Anda di halaman 1dari 18

OPTIMALISASI DAN ANALISIS DESAIN PARAMETER SEISMIK 3D DARAT

BERDASARKAN MODEL GEOLOGI LAPANGAN “RL”

Ravide Lubis, Bagus Sapto Mulyatno, Karyanto

Jurusan Teknik Geofisika, Universitas Lampung


Jl. Prof. Sumantri Bojonegoro No.1 Bandar Lampung 35145
Email : ravide.loebis@gmail.com

ABSTRAK

Desain parameter seismik 3D darat merupakan tahapan awal sebelum akuisisi data seismik 3D darat untuk
memperoleh kualitas data seismik dan anggaran survei yang efisien. Tujuan penelitian desain parameter seismik
3D darat ini untuk memperoleh kualiatas data seismik 3D darat yang tinggi berdasarkan penyebaran fold coverage
pada masing-masing lapisan target. Adapun metode yang digunakan yaitu berdasarkan prinsip penjalaran
gelombang (ray tracing) pada masing–masing lapisan target dimana di setiap titik pantul gelombang (bin) akan
memiliki nilai fold yang berbeda sehingga dibutuhkan pemilihan konfigurasi bentangan yang akan menghasilkan
penyebaran fold yang optimal. Konfigurasi bentangan yang diterapkan, yaitu orthogonal, brick, zig-zag dan
slanted, dimana masing–masing konfigurasi bentangan menggunakan dua tipe template yaitu narrow dan wide
azimuth. Dari hasil analisis simulasi rekaman beberapa konfigurasi bentangan di area survei, maka diperoleh
konfigurasi bentangan optimal yang akan diterapkan di area survei. Konfigurasi bentangan yang diterapkan, yaitu
konfigurasi bentangan orthogonal dengan tipe template narrow azimuth. Pertimbangan pemilihan konfigurasi
bentangan ini karena memiliki penyebaran fold yang lebih merata pada lapisan target dibandingkan dengan
konfigurasi bentangan yang lain. Selanjutnya untuk memperoleh konfigurasi bentangan yang sesuai kondisi
lapangan, maka dilakukan pemindahan titik source di luar zona obstacle (halangan), supaya kualitas data seismik
tetap terjaga.

ABSTRACT

The design of 3D land seismic parameters is a preliminary step before the acquisition of 3D land seismic data to
obtain seismic data quality and efficient survey budget. The objective of this research is to obtain high quality of
3D land seismic data based on fold coverage spread on each target layer. The method used is based on the principle
of wave propagation or ray tracing method on each target layer, wherein each wave reflection point (bin) will
have a different value of fold so that the required configuration of the stretch that will result in the optimal spread
of the fold. The applied stretch configurations are orthogonal, brick, zig-zag and slanted where each stretch
configuration uses two types of templates that is narrow and wide azimuth. From the simulation analysis results
of several stretch configurations in the survey area, then the optimal stretch configuration will be obtained in the
survey area. The stretch configuration will be applied is the configuration of orthogonal stretch with narrow
azimuth type template. Consideration of the selection of this stretch configuration because it has a more evenly
folding effect on the target layer than with other stretch configurations. Furthermore, to obtain the configuration
of the appropriate stretch of field conditions, the source point is moved outside the obstacle zone so that the quality
of seismic data is maintained.

Keywords - Design of 3D land seismic parameter, Stretch configurations, Quality of seismic data.
2

