Anda di halaman 1dari 30

MODUL 1

PENDAHULUAN METODE SEISMIK


I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui konsep dasar metode seismik
2. Praktikan dapat menjelaskan arti penting masing-masing parameter akuisisi seismik
II. Tinjuan Pustaka
Metode seismik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam
mencitrakan kondisi bawah permukaan bumi, terutama dalam tahap eksplorasi
hidrokarbon dengan menggunakan prinsip perambatan gelombang mekanik. Metode
seismik dibagi menjadi dua bagian yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi. Berikut
asumsi yang digunakan dalam metode seismik:
1. Semakin bertambah kedalam lapisan batuan akan semakin kompak.
2. Panjang gelombang seismik lebih kecil dari ketebalan lapisan bumi.
3. Penjalaran gelombang sesimik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi
hokum-hukum dasar sinar.
4. Pada bidang batas gelombang seismik merambat dengan kecepatan lapisan
dibawahnya.
5. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Gambar 1. Contoh Trace Seismik (Donduhur, 2018)

Dengan mengasumsikan bahwa penjalaran gelombang seismik dapat


dipandang sebagai sinar maka berkas sinar seismik didalam medium pun mematuhi
hukum-hukum fisika pada sinar optik, antara lain:
1. Hukum Snellius

Hukum Snellius menyatakan bahwa jika cahaya datang dari medium yang
kurang rapat menuju medium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal.
Sebaliknya cahaya yang datang dari medium yang lebih rapat menuju medium
yang kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.
Gambar 2. Berkas sinar saat mendekati garis normal

Bentuk persamaan hukum Snellius :

2. Hukum Huygens

Gambar 3. Perilaku sinar akibat Hukum Huygens (Sumber: Asparini , 2011)

Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik-titik pengganggu yang berada


didepan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan
gelombang yang baru.

3. Azaz Fermat
Fermat menyatakan Prinsip bahwa jika sebuah gelombang merambat dari satu
titik ke titik yang lain maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat.
Dengan demikian jika gelombang melewati sebuah medium yang memiliki variasi
kecepatan gelombang seismik, maka gelombang tersebut akan cenderung melalui
zona-zona kecepatan tinggi dan menghindari zona-zona kecepatan rendah.
Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan


gelombang seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
• Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan
kecepatan gelombang pada lapisan di bawahnya.
• Semakin bertambahnya kedalaman lapisan batuan, maka semakin kompak
lapisan batuannya, sehingga kecepatan gelombang pun semakin bertambah
seiring dengan bertambahnya kedalaman.
Pada metode seismik ini gelombang yang menjalar pada lapisan disebut gelombang
badan, gelombang badan terbagi 2 yaitu :
1. Gelombang P

Gelombang P disebut dengan gelombang kompresi/gelombang


longitudinal. Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar
dibandingkan dengan gelombang seismik yang lain, dapat merambat melalui
medium padat, cair dan gas. Persamaan dari kecepatan gelombang P adalah
sebagai berikut :

dengan:

λ: Konstanta Lame
μ : Rigiditas
ρ: Densitas
2. Gelombang S

Gelombang S disebut juga gelombang shear atau gelombang


transversal. Gelombang ini memiliki cepat rambat yang lebih lambat bila
dibandingkan dengan gelombang P dan hanya dapat merambat pada medium
padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah rambatnya. Persamaan dari
kecepatan Gelombang S (Vs) adalah sebagai berikut :

Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh penerima pada


permukaan bumi hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada
batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut datang
merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r
= 90° sehingga sin r = 1). Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan
lapisan dibawah permukaan lebih besar dibandingkan dengan kecepatan diatas
permukaan.
Pada akuisisi metode seismic, terdapat lima belas parameter yang harus
dipertimbangkan. Parameter tersebut diantaranya adalah:
a. Far offset
b. Near offset
c. Group interval
d. Ukuran sumber seismik
e. Kedalaman sumber
f. Fold coverage
g. Sampling rate
h. Low pass filter
i. Frekuensi geophone
j. Panjang rekaman
k. Rangkaian geophone
l. Panjang lintasan
m. Arah lintasan
n. Spasi antar lintasan
o. Array geophone

III. Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan bagaimana cara menentukan arrival time gelombang P dan S pada data
seismogram dan cantumkan persamaannya!

