Anda di halaman 1dari 10

TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO.

2, SEPTEMBER 2010: 2012010

STUDI SIMULASI MODEL PENERANGAN ALAMI


(DAYLIGHTING) RUANG PADA BANGUNAN FASILITAS
PENDIDIKAN TINGGI DENGAN SUPERLITE 2.0

Hanni Elitasari Mahaputri

Abstract: Daylight was the only efficient source of light available for building.
Therefore, architecture was dominated by the goal of creating openings large enough
to distribute daylight to building interiors. It is important to understand the amount of
natural light penetration when outdoor obstruction are displaced in order to propose
optimum external shading strategies as design solutions. This paper presents a study
of the daylight factor and daylight contourt approaches and also investigates the
effect of outdoor obstruction displacement on natural-light penetration of a specific
room in higher-education building facility. The interior daylight illuminance data
were simulated and analyzed using Superlite 2.0. The result shows that several effects
of the external obstruction displacement as shading provider, depending on
transmitted natural-light penetration, which determine the better consideration option
in designing landscape surround building, especially in hot humid climates.

Abstrak: Sinar matahari merupakan sumber penerangan yang efisien bagi bangunan.
Tujuan utama dalam arsitektur adalah merancang bukaan pencahayaan yang cukup
besar bagi bangunan untuk mendistribusikan cahaya ke bagian dalam bangunan.
Sangat penting untuk mengetahui besar penetrasi penerangan alami yang masuk ke
dalam ruang bila di luar bangunan diletakkan suatu halangan sebagai salah satu solusi
disain dengan mengoptimalkan strategi perancangan pembayangan lingkungan.
Makalah ini membahas tentang kajian pendekatan faktor penerangan alami (daylight
factor) dan koefisien penerangan alami, serta mengamati pengaruh perletakan halangan
lingkungan terhadap penetrasi penerangan alami suatu ruang fasilitas pendidikan tinggi.
Data illuminasi penerangan interior disimulasikan dan dianalisa menggunakan software
Superlite 2.0. Hasil penelitian menunjukkan beberapa pengaruh perletakan halangan
lingkungan sebagai elemen pembayangan lingkungan berkaitan dengan penetrasi
cahaya alami, yang memberikan alternatif terbaik bagi perancangan lansekap di
sekeliling bangunan, khususnya di iklim tropis lembab.

Kata-kata kunci: penerangan alami, perletakan halangan lingkungan, daylight factor,


daylight contour

A rsitektur merupakan wadah bagi


manusia untuk melakukan aktifitas
hidupnya dengan menciptakan kondisi
senyaman mungkin. Disain arsitektur
sebagai suatu sistem bangunan, yang ter-
diri dari komposisi ruang-ruang, merupa-
Hanni Elitasari Mahaputri adalah Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Kampus: Jl. Semarang 5 Malang 65145.
201
202 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 201210