1. PENDAHULUAN 2. Optimalisasi pemilihan konfigurasi


bentangan dan tipe template dalam
1.1 Latar Belakang
rangka mendapatkan kualitas data
Sebelum pelaksanaan akuisisi data seismik yang memiliki S/N ratio yang
seismik, maka tahapan awal yang perlu tinggi.
dilakukan, yaitu penentuan desain survei 3. Menganalisis kualitas data seismik 3D
seismik. Desain survei seismik merupakan berdasarkan hasil simulasi rekaman
tahapan dalam pemilihan parameter desain parameter seismik 3D di
akuisisi data seismik dengan Lapangan RL.
mempertimbangkan target yang akan 4. Membuat desain survei seismik 3D
dicapai dan masalah–masalah yang akan darat yang telah sesuai dengan kondisi
timbul saat proses akuisisi data. Parameter geologi dan lingkungan di Lapangan
akuisisi seismik dari suatu lapangan RL.
biasanya tidak sama dengan lapangan yang
lain. Penentuan parameter akuisisi seismik 2. TINJAUAN PUSTAKA
bertujuan untuk menetapkan parameter
2.1 Petroleum System
awal dalam suatu rancangan survei seismik
yang dipilih sedemikian rupa, sehingga Petroleum System merupakan sebuah
dalam pelaksanaannya akan memperoleh sistem yang menjadi panduan utama dalam
informasi target selengkap mungkin dan eksplorasi hidrokarbon. Sistem ini
noise serendah mungkin (S/N ratio tinggi). digunakan untuk mengetahui keadaan
Secara tidak langsung, parameter akuisisi geologi, dimana minyak dan gas bumi
yang diterapkan akan sangat berpengaruh terakumulasi (Koesoemadinata,1980).
terhadap kualitas data seismik yang Secara umum sistem terbentuknya minyak
diperoleh (Chouch dan Mari, 2006). dan gas bumi atau disebut juga petroleum
Belakangan ini, perancangan desain system yang terdiri atas: batuan sumber,
survei seismik sudah mulai menerapkan ray batuan reservoar, batuan penyekat,
tracing modelling (pemodelan penjalaran perangkap dan migrasi.
gelombang) untuk memetakan titik pantul
gelombang yang terbentuk pada sutu 3. TEORI DASAR
reflektor, sehingga dengan demikian para
3.1 Gelombang Seismik
perancang desain survei seismik dapat
memprediksi kualitas data seismik dengan Gelombang secara umum adalah
lebih detail. Secara prinsipnya, metode fenomena perambatan gangguan dalam
pemodelan penjalaran gelombang ini medium disekitarnya. Gelombang seismik
menerapkan teori penjalaran gelombang adalah jenis gelombang dengan media
pada suatu medium terhadap suatu model penjalarannya bumi. Gelombang seismik
geologi bawah permukaan yang telah disebut juga gelombang elastik karena
diketahui parameter fisisnya. Secara osilasi partike-partikel medium terjadi
spesifik, metode penjalaran gelombang akibat interaksi antara gaya gangguan
dapat diterapkan untuk menentukan analisis (gradient stress) melawan gaya-gaya
illumination atau analisis sebaran full fold elastik. Dari interaksi ini dapat muncul
migration pada suatu lapisan target dari gelombang longitudinal (gelombang
survei seismik (Fuchsluger, 2011). akustik), gelombang transversal atau
kombinasi keduanya (Sherif dan Geldart
1.2 Tujuan Penelitian 1995)
Menurut cara bergetarnya, gelombang
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut: seimik terbagi atas dua tipe gelombang,
1. Menentukan parameter desain survei yaitu Gelombang P dan Gelombang S.
seismik 3D yang optimal berdasarkan Menurut Lowrie, 2007 bahwa Gelombang
parameter target Lapangan RL.
3

P melewati suatu medium secara dilatasi 3.2.2 Kedalaman Obyektif


dan kompresi. Persamaan gelombang
Merupakan kedalaman obyektif utama
kompresi dalam arah x,
dan kedalaman obyektif sekunder dimana
𝜕 𝜃 𝜕 𝜃 kedua kedalaman tersebut dapat diukur dari
𝜕
= …(1)
𝜕 peta struktur atau dari penampang seismik
Dimana α adalah kecepatan gelombang P sebelumnya.
yang dirumuskan sebagai berikut,
3.2.3 Kedalaman Bawah Permukaan
+ +
= √
𝜌
= √ …(2) Merupakan luasan dari batas (horizon)
𝜌
atas dan bawah kedalaman obyek yang
Persamaan 2 memperlihatkan bahwa membutuhkan penggambaran seismik.
Gelombang P dapat menjalar pada medium
padat, cair dan gas yang semuanya bersifat 3.2.4 Kemiringan Target
dapat dimampatkan (K ≠ 0). Sedangkan Merupakan sudut antara bidang
Gelombang S yang terpolarisasi pada orthogonal terhadap bidang netral. Dip
bidang vertikal disebut Gelombang SV dan diukur dari peta struktur atau dari
Gelombang S yang terpolarisasi pada penampang seismik sebelumnya.
bidang horizontal disebut Gelombang SH.
Persamaan kecepatan gelombang S, 3.2.5 Frekuensi
diberikan sebagai berikut,
Merupakan frekuensi maksimum yang
= √ …(3) diharapkan masih bisa diterima yang
𝜌 terkandung dalam jejak seismik yang
Berdasarkan sifat elastisnya, diperoleh di lapangan.
mendefinisikan bahwa kecepatan
gelombang S adalah rigiditas atau modulus 3.2.6 Kecepatan Gelombang
shear (µ). Di dalam medium cair dan gas, µ Kecepatan gelombang yang dimaksud
bernilai 0 dan gelombang S tidak dapat adalah kecepatan interval dimana kecepatan
melewatinya ini diperoleh dari hasil well velocity survey
yang dibuat berdasarkan interval
3.2 Parameter Target kedalaman.
Parameter target adalah parameter
yang berhubungan dengan deskripsi 3.2.7 Cadangan Minyak
(gambaran) geologi bawah permukaan. Merupakan cadangan minyak tersisa
Parameter target merupakan masukan awal (total recoverable reserves) suatu lapangan
dalam melakukan desain survei seismik 3D, meliputi cadangan terbukti, cadangan
semakin jelas diskripsi target akan semakin mungkin, cadangan boleh jadi dan
baik pula desain yang dihasilkan. Parameter cadangan potensial EOR (Enhance Oil
target tersebut terdiri dari 7 parameter Recovery).
(Cordsen dalam Edy, 2011) yaitu:
3.3 Parameter Akuisisi Seismik
3.2.1 Target Sasaran
Parameter akuisisi dalam eksplorasi
Merupakan lapisan batuan bawah seismik memiliki pengaruh penting untuk
permukaan bumi yang menarik untuk memperoleh kualitas data seismik yang
diselidiki dengan menggunkan metode optimal serta memiliki anggaran survei
seismik karena diperkirakan memiliki yang efisien. Berikut merupakan beberapa
kandungan hidrokarbon yang potensial. parameter akuisisi seismik tersebut,
4