Keyword :
A. Jenis Gelombang
a. Gelombang Mekanik
b. Gelombang Langsung
c. Gelombang Bias
d. Gelombang Pantul
B. Metode seismik
a. Pengertian
b. Jenis Seismik (aktif, pasif, berdasarkan gelombang)
c. Kelebihan dan kekurangan
d. Aplikasi
C. Prinsip
a. Prinsip Fermat
b. Prinsip Huygens
c. Hukum Snellius
D. Asumsi
E. Parameter akuisisi

Laporan Akhir :
I. Aktivitas praktikum
II. Pengolahan data
2.1.Parameter akuisisi (beserta gambar)
a. Menentukan geometri penembakan
b. Menentukan Panjang dan arah Lintasan
c. Far offset
d. Near Offset
e. Group Interval
f. Fold coverage
g. Interval source
h. Jumlah shot
i. Sampling Rate
2.2.Picking macam macam gelombang
III. Hasil dan Analisa (Desain Survey)
IV. Kesimpulan
V. Tugas Akhir dan tugas tambahan
VI. Daftar Pustaka (minimal 3)
MODUL 2
SEISMIK REFRAKSI DAN INTERCEPT TIME
I. Tujuan
1. Pratikan dapat menjelaskan arti penting masing-masing parameter lapangan
2. Pratikan dapat menentukan beberapa parameter sederhana dalam suatu rancangan
survey
3. Mengetahui konsep dasar metode intercept time
4. Mengetahui pengolahan data metode intercept time
5. Membuat model penampang sederhana dua lapis dengan metode intercept time

II. Alat dan Bahan


1. Pensil
2. Penggaris
3. Laptop
4. Software Microsoft Excel

III. Tinjauan Pustaka


Seismik refraksi adalah metode geofisika eksplorasi yang menggunakan sifat
pembiasan gelombang seismik untuk mempelajari keadaan bawah permukaan. Umumnya
seismik refraksi digunakan untuk memperkirakan kedalaman lapisan batuan yang lapuk,
tetapi dapat pula digunakan untuk mendeteksi lapisan lain di bawah zona pelapukan
tersebut.

Gambar 1. Pemantulan berkas sinyal seismik refraksi (Sumber: http://seismik-indonesia.blogspot.com)

Komponen-komponen yang digunakan dalam akuisisi seismic refraksi


diantaranya adalah sumber dan receiver. Sumber seismic yang biasanya digunakan dalam
metode seismik refraksi adalah palu dan vibroseis. Receiver yang paling umum
digunakan dalam geofisika eksplorasi adalah geophone bertipe moving coil (kumparan
kawat yang bergerak didalam medan magnet). Geophone menggunakan prinsip dasar
yang mengikuti Hukum Lenz. Secara sederhana, geophone menggunakan massa yang
dililiti oleh kawat yang berada di dalam medan magnet.
Setelah dilakukan akuisisi, tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data.
Salah satu proses pengolahan data yang digunakan dalam seismik refraksi adalah
metode intercept time. Metode Intercept Time adalah metode t-x (waktu terhadap jarak)
yang merupakan metode yang paling sederhana dan memiliki hasil yang cukup kasar
(Sismanto, 1999). Pada bidang batas antar lapisan, gelombang menjalar dengan
kecepatan lapisan di bawahnya (V2).

Gambar 2. Sistem dua lapis sederhana dengan bidang batas parallel (Sismanto, 1999)

Pengolahaan data untuk metode seismik dengan intercept time menggunakan


langkah-langkah berikut :
1. Memplotkan data lapangan menjadi kurva travel time (jarak offset vs waktu) untuk
penembakan maju dan mundur.
2. Mengelompokkan data antara gelombang langsung dan gelombang bias.

