Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK MENGETAHUI XXXXDI

LAPANGAN SOFTBALLKAMPUS UPN “VETERAN” YOGYAKARTA


KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN,D. I. YOGYAKARTA

Muhammad Reza Fahlevi; Meida Riski Pujiyati; Safitri Novia Astiana Putri;
Muhammad Eldwin De Fayyadh; Muhammad Bagus Cipta Wijaya; Muhammad
Andre Evhan Okila; Muhammad Akbar Najib Hidayat
115.160.003; 115.160.019; 115.160.033; 115.160.043; 115.160.047; 115.160.053;
115.160.063

Jurusan Teknik Geofisika, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta


Jalan SWK Contongcatur, Yogyakarta
engineeringgeophysical@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan di daerah UPN “Veteran” Yogyakarta, Kecamatan


Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan metode
seismic refraksi yang bertujuan untuk mengetahui batas antar lapisan dan mengetahu
blindzone lapisan. Penelitian ini menggunakan alat PASI untuk mendapatkan kecepatan
rambat gelombang di bawah permukaan. Setelah itu pengolahan data di lakukan dengan
menggunakan data lapangan yang ada menggunakan microsoft exel, setelah pengolahan
data kemudian membuat perbandingan dengan metode GRM dan metode Plus-Minus.
Selain itu juga membuat pemodelan 3D. Dari hasil pengolahan data tersebut didapatkan
bahwa di daerah tersebut terdapat litologi paling atas merupakan endapan merapi muda
dan dibawahnya berupa lempung basah.
Kata Kunci: Seismik refraksi, PASI, GRM,.

PENDAHULUAN sifat fisika batuan yang diperoleh


Dalam geofisika terdapat melalui pengukuran di lapangan.
beberapa metode yang digunakan dalam Metode seismik refraksi ini
eksplorasi di lapangan. Salah satunya tergolong dalam metode geofisika aktif,
adalah Metode Seismik Refraksi, yang artinya metode ini dalam pengukurannya
mana metode ini memanfaatkan waktu di lapangan membutuhkan sumber
rambat (travel time) gelombang seismik buatan manusia untuk mendapatkan
yang menjalar dari sumber gelombang hasil yang diinginkan. Gelombang
sampai ke receiver pada tiap lapisan gempabumi merupakan sumber seismik
batuan di bawah permukaan bumi. yang alami, namun dalam aplikasi
Waktu rambat gelombang seismik di metode seismik refraksi pada kehidupan
bawah permukaan bervariasi sehari-hari sumber seismik tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurang tepat untuk diterapkan di
kerapatan massa batuan, porositas lapangan. Oleh karena itu, metode ini
batuan, dan faktor fisika batuan yang membutuhkan sumber buatan seperti
lain. Gelombang seismik yang menjalar pukulan palu, accelerated weight drop,
di bawah permukaan bumi dijelaskan dan vibrouseis truck.
dalam beberapa hukum yaitu Hukum Dari proses akuisisi data di
Snellius, Asas Fermat, dan Prinsip lapangan menggunakan metode seismik
Huygens. Dalam eksplorasi di lapangan, refraksi ini akan diperoleh data berupa
metode seismik refraksi ini bertujuan waktu rambat gelombang pada batuan
untuk mendapatkan perlapisan batuan di bawah permukaan. Data tersebut
bawah permukaan bumi berdasarkan selanjutnya akan diolah melalui proses
dengan beberapa metode, diantaranya
adalah Metode Generalized Reciprocal Parameter jarak (offset) dan waktu jalar
Method dan Hagiwara dengan asumsi dihubungkan oleh sepat rambat
bahwa batas lapisan di bawah gelombang dalam medium. Kecepatan
permukaan tidak selalu merupakan tersebut dikontrol oleh sekelompok
bidang datar tetapi dalam metode ini konstanta fisis yang ada di dalam
batas lapisan dapat berundulasi. Data material dan dikenal sebagai parameter
tersebut kemudian dapat digunakan elastisitas.
untuk menentukan bentukan batas
perlapisan mulai dari source, 2.2. Hukum Dasar
penampang kecepatan dan profil bawah Hal-hal yang menjadi dasar pada
permukaan daerah penelitian serta pemantulan dan pembiasan gelombang
dugaan ada atau tidaknya lapisan adalah:
blindzone.  Asas Fermat