kan produk disain dengan mempertim- METODE


bangkan kondisi lingkungan sekitarnya. Metode yang digunakan adalah studi
Disain arsitektur di daerah beriklim simulasi komputer (computer modelling).
tropis–lembab mempunyai tujuan utama Metode ini banyak memberikan keuntung-
untuk menurunkan temperatur di dalam an, terutama dalam mengatasi kendala ke-
ruang untuk semaksimal mungkin dapat bergantungan pada kondisi cuaca, waktu
memenuhi standar kenyamanan termal. studi dan kondisi lingkungan lain yang
Berkaitan dengan ini, disain bangunan ditemui pada penggunaan studi model
harus tanggap terhadap kondisi lingkung- fisik. Bahkan, dalam mewakili skala mate-
an sekitarnya, dalam arti semaksimal rial, tekstur, dan luasan bidang permuka-
mungkin mengadaptasi kondisi iklim an, penggunaan simulasi komputer ter-
yang menguntungkan dan meminimalkan bukti lebih akurat.
gangguan dari fenomena alam yang tidak Software yang digunakan adalah soft-
diinginkan. Pertimbangan disain selayak- ware Archipack 4.0, software simulasi
nya tidak hanya ditekankan pada peme- kinerja termal untuk analisa iklim dan
nuhan estetika dan fungsi, namun faktor Superlite 2.0, software simulasi kinerja
kenyamanan menjadi pertimbangan yang penerangan alami. Studi simulasi dilaku-
sangat penting. Dalam kaitannya dengan kan dengan didasarkan atas data-data pri-
usaha mencapai kenyamanan inilah peran mer yang diukur langsung pada objek
bangunan dalam memodifikasi iklim sa- studi. Modifikasi yang dilakukan ditentu-
ngat ditentukan oleh perancang, yaitu kan sebagai pembanding dan merupakan
dalam hal penetapan disain dan pemilihan suatu kajian eksperimental untuk memper-
materialnya. oleh pilihan yang lebih baik dibanding-
Makalah ini membahas tentang pe- kan kondisi awal.
ngaruh disain bangunan terhadap kinerja
bangunan (building performance) khusus-
Deskripsi Bangunan
nya pencahayaan alami pada bangunan
fasilitas pendidikan tinggi. Studi kasus Bangunan terletak di Surabaya, de-
dalam makalah ini adalah ruang perpus- ngan posisi geografis pada Garis Lintang
takaan Jurusan Arsitektur Institut Tekno- (latitude): -7,2 LS, Garis Bujur (longi-
logi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. tude): -112 BT, dan ketinggian (altitude):
Kajian merupakan perbandingan kondisi 3,00 m di atas permukaan laut. Deskripsi
eksisting bangunan dan modifikasi yang kondisi fisik bangunan dapat dilihat pada
didasarkan pada analisa hasil simulasi Tabel 1. Deskripsi bangunan ini menjadi
komputer. Metode simulasi atau modell- data untuk menjalankan simulasi dengan
ing ini dipakai untuk membuktikan ke- menggunakan Archipack 4.0 dan Super-
benaran pengaruh aspek disain terhadap lite 2.0.
kinerja bangunan (building performance).
Tujuan dari penulisan makalah ini ada- Modifikasi
lah melakukan analisa terhadap kinerja Modifikasi yang dilakukan adalah
pencahayaan alami bangunan (daylighting pada letak halangan di luar bangunan
performance) meliputi: (1) evaluasi dan (outdoor obstruction), yaitu pada letak
prediksi kondisi sistem lingkungan dalam terhadap sumbu vertikal dinding terdepan
bangunan, khususnya sistem penerangan bangunan (front-wall) dan jarak dengan
alami, dan (2) analisa tentang kinerja front-wall. Modifikasi dilakukan dengan
bangunan dalam penerangan alami. pertimbangan posisi peredaran matahari,
yaitu untuk mengurangi pencahayaan
berlebihan (excessive illuminance) pada
Mahaputri, Studi Simulasi Model Penerangan Alami 203

Tabel 1. Data Bangunan untuk Simulasi


No. Elemen Eksisting Modifikasi
1. Kondisi Langit
 Altitude 3.0 m
 Latitude -7,20 LS
 Longitude -1120 BT
 Time zone -7
 Sky Models no direct sun, overcast
Ground Reflectance Lingkungan Asphalt = 0,15

2. Data Bangunan
Dimensi
 Lebar (Dinding depan/Front-wall) 14,40 m
 Kedalaman ruang 10,9 m
 Tinggi 3,50 m
Elevasi 1,00 m
Orientasi Selatan (1800)
Jendela, jumlah 1
dimensi 12,80 x 1,80 m
Letak Overhang Selatan
Dimensi W=1,8 m
Reflectance 0.55
Internal Surface & Reflectance
 Dinding Painted white, old = 0,55
 Lantai Concrete = 0,40
 Plafond Painted white, old = 0,55
3. Halangan Luar Bangunan/Outdoor Obstruction
Dimensi Selimut Bangunan/Façade H = 12 m H = 12 m
Letak dr grs tengah front-wall W = 21,6 m W = 21,6 m
Jarak Timur Barat
Reflectance 30.00 m 15.00 m
0,75 0,75

jam 12.00. Outdoor obstruction berada di


sisi sebelah Selatan front-wall.
Pada bangunan eksisting, letak halang-
an (obstruction displacement) di sebelah front-wall

obstruction
Timur, di sebelah kiri garis tengah ruang. Do = 30.0 m
xo = -10.8
EKSISTING