3.3.1 Kelipatan Liputan Keterangan:


V : Kecepatan interval atau rms
Fuchsluger, 2011 menyatakan bahwa
fmax : Frekuensi maksimum
kelipatan liputan (Fold Coverage) adalah
𝜃 : Kemiringan reflektor
jumlah semua Common Mid Point (CMP),
yang ditandai oleh satu bin, karena itu
3.3.3 Migrasi Aperture
setiap bin memiliki kelipatan liputan yang
spesifik. Untuk seismik 3D, kelipatan Migrasi aperture didefinisikan sebagai
liputan dapat dirumuskan sebagai berikut, suatu pinggiran yang harus ditambahkan
pada sekeliling area target bawah
𝐹 𝑎 𝑖 = 𝐹𝑖 𝑥𝐹 …(4)
permukaan dalam memigrasikan target–
Keterangan: target yang miring dengan benar dan
𝐹 𝑎 𝑖 : Fold penuh memfokuskan dengan benar energi yang
𝐹𝑖 : Fold arah inline terdifraksi pada pinggir area target. Migrasi
𝐹 : Fold arah crossline aperture berhubungan dengan dua aspek
teknik migrasi, yaitu memindahkan
Dimana fold arah inline dan fold arah reflektor miring ke posisi reflektor yang
crossline dapat dirumuskan sebagai berikut, sebenarnya dan menghilangkan difraksi.
𝐼
Batas eksternal migrasi aperture
𝐹𝑖 = [ ∗ 𝑛 ∗ ] …(5) berhubungan dengan area fold yang penuh
𝐼
(Chaouch dan Mari, 2006). Migrasi
𝐹 =[ ∗ 𝑛 ] …(6) aperture dapat dirumuskan sebagai berikut,
𝑉 0
Keterangan: 𝑎 = ∗𝑡 𝑛 = ∗𝑡 𝑛 …(8)
𝑛 : Jumlah channel receiver
𝐼 : Jarak antara lintasan receiver Keterangan:
𝐼 : Jarak antara shot point Z : Kedalaman target dari permukaan
𝑛 : Jumlah lintasan receiver dalam 𝑉𝑡 : Kecepatan target dari permukaan
satu template. α : Kemiringan reflektor target.

3.3.2 Ukuran Bin 3.3.4 Offset Maksimum


Ukuran bin dikontrol oleh jarak antara Offset maksimum (Xmax) berhubungan
receiver (RI) dan jarak antara source (SI), dengan jarak antara titik shot yang aktual
dimana mereka memiliki ukuran yang dan receiver terjauh dari suatu template.
sama, sehingga berbentuk kuadrat. RI dan Jadi Xmax dapat diperkirakan sebagai
SI mendefifisikan jarak spatial sampling, setengah dari panjang diagonal template
yang merupakan faktor penting dalam dengan persamaan,
survei seismik. RI dan SI ditentukan pada
tahap akuisisi dan tidak akan bisa 𝑋 𝑎 =√ 𝑋 + 𝑋𝑖 …(9)
diperbaiki pada saat pengolahan data. Jarak
antara receiver dan source yang kecil Dimana:
sangat menguntungkan dalam semua kasus 𝑋 𝑎 : Offset maksimum
untuk kualitas data seismik tetapi akan 𝑋 : Jarak antara titik shot dan lintasan
mempengaruhi anggaran survei secara receiver terjauh dalam arah
signifikan (Ebrom dalam Fuchsluger, crossline
2011). Ukuran bin dapat dirumuskan 𝑋𝑖 : Jarak antara titik shot dan lintasan
sebagai berikut, receiver terjauh dalam arah inline
𝑉
= …(7)
4∗ 𝑚𝑎𝑥 ∗sin 𝜃
5

3.3.5 Offset Minimum 3.3.8 Konfigurasi Bentangan


Offset terpendek pada bin ini adalah Penentuan konfigurasi bentangan
offset minimum yang terpanjang dari suatu receiver dan source berdasarkan pada
survei yang disebut Xmin (Gambar 28) atau tujuan survei dan kemudahan di lapangan.
dapat disesuaikan dengan diagonal dari Beberapa tipe bentangan (spread) pada
suatu box. Xmin pada desain orthogonal, seismik 3D diantaranya; stright
brick, dan zigzag ditentukan dengan, line/orthogonal, brick dan slanted.
Pemahaman mengenai geometri
𝑋 𝑖 = √ + …(10) orthogonal merupakan hal yang mendasar.
Dimana: Karena baik desain template maupun desain
𝑋 𝑖 : Offset minimum maksimum spread (brick, slanted, zigzag) merupakan
: Jarak antara lintasan receiver turunan atau modifikasi dari geometri
: Jarak antara lintasan source orthogonal (Cordsen dalam Andita, 2013).