DASAR TEORI Gelombang menjalar dari satu titik


2.1. Seismik Refraksi ke titik lain melalui jalan tersingkat
Seismik refraksi merupakan salah waktu penjalarannya.
satu metode seismik aktif yang bekerja  Prinsip Huygens
berdasarkan gelombang seismik yang
direfraksikan mengikuti lapisan-lapisan “Titik-titik yang dilewati
bumi di bawah permukaan. gelombang akan menjadi sumber
Metode ini hanya memanfaatkan gelombang baru”. Front gelombang
gelombang langsung dan gelombang P yang menjalar menjauhi sumber
refraksi yang menjalar pada bidang adalah superposisi front
batas lapisan batuan. Metode seismik gelombang-front gelombang yang
refraksi melakukan pengukuran waktu dihasilkan oleh sumber gelombang
tempuh gelombang P (pada setiap titik baru tersebut.
sepanjang bidang batas lapisan) yang
dihasilkan dari sumber energi implusif.
Metoda seismik refraksi
mengukur gelombang datang yang
dipantulkan sepanjang formasi geologi
di bawah permukaan tanah. Peristiwa
refraksi umumnya terjadi pada muka air
tanah dan bagian paling atas formasi
bantalan batuan cadas. Grafik waktu Gambar 3.1 Prinsip Huygens
datang gelombang pertama seismik pada
masing-masing geofon memberikan  Hukum Snellius
informasi mengenai kedalaman dan
lokasi dari horison-horison geologi ini.
Informasi ini kemudian digambarkan
dalam suatu penampang silang untuk
menunjukkan kedalaman dari muka air
tanah dan lapisan pertama dari bantalan
batuan cadas.
Seismik bias dihitung berdasarkan
waktu jalar gelombang pada
tanah/batuan dari posisi sumber ke
penerima pada berbagai jarak tertentu. Gambar 3.2 Hukum Snellius
Pada metode ini, gelombang yang terjadi
setelah usikan pertama (first break)
diabaikan, sehingga sebenarnya hanya
data first break saja yang dibutuhkan.
“Gelombang akan dipantulkan atau
dibiaskan pada bidang batas antara dua
medium”, menurut persamaan :
sin 𝑖 𝑉1
sin 𝑟
= 𝑉2 (3.1)
dimana:
i = Sudut datang
r = Sudut bias
V1 = Kecepatan gelombang pada Gambar 3.7 Ilustasi metode GRM
medium 1 Jarak optimum XY menjadi hal
V2 = Kecepatan gelombang pada terpenting dan tersulit dalam metode
medium 2 GRM. Kemudian XY distance adalah
jarak pisah di permukaan dimana
2.3. Asumsi-asumsi Dasar gelombang seismik dari forward dan
Berbagai anggapan yang dipakai referse diukur dari titik refraktor yang
untuk medium bawah permukaan bumi sama. Titik X dan Y sendiri adalah
antara lain: sebaran geophone.
a) Medium bumi dianggap berlapis- Ada 2 cara menentukan jarak
lapis dan tiap lapisan menjalarkan optimum XY, antar lain :
gelombang seismik dengan  Perhitungan langsung
kecepatan yang berbeda. - menggunakan persamaan :
XY = 2Ztan Ic
b) Makin bertambahnya kedalaman
- cara ini menjadi sulit karena
batuan lapisan bumi makin
yang kita cari adalah kedalaman tiap
kompak.
Geophone.
c) Panjang gelombang seismik <<  Observasi
ketebalan lapisan bumi. Hal ini
- XY didapat dari kurva T dan
memungkinkan setiap lapisan bumi
Tg
akan terdeteksi.
Pada metode ini pertama kali
d) Gelombang seismik dipandang dihitung fungsi kecepatan untuk tiap-
sebagai sinar seismik yang tiap geophone sesuai jarak (XY),
memenuhi hukum Snellius dan misalnya XY = 1,2 3,….dst (gambar a).
perinsip Huygens. fungsi tersebut diberikan sebagai :
e) Pada bidang batas antar lapisan,
gelombang seismik menjalar
dengan kecepatan gelombang pada
lapisan dibawahnya.
f) Kecepatan gelombang bertambah (3.17)
dengan bertambahnya kedalaman. Dengan Tv adalah waktu jalar dari
A ke G yang terletak diantara E dan F
2.4. Metode Generalized Reciprocal (lihat gambar b). Jika dapat diperoleh
Method (GRM) harga “XY optimum” maka titik E dan F
Metode GRM merupakan turunan akan berimpit sehingga didapatkan
terakhir dari metode Delay Time yang bentuk biasan dari dua arah dengan titik
memetakan lapisan bawah permukaan bias yang sama.
dengan tingkat kekerasan dan undulasi
refraktor yang tinggi. Pemilihan XY optimum ini
Metode ini menggunakan asumsi : dilakukan dengan menggambar semua
 Perubahan struktur kecepatan grafik analisis kecepatan, dan ditentukan
yang tidak kompleks grafik yang tidak banyak berundulasi
 Kemiringan lapisan < 20o (regresi linearnya memiliki koefisien
korelasi paling besar)
Setelah diperoleh besarnya XY Metode ini menggunakan dua jenis
optimum dihitung kecepatan rerata (V analisis, yaitu :
avg) yang dirumuskan sebagai berikut : • Analisis Plus Time : untuk analisa
kedalaman
• Analisa Minus Time : untuk
determinasi kecepatan