Pada bangunan modifikasi letak halangan ho = 12.00 m


wo = 21.00 m

(obstruction displacement) disebelah Ba-


rat, disebelah kanan garis tengah ruang.
Diasumsikan material permukaan bidang
penghalang (obstruction’s surface mate-
rial) adalah dinding dengan spesifikasi
“painted, new“, dengan nilai reflectance obstruction
front-wall

0,75. Do = 15.0 m
xo = 10.8
MODIFIKASI

ho = 12.00 m
wo = 21.60 m

Gambar 1. Posisi Outdoor Obstruction


(Eksisting dan Modifikasi)
204 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 201210

HASIL Tabel 2. Posisi Matahari dan Bumi pada


Vernal Equinox (Simulasi Archipack)
Tipologi Kondisi Langit di Daerah
Tropis Jam Altitude Azimuth
Tipologi kondisi langit di Indonesia 6.00 0 90
masuk dalam kategori tipologi daerah tro- 12.00 84 24
pis lembab atau ‘warm-humid climate’
17.00 17 270
(Koenigsberger, 1973). Pada tipologi iklim
ini, kondisi langit berawan sepanjang
tahun, yaitu tertutup awan sekitar 60–90%. Maret, 21
Pada kondisi langit cerah, illuminasi men- Jam 6.00
sun altitude = 00
capai sekitar 7000 cd/m2. Pada saat langit sun azimuth = 900

berawan tebal, illuminasi mencapai 850 E


cd/m2. Radiasi sinar matahari dipantulkan N
dan disebarkan oleh awan, sehingga sinar
yang mencapai permukaan tanah adalah
sinar menyebar (diffuse), namun bersifat
kuat dan dapat menimbulkan silau (glare).
Simulasi dilakukan untuk kondisi pada W S
bulan Maret, dimana pada saat ini terjadi
Vernal Equinox (lama waktu siang dan Gambar 3. (a) Posisi Matahari pada Bulan
malam sama, 12 jam) - pada semua garis Maret jam 06.00
lintang (latitude). Matahari terbit tepat
dari Timur dan terbenam tepat di Barat. Maret, 21
Jam 12.00
Karena kondisi langit tanpa sinar mata- sun altitude = 840
sun azimuth = 240
hari langsung, maka Solar Component
E
tidak berpengaruh terhadap tingkat illu- N
minasi dalam ruang. Komponen yang
berpengaruh adalah : (1) Sky component
(SC), dan (2) Zenith luminance.

N N
W S
23.50 Latitude N
Equator Gambar 3. (b) Posisi Matahari pada Bulan
23.50 Latitude S
Maret jam 12.00
Solar declination 00
S S
21 Maret 21 September

Maret, 21
Jam 17.00
Gambar 2. Posisi Matahari dan Bumi pada sun altitude = 170
sun azimuth = 2700
Vernal Equinox E
N

Berdasarkan analisa iklim dari Archi-


pack–software simulasi untuk iklim dan
kinerja termal bangunan, posisi matahari
pada bulan Maret adalah sebagaimana
W S
tergambar pada Gambar 3. Jam terbit
matahari adalah jam 6.14 dan jam ter-
Gambar 3. (c) Posisi Matahari pada Bulan
benam matahari adalah jam 18.17.
Maret jam 17.00
Mahaputri, Studi Simulasi Model Penerangan Alami 205

Pada Gambar 3. (b) posisi matahari ruang pada bangunan eksisting dan modi-
pada jam 12.00 memungkinkan penetrasi fikasi.
cahaya menyebar/diffuse terbesar ke dalam
bangunan, bila dibandingkan pada jam- Bulan Maret, jam 6.00
jam lain. Pada jam 6.00, illuminasi akibat pe-
Berdasarkan analisa iklim yang di- nerangan alam pada bangunan eksisting
peroleh dengan simulasi menggunakan dan modifikasi di titik terjauh dari front-
Archipack, dapat disimpulkan ada per- wall (jarak 10,22 m) hanya mencapai 5
masalahan dan potensi dari iklim daerah ft-cd. Keduanya tidak memenuhi tingkat
studi yang termasuk dalam kategori iklim terang (illuminasi) yang direkomendasi-
tropis-lembab. Permasalahan iklim yang kan. Gambar 4. (a) menunjukkan bahwa
teridentifikasi adalah: (1) Sinar berlim- kondisi illuminasi pada bangunan eksis-
pah, dapat menimbulkan over-brightness/ ting lebih baik dibandingkan bangunan
glare, (2) Kondisi langit selalu berawan modifikasi, karena pada bangunan eksis-
(overcast) menimbulkan masalah pada ting terdapat area yang memenuhi standar
kuantitas penetrasi cahaya. Sedangkan illuminasi yang direkomendasikan, yaitu
potensi iklim yang dapat dimanfaatkan pada jarak 2,04 m dari dinding depan/
adalah: (1) sinar menyebar (diffuse), front-wall (pada aksis sebelah kiri grid).
sehingga kelebihan cahaya/silau (over- Sebaliknya, hasil simulasi pada kondisi
brigthness/glare) dapat dikurangi melalui bangunan modifikasi tidak menunjukkan
modifikasi pada reflektansi dan pemba- ada area yang memenuhi standar illumi-
yangan (shading) dari elemen-elemen di nasi yang direkomendasikan.
sekitar lingkungan, (2) orientasi bangunan

