Anda di halaman 1dari 5

DESAIN AKUISISI SEISMIK REFLEKSI 3D

M. Arlan Fadhli Gunawan


F1D316006
@muhammadarlan102@gmail.com

ABSTRAK
Desain akuisisi merupakan suatu tahap awal dalam eksplorasi. Dalam eksplorasi seismik
refleksi bisa menggunakan desain akuisisi 2D dan juga bisa menggunakan desain akuisisi 3D.
Desain 3D merupakan desain yang lebih komplek, dimana terdapat komponen x,y,dan z
sehingga bisa ditinjau dari segi ruang. Desain dibuat sedemikian rupa unruk mendapatkan fold
yang maksimum.
Untuk itu dilakukan pembuatan desain akusisi seismik refleksi 3D yang menggunakan
ukuran template 5x12 , dengan lebar window 3x6 geophone in line 12 dan crossline 5, Rx 50
meter, Ry 100 meter, jumlah source 16, offset 25 meter, Sy 50 meter dan Sx 250 meter.
Didapatkan 2 fold pada bagian tengah wilayah template dimana mengunakan perpindahn
window sebesar 6 template tiap kali tembakan.
Keyword : Desain akusisi seismik refleksi, desain 3D sesismik refleksi

ABSTRACT
Acquisition design is an early stage in exploration. In seismic exploration reflection can
use 2D acquisition design and can also use 3D acquisition design. 3D design is a more complex
design, where there are components x, y, and z so that it can be viewed in terms of space. The design
is made in such a way as to get the maximum fold.
For this purpose, a 3D reflection seismic acquisition design that uses a 5x12 template size,
with a 3x6 geophone in line 12 and crossline 5 window width, Rx 50 meters, Ry 100 meters, source
16, 25 meters offset, 50 meters Syx 250 meters . Get 2 folds in the center of the template area where
you use the window template for 6 templates per shot.
Keyword: Reflective seismic acquisition design, 3D reflection design
1. PENDAHULUAN 1.2 Tujuan Praktikum
1.1 Latar Belakang 1. Mengetahui tujuan dari desain
Akuisisi seismik merupakan
akuisisi seismik refleksi 2D
perencanaan pengambilan data seismik
2. Mengetahui parameter lapangan
eksplorasi khususnya seismik refleksi dalam
yang digunakan dalam desain
upaya memperoleh peta bawah permukaan
akusisi seismik refleksi 2D
daerah yang di indikasi memiliki kandungan
2. LANDASAN TEORI
hidrokarbon. Akuisisi seismik perlu
Eksplorasi seismik masih
direncanakan dan diperhitungkan
menjadi metode yang banyak digunakan
bedasarkan target yang ingin diperoleh.
dalam eksplorasi minyak gas dan
Berdasarkan proses analisa hasil dibagi
minyak bumi. Eksplorasi seismik yang
menjadi akuisisi seismik 2D dan 3D.
digunakan adalah Eskplorasi Seismik
Metode ini pada prinsipnya
Refleksi. Metode ini memanfaatkan
memanfaatkan penjalaran gelombang
kecepatan gelombang badan (Body
seismik yang melewati material bumi.
Wave) jenis primer (Vp) untuk
Sumber gelombang seismik bisa berasal dari
mendapatkan citra kondisi bawah
sumber batuan,misalnya ledekan dinamit,
permukaan akibat adanya pantulan dari
pembangkit geteran dari alat vibroseis, dan
bidang reflektor. Perambatan gelombang
lain sebagainya. Sumber tersebut
dipengaruhi oleh kecepatan lapisan yang
mengakibatkan terjadinya getaran pada titik
ada dibawah permukaan (Telford,
ledak, yang kemudian energi bergerak ke
1990).
sekelilingnya berupa gelombang mekanik.
Akuisisi data seismik merupakan
Akuisisi Seismik 2D memiliki
kegiatan untuk memperoleh data dari
lintasan berupa garis dan memiliki sudut
lapangan yang disurvey. Akuisisi yang
pandang titik pantul gelombang berupa titik.
baik sangat penting untuk mendapatkan
Akuisisi seismik 3D memiliki lintasan yang
data yang baik dan benar. Persiapan awal
berupa sebuah bidang (template) yang terdiri
yang harus dilakukan adalah
dari lebih dari satu lintasan dan memiliki
menentukan parameter- parameter
sudut pandang titik pantul gelombang
lapangan yang cocok dari daerah survey.
berupa bidang ilustrasi.
Penentuan parameter tersebut dilakukan
untuk menetapkan parameter awal
dalam suatu racangan survey yang
dipilih sedemikian rupa sehingga dalam
pelaksanaannya akan diperoleh
informasi
target selengkap mungkin dengan noise antara titik pantul satu dengan lainnya
serendah mungkin (Sismanto,1996) pada suatu medium untuk menunjukkan

