang mempunyai peranan
sebagai agen juga telah berkoordinasi dengan Dinas Pasar, Dinas Koperasi, dan
Dinas UKM, yang mana dinas-dinas tersebut juga sedang mencari Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) yang targetnya sebanyak 5000 UMKM dalam 1 tahun,
memperoleh jaringan komunikasi dan relasi dengan pihak luar untuk memperoleh
kelebihan kapasitas yang dimiliki oleh agen, sehingga kelompok Posdaya bisa
beradaptasi dan menjalin kerjasama baru dengan pihak dari luar. Dengan adanya
jaringan dengan pihak luar, akan dapat mempermudah kelompok Posdaya dalam
anggota kelompok. Seperti adanya sosialisasi dan pelatihan yang diberikan oleh
instansi atau lembaga dari luar Posdaya, hal tersebut akan dapat memberikan
ilmu, pengalaman, serta sebagai sumber belajar mereka yang kemudian dapat
Posdaya
sejauh ini telah berperan untuk mengawasi dan memantau berjalannya program
Ngroto tidak pernah putus komunikasi dengan pengurus Posdaya dan saling
berkoordinasi antara satu sama lain. Pengurus Posdaya selalu melapor kepada
Kepala Desa jika ada kegiatan dan bantuan dari instansi atau lembaga dari luar
kepada Posdaya. Sebagai pihak yang memonitor Posdaya, pemerintah desa kurang
mengetahui saat anggota Posdaya ada yang melapor terkait permasalahan dan
pada Posdaya dan ingin supaya program tersebut dapat berjalan, untuk membantu
Saat ini pihak desa telah menjalin kerjasama dengan Posdaya dibidang
anggota sub-kelompok yang bergerak dalam bidang pembibitan kini juga telah
mendapatkan bantuan pinjaman modal dari BUMDES AGENG Desa Ngroto yang
mereka. Bahkan BUMDES juga telah menyediakan benih dan pupuk untuk
pembibitan saat ini tidak perlu lagi membeli benih dan pupuk diluar karena
mengaku bahwa sampai saat ini belum pernah memberikan bantuan secara
desa kepada kelompok Posdaya melalui BUMDES baru berjalan tahun ini.
secara umum melalui program Jalin Matra, hal ini sesuai dengan pernyataan
“Emm sementara belum, tapi ini ada program jalin matra ya karena program Jalin
Matra ini mengarah ke RTSM, jadi kami mendapat bantuan dari pemerintah
provinsi cuma harus masuk BUMDES, kebetulan Jalin Matra ini ketika saya
menjabat, pasa 2014 mau mendirikan BUMDES kan butuh anggaran waktu itu
PAD nya masih belum terlihat, masih dapat ADD 137 juta, nah itu dananya untuk
1 tahun nggak cukup, akhirnya tahun 2015 ada Undang-Undang Kemenag tahun
2014, ya alhamdulillah akhirnya kami dapat bantuan modal akhirnya bisa berdiri
dan jalan pada tahun 2016, nah jalimatra ini berdasarkan data terdapat 470 RTSM
dengan kategori desil 1, dan sampai 2017 sudah menuntaskan RTSM sampai ke
desil 3,ya itu tadi terdapat 9 kelompok ya alhamdulillah lancar. Cuman yang dari
Posdaya kami juga ingin, tujuannya kan disana. Karena sistem managemennya
untuk finansial kurang, sebetulnya bagus ya dan kami ingin bantu. Sebenarnya
kalau Posdaya ini masuknya di PKK, jadi bukan unit personal. Kalau PKK kan
setiap bulan ada pertemuan rutin 2 kali, terus juga bisa mengelola UP2KPKK ada
simpan pinjamnya yang dijalankan untuk ibu-ibu PKK, hampir sama kan sama
Posdaya, sebenarnya saya juga sudah menyediakan tempat untuk Posdaya di balai
desa ini, ya sebagai tempat rapat perkumpulan ibu-ibu, ya sebagai kantornya
Posdaya juga sudah pernah saya sampaikan ke Bu Rusmini”.(Wawancara dengan
Pak Budi, selaku KepalaDesa Ngroto, pada tanggal 06 Juni 2017)
215
desa berencana akan memberikan bantuan kepada Posdaya melalui program Jalin
