Anda di halaman 1dari 28

Apr

FISIKA BANGUNAN. LAB SAIN DAN


TEKNOLOGI BANGUNAN
PERCOBAAN I PEMBAYANGAN
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan


1.1.1      Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Mahasiswa dapat mendisain bentuk naungan yang dapat melindungi ruang dalam
dari radiasi matahari.
1.1.2      Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1.1.2.1   Mahasiswa dapat menghitung pembayangan yang terjadi akibat radiasi matahari.
1.1.2.2   Mahasiswa dapat menggambarkan pembayangan yang terjadi.
I.2 Alat yang digunakan
1.2.1      Gambar denah dan tampak;
1.2.2      Diagram letak matahari; diagram untuk mencari sudut azimuth dan altitud
1.2.3      Pengukur sudut bangunan; diagram untuk mencari nilai sudut azimuth bais fasade
dan altitude basis fasade

1.2.4      Jangka; untuk menentukan nilai altitud


1.2.5      Mistar; alat untuk mengukur kedalaman bayangan

1.2.6      Busur derajat; alat untuk menentukan nilai azimut

1.2.7      Solar scope; alat untuk mengetahui kedalaman bayangan yang terjadi pada
bangunan

1.2.8      Maket ; alat simulasi yang dipraktekan

1.3    Metode Pengujian


Metode yang dipakai yaitu metode kausal komparatif (untuk menyelidiki
kemungkinan adanya hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap
akibat yang ada). Faktor yang mungkin terjadi yang menjadi penyebab di cari
kembali melalui data tertentu. Metode observasi dilakukan dengan pengamatan,
pencatatan dan pengukuran secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang
diteliti. Metode observasi yang digunakan dalam pengumpulan data ini
menggunakan teknik; pengukuran, pengamatan, pencatatan dan perhitungan.
 

Kondisifisik dan lingkungan


-         Letak dan posisi bangunan
Pencatatan -         Bentuk atap
TeknikPengukuran Pengamatan -         Luas bangunan
  Pengukuran -         Bentuk bangunan
  -         Besarnya obyek
 

Alur pikir pengukuran menggunakan uji fisik dan teknik pengukuran

SunPath diagram Formula  


TeknikPengukuran dan solar scope
    Tan
d= x ––––

cos
 

Dalam metode penyajian digunakan dua metode yakni :


1.    Metode kulitatif
Metode kulitatif ialah metode penyajian hasil percobaan dalam bentuk teori
dan penjelasan kata-kata. Pembayangan pada bangunan bertujuan agar
mahasiswa dapat mendesain bentuk naungan yang dapat melindungi ruang dalam
sinar matahari. Untuk mengetahui berapa besar radiasi dan besar bayangan yang
diakibatkan oleh radiasi langsung, harus dilakukan suatu percobaan.
Didalam percobaan kita menggunakan Solar Scope sebagai pengganti
matahari. Yang diawali dengan mencari berapa besar sudut horizontal dan vertikal
suatu matahari dibulan dan dijam berapa, lalu diteruskan dengan mencari sudut
azimut basis fasade dan sudut altitud fasade. Kesemuanya ini menggunakan
diagram letak matahari dan diagram pengukur sudut bangunan untuk mencarinya.
Untuk mempraktekkan/melihat pembayangan yang diakibatkan oleh radiasi matahari
kita menggunakan sebuah alat yang bernama solar scope (alat simulasi pengganti
matahari) dengan cara sebuah maket diletakkan tepat pada tengah solar scope lalu
solar scope di setel menurut nilai yang didapat pada sudut horizontal dan sudut
vertikal, maka dengan begini letak bayangan pada jam yang kita inginkan bisa
terlihat.
Dan untuk mengetahui berapa kedalaman bayangan akibat radiasi kita
menggunakan suatu rumus untuk mencarinya.
2.    Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif ialah metode penyajian hasil percobaan dalam bentuk
penggunaan rumus dan perhitungan angka-angka, yang meliputi;
a.    Pengambilan data:
-          Menentukan tempat, bulan, tanggal dan jam
-          Mencari sudut horizontal dan sudut vertikal, menggunakan diagram letak matahari
-          Mencari sudut azimut basis fasade dan sudut altitud basis fasade, menggunakan
diagram pengukur sudut bangunan.
-          Melihat besar pembayangan dengan menggunakan solar scope
b.    Data yang di dapat
-          Nilai sudut horizontal dan nilai sudut vertikal
-          Nilai sudut azimut basis fasade dan nilai sudut altitud basis fasade
-          Lebar atap naungan
-           
c.    Rumus yang digunakan
Untuk menghitung kedalaman bayangan digunakan rumus
 

d = x ..m
 
Dimana :
d = kedalaman bayangan
x = lebar atap naungan
 = sudut altitud bazis fasade
 = sudut azimut bazis fasade