3.3.6 Panjang Perekaman 3.3.9 Ukuran Template

Menurut Chaouch dan Mari, 2006 Pemisahan yang jelas antara survei
bahwa panjang perekaman dipilih dengan template wide-azimuth dan
berdasarkan two way time (TWT) dari template narrow-azimuth dibuat
lapisan terdalam dari zona target karena berdasarkan aspek rasio dari template
waktu migrasi aperture untuk mengecilkan perekaman. Aspek rasio didefinisikan
difraksi dihasilkan oleh formasi yang sebagai perbandingan dimensi crossline
terdalam, perubahan statik dan pengolahan dengan dimensi inline pada template.
data yang dibutuhkan. Panjang perekaman Template perekaman dengan aspek rasio <
harus disesuaikan dengan waktu target yang 0.5, tergolong sebagai Narrow-Azimuth.
diperlukan agar menghindari peningkatan Sedangkan template perekaman dengan
yang kurang bermanfaat dari panjang durasi aspek rasio > 0.5, tergolong sebagai Wide-
survei. Azimuth (Cordsen dalam Andita, 2013).

3.3.7 Laju Pencuplikan 3.3.10 Ukuran Sumber

Laju pencuplikan akan menentukan Ukuran sumber (dynamit, tekanan pada


batas frekuensi maksimum yang masih air gun, water gun, dll) merupakan ukuran
dapat direkam dan direkontruksikan dengan energi yang dilepaskan oleh sumber
benar sebagai data. Frekuensi yang lebih seismik. Sumber yang terlalu kecil jelas
besar dari batas maksimum akan tidak mampu mencapai target yang dalam,
mengakibatkan timbulnya aliasing. Batas sedangkan ukuran sumber yang terlalu
maksimum tersebut, yaitu frekuensi besar dapat merusak data dan sekaligus
Nyquist. Pada umumnya sinyal frekuensi meningkatkan noise. Oleh karena itu,
tinggi dicuplik dengan laju pencuplikan 2 diperlukan ukuran sumber yang optimal
ms atau 1 ms agar terhindar dari alias melalui test charge (Sismanto, 1996).
(Sismanto, 1996). Frekuensi Nyquist
dihitung dengan persamaan, 3.3.11 Kedalaman Sumber
Sumber sebaiknya ditempatkan
𝑓 = …(11)
∆ dibawah lapisan lapuk, sehingga energi
Dimana: sumber dapat ditransfer optimal masuk ke
𝑓 : Frekuensi Nyquist (Hz) dalam sistem lapisan medium dibawahnya.
∆𝑡 : Laju pencuplikan (s) Untuk mengetahui ketebalan lapisan lapuk
dapat diperoleh dari hasil survei seismik
6

refraksi atau up hole survey (Sismanto, dan V-Si), densitas, frekuensi dominan,
1996). kedalaman dan struktur setiap perlapisan.
Kemudian dari data parameter target
3.4 Ray Tracing tersebut dibuat model geologi 3D bawah
permukaan.
Ray tracing (jejak gelombang)
merupakan perhitungan cepat untuk
4.2.2 Evaluasi Teknis dan Parameter
penyelesaian persamaan gelombang penuh
Akuisisi
dan perkiraan untuk gelombang dengan
energi tinggi berulangkali. Asumsi ini Penentuan parameter akuisisi
cukup memadai untuk banyak penerapan dilakukan untuk mendapatkan parameter
seismik. Dasar dari ray tracing adalah akuisisi yang sesuai dengan target.
persamaan Eikonal, dimana berasal dari Parameter akuisisi diperoleh dari evalusi
persamaan gelombang skalar (Schurr dalam teknis parameter target berdasarkan data
Fuchsluger, 2011). geologi dan data seismik sebelumnya.
Persamaan Eikonal dapat
ditransformasikan dari fungsi penjalaran 4.2.3 Penentuan Konfigurasi
waktu ke fungsi penjalaran sinar Bentangan Ideal
gelombang (persamaan ray tracing ke- Pada penentuan konfigurasi bentangan
dua): ideal ini menggunakan empat model
⃗ ⃗ konfigurasi bentangan yaitu orthogonal,
= ⃗ 𝑣 ⃗
∗ ⃗
= ⃗∇⃗ …(12)
𝑣 ⃗ brick, zigzag dan slanted secara teoritis.
Ray tracing bertujuan untuk Dimana keempat konfigurasi bentangan ini
menyelesaiakan persamaan deferensial menggunakan parameter geofisika yang
untuk mendapatkan sinar gelombang untuk sama namun penerapan bentangan
fungsi kecepatan yang berubah–ubah. rangkaian geophone yang berbeda.
Secara umum, perhitungan ini diselesaikan
dengan finite differences (Yang, 2003). 4.2.4 Simulasi Rekaman Konfigurasi
Bentangan Ideal
4. METODOLOGI PENELITIAN Hasil dari keempat konfigurasi
4.1 Alat dan Bahan bentangan ideal tersebut selanjutnya akan
dilakukan simulasi rekaman. Simulasi
Adapun alat dan bahan dari penelitian rekaman yang dilakukan, yaitu simulasi
ini adalah sebagai berikut: distribusi fold, offset dan azimuth serta
1. Laptop analisis ilumination (fold migrated)
2. Software Omni 3D Design and berdasarkan konsep ray tracing.
Modelling v.12.00
3. Software Global Mapper v.15.00 4.2.5 Analisis Hasil Simulasi Rekaman
4. Software ArcGIS v.10.1 Konfigurasi Bentangan Ideal