Matra (Jalan Lain Menuju Mandiri dan sejahtera), dimana program tersebut
akan dapat tercapai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, karena dengan adanya
indikator pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk itu pemerintah Provinsi Jawa
yang berpusat pada rakyat (people centered) yang inklusif dan mengedepankan
yang berpihak pada masyarakat miskin (pro poor growth) dan pengarusutamaan
perempuan. Sedangkan di Desa Ngroto masih terdapat sekitar 498 rumah tangga
miskin perempuan yang memerlukan bantuan dari pemerintah desa agar dapat
berdaya dan mandiri. Oleh karena itu program Jalin Matra diharapkan mampu
yang sudah bergabung dalam Posdaya, dan memerlukan bantuan pinjaman modal
usaha dengan bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan bunga cicilan di
Bank. Saat ini sudah terdapat 9 kelompok yang sudah terdanai agar usahanya
berjalan melalui BUMDES dan program Jalin Matra, namun dari kelompok
Posdaya sendiri baru terdapat 1 kelompok yang mengikuti program tersebut yakni
216
kelompok Makaryo Bersama yang bergerak dalam bidang pembibitan dan telah
bekerjasama dengan pemerintah desa karena pembibitan saat ini telah diangkat
menjadi produk unggulan desa. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah desa saat ini
melalui program Jalin Matra, yang pinjaman modal usahanya dihimpun melalui
BUMDES.
dengan PKK, dengan harapan antara Posdaya dan Ibu-ibu PKK dapat saling
satu sama lain. Kelompok PKK sat ini hanya memiliki keterampilan memasak
Posdaya juga dapat mengakses bantuan pinjaman modal dari UPKU atau
UP2KPKK yang merupakan koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh anggota
PKK. Koperasi UPKU sendiri mengelola keuangan dan usaha binaan dari DPR
produktifnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
wadah yang kemudian disebut Pos Pemberdayaan Desa Ngroto (Posdaya Ngroto).
terjadi secara bertahap dari awal pendirian sampai saat ini, sehingga saat ini
keterlibatan aktif para anggota dalam setiap kali pertemuan rutin dalam
regularitas yang panjang, kegiatan Posdaya menjadi tidak efektif ketika muncul
tidak dapat berjalan dengan baik yakni terkait pembagian bantuan yang tidak
merata kepada anggota dan pro kontra pendirian koperasi yang memunculkan
posdaya menjadi tidak efektif. Sehingga hal tersebut membuat partisipasi anggota
expert agent menjadi sangat dominan. Melalui posisinya sebagai penggagas dan
217
218
ketua sub-kelompok. selain itu pembagian bantuan sifatnya tidak merata dan
yang tadinya percaya apa adanya dan mengikuti setiap program dari ketua
kredit anggota. Para anggota yang tadinya memiliki kesadaran praktis berubah
di balik pemotongan kredit sebesar 20% tersebut yang digunakan untuk pendirian
koperasi posdaya. Serta pembagian bantuan yang tidak merata dan hanya
moral anggota kepada ketua posdaya karena mereka merasa tidak dilibatkan
dominasi yang dimiliki oleh ketua sub kelompok. Dominasi alokatif ketua
posdaya lebih pada bagaimana mendapatkan bantuan baik berupa bantuan dana
219
untuk modal usaha anggota maupun bantuan alat produksi seperti mesin dan
Sedangkan dominasi yang dimiliki oleh ketua sub-kelompok lebih pada dominasi
Ngroto menjadi tidak berjalan secara efektif karena posisi expert agent terlalu
dalam suatu organisasi. Dari sinilah muncul hambatan internal yang cukup
melalui kontribusi penuh dari ketua posdaya yang mengajukan kredit tersebut