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.            I. Atap Sebagai Pelindung


Dari segi fisika bangunan, fungsi utama atap adalah sebagai payung, yakni
pelindung terhadap panas dan hujan. Fungsi selaku perisai; menangkis radiasi
panas dari matahari dari sebab itu atap sendiri janganlah muda menjadi sumber
radiasi panas yang menerima lagi sebagian besar radiasi panas yang diterimanya
dari matahari kedalam ruang yang harus ia lindungi, selain itu atap berfungsi juga
sebagai pelindung terhadap curah hujan.
Hujan membawa kebasahan yang berguna untuk perbumian tetapi untuk
kediaman jelas mengganggu, selain faktor kebasahannya, hujan yang jatuh dari
langit pada sub tropis sangat lebat dan keras, sehingga daya mekanis
penghempasan air bisa merusak banyak, atap berfungsi sebagai perisai juga
terhadap segala itu.
Oleh karena itu, biarpun banyaklah macam atap, setiap atap yang berfungsi
baik didaerah tropika lembab seperti di tanah air, kita harus memenuhi syarat-syarat
tersebut.
Ada beberapa pokok dibawah ini yang terdiri dari ketiga fungsi :
1.    Menangkis sebanyak mungkin radiasi matahari
2.    Menjamin kerapatan terhadap hujan dan kelembaban
3.    Menahan hempasan hujan
Ketiga fungsi itu dapat dipersatukan dalam satu lapisan penutup atap misalnya
pelat-pelat aluminium yang selain kuat dapat dikatakan seratus persen kerapatannya
terhadap hujan. Bagaikan cermin ia sangat banyak juga memantulkan kembali
panas radiasi matahari selain itu bagi orang yang berdiri di luar kilauan penutup atap
milenium sangat menyakitkan mata.
(Mangunwijaya, YB, 1994, Fisika Bangunan, Djambatan, Jakarta.)

II.II    . Fisika Bangunan


Pengaruh radiasi matahari pada suatu tempat tertentu dapat ditentukan
terutama oleh :
1.       Durasi radiasi yang tergabung pada musim garis lintang geografis temperatur
pengamatan.
2.       Intensitas radiasi yang ditentukan oleh energi radiasi absolut, hilangnya energi pada
atmosfer, sudut jatuh bidang yang disinari dan penyebaran radiasi.
3.       Sudut jatuh ditentukan oleh posisi relatif matahari oleh pengamatan dan tempat
pengamatan di bumi serta tergantung pada sudut lintang geografis, tempat
pengamatan dan musim.
(Juhana M.St, 2004- 2005, Fisika Bangunan, UMI, Makassar.)
BAB III
ANALISA DATA

3.1. Data Percobaan


Dari hasil percobaan diperoleh data-data sebagai berikut:
Salah satu contoh perhitungan pada:
Bulan Juni Tanggal 22 jam 10.00, Kota Pinrang : 4 o LS – 119o BT
Sudut Azimut = 45o
Sudut Altitude = 50o
Sudut Azimut BF () = 45o
Sudut Altitude BF () = 62o
0, Kota Pinrang : 4o LS – 119o BT
Sudut Azimut = 335o
Sudut Altitude = 60o
Sudut Azimut BF () = 65o
Sudut Altitude BF () = 62o
0, Kota Pinrang : 4o LS – 119o BT
Sudut Azimut = 305o
Sudut Altitude = 40o
Sudut Azimut BF () = 35o
Sudut Altitude BF () = 52o

3.2. Kedalaman Bayangan (Jam 10.00)

…… m
 

= lebar atap naungan


= 1 m
= sudut altitude BF
= 62o
= sudut azimut BF
= 45o

=
= (1 x 2,659)
= 2,659 m

3.3. Nilai Ketidakpastian Mutlak

Dimana :

= x tan  sec  tan 


= 1 x tan 62 x sec 45 x tan 45
= 1 x 1,88 x 0,707 x 1
= 2,659 m

x = 0,5 x skala terkecil


= 0,5 x 0,001 = 0,0005 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
maka

d =

d =

d =

d =
d = 3,479
maka dari hasil percobaan kedalaman bayangan dapat dilaporkan:
d = d  d
d = 2,659  4,79
d = 7,138