4.2 Prosedur Penelitian Berdasarkan hasil analisis simulasi


rekaman maka akan diperoleh kualitas data
4.2.1 Parameter Target dan Model seismik teoritis dari masing-masing
Geologi konfigurasi bentangan dan selanjutnya dari
Pemodelan geologi bawah permukaan analisis ini akan ditentukan satu konfigurasi
daerah survei berdasarkan parameter target dan template yang akan dipilih untuk
yang diketahui dari survei seismik dan diterapkan pada lapangan survei.
geologi sebelumnya. Adapun informasi
yang diperoleh dari parameter target
tersebut adalah kecepatan interval (V-Pi
7

4.2.6 Penentuan Konfigursai 5.2 Evaluasi Teknis Parameter Target


Bentangan Rill
Evaluasi teknis yang dilakukan yaitu
Konfigurasi bentangan rill diterapkan dengan cara melakukan analisis terhadap
berdasarkan konfigurasi bentangan ideal model geologi atau formasi geologi yang
yang telah dipilih. Pada konfigurasi ini akan menjadi target sasaran. Adapun analisis
diasosiasikan dengan kondisi atau halangan yang dilakukan, yaitu analisis ukuran bin,
(obstacle) di lapangan. offset dan migrasi aperture pada reflektor
atau horizon target.
4.2.7 Simulasi Rekaman Konfigurasi Berdasarkan analisis yang dilakukan
Bentangan Rill diperoleh kisaran ukuran bin terkecil pada
Simulasi rekaman yang dilakukan lapisan target berkisar dari 12,4–14,5 m,
sama halnya dengan simulasi rekaman offset terdekat (Xmin) yang berkisar dari
konfigurasi bentangan ideal sebelumnya 497,6–830,3 m dan offset terjauh (Xmax)
yaitu simulasi distribusi fold, offset dan berkisar dari 1077,9–2281,7 m atau lebih,
azimuth serta analisis ilumination (fold dan migrasi aperture yang diterapkan
migrated) berdasarkan ray tracing. berkisar 600–1000 m.

4.2.8 Analisis Hasil Simulasi Rekaman 5.3 Penentuan Parameter Akuisisi


Konfigurasi Bentangan Rill Dari evaluasi teknis yang telah
Hasil simulasi rekaman bentangan rill dilakukan maka diperoleh parameter hasil
dilakukan analisis untuk melihat kualitas evaluasi teknis yang optimal, yaitu ukuran
datanya. Jika hasil simulasi rekaman bin minimum 10 m, offset terdekat berkisar
menunjukakan kualitas data yang belum 497,6–830,3 m, offset terjauh berkisar
mencapai target secara efisien maka 1077,9–2281,7 m dan migrasi aperture
bentangan rangkaian geophone dilakukan berkisar 600m.
teknik undershooting sampai memperoleh Berdasarkan hasil evaluasi teknis yang
kualitas data yang bagus dan tetap telah dilakukan, maka dapat ditentukan
mencapai target sasaran. parameter akuisisi yang optimal pada
Lapangan RL Tabel 2.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.4 Penerapan Konfigurasi Bentangan
5.1 Parameter Target dan Pemodelan Ideal
Geologi
Pada penelitian ini diterapkan empat
Parameter target diperoleh dari hasil model konfigurasi bentangan ideal, yaitu
survei geologi dan seismik sebelumnya. orthogonal, brick, zig-zag dan slanted.
Parameter Target Lapangan RL dapat Pertimbangan pemilihan konfigurasi
dilihat pada Tabel 1. Dari parameter target bentangan ini berdasarkan kualitas data
yang telah diketahui, maka dapat dilakukan seismik berdasarkan penyebaran fold pada
pemodelan geologi secara 3D Gambar 1. masing–masing lapisan target (seismik
Beradasarkan evaluasi teknis illumination) dan juga berdasarkan efisiensi
sebelumnya, yang menjadi kedalaman anggaran survei yang ditentukan
bawah permukaan yang membutuhkan berdasarkan jumlah source yang digunakan
gambaran seismik 3D yaitu berkisar dari di Lapangan RL.
kedalaman 500–2800 m bawah permukaan Dari konfigurasi bentangan dan tipe
dengan target lapisan obyektif utama pada template yang diterapkan, maka diperoleh
Formasi 3 dan lapisan obyektif sekunder konfigurasi bentangan ideal orthogonal
pada formasi 4 dan Basement. memiliki source sejumlah 10092 titik dan
receiver sejumlah 21000 titik Gambar 2,
konfigurasi bentangan ideal brick ini
8