Dayligth Illuminance Contour Dayligth Illuminance Contour


Bangunan Eksisting pada Jam 6.00 Bangunan Modifikasi pada Jam 6.00
10
10

9
9

8
8

7
7

6
nodes
6
nodes

5
5

4
4

3
3

2
2

15.00-20.00
10.00-15.00 1
1

10.00-15.00
0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22

0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22

5.00-10.00 5.00-10.00
0.00-5.00 0.00-5.00
jarak dari front-wall jarak dari front-wall

Gambar 4. (a) Perbandingan Daylight Illuminance Countour Bangunan Eksisting dan


Modifikasi pada Jam 06.00

ke arah Selatan potensial untuk penerang-


an alami, karena sinar cukup kuat dan Bulan Maret, jam 12.00
dapat mereduksi silau. Pada jam 12.00, kedua model bangun-
an mempunyai area yang memenuhi stan-
PEMBAHASAN dar illuminasi, namun keduanya juga
mengalami kondisi over-brightness (di
Analisa Daylight Contour Ruang titik-titik pada jarak 0–4,77 m dari front-
Dengan melakukan modifikasi pada wall). Hal ini dapat ditunjukkan oleh
letak outdoor obstruction, maka diper- hasil simulasi pada Gambar 4. (b).
oleh perbandingan distribusi penerangan
206 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 201210

Dayligth Illuminance Contour Dayligth Illuminance Contour


Bangunan Eksistingpada Jam 12.00 Bangunan Modifikasi pada Jam 12.00
10 10

9 9

8 8

7 7

6 6

nodes

nodes
5 5

4 4

3 3

150.00-200.00 2
2
100.00-150.00 1 100.00-150.00
1

0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22
0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22
50.00-100.00 50.00-100.00

jarak dari front-wall 0.00-50.00


jarak dari front-wall 0.00-50.00

Gambar 4. (b) Perbandingan Daylight Illuminance Countour Bangunan Eksisting dan


Modifikasi pada Jam 12.00

Bangunan modifikasi ternyata mampu Tabel 3. Rekomendasi Nilai Illuminasi


mengurangi area dengan kondisi over- (Ander, 1995)
brigthness terutama pada titik-titik di Illuminasi Illuminasi
jarak 2,04 m dari dinding depan/front- Visual task
(lux) (ft-candle)
wall (di sebelah kiri grid). Jadi modifikasi Rough task, large 200–300– 20–30–50
dengan memberikan penghalang ling- detail: 500
kungan di depan dinding banguanan akan Libraries,
mampu mengurangi kondisi silau yang casual
berlebihan di dalam ruangan. reading

Bulan Maret, jam 17.00 Seperti halnya pada jam 6.00, kedua-
Pada Gambar 4. (c), hasil simulasi nya tidak memenuhi tingkat terang (illu-
untuk jam 17.00, menggambarkan illumi- minasi) yang direkomendasikan. Kondisi
nasi akibat penerangan alam pada bangun- illuminasi pada bangunan eksisting lebih
an eksisting dan modifikasi di titik ter- baik dibandingkan bangunan modifikasi,
jauh dari front-wall (jarak 10,22 m) hanya karena pada bangunan eksisting area
mencapai 10 ft-cd, kurang dari standar yang memenuhi standar illuminasi yang
niali illuminasi yang direkomendasikan direkomendasikan lebih luas dibanding-
pada Tabel 3. kan pada bangunan modifikasi.