3. Menentukan gradient masing-masing gel.zombang langsung dan bias dari forward


dan reverse dari kurva travel time.
4. Kemudian untuk menghitung kedalaman lapisan pertama digunakan rumusan
sebagai berikut:
𝑇𝑖 𝑉1 𝑉2
𝐻=
2 √(𝑉22 − 𝑉12 )
5. Dan untuk menghitung kedalaman lapisan kedua digunakan rumusan sebagai berikut:

𝑇𝐷 𝑣2 𝑣3 ℎ1 𝑉2 √𝑉32 − 𝑉12
ℎ2 = −
√𝑉32 − 𝑉22 𝑉1 √𝑉32 − 𝑉22

IV. Tugas pendahuluan


1. Bagaimana cara menentukan kecepatan gelombang, crossover distance, ketebalan
setiap lapisan?
2. Jelaskan aplikasi metode intercept time dalam bidang geofisika (min. 2)!
3. Gambarkan dan jelaskan bagian-bagian geophone!

Keyword:
A. Seismik refraksi
a. Konsep metode seismik refraksi
b. Instrumen (geophone, main unit, source, dll)
c. Aplikasi
B. Metode Intercept Time
a. Asumsi
b. Pengolahan data (Picking gelombang, kecepatan gelombang, ketebalan lapisan
C. Crossover distance
a. Pengertian
b. Persamaan

Laporan Akhir :
I. Aktivitas praktikum
II. Pengolahan Data + Tabel
2.1. Arrival time
2.2. Picking data
2.3. Cepat rambt gelombang
2.4. Jarak cross over
2.5. Intercept time
2.6. Kedalaman intercept
2.7. Kedalaman cross over
III. Hasil dan Analisa
3.1. Kurva
3.2. Penampang kedalaman
IV. Kesimpulan
V. Tugas Akhir + Tugas Tambahan
VI. Daftar Pustaka (minimal 3)
MODUL 3
METODE HAGIWARA
I. Tujuan
1. Melakukan pengolahan data seismik refraksi dengan metode Hagiwara

2. Melakukan Interpretasi penampang hasil pengolahan metode Hagiwara

II. Alat dan Bahan


1. Alat tulis

2. Laptop

3. Software Microsoft Excel

III. Tinjauan Pustaka


Salah satu metode perhitungan waktu tiba gelombang seismik untuk mencerminkan
lapisan bawah permukaan adalah Metode Hagiwara. Metode Hagiwara merupakan salah satu
metode perhitungan waktu tiba gelombang seismik agar mendapatkan penampang lapisan bawah
permukaan. Metode Hagiwara menggunakan waktu tunda (delay time) dengan asumsi bahwa
undulasi pada bawah permukaan tidak terlalu besar. Hal tersebut menjadi keunggulan dari metode
Hagiwara, yaitu dapat menampilkan lapisan bawah permukaan mengikuti kontur bawah
permukaan tersebut. Terutama untuk lapisan bawah permukaan yang harus detail, maka metode
Hagiwara adalah metode perhitungan yang menjadi pilihan utama Perhitungan dengan metode
Hagiwara dikembangkan untuk struktur bawah permukaan yang terdiri dari dua lapisan. Bidang
batas lapisan yang akan diperlihatkan oleh hasil perhitungan merupakan rata-rata kedalaman yang
memiliki kerapatan yang berbeda. Bila kerapatan berbeda maka kecepatan gelombang seismiknya
juga akan berbeda, sehingga arah penjalaran gelombang seismik akan mengalami pembiasan
(refraksi),
Berbeda dengan metode Intercept Time dimana anggapannya adalah lapisan
bawah permukaan berbentuk bidang. Perhitungan dalam metode Hagiwara
dikembangkan untuk struktur dua lapisan bawah permukaan. Bidang batas lapisan yang
akan diperlihatkan oleh hasil perhitungan adalah rata-rata kedalaman yang memiliki
kerapatan yang berbeda. Bila kerapatan berbeda, maka kecepatan gelombang seismik
juga akan berbeda, sehingga arah penjalaran gelombang seismik akan mengalami
pembiasan (refraksi).
Gambar 1. Lintasan gelombang bias untuk struktur dua lapis

IV. Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan cara menentukan cros over menggunakan metoda Hagiwara!
2. Bagaimana cara menentukan kemiringan lapisan menggunakan metode Hagiwara?