memiliki source sejumlah 9924 titik dan mengatasinya diperlukan bentangan offset
receiver sejumlah 21000 titik Gambar 3, yang lebih luas dan ukuran bin yang lebih
konfigurasi bentangan ideal zig-zag ini kecil untuk mencuplik struktur yang
memiliki source sejumlah 9744 titik dan komplek.
receiver sejumlah 21000 titik Gambar 4, Berdasarkan penjelasan Tabel 5 dan
dan pada konfigurasi bentangan ideal Tabel 6, maka konfigurasi yang akan
slanted ini memiliki source sejumlah 9744 diterapkan pada Lapangan RL, yaitu
titik dan receiver sejumlah 21000 titik konfigurasi bentangan ideal orthogonal
Gambar 5. model template narrow azimuth dengan
pertimbangannya bahwa pada konfigurasi
5.5 Simulasi dan Analisis Rekaman bentangan ini memiliki penyebaran fold
Konfigurasi Bentangan Ideal pada bin yang lebih merata pada masing–
masing lapisan target, meskipun secara
Pada konfigurasi bentangan ideal ini
anggaran survei masih kurang efisien.
simulasi dan analisis rekaman dibagi atas
dua template, yaitu narrow dan wide
azimuth. Dari masing–masing template ini 5.6 Penerapan Konfigurasi Bentangan
akan dilakukan simulasi rekaman Rill
berdasarkan penyebaran fold migrated Pada konfigurasi bentangan rill ini
(illumination) pada masing-masing dibutuhkan peta obstacle (halangan) untuk
konfigurasi bentangan di zona target. merealisasikan desain survei seismik sesuai
Dari hasil simulasi rekaman dengan kondisi lapangan.
konfigurasi bentangan ideal orthogonal Untuk mengatasi zona obstacle maka
dengan model template wide azimuth dilakukan teknik undershooting pada
Gambar 6 dan model template narrow konfigurasi bentangan dimana titik source
azimuth Gambar 7, konfigurasi bentangan telah dipindahkan di sekeliling zona
ideal brick dengan model template wide obstacle Gambar 14. Dengan
azimuth Gambar 8 dan model template menggunakan teknik ini dapat dilihat,
narrow azimuth Gambar 9, konfigurasi bahwa terjadi pengurangan jumlah receiver
bentangan ideal zig-zag dengan model dari 21000 menjadi 19939, sedangkan
template wide azimuth Gambar 10 dan jumlah source tetap.
model template narrow azimuth Gambar
11, dan konfigurasi bentangan ideal slanted 5.7 Simulasi dan Analisis Rekaman
dengan model template wide azimuth Konfigurasi Bentangan Rill
Gambar 12 dan model template narrow Berdasarkan hasil simulasi dan analisis
azimuth Gambar 13 dapat dilihat secara
rekaman pada konfigurasi bentangan rill,
statistik pada Tabel 3 dan Tabel 4. dapat dilihat bahwa kualitas data seismik
Dari keseluruhan model konfigurasi atau penyebaran fold pada lapisan target
dan ukuran azimuth yang diterapkan dapat (illumination) akan berkurang dengan
dianalisis bahwa pada zona patahan curam adanya obstacle pada suatu lapangan
dan cekungan (struktur sinklin) sempit Gambar 15, namun meskipun demikian
memiliki variasi fold semakin sedikit masih dapat dilakukan optimalisasi
dibandingkan pada zona antiklin, hal ini terhadap penyebaran fold pada zona tareget
disebabkan karena difraksi gelombang dengan cara melakukan pemindahan titik
akibat struktur yang tidak rata sehingga source (teknik undershooting) setepat
pemantulan gelombang menjadi tidak mungkin, sehingga tetap menghasilkan
teratur. Kemudian pada distribusi fold, kualitas data yang tinggi dengan
semakin ke bawah permukaan distribusi
penyebaran bin yang memiliki fold yang
fold semakin berkurang atau tidak merata, merata, meskipun fold dalam bin-nya
hal ini disebabkan sinyal pantul gelombang berkurang Gambar 16. Setelah konfigurasi
tidak terekam dipermukaan, maka untuk
9