3.4. Kedalaman Bayangan (Jam 13.00)

…… m
 

= lebar atap naungan


= 1 m
= sudut altitude BF
= 62o
= sudut azimut BF
= 65o

=
=

=
= (1 x 4,47)
= 4,47 m

3.5. Nilai ketidakpastian Mutlak

Dimana :

= x tan  sec  tan 


= 1 x tan 62 x sec 65 x tan 65
= 1 x 1,88 x 0,42 x 2,41
= 2,08 m
x = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 0,001 = 0,0005 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
maka

d =

d =
d =

d =
d = 5,36
maka dari hasil percobaan kedalaman bayangan dapat dilaporkan:
d = d  d
d = 4,45  5,36
d = 10,01

3.6. Kedalaman Bayangan (Jam 15.00)

…… m
 

= lebar atap naungan


= 1 m
= sudut altitude BF
= 52o
= sudut azimut BF
= 35o

=
= (1 x 1,56)
= 1,56 m
3.7. Nilai ketidakpastian Mutlak

Dimana :

= x tan  sec  tan 


= 1 x tan 52 x sec 35 x tan 35
= 1 x 1,279 x 0,819 x 0,7
= 2,23 m
x = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 0,001 = 0,0005 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m

maka

d =

d =

d =

d =
d = 1,486
maka dari hasil percobaan kedalaman bayangan dapat dilaporkan:
d = d  d
d = 1,56  1,486
d = 3,026

4.1. Data Percobaan


Dari hasil percobaan diperoleh data-data sebagai berikut:
Salah satu contoh perhitungan pada:
Bulan Desember Tanggal 22 jam 10.00, Kota Pinrang : 4 o LS – 119o BT
Sudut Azimut = 127o
Sudut Altitude = 56o
Sudut Azimut BF () = 37o
Sudut Altitude BF () = 68o

4.2. Kedalaman Bayangan (Jam 10.00)

…… m
 
= lebar atap naungan
= 1 m
= sudut altitude BF
= 68o
= sudut azimut BF
= 37o

=
= (1 x 3,101)
= 3,101 m

4.3. Nilai Ketidakpastian Mutlak

Dimana :

= x tan  sec  tan 


= 1 x tan 68 x sec 37 x tan 37
= 1 x 2,475 x 0,798 x 0,753
= 2,335 m
x = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 0,001 = 0,0005 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
maka

d =

d =

d =

d =
d = 4,149
maka dari hasil percobaan kedalaman bayangan dapat dilaporkan:
d = d  d
d = 3,101  4,149
d = 7,25

         Bulan Desember Tanggal 22 jam 13.00, Kota Pinrang : 4 o LS – 119o BT


Sudut Azimut = 215o
Sudut Altitude = 68o
Sudut Azimut BF () = 35o
Sudut Altitude BF () = 70o

4.4. Kedalaman Bayangan (Jam 13.00)

…… m
 
= lebar atap naungan
= 1 m
= sudut altitude BF
= 70o
= sudut azimut BF
= 35o

=
= (1 x 3,353)
= 3,353 m

4.5. Nilai Ketidakpastian Mutlak

Dimana :

= x tan  sec  tan 


= 1 x tan 70 x sec 35 x tan 35
= 1 x 2,74 x 0,819 x 0,70
= 2,348 m
x = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 0,001 = 0,0005 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
maka

d =

d =

d =

d =
d = 2,0975
maka dari hasil percobaan kedalaman bayangan dapat dilaporkan:
d = d  d
d = 3,3536  2,0975
d = 5,4

         Bulan Desember Tanggal 22 jam 15.00, Kota Pinrang : 4 o LS – 119o BT


Sudut Azimut = 242o
Sudut Altitude = 44o
Sudut Azimut BF () = 62o
Sudut Altitude BF () = 62o

4.6. Kedalaman Bayangan (Jam 15.00)

…… m
 
= lebar atap naungan
= 1 m
= sudut altitude BF
= 62o
= sudut azimut BF
= 62o

=
= (1 x 4,008)
= 4,008 m

4.7. Nilai Ketidakpastian Mutlak

Dimana :