Keyword:
1. Metode Delay Time
a. Asumsi
b. Pengolahan data (Picking gelombang, kecepatan gelombang, ketebalan lapisan
2. Metode Hagiwara
a. Asumsi
b. Pengolahan data (Picking gelombang, kecepatan gelombang, ketebalan lapisan
3. Prosedur interpretasi
4. Kelebihan dan kekurangan delay time dan metode hagiwara

Laporan Akhir :
I. Aktivitas Praktikum
II. Pengolahan Data + Tabel
− Nilai TAB
− Nilai T’AP
− Nilai T’BP
− Kecepatan gelombang
− Nilai cos i
− Kedalaman sumber
− Kedalaman dibawah geophone

III. Hasil dan Analisa


− Kurva travel time
− Penampang kedalaman
IV. Kesimpulan
V. Tugas tambahan
VI. Daftar Pustaka (minimal 3)
MODUL 4
SEISMIK REFLEKSI
I. Tujuan
1. Pratikan dapat menjelaskan arti penting masing-masing parameter lapangan
pada akuisisi seismik refleksi
2. Praktikan dapat menentukan beberapa parameter sederhana dalam suatu
rancangan survey

II. Alat dan Bahan


1. Milimeter Blok
2. Alat Tulis

3. Laptop

III. Tinjauan Pustaka

1.1. Parameter Akuisisi Seismik

Akuisisi data seismik diawali dengan penentuan parameter-


parameter lapangan yang cocok dengan daerah survey. Penentuan
parameter lapangan sangat menentukan kualitas data yang akan
diperoleh. Setiap daerah mempunyai parameter yang berbeda-beda
tergantung dari sasaran yang akan dicapai dan problem-problem
yang muncul. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan parameter akuisisi data seismik refleksi, yaitu:

a. Berapa kedalaman target.


b. Bagaimana kualitas refleksi yang diharapkan.
c. Bagaimana resolusi data yang diinginkan.
d. Seberapa besar kemiringan target tercuram.
e. Apa ciri-ciri jebakan yang menjadi sasaran.
f. Apa problem noise yang khusus.
g. Bagaimana problem logistik tim.
h. Apa ada spesial proses yang mungkin diperlukan
Gambar 1. Ilustrasi pengambilan data lapangan seismik refleksi.

Pada Gambar 7, terlihat bahwa terdapat beberapa parameter


yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan data seismic
refleksi, diantaranya:
a. Offset terjauh (far offset) dan offset terdekat (near offset)

b. Group interval

c. Ukuran dan kedalaman sumber (charge size/depth)

d. Kelipatan liputan (fold coverage)

e. Laju pencuplikan (sampling rate)

f. Tapis potong rendah (low cut filter)

g. Frekuensi geophone

h. Panjang rekaman (record length)

i. Rangkaian geophone (geophone array)

j. Larikan bentang geophone (geophone spread)

k. Panjang dan arah lintasan

l. Spasi antar lintasan


1.2. Macam-macam Noise

Gambar 2. Macam-Macam Noise

Keyword:
1. Seismik refleksi
a. Konsep metode seismic refleksi
b. Akuisisi seismik darat dan laut
c. Instrument (receiver, main unit, source, dll)
d. Aplikasi
2. Macam – macam noise
3. Stacking chart
4. Kelebihan dan kekurangan
Laporan Akhir
I. Aktivitas Praktikum
II. Pengolahan Data + Tabel
2.1. Parameter akuisisi yang digunakan
a. Menentukan geometri penembakan
b. Menentukan Panjang dan arah Lintasan
c. Far offset
d. Near Offset
e. Group Interval
f. Fold coverage
g. Interval source
h. Jumlah shot
i. Sampling Rate
2.2. Perhitungan teoritis (far offset, fold coverage, frekuensi Nyquist)
2.3. Raypath
III. Hasil dan Analisa
− Stacking chart
IV. Kesimpulan
V. Tugas tambahan
VI. Daftar Pustaka
MODUL 6
INTERPRETASI KUALITATIF SEISMIK

I. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan interpretasi seismik secara kualitatif (fasa, polaritas, struktur, DHI)
2. Dapat memahami dan menentukan petroleum system dalam suatu penampang seismic
II. Tinjauan Pustaka
Data seismik memiliki resolusi lateral yang baik dan memiliki domain waktu atau tepatnya
yaitu two way time (TWT). Oleh karena itu, data sumur dan data seismik biasanya
dikombinasikan agar didapatkan hasil yang lebih akurat pada penentuan zona prospek reservoir.
Dengan kata lain, properti fisik reservoir yang didapat dari pengambilan data dan perhitungan
dari data sumur di sebarkan pada data seismik secara lateral dengan kontrol data sumur.
Data seismik dapat menunjukkan fitur geologi berupa struktur, stratigrafi, patahan dan
bidang perlapisan secara kronostratigrafi. Fitur – fitur tersebut dapat terlihat sebagai reflektor
yang merupakan hasil dari kontras impedansi akustik batuan. Apabila lapisan kedua lebih kompak
dibandingkan dengan lapisan kedua maka nilai impedansi akustiknya akan meningkat dan
koefisien refleksinya positif. Amplitudo seismik dipengaruhi oleh kontras impedansi akustik,
apabila kontras impedansi akustiknya tinggi maka amplitudo yang dihasilkan kuat (strong
amplitude), begitu pula sebaliknya. Kuat atau lemahnya amplitudo akan dipengaruhi oleh litologi,
porositas, maupun fluida. Munculnya fluida umumnya ditandai oleh Direct Hydrocarbon
Indicator (DHI), bisa berupa flat event, bright spot maupun phase reversal.
Data seismik memiliki fasa dan polaritas yang berbeda – beda tergantung sumber dan
pengolahan datanya. Fasa, polaritas serta nilai impedansi akustik akan mempengaruhi proses
picking horizon. Picking horizon adalah penarikan suatu garis yang merepresentasikan suatu
lapisan (top atau base). Picking horizon bias dilakukan di tengah – tengah wavelet (puncak
wavelet) apabila fasa seismiknya zero phase dan bisa juga diantara wavelet (S crossing atau Z
crossing) apabila fasanya minimum. Untuk penentuan picking horizon pada bagian peak/trough
yaitu dengan cara melihat polaritas dan impedansi akustiknya.
2.1. Fasies Seismik
Fasies seismik adalah unit seismik tiga dimensi yang dapat dipetakan dan terdiri dari
kelompok refleksi yang parameternya berbeda dengan unit fasies yang saling berdekatan.
Hal yang duperhatikan dalam menentukan fasies seismik dan deposisi adalah geometri
internal dan eksternal bedform, lateral continuity, amplitudo, frekuensi, dan nterval
kecepatan
Klasifikasi fasies seismik adalah tahap yang penting dalam tahap eksplorasi,
mencari prospek, menentukan karakteristik reservoir, dan pengembangan lapangan.
Identifikasi reflektor seismik adalah langkah awal untuk menentukan fasies seismik
dan memberikan imformasi menhenai proses deposisi

Gambar 1. Fasies Seismik

2.2. Fasa
Sebuah wavelet dengan panjang yang terbatas fasa dappat dibedakan berdasarkan
amplitudonya yaitu, fasa 0 berhimpit dengan spike refleksi dimana batas impedansi
akustik pada bagian tengah. Sedangkan fasa minimum memiliki amplitude
maksimum pada waktu yang minimum. Dan fasa maksimum kebalikan dari fasa
minimum.
2.3. Polaritas
Penggambaran dari sebuah koefisien refleksii sebagai bentuk gelombang
yangbernilai negatif/postif. Polaritas hanya mengacu pada perekaman dan konvensi
tampilan. Polaritas terbagi menjadi polaritas normal dan polaritas terbalik. SEG
mendefinisikan polaritas nrmal sebagai berikut:
a. Sinyal seismik poostif akan menghaslkan tekanan akustik positif pada
hydrophone atau pergerakan awal ke atas pada geophone.
b. Sinyal seismik yang positif akan terekam sebagai nila positif pada tape defleksi
positif pada monitor dan peak pada penampang seimik.