Dayligth Illuminance Contour Dayligth Illuminance Contour


Bangunan Eksisting pada Jam 17.00 Bangunan Modifikasi pada Jam 17.00
10 10

9 9

8 8

7 7

6
nodes

6
nodes

5
5
4
4
3
3
2
2
20.00-30.00
20.00-30.00 1
0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22

1 10.00-20.00
10.00-20.00
0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22

0.00-10.00
0.00-10.00 jarak dari front-wall
jarak dari front-wall

Gambar 4. (c) Perbandingan Daylight Illuminance Countour Bangunan Eksisting dan


Modifikasi pada Jam 17.00
Mahaputri, Studi Simulasi Model Penerangan Alami 207

Analisa Perbandingan Illuminasi Re- Kondisi illuminasi akibat penerangan


rata Ruang di Bangunan Eksisting dan alam bangunan eksisting dan modifikasi
Modifikasi pada jam 6.00 dan 17.00 (di luar jam
Mengingat jam aktif penggunaan ba- aktif) tidak memenuhi standar illuminasi,
ngunan (occupancy periods) ruang adalah sehingga memerlukan bantuan penerangan
antara jam 8.00–16.00, maka kinerja buatan, bila ruangan sekali waktu diguna-
bangunan modifikasi dengan illuminasi kan sehingga memerlukan bantuan pene-
rerata 50,21 ft-cd lebih baik bila diban- rangan buatan, bila ruangan sekali waktu
dingkan dengan illuminasi standar yang digunakan di luar jam aktif bangunan.
direkomendasikan.
Selanjutnya, hasil simulasi terhadap Analisa Daylight Factor (DF) Ruang
bangunan eksisting dan modifikasi pada Kualitas penerangan yang harus dan
tiga waktu kritis dalam ruang (jam 6.00, layak disediakan, ditentukan oleh: (a)
jam 12.00, dan jam 17.00) dibandingkan penggunaan ruangan, khususnya ditinjau
dengan standar illuminasi yang direko- dari segi beratnya penglihatan oleh mata
mendasikan sesuai dengan fungsi ruang, terhadap aktivitas yang harus dilakukan
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5. dalam ruangan itu, dan (b) lamanya waktu
Mengingat jam aktif (occupancy pe- aktivitas yang memerlukan daya peng-
riods) ruang adalah antara jam 8.00– 16.00, lihatan yang tinggi dan sifat aktivitasnya
maka performa bangunan modifikasi de- yang secara terus menerus atau periodik
ngan illuminasi rerata 50,21 ft-cd adalah memerlukan perhatian dan penglihatan
yang paling baik bila dibandingkan de- yang tepat, sehingga mata dapat beristi-
ngan illuminasi standar yang direkomen- rahat.
dasikan.