Explorasi seismic 3D merupakan fenomena geologi yang dilewati oleh

teknologi pencitraan (imaging) bawah sebuah sinar gelombang pada survei

permukaan secara tiga dimensi. Berbeda seismik 2D. Pada seismik multichanel

dengan seismik 2D yang mencitrakan point CDP dapat menggambarkan banyaknya

tertentu atau ‘titik’ maka seismic 3D data yang mengenai target sehingga jarak

adalah teknologi untuk mencitrakan antar CDP semakin rapat semakin baik

‘bidang’. Seismic 3D memiliki kelebihan (Cordsen, 2000).

untuk meng-eliminasi mis-tie dalam Sedangkan pada survei seismik 3D


migrasi reflector miring, meningkatkan titik pantul sebuah sinar gelombang pada

resolusi horizontal, dan memberikan citra lapisan geologi adalah sebuah


yang lebih detail. bidang,berbeda dengan survei seismik 2D
yang titik pantulnya berupa sebuah titik.
Ukuran BIN merupakan parameter yang
menunjukkan titik pantul (CDP) pada
survei seismik 3D yang membentuk suatu
bidang. Bin ini menggambarkan titik
pantul dan menggambarkan besarnya area
Gambar 2.5 Konfigurasi Desain Survei yang dilewati oleh trace yang melewati
Seismik 3D (Chaouch, 2006) suatu medium pada seismik 3D. Sehingga
Penentuan obyektif survei seismik dapat didefinisikan bahwa ukran bin
3D lebih sulit dibandingkan survei seismik merupakan jarak maksimal antar trace,
2D, hal ini disebabkan karena parameter Hubungan antara nilai fold survei
akuisisi seismik 3D lebih sulit diubah pada seismik 2D dengan 3D adalah
saat survei seismik telah berjalan. setengahnya. Dimana fold seismik 3D
Peralatan seismik 3D lebih banyak merupakan setengah dari fold 2D. Namun
dilapangan dan posisi peralatan lebih lama secara general fold pada survei seismik 3D
berada di lapangan, sehingga bisa dibedakan menjadi cross line fold dan
dipengaruhi oleh lingkungan dan cuaca. inline fold. Cross line fold merupakan fold
Parameter yang berbeda dari akuisisi data. yang diperoleh dari bagian lintasan shot
seismik 2D antara lain jarak CMP yang point dari survei seismik 3D. Jumlah fold
menjadi ukuran BIN, konfigurasi coverage ini akan mempengaruhi rasio
penembakan dan penerima, fold coverage, antara signal dengan noise, dalam hal ini
shot interval, dan Receiver interval akan mempengaruhi dalam pencitraan data
gelombang seismik (Cordsen,2000). seismik dan resolusi lateral. (Vermeer,
CDP Interval merupakan jarak 2002).
3. METODOLOGI 4. ANALISIS
3.1 Parameter yang digunakan
Pada praktikum kali ini praktikan
Dilakukan pembuatan desain akusisi
melakukan pembuatan desain akusisi
seismik refleksi 3D yang menggunakan
seismik refleksi 3D dimana menggunakan
ukuran template 5x12 , dengan lebar
ukuran template 5x12 , dengan lebar
window 3x6 geophone in line 12 dan
window 3x6 geophone in line 12 dan
crossline 5, Rx 50 meter, Ry 100 meter,
crossline 5, Rx 50 meter, Ry 100 meter,
jumlah source 16, offset 25 meter, Sy 50