Keyword:
A. Picking Fault
B. Picking Horizon
C. Analysis DHI
D. Lingkungan pengendapan
E. Sekuen startigrafi
F. Analisa fasies
G. Terminasi
H. Petroleum system
I. Interpretasi Kualitatif
− Fasa
− Polaritas
Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan perbedaan dari (dilihat dari penampang data seismik):
a. salt dome dan shale dome
b. incised valley dan channel
2. Jelaskan dan gambarkan apa yang dimaksud dengan seismik fasies karakter internal/konfigurasi
reflektor (paralel, wavy, mounded, chaotic/reflection, divergent, hummocky, onlap, downlap, sigmoid,
oblique, shingled, erosional truncation)!

Praktikum
- Picking dan interpretasi manual

Lapak
I. Aktivitas Praktikum
II. Hasil dan Analisa
− Hasil Picking Horizon
− Hasil Picking Fault
− Seismic fasies
− Petroleum System
III. Kesimpulan
IV. Daftar Pustaka
MODUL 7
ANALISIS WELL LOGGING DAN PETROFISIKA

I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui jenis – jenis data sumur, prinsip pengambilan data dan kegunaannya
2. Dapat menentukan zona prospek menggunakan analisis kualitatif data sumur
3. Dapat menentukan zona prospek menggunakan parameter petrofisika

II. Alat yang dibutuhkan


1. Alat tulis/software pengolah gambar
2. Data well logging

III. Tinjauan Pustaka


1.1. Well Logging
Pengeboran data sumur disebut sebagai drilling sedangkan pengambilan data
sumur disebut logging. Well logging adalah praktik pengambilan data di lubang bor
dan pembuatan detail rangkaian pengukuran fisika (well log) dari formasi geologi yang
dilewati. Pada saat proses pengeboran sumur, pasti dibutuhkan lumpur pengeboran
(drilling mud). Lumpur pemboran ini berfungsi sebagai penyeimbang tekanan formasi
dan tekanan lubang bor, media transportasi serbuk atau lapisan batuan yang berasal dari
pengeboran untuk dibawa ke permukaan, menjaga temperature lubang bor, dan
sebagainya. Lumpur pemboran bisa dibuat berdasarkan oil based mud, water based
mud, synthetic based mud (polimer) dan sebagainya. Masing – masing lumpur
pemboran tersebut memiliki kelebihan, kekurangan dan kegunaan masing – masing.
Pengambilan data open hole logging dibagi menjadi 2 yaitu wireline logging dan
logging/measurement while drilling (LWD/MWD). Perbedaan wireline logging dan
LWD adalah waktu pengambilan datanya, jika wireline logging adalah pengambilan
data sumur yang dilakukan setelah sumur selesai di bor sedangkan LWD adalah
pengambilan data sumur bersamaan dengan proses pengeboran data sumur. Perbedaan
lainnya adalah pada kasus LWD tidak dapat diambil data log Spontaneous Potential
(SP).
Data wireline logging terdiri atas log Gamma Ray (GR), log resistivitas, log
kecepatan (sonik), log densitas, log neutron porosity, log Spontaneous Potential (SP),
dan log caliper. Data – data tersebut kemudian digunakan untuk mengevaluasi zona
prospek reservoir dengan cara melakukan perhitungan petrofisika mulai dari porositas,
permeabilitas, saturasi air/saturasi hidrokarbon dan volume of shale. Perlu diketahui
bahwa data sumur memiliki resolusi vertikal yang baik karena data sumur mengambil
data secara vertikal dan memiliki domain kedalaman.

1.2. Jenis-jenis log


Log adalah suatu grafik kedalaman (bisa juga waktu) dari suatu data yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur
(Harsono, 1997). Ada berbagai macam jenis log yang mempunyai fungsinya masing-
masing. Sebuah sumur tidak selalu mempunyai data log secarakeseluruhan. Logging
pada proses eksplorasi disesuaikan dengan kebutuhan, baik secara parameter fisika
ataupun tingkat ekonomisnya.

1.3. Analisis Petrofisika


Analisis petrofisika merupakan salah satu proses yang penting dalam usaha untuk
mengetahui karakteristik suatu reservoir. Proses dalam melakukan analisa petrofisika,
memerlukan beberapa parameter penting dalam suatu formasi, diantaranta adalah
Porositas, Resistivitas Air Formasi, Saturasi Air, dan Permeabilitas. Untuk
memberikan hasil analisis dengan tingkat akurasi yang lebih baik, metoda interpretasi
dan perhitungan dikontrol oleh data core seperti routine core dan Special Core Analysis
(SCAL), analisis air formasi, dan sebagainya.