= x tan  sec  tan 


= 1 x tan 62 x sec 62 x tan 62
= 1 x 1,88 x 1,133 x 1
= 2,13 m
x = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 0,001 = 0,0005 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
 = 0,5 x skala terkecil
= 0,5 x 1 = 0,5 m
maka

d =

d =

d =

d =
d = 4,96
maka dari hasil percobaan kedalaman bayangan dapat dilaporkan:
d = d  d
d = 4,008  4,96
d = 8,968
BAB IV
PEMBAHASAN

VI.          Interpretasi Pembayangan yang terjadi pada maket dan pembayangan dengan
menggunakan penggambaran
Pembayangan yang terjadi pada maket dan pembayangan yang terjadi
dengan menggunakan penggambaran mempunyai beberapa perbedaan. Pada
pembayangan maket dengan menggunakan solar scope dijam :
10.00 Pembayangan yang terjadi kurang lebih 2 m seperti pada gambar (a)
Sedangkan pembayangan dengan menggunakan penggambaran seperti gambar (b)

Jadi jelas Pembayangan dengan menggunakan solar scope dan dengan


menggunakan penggambaran sangat berbeda karena bisa jadi ini disebabkan oleh
alat solar scope yang digunakan belum tentu benar. Hal inilah yang menyebabkan
perbedaan pembayangan yang terjadi begitu juga terhadap pembayangan di jam
13.00 dan di jam 15.00, sama-sama mengalami perbedaan antara pembayangan
dengan menggunakan alat solar scope dan penggambaran.

BAB V

KESIMPULAN

VI.       Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pembayangan pada bangunan bertujuan agar
seorang mahasiswa dapat mendisain bentuk naungan yang dapat melindungi ruang
dalam dari radiasi matahari dan itu sangat tergantung dari besar naungan, bentuk
naungan serta tingginya bangunan. Lebar naungan yang terlalu kecil menyebabkan
radiasi matahari yang masuk dalam ruangan begitu banyak dan ini bisa
menyebabkan ketidaknyamanan pada suatu ruang.
Dengan memperhitungkan faktor diatas, maka besarnya radiasi matahari yang
masuk dalam ruangan bisa diatur. Radiasi matahari yang harus dihindari adalah
radiasi matahari di jam 10.00 sampai dengan jam 15.00. Jika besar dan bentuk
naungan telah bisa meredam masuknya radiasi matahari di jam yang tak dinginkan,
maka naungan yang digunakan sudahlah baik.

V.2 Saran dan Rekomendasi


V.2.1 Saran saya pada hasil percobaan yang dilakukan karena pembayangan yang
didapat pada kota Makassar di bulan 12 dan di jam 10.00 adalah baik, dengan lebar
naungan 1 m dan tinggi bangunan 3,5 m serta bentuk naungan adalah perisai. Jadi
untuk saran dan rekomendasi pada pembayangan di bulan Juni dan Desember, di
jam 10.00 di kota Pinrang ialah tidak perlu, karena dinding bangunan terlindungi dari
radiasi matahari. Adapun gambarnya seperti gambar di bawah:
V.2.2 Dan saran saya pada pambayangan yang terjadi di jam 13.00 juga adalah sama,
dikarenakan pembayangan yang terjadi pada jam 13.00 dengan lebar naungan 1 m
mampu membayangi dinding dengan tinggi 3 m. Jadi untuk saran dan rekomendasi
pada jam 13.00 tidaklah perlu. Adapun gambarnya kurang lebih seperti gambar
dibawah :

V.2.3 Begitu juga terhadap pembayangan yang terjadi pada pukul 15.00 dengan lebar atap
1 m bisa membayangi semua dinding pada fasade selatan walaupun pada fasade
barat pembayangan yang terjadi tidak menutupi semua dinding, namun untuk
mengantisipasinya dan tanpa harus menambah beberapa ornamen untuk
menghalau radiasi matahari, kita bisa mengantisipasi radiasi matahari langsung
dengan cara; Pada dinding kita beri warna cat yang bisa meredam panasnya
matahari seperti warna puti keabu-abuan atau lainnya sedangkan untuk
mengantisipasi radiasi langsung terhadap jendela bisa di gunakan dengan memakai
pelindung atap (konsol). Adapun pembayangan yang terjadi, seperti pada gambar
dibawah ini.