bentangan rill diterapkan, maka diperoleh DAFTAR PUSTAKA


Peta Desain Survei Seismik 3D Darat yang
Andita, K. 2013. Geometri Brick pada
optimal pada Lapangan RL Gambar 17.
Desain Survei Seismik Darat 3D di
Lapangan X.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
http://seismixplorer.blogspot.co.id/201
6.1 Kesimpulan 3/06/geometri-brick-pada-desain-
survey.html. Diakses pada tanggal 28
Adapun kesimpulan dari penelitian ini
Agustus 2017.
sebagai berikut:
Ashton, C. P., Bacon, B., Deplante, C.,
1. Parameter desain survei seismik 3D
Dickilreson dan Redekop, G. 1994. 3D
darat yang optimal pada Lapngan RL
Seismic Survey Design. Oilfield
memiliki ukuran jarak anatara receiver
Review. Vol. 6. No. 2.
20 m, jarak antara source 40 m, jarak
Chaouch, A. dan Mari, J. L. 2006. 3D Land
antara lintasan receiver 480 m, jarak
Seismic Survey: Definition of
anatara lintasan source 500 m, ukuran
Geophysical Parameter. Jurnal Oil &
template 12 lintasan x 350 channel
Gas Science and Technology Rev. IFP.
(wide azimuth) dan 10 lintasan x 450
Vol. 61. No. 5.
channel (narrow azimuth).
Cordsen, A. 2000. Planning Land 3D
2. Konfigurasi bentangan orthogonal
Seismic Survey. Society of Exploration
dengan tipe template narrow azimuth
Geophysicists. Tulsa.
merupakan konfigurasi bentangan
Edi, S. S. 2011. Kajian Desain Survei
yang paling optimal pada Lapangan
Seismik 3 Dimensi pada Lapangan X
RL, karena memiliki penyebaran fold
Jawa Barat. Tesis Pascasarjana
pada bin (populasi bin) yang lebih
FMIPA UI.
banyak dan merata pada lapisan target,
Fuchsluger, M. 2011. 3D Model Based
meskipun secara anggaran survei
Acquisition Design for The Seismic
belum begitu efisien.
Exploration of Deep Vienna Basin.
3. Pada zona patahan dan sinklin yang
Tesis Pascasarjana Universitas Wien.
curam pada lapisan target tidak
Koesoemadinata, R. P. 1980. Geologi
memiliki penyebaran fold yang merata
Minyak dan Gas Bumi Jilid I Edisi 2.
karena titik pantul gelombang di zona
Penerbit ITB. Bandung.
tersebut tidak terekam pada receiver
Lowrie, W. 2007. Fundamental of
aktif di permukaan, sehingga
Geophysics 2nd. Cambridge University
dibutuhkan ukuran bin yang lebih kecil
Press. New York.
dan offset yang lebih luas.
Munadi, S. 2000. Aspek Fisis Seismologi
4. Teknik undershooting (shot point
Eksplorasi. Program Studi Geofisika,
recovery) atau pemindahan titik source
Jurusan Fisika FMIPA UI. Depok.
dapat dilakukan untuk mengatasi
Sheriff, R. E. dan Geldart, I. P. 1995.
pengurangan fold coverage pada
Exploration Seismology Second
lapisan target akibat adanya zona
Edition. Cambridge University Press.
obstacle di permukaan.
New York.
Sismanto. 1996. Akuisisi dan Pengolahan
6.2 Saran
Data Seismik. UGM. Yogyakarta.
Saran untuk penelitian selanjutnya agar Yang, W. 2003. A Basical Study on Two-
informasi parameter target harus lebih point Seismic Ray Tracing.
lengkap dan detail mencakup informasi http://www.ees.nmt.edu/Geop/Classes
geologi dan geofisika sebelumnya agar /GEOP523?Docs/yang.pdf. Diakses
proses desain survei seismik 3D selanjutnya pada tanggal 29 Agustus 2017.
mendapat hasil yang lebih optimal.
LAMPIRAN

Tabel 1. Parameter Target Lapangan RL


Formasi 1 Formasi 2 Formasi 3 Formasi 4 Basement
Vp (m/s) 1800 2200 3000 2400 4600
Vs (m/s) 600 1000 1300 1200 2300
𝜌 (gr/cc) 1.8 2.2 2.5 2.3 2.7
𝑓 (Hz) 50
0 0 0
Dip ±25 ±30 ±45 ±450 ±450
Resolusi Struktur dan Stratigrafi
Litologi Batu Pasir Lempung, Gamping Batu pasir Batuan
dan Pasir, Terumbu, selingan Beku
Lempung Serpih Sisipan serpih
Serpih dan
Napal

Tabel 2. Parameter Akuisisi Seismik 3D Darat Lapangan RL


Parameter Akuisisi Satuan
Rx 20 m
Sy 40 m
Ry 480 m
Sx 500 m
Xmin 693 m
Salvo 12 shot
Jenis Sumber Explosive
Ukuran Sumber 1-3 kg
Kedalaman Sumber 25-30 m
Template Wide Azimuth Narrow Azimuth
Xmax 4227,34 m 4874,09 m
nRL 12 line 10 line
nR 350 receiver/line 450 receiver/line
channel 4200 receiver 4500 receiver
Full Fold Coverage 42 45
Inline Taper 1460 m 1720 m
Crossline Taper 1200 m 1000 m