(3.18)

dimana :

(3.19)
Dengan V’ adalah “kecepatan
semu” dibawah titik G (diperoleh dari
slope lapisan pertama di bawah Gambar 3.7 Ilustrasi Dua Lapisan
geophone). Vavg adalah kecepatan rerata, Metode Plus-Minus untuk Analisa Plus
dan XY adalah jarak optimumnya. Time.
Berdasarkan hasil kecepatan Berdasarkan gambar didapat beberapa
rerata persamaan (3.19) dapat diperoleh persamaan umum antara lain,
kedalaman bidang pembias di bawah
titik G sebagai :
𝑇 𝑉
ℎ𝑝 = 𝐺cos𝑎𝑣𝑔
𝑖 (3.6.1)
(3.20)
dengan
𝑉
I = 𝑠𝑖𝑛−1 𝑎𝑣𝑔 (3.6.2)
𝑉
(II.18)
Geometri kedalaman bidang
pembias dapat diperoleh dengan
(3.6.3)
mengeplot kedalaman ℎ𝑝 pada tiap –
tiap geophone.

2.5.Metode Plus-Minus (3.6.4)


Metode Plus-Minus
(Hagedoorn,1959) merupakan turunan TAD merupakan data waktu
dari metode delay time untuk kasus yang penembakan maju, THD merupakan data
lebih kompleks seperti : waktu penembakan mundur, dan
 Bidang batas lapisan yang tidak THA merupakan aktu total. TAH sendiri
rata dapat dicari dengan persamaan (1) pada
 Mencari tebal lapisan-lapisan metode ABC. Artinya TAH = TAB pada
lapuk metode ABC.
 Untuk menghitung static Metode Plus-Minus menggunakan dua
correction pada data seismik jenis analisis, yaitu :
refleksi • Analisis Plus Time (T+) : untuk
Metode Hagedoorn ini menggunakan analisa kedalaman
asumsi bahwa • Analisa Minus Time (T-) : untuk
a. Bidang batas lapisan C-F adalah lurus determinasi kecepatan
b. Kemiringan refraktor < 10°
1) Analisa Plus Time (T+)
Plus Time adalah jumlah waktu V2 dapat dicari dengan analisa
rambatan gelombang dari geophone geophone D dan D’ dipisahkan oleh
pada sumber forward dan geophone dari jarak ΔX, maka;
sumber reverse di kurangi dengan travel
time antara sumber keduanya.
Tujuannya : Untuk analisa Kedalaman (3.6.10)
(Depth). Kemudian, kurangkan
Plus-Time dapat dirumuskan dengan, , maka ;