jumlah source 16, offset 25 meter, Sy 50
meter dan Sx 250 meter.
meter dan Sx 250 meter.
3.2 Diagram alir Untuk 3D ini sendiri memiliki
lintasan yang berupa sebuah bidang
Mulai
(template) yang terdiri dari lebih dari satu
lintasan dan memiliki sudut pandang titik
pantul gelombang berupa bidang ilustrasi
Disiapkan alat dan bahan
yang mana hasilnya tentu lebih baik
daripada desain akusisi seismik refleksi 2D.
Ditentukan parameter-parameter namun biasanya akusisi seismik refleksi 3D
lapangan yang digunakan
ini harus mengeluarkan dana yang lebih
banyak pula.
Dibuat desain akusisi seismik refleksi 2D Pada pembuatan desain seismik 3D
pada milimeter block
ini praktikan membuat desain sedemikian
rupa untuk mendapatkan fold maksimal,
Ditentukan fold coverage atau maximum karena semakin banyak fold maka data yang
fold yang didapatkan
didapatkan semakin bagus dan kompleks.
Prinsip nya menggunakan prinsip
Selesai huygen dimana setiap muka gelombang
bila mengenai bidang batasnya akan
membentuk gelombangdesain akusisi
seismik refleksi 3 D ini source menyebar
ke segala arah dengan batas receiver yang
menerimanya berupa lebar windowing.
Prinsip cmp nya juga sama dengan
2D dimana merupakan titik tengah antar
source dengan masing-masing sumber
yang mana cmp ini akan menjadi tolak
ukur untuk menghitung fold yang
didapatkan. Semakin banyak titik tengah
yang saling berhimpitan maka akan continental slope of the
semakin banyak pula fold yang
Great Australian
didapatkan.
Bight. Marine Geology, 215: 123–134.
Pada praktikum kali ini, praktikum
Sismanto, 1996, Modul 2 : pengolahan
mendapatkan hasil 2 fold pada tengah
data seismik program studi geofisika.
daerah template yang mana hal itu hanya
Yogyakarta :
dilakukan dalam sekali tembakan yang
universitas gadjah mada press.
setiap tembakanya akan bergeser
Telford,W.M,Geldart,L.P,Sheriff,R.E.1990
sebanyak enam receiver.
.
5. KESIMPULAN
1. Akuisisi seismik 3D memiliki lintasan Applied Geophysics. Second
yang berupa sebuah bidang (template) Edition. United States of
yang terdiri dari lebih dari satu lintasan America:Cambridge University
dan memiliki sudut pandang titik pantul Press.
gelombang berupa bidang ilustrasi
2. menggunakan parameter berupa
ukuran template 5x12 , dengan lebar
window 3x6 geophone in line 12 dan
crossline 5, Rx 50 meter, Ry 100
meter, jumlah source 16, offset 25
meter, Sy 50 meter dan Sx 250 meter.

DAFTAR PUSTAKA

Cordsen,Andreas,GalbraithM,Pierce.J.2000.
”Plan
ning Land 3-D Seismic
Survei”.United States of America :
Society of Exploration Geophysicist
Caouch,A,Maryy,JL.”3-D Land Seismic
Surveis:Definition of Geophysical
Parameters”. pp. 611-630 . Oil &
Gas Science and Technology – Rev.
IFP,Paris,Maret,2006

Huuse, M. and D.A. Feary. 2005. Seismic


inversion for acoustic impedance and
porosity of cenozoic cool-
water carbonates on the upper

Anda mungkin juga menyukai