Tabel 3. Statistik Data Hasil Analisis Simulasi Rekaman Konfigurasi Bentangan Ideal
Formasi 3
Konfigurasi Fold Fold Jumlah Total Number
Bentangan Minimum Maksimum Populasi Bin of Traces
Ortho WA 1 714 958077 30805578
Ortho NA 1 996 958026 32084589
Brick WA 1 771 957631 30499051
Brick NA 1 990 957423 31750303
Zig-zag WA 1 772 950975 30175294
Zig-zag NA 1 995 950293 31399439
Slanted WA 1 768 948630 30177731
Slanted NA 1 995 947665 31399929
Tabel 4. Satistik Data Hasil Analisis Simulasi Rekaman Konfigurasi Bentangan Ideal
Formasi 4
Konfigurasi Fold Fold Jumlah Total Number
Bentangan Minimum Maksimum Populasi Bin of Traces
Ortho WA 1 1271 909462 30805578
Ortho NA 1 1550 915233 31253926
Brick WA 1 1564 908608 29626174
Brick NA 1 1521 914170 30919984
Zig-zag WA 1 1245 902998 29305124
Zig-zag NA 1 1604 908109 30569627
Slanted WA 1 1243 901389 29305061
Slanted NA 1 1576 906198 30567792
Keterangan: NA = Narrow Azimuth dan WA = Wide Azimuth

Tabel 5. Parameter Konfigurasi Bentangan Optimal pada Formasi 3


OWA ONA BWA BNA ZWA ZNA SWA SNA
Fold
Maksimum
Jumlah
Populasi
Bin
Total
Jumlah
Trace
Fold
Tertinggi
pada Zona
Hole
Harga
berdasarkan
Source
Harga
berdasarkan
Receiver
Aktif
Total Poin 2 2 1 0 2 1 2 2
Tabel 6. Parameter Konfigurasi Bentangan Optimal pada Formasi 4
OWA ONA BWA BNA ZWA ZNA SWA SNA
Fold
Maksimum
Jumlah
Populasi Bin
Total Jumlah
Trace
Fold
Tertinggi
pada Zona
Hole
Harga
berdasarkan
Source
Harga
berdasarkan
Receiver
Aktif
Total Poin 1 2 2 0 2 3 2 1
Keterangan: O = Orthogonal, B = Brick, Z = Zig-zag, S = Slanted, NA = Narrow
Azimuth, WA = Wide Azimuth dan Warna kuning = terunggul
Gambar 1. Model Geologi 3D Lapangan RL

(a) (b)

Gambar 2. Bentangan Konfigurasi Ideal Orthogonal, (a). Template Narrow azimuth dan (b).
Template Wide azimuth

(a) (b)

Gambar 3. Bentangan Konfigurasi Ideal Brick, (a). Template Narrow azimuth dan (b).
Template Wide azimuth
(a) (b)

Gambar 4. Bentangan Konfigurasi Ideal Zig-zag, (a). Template Narrow azimuth dan (b).
Template Wide azimuth

(a) (b)

Gambar 5. Bentangan Konfigurasi Ideal Slanted, (a). Template Narrow azimuth dan (b).
Template Wide azimuth

Keterangan: Lintasan berwarna merah = Source


Lintasan berwarna biru tua = Receiver
Lintasan berwarna biru muda = Template

(a) (b)

Gambar 6. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Orthogonal


Template Wide Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4
(a) (b)

Gambar 7. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Orthogonal


Template Narrow Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4

(a) (b)

Gambar 8. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Brick Template


Wide Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4

(a) (b)

Gambar 9. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Brick Template


Narrow Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4
(a) (b)

Gambar 10. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Zig-zag


Template Wide Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4

(a) (b)

Gambar 11. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Zig-zag


Template Narrow Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4

(a) (b)

Gambar 12. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Slanted


Template Wide Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4
(a) (b)

Gambar 13. Distribusi Fold Migrated (illumination) Konfigurasi Bentangan Slanted


Template Narrow Azimuth, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4

(a) (b)

Gambar 14. Konfigurasi Bentangan Rill Teknik Undershooting, (a). Sebelum dan (b).
Sesudah

Keterangan: Lintasan berwarna merah = Source


Lintasan berwarna biru tua = Receiver
Lintasan berwarna biru muda = Template

(a) (b)

Gambar 15. Distribusi Fold Migrated (Illumination) Konfigurasi Bentangan Rill sebelum
dilakukan teknik undershooting, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4
(a) (b)

Gambar 16. Distribusi Fold Migrated (Illumination) Konfigurasi Bentangan Rill sesudah
dilakukan teknik undershooting, (a). Formasi 3 dan (b). Formasi 4

Gambar 17. Peta Desain Survei Seismik 3D Darat Lapangan “RL”

Anda mungkin juga menyukai