V.2.4 Saran

1.    Sebaiknya alat yang digunakan dijaga dan dirawat, sehingga alat ini nantinya bisa
digunakan lagi oleh praktikan lainnya.
2.    Alangkah baiknya, jika alat solar scope yang di gunakan adalah alat solar scope
yang sesungguhnya.
V.3. Ayat-ayat yang berhubungan dengan percobaan
Surat : Al-Mursalat ayat : 30

Arti : “Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga


cabang.”
V.3.1 Hubungan ayat dengan percobaan ialah : Naungan
Naungan berfungsi untuk melindungi diri dari bahaya alam entah itu panas,
hujan atau lainnya. Naungan harus bisa menjaga kita dan bagaimana kita merasa
nyaman bila berada di dalam naungan. Jika naungan yang kita miliki tidak baik
maka kenyamanan kita akan terganggu, jadi naungan begitu penting dalam
kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Al Qur’an dan terjemahan, surat Al Mursalat : 30. PT. Karya Toha Putra, Semarang
2.    Satwiko Prasasto, 2004, Fisika Bangunan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
3.    Mangunwijaya, Y.B. 1994. Fisika Bangun, Djambatan, Jakarta.
4.    Suhana, S,MT, 2004 – 2005, Fisika Bangunan, UMI, Makassar.
II.                    I. Istilah dan Pengertian Dalam Pencahayaan
Satwiko Prasasto.2004. Fisika Bangunan, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Cahaya adalah gelombang magnet-elektro yang mempunyai panjang antara
380 hingga 700 m dengan urutan warna ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga,
merah. Sinar adalah berkas cahaya yang mengarah kesuatu tujuan.
Cahaya matahari mempunyai gelombang antara 290 hingga 2300 m. cahaya
langit adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami
ruangan, bukan sinar langsung matahari. Sinar matahari langsung akan sangat
menyilaukan dan membawa panas sehingga tidak dipakai untuk menerangi ruangan.
1.      Arus cahaya : banyak cahaya yang dipancarkan kesegala arah oleh sebuah sumber
cahaya persatuan waktu
2.      Intensitas cahaya : kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah sumber cahaya ke
arah tertentu.
3.      Iluminan : banyak arus cahaya yang datang
4.      Limunan : intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh
satu unit bidang yang diterangai.

Diposkan 9th April 2011 oleh IRWAN ST


0

Tambahkan komentar

IRWAN PINRANG AMSEL.

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

Feb
20

fisika bangunan arsitektur

BAB I

PENDAHULUAN

I.1    Tujuan Percobaan

1.1.1          Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mahasiswa dapat mendisain bentuk naungan yang dapat melindungi ruang dalam dari radiasi
matahari.

1.1.2          Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1.1.2.1      Mahasiswa dapat menghitung pembayangan yang terjadi akibat radiasi matahari.

1.1.2.2      Mahasiswa dapat menggambarkan pembayangan yang terjadi.

Feb
20

Nov
12

makassar monorail

Monorel adalah sebuah metro atau rel dengan jalur yang terdiri dari rel tunggal, berlainan
dengan rel tradisional yang memiliki dua rel paralel dan dengan sendirinya, kereta lebih lebar
daripada relnya. Biasanya rel terbuat dari beton dan roda keretanya terbuat dari karet,
sehingga tidak sebising kereta konvensional

Tipe monorel ==

Sampai saat ini terdapat dua jenis monorel, yaitu:

* Tipe ''straddle-beam'' dimana kereta berjalan di atas rel.

Apr
9

FISIKA BANGUNAN. LAB SAIN DAN TEKNOLOGI BANGUNAN


PERCOBAAN I PEMBAYANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1    Tujuan Percobaan

1.1.1      Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mahasiswa dapat mendisain bentuk naungan yang dapat melindungi ruang dalam dari radiasi
matahari.

1.1.2      Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1.1.2.1   Mahasiswa dapat menghitung pembayangan yang terjadi akibat radiasi matahari.

1.1.2.2   Mahasiswa dapat menggambarkan pembayangan yang terjadi.


Apr
8

Ruko (singkatan dari rumah toko) adalah sebutan bagi bangunan-bangunan di Indonesia yang


umumnya bertingkat antara dua hingga lima lantai, di mana lantai-lantai bawahnya digunakan
sebagai tempat berusaha ataupun semacam kantor sementara lantai atas dimanfaatkan sebagai
tempat tinggal. Ruko biasanya berpenampilan yang sederhana dan sering dibangun bersama
ruko-ruko lainnya yang mempunyai desain yang sama atau mirip sebagai suatu kompleks.

Apr
8

pinrang

Apr
8

Anda mungkin juga menyukai