(3.6.5) (3.6.11)
Sehingga disederhanakan menjadi, dimana,

(3.6.6)
Kemudian disederhanakan lagi menjadi,
Artinya, kecepatan V2 sama dengan dua
(3.6.7) kali inverse slope-nya di dalam window
Maka di dapat kedalaman di titik D, analisa Plus-Minus Time. Sehingga;

(3.6.8) (3.6.12)

Sedangkan, untuk mecari kecepatan V1 METODOLOGI PENELITIAN


di dapat dari inverse slope gelombang 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
arrival lapisan pertama (Sf ke X f atau Sr Lokasi pengambilan data di
ke X r). Yogyakarta. Lapangan ini terletak di
Lapangan Softball UPN “Veteran”
2) Analisa Minus Time (T-) Yogyakarta Kabupaten Sleman Provinsi
Minus Time adalah pengurangan DI Yogyakarta. Akuisisi lapangan
waktu rambatan gelombang dari dimulai dari pukul 14.30 WIB.
geophone pada sumber forward dan Lapangan dilakukan pada Sabtu, 11
geophone dari sumber reverse lalu Maret 2018.
dikurangi dengan travel time antara
sumber keduanya. Analisa ini digunakan
untuk mendeterminasi kecepatan
refraktor (V2).

Gambar 3.1 Desain Survei


Gambar 3.8 Analisa Minus
Time untuk Mencari Informasi 3.2. Diagram Alir Pengambilan Data
Kecepatan V2.

Berdasarkan gambar 2 didapat


persamaan Minus Time yaitu

(3.6.9)
Mulai
Mulai
satu dengan yang lainnya atau disebut
juga pengambilan data secara bolak-
Persiapan
Persiapan Alat
Alat
balik (forward dan reverse). Dengan
Pembentangan
Pembentangan Geophone
Geophone
jarak pengukuran sebesar 40 meter.
Fungsi grafik T-X sendiri menentukan
Pemberian
Pemberian Usikan
Usikan titik batas gelombang langsung dan
gelombang refraksi. Melalui grafik hasil
Picking
Picking Data
Data analisa dan perhitungan dapat diketahui
beberapa persamaan antara satu dengan
Pencatatan
Pencatatan Data
Data
yang lain. Pada persamaan pertama yaitu
y = 0,64x - 0,666 untuk persamaan
Nilai
Nilai Offset
Offset
Waktu
Waktu
Tempuh
Tempuh
Azimuth
Azimuth Koordinat
Koordinat kedua yakni y = 0,590x + 2,873. Pada
persamaan ketiga yakni y = 0,071x +
Selesai
Selesai 1,521 untuk persamaan keempat yaitu y
Gambar 3.2. Diagram Alir Pengambilan = -0,772x + 30,19.
Data Pada grafik tersebut terdapat dua jenis
gelombang yakni gelombang forward
dan gelombang reverse. Kedua
3.3. Diagram Alir Pengolahan Data gelombang tersebut memiliki titik
Mulai
refraksi berbeda atara satu dengan yang
Data Lapangan
lainnya. Gelombang forward terlihat
direct wave forward terdapat pada offset
Microsoft Excel
0m sampai 15 m dan time 0 ms hingga
Tabel Data Picking Tabel Data Picking
11,6 ms yang kemudian dilanjutkan
Rata-Rata Manual

dengan refracted wave