Gambar 5. Perbandingan Illuminasi Rerata Bangunan Eksisting dan Modifikasi


208 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 201210

Menurut Simon Yanas dalam Krishan jadi suatu perhatian kritis pada disain
(2000), disebutkan bahwa sudut datang penerangan alami. Bahwa semakin besar
sinar matahari pada permukaan luar ba- nilai DF, maka semakin kecil perbedaan
ngunan bervariasi berdasarkan waktu, ekstrem brigthness antara keduanya. Arti-
lokasi/letak, dan kondisi site. Sehingga nya, kondisi illuminasi di dalam ruang
efek pada kondisi dalam bangunan (in- tidak jauh berbeda dengan kondisi illumi-
door) sangat bergantung pada disain nasi lingkungan di sekitar ruang atau
bangunan dan pola pemakaian ruang da- bangunan tersebut.
lam bangunan tersebut. Penentuan disain,
yaitu bentuk geometri, dimensi dan jenis Tabel 4. Daylight Factor and Glare Index
material dari elemen bangunan menjadi yang Direkomendasikan (Szokolay, 1980)
pertimbangan utama untuk mengendali- Type of DF Glare
Type of room
kan sinar matahari dan panas. building (%) index
Metode Analisa Daylight Factor (I) Libraries Shelves (+ arti- 1 -
ini pada mulanya dikembangkan oleh ficial ligthing)
Commission Internationale de l’Eclairage Reading Tables 1 22
(CIE) untuk kondisi langit yang seragam
(uniform sky conditions). Metode ini me- DF minimum sesuai dengan tipikal
nyatakan suatu persentase atau rasio dari ruang yang direkomendasikan dihitung
illuminasi horisontal ruang dalam (indoor) dengan perbandingan menurut Stein &
pada titik-titik yang selalu simultan de- Reynold dalam Beleher (http://www.arce.
ngan illuminasi horisontal ruang luar ku.edu/book/contents. html) adalah:
(outdoor).
Faktor penerangan alami, merupakan
(0,1)  WindowsArea
perbandingan tingkat penerangan pada DF min =
suatu titik dari suatu bidang tertentu di FloorArea
dalam suatu ruangan terhadap tingkat
(0,1)  23,4
penerangan bidang datar di lapangan ter- DF min =  0,015
buka yang merupakan ukuran kinerja (14 ,4  10 ,9)
lubang cahaya ruangan tersebut, yang
meliputi 3 komponen, yaitu: (a) Kompo- DF minimum dari hasil simulasi pada
nen langit (faktor langit/FL), yaitu kom- kedua model bangunan adalah 0,68. Nilai
ponen penerangan langsung dari cahaya DF hasil simulasi lebih besar dari DF
langit, (b) Komponen refleksi luar (faktor tipikal minimum yaitu 0,015 (menurut per-
refleksi luar/FRL), yaitu komponen pene- hitungan sesuai rumus Stein & Reynold
rangan yang berasal dari refleksi benda- dalam Beleher). Hal ini menunjukkan
benda yang berada di sekitar bangunan bahwa penerangan alam pada ruangan
yang bersangkutan, dan (c) Komponen tersebut mencukupi atau memenuhi sya-
refleksi dalam (faktor refleksi dalam/ rat sepanjang tahun.
FRD), yaitu komponen penerangan yang Distribusi DF pada kedua model ba-
berasal dari refleksi permukaan-permuka- ngunan merata, dalam artian bahwa pada
an dalam ruangan, dari cahaya yang masuk titik terjauh dari front-wall (penetrasi
ke dalam ruangan akibat refleksi benda- cahaya) yaitu pada barisan titik dengan
benda di luar ruangan maupun dari jarak 10,22 m, nilai DF mencapai 2%.
cahaya langit Hal ini menunjukkan bahwa hasil simu-
Dalam metode Daylight Factor ini, lasi yang diperoleh memenuhi kriteria
perbandingan ‘relative brigthness’ antara DF yang direkomendasikan untuk ruang
interior (bidang kerja) dan jendela men- baca atau perpustakaan sebesar 1%.
Mahaputri, Studi Simulasi Model Penerangan Alami 209

Perbandingan ‘relative brigthness’ Dari hasil perbandingan kinerja pene-


antara interior (bidang kerja) dan jendela rangan alami berdasarkan nilai DF, maka
menjadi suatu perhatian kritis pada disain performa penerangan alami pada kedua
penerangan alami. Semakin besar nilai kondisi bangunan memenuhi standar yang
DF, maka semakin kecil perbedaan eks- direkomendasikan. Pemberian halangan
trem brigthness antara keduanya. Pada luar pada bangunan modifikasi sedikit
Gambar 6. (b), hasil simulasi pada ba- mempersempit area yang mempunyai eks-
ngunan modifikasi menunjukkan area de- trem brightness dengan ruang luar, namun
ngan nilai DF tinggi (antara 68%) men- tidak mengurangi pemenuhan standar
jadi lebih sempit dibandingkan pada ba- illuminasi yang dibutuhkan oleh ruangan
ngunan eksisting yang tergambar pada sesuai dengan fungsinya.
Gambar 6. (a).