digunakan untuk persyaratan melakukan pinjaman kredit usaha. Namun pada saat
kelompok oleh Bank UMKM, melainkan melalui ketua posdaya terlebih dahulu,
sebagai ketua yang membuat seluruh anggota Posdaya Ngroto sangat bergantung
dengan ketua posdaya, sehingga perputaran uang yang ada di posdayapun juga
melalui pendirian koperasi posdaya, dan pembagian bantuan yang tidak merata
kepercayaan para anggota Posdaya terhadap ketua posdaya menjadi menurun. Hal
ini diperkuat dengan pendirian koperasi yang tidak melibatkan semua anggota
Sehingga pada saat pendirian koperasi tersebut menuai pro-kontra dari anggota,
meskipun pada akhirnya anggota tetap menyerahkan potongan dana sebesar 20%
dari jumlah bantuan kredit yang telah dipinjamkan oleh Bank UMKM. Namun
demikian para anggota Posdaya juga tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya
campur tangan dari ketua posdaya. Permasalahan ini mendobrak kesadaran praktis
Namun demikian, para anggota Posdaya tetap menyadari bahwa posisi ketua
posdaya sangat sentral dan dia yang mengorganisir para perempuan miskin di
pengalaman dan pengetahuan ketua posdaya masih sangat dibutuhkan oleh para
keluhan tersebut dengan cara sharing dengan sesama anggota Posdaya. Hal ini
Anggota Posdaya sebagai lay agent menyadari bahwa terdapat norma yang
tetap bersikap baik di depan ketua posdaya karena mereka tidak ingin konflik
6.2 Saran
bagian dari masyarakat yang diberdayakan sehingga tidak ada sekat antara ketua
transparasi dana dan keterbukaan dengan anggota Posdaya. Hal ini agar sesuai
222
ini terdapat beberapa anggota yang tidak percaya lagi kepada pengurus Posdaya.
jika ada ada permasalahan maka segera diambil jalan untuk secepatnya
koperasi posdaya yang sistemnya tidak bisa berjalan dengan baik dapat segera
teratasi. Selain itu, sebaiknya anggota juga dapat menciptakan pola komunikasi
yang baik dengan pengurus Posdaya, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan dapat
3. Untuk Pemerintah Desa Ngroto, agar lebih berperan aktif dan memperhatikan
legalitas pada Posdaya seharusnya juga mampu memberikan solusi dari adanya
hambatan dan permasalahan yang terjadi pada Posdaya, lebih-lebih jika organisasi
Posdaya diberikan hak dan fasilitas yang sama seperti organisasi binaan desa
seperti UP2KPPK, Karangtaruna, dsb. Karena selama ini Posdaya telah memiliki
peran yang cukup besar membantu pemerintah desa dalam mengurangi angka
saat ini. Sehingga nantinya akan terdapat lebih banyak data dan mampu
Grafindo Persada
Chawa, A. F., Kusumastuti, A., & Purbo, D. 2015. Scaling Up Modal Sosial:
Chawa, A. F., Nugroho, A. B., Kusumastuti, A. 2016. Dualitas Agensi dan Modal
224
225
Yogyakarta
Universitas Indonesia
Creswell, Jhon W. 2014. Penelitian Kualitatif dan desain Riset (Memilih Diantara
Belajar
Iqbal, M., Basuno, E., & Budhi, S. (2007). The Essence and Urgency of
http://doi.org/10.15294/EDAJ.V1I2.474
Diterbitkan
Rosdakarya Offset
Aksara
227
Onyx, J., & Benton, P. 1995. Empowerment and Ageing: Toward Honoured
Populer Gramedia
Profil Posdaya Desa Ngroto. 2013. Profil Posdaya dan Pemberdayaan di Desa
Ngroto
Robi’ah Syifak, Amelia. 2012. Praktik Sosisal YES (Young Entrepreneur Society)
diterbitkan
JKMP
11(1), 7-11.
Pustaka Utama
Yin, Robert K. 2009. Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: Grafindo Persada
Zainal Hafid, Aan. 2010. Keberfungsian Sosial Pada Perempuan Rentan” dalam
Keluarga