1.4. Well to seismic tie / Log Correlation


Data yang diperlukan untuk well seismic tie diantaranya adalah sonic (DT),
density (RHOB), dan checkshot. Sebelum diproses, data well tersebut harus dikoreksi
terlebih dahulu . Untuk menentukan wavelet yang terbaik, maka kita dapat melakukan
log correlation. Sebagaimana yang kita ketahui, data seismic umumnya berada dalam
domain waktu (TWT) sedangkan data well berada dalam domain kedalaman (depth).
Sehingga, sebelum kita melakukan pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan
adalah konversi data well ke domain waktu. Untuk konversi ini, kita memerlukan data
sonic log dan checkshot. Well to seismic tie/Log correlation bertujuan untuk
mengorelasikan data seisimik terhadap seismogram sintetik yang berasal dari konvolusi
wavelet. Prinsipnya adalah semakin besar koefisien korelasi (mendekati 1) maka
korelasi semakin kuat. Perlu digunakan wavelet yang tepat untuk menghasilkan
korelasi yang baik.

Keyword
I. Well logging
II. Jenis-jenis log
- Prinsip kerja
- Kegunaan
- Faktor yang mempengaruhi
III. Interpretasi Kuantitatif
IV. Analisa petrofisika
V. Analisa crossplot

Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud triple dan fourth combo pada data sumur?
2. Bagaimana cara menentukan zona prospek berdasarkan data GR, Resistivity dan
Neutron Density?
3. Bagaimana suatu zona dapat dikatakan memiliki prospek bila dilihat dari hasil
perhitungan petrofisika?
4. Bagaimana syarat reservoir ideal bila dilihat dari data log?

Laporan Akhir
I. Aktivitas Praktikum
II. Hasil dan Analisis
III. Kesimpulan
IV. Tugas Tambahan (Jika ada)
Daftar Pustaka
MODUL 8
INTERPRETASI KUANTITATIF
MENGGUNAKAN HRS

I. Tujuan Praktikum
1. Dapat menentukan zona prospek menggunakan analisis kuantitaif data sumur
2. Dapat menentukan zona prospek menggunakan parameter petrofisika

II. Alat dan Bahan


1. Software HRS
2. Data Sumur

III. Tinjauan Pustaka


1.1. Ekstraksi Wavelet
Merupakan proses pemilihan wavelet yang sesuai yang akan digunakan sebagai signature
deconvolution, yaitu wavelet yang akan menghasilkan seismogram sintetik apabila
didekonvolusikan dengan koefisien refleksi. Parameter yang dijadikan bahan pertimbangan
dalam pemilihan wavelet yang akan kita pakai adalah spektrum fasa beserta spektrum
amplitudo. ekstrasi wavelet dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu statistical Wavelet,
Ricker Wavelet, Wavelet using well:
1.1.1. Ricker Wavelet
Wavelet ini hanya tergantung pada frekuensi dominannya dan frekuensi
puncak dari spektrum amplitudenya terletak pada domain waktu.
1.1.2. Statistical Wavelet
Ekstraksi ini memperoleh wavelet dari data seismik saja atau dihitung secara
sstatistik .Metode ini tidak terlalu baik untuk menentukan spektrum fasa
sehingga harus ditambahkan sebagai sebuah parameter terpisah.
1.1.3. Wavelet using wells
Dimana wavelet ini berasal dari sumur yang tentunya jika digunakauntuk
melakukan well to seismic tie atau log correlation hasil wavelet akan baik
karena dibuat dari sumur itu sendiri yang sudah dibawasi waktunya sesuai
prediksi zona prospek yang diketahui.
1.2. Well to seismic tie / Log Correlation
Diperlukan untuk well seismic tie adalah sonic (DT), density (RHOB), dan checkshot.
Sebelum diproses, data well tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu . Untuk menentukan
wavelet yang terbaik, maka kita dapat melakukan log correlation.
Sebagaimana yang kita ketahui, data seismic umumnya berada dalam domain waktu
(TWT) sedangkan data well berada dalam domain kedalaman (depth). Sehingga, sebelum
kita melakukan pengikatan, langkah awal yang harus kita lakukan adalah konversi data
well ke domain waktu. Untuk konversi ini, kita memerlukan data sonic log dan checkshot.
Well to seismic tie/Log correlation bertujuan untuk mengorelasikan data seisimik
terhadap seismogram sintetik yang berasal dari konvolusi wavelet. Prinsipnya adalah
semakin besar koefisien korelasi (mendekati 1) maka korelasi semakin kuat. Perlu
digunakan wavelet yang tepat untuk menghasilkan korelasi yang baik.

Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan dan gambarkan:


• Impedansi akustik dan koefisien refleksi (reflektivitas) wavelet dan jenis – jenis wavelet
(fase wavelet)
• Fasa dan Polaritas (seismic)
• Sintetik seismogram (seismic trace)

Keyword :

A.Impedansi Akustik
B.Input data, well checkshot, marker, seismic
C.Ekstraksi Wavelet
D.Well tie: Analisa amplitude spectrum,create wavelet
- Seismogram SIntetik
- Checkshot Survey
- Vertical Seismic Profile
MODUL 9

INTERPRETASI KUALITATIF MENGGUNAKAN HRS

I. Tujuan :
1. Dapat membuat dan menginterpretasi time structure map
2. Dapat membuat dan menginterpretasi depth structure map

II. Alat dan Bahan :


1. Software HRS
2. Data Sumur dan Data Seismik

III. Tinjauan Pustaka :


3.1.Time Structure Map

Dalam pembuatan peta struktur waktu (Time Structure Map) lapisan reservoar geologi
bawah permukaan, merupakan cerminan model konfigurasi lapisan yang ada di daerah kajian
pada horizon yang dilakukan analisis. Proses ini dilakukan setelah melakukan picking horizon
dan kesinambungan masing-masing seismik yang sudah tervalidasi dengan baik. Selain itu
terdapat pula beberapa patahan yang terlihat di setiap lintasan seismik yang dapat dianalisa,
dimana hal ini dapat menunjukkan keseragaman fenomena geologi yang terjadi. Selain itu
mengenai model penyebaran horizon serta pola struktur yang berkembang pada masing-masing
horizon tersebut, yang kemudian dipetakan dalam bentuk peta struktur waktu dengan satuan
milisecond. Maka tahap yang akan dilakukan selanjutnya adalah membuat peta struktur waktu
(time structure map), yang bertujuan untuk melihat struktur pada lapangan penelitian dalam
domain waktu (time). Kemudian di konversi menjadi domain kedalaman (depth) didapatkan
depth structure map dan untuk menghasilkan peta ketebalan (isopach map).

3.2.Velocity Model

Dalam pemodelan kecepatan (velocity model) ini biasanya digunakan dalam PSDM salah
satunya yaitu Velocity Analysis Model Based. Data yang digunakan dalam proses ini biasanya
time gathers dan keluarannya merupakan model kecepatan final (Final Velocity Model) dalam
bentuk kedalaman dan peta kecepatan untuk model 3D atau kedalaman dan penampang yang
melintang biasanya digunakan untuk membuat penampang kecepatan pada model 2D.
3.3.Depth Structure Map
Peta struktur yang menunjukkan kedalaman atau depth structure map merupakan langkah
hasil dari konversi waktu ke kedalaman. Hal ini sangat penting dalam dunia eksplorasi migas.
Pengeboran yang dilakukan didalam domain waktu merupakan hal yang sangat membahayakan
dikarenakan di dalam domain waktu ini akan menghasilkan pernafsiran yang menyesatkan
terutama pada zona di bawah kecepatan tinggi seperti sub-salt ataupun sub-carbonate. Di
bawah zona ini akan diperoleh pull up velocity anomaly atau antiklin semu, sedangkan pada
keadaan sesungguhnya memiliki bentuk yang datar bahkan sinklin.

IV. Tugas Pendahuluan :

Lakukan konturing pada gambar yang sudah diberikan di classroom

Keyword :

a. Time Structure Map


b. Velocity Model
c. Depth Structure Map

Anda mungkin juga menyukai