10

8 8

7
6
6
nodes

DF (%)

5
4
4

3 2 10
7

s
de
2 4

no
6.00-8.00 0 1 6.00-8.00
1
0.68
2.04
3.41
4.77
6.13
7.49
8.86
10.2
0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22

4.00-6.00 4.00-6.00
2.00-4.00 2.00-4.00
jarak dari front-wall (m)
jarak dari front-wall (m) 0.00-2.00 0.00-2.00

Gambar 6. (a). Bangunan Eksisting (Maret, Jam 6.00, 12.00 dan 17.00)

10

8 8

7
6
6
nodes

DF (%)

5
4
4

3 2 10
7
s
de

2 4
no

0 1 6.00-8.00
1
0.68
2.04
3.41
4.77
6.13
7.49
8.86
10.2

6.00-8.00 4.00-6.00
0.68

2.04

3.41

4.77

6.13

7.49

8.86

10.22

4.00-6.00 2.00-4.00
jarak dari front-wall (m)
2.00-4.00 0.00-2.00
jarak dari front-wall (m)
0.00-2.00

Gambar 6. (b) Bangunan Modifikasi (Maret, Jam 6.00, 12.00 dan 17.00)
210 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2, SEPTEMBER 2010: 201210

SIMPULAN DAN SARAN Berdasar simpulan, maka disarankan


proses perencanaan dan perancangan di-
Secara keseluruhan, baik dari segi
bantu dengan studi simulasi sangat efektif
tingkat penerangan (illuminance level)
untuk mewujudkan disain yang optimal.
dan distribusi daylight factor (DF) dalam
Oleh karena itu, sebaiknya dalam peren-
ruang, performa bangunan eksisting dan
canaan dan perancangan bangunan, khu-
modifikasi memenuhi standar sesuai de-
susnya yang berkaitan dengan perfoma
ngan fungsinya sebagai ruang baca atau
ruang dan lingkungan bangunan sangat
perpustakaan.
perlu dilakukan studi siumasi/modelling,
Modifikasi yang dilakukan pada letak
sehingga dapat diperoleh kinerja ling-
halangan lingkungan (outdoor obstruc-
kungan bangunan yang memenuhi stan-
tion) dapat memperbaiki kinerja bangunan
dar fungsional dan kenyamanan.
pada distribusi penerangan dalam ruang
terutama pada jam aktif atau occupancy
period, yaitu pada jam 12.00. Modifikasi DAFTAR RUJUKAN
dapat mereduksi area yang mengalami
Anonim. 1994. SUPERLITE 2.0, Program
kelebihan illuminasi (excessive illumi-
Description and Tutorial, Lawrence
nance), yaitu pada jarak 2,04 m dari din-
Berkeley Laboratory, Berkeley.
ding bukaan pencahayaan atau penetrasi.
Ander, Gregg D. 1995. Daylighting Per-
Berkaitan dengan kinerja daylight
formance and Design, John Willey &
factor (DF) pada bangunan eksisting dan
Sons, Inc., New York
modifikasi dan persyaratan penerangan
Beleher, M.C. and Helmes. (___). Ligth-
dalam ruang, hasil simulasi menunjukkan
ing–The Electronic Textbook, (online)
bahwa kinerja DF kedua model bangunan
(http://www.arce.ku.edu/book/contents
mencapai 2%. Kondisi ini memenuhi kri-
.html).
teria DF yang direkomendasikan untuk
Krishan, A. 2002. Climate Responsive
ruang baca atau perpustakaan sebesar 1%.
Architecture: A Design Handbook for
Persentase DF minimum pada kedua
Energy Efficient Buildings. New
model bangunan lebih besar dibanding-
Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing
kan DF minimum yang disyaratkan, se-
Company Ltd.
hingga kinerja penerangan alami pada
Stein, B. and Reynolds, J.S. 1992. Mecha-
kedua bangunan dapat dikatakan telah
nical and Electrical Equipment for
mencukupi sepanjang tahun.
Buildings, 8th ed. New York: John
Secara keseluruhan, hasil penelitian
Wiley & Sons, Inc.
ini menunjukkan bahwa perencanaan
Szokolay, S.V. 1980. Environmental
letak halangan lingkungan (outdoor obs-
Science Handbook for Architects and
truction) yang tepat sangat berpengaruh
Builders. Lancaster: The Contruction
terhadap kinerja penerangan alami dalam
Press.
bangunan. Studi simulasi terhadap per-
Wu, Wei and Ng, Edward. 2003. A
letakan halangan lingkungan adalah stra-
Review of The Development of Daylight-
tegi disain yang sangat bermanfaat dalam
ing in Schools. Lighting Resources
perancangan bangunan, khususnya ber-
Technology 35, Vol. 2, hal. 111–125.
kaitan dengan perancangan lansekap di
sekitar bangunan.

Anda mungkin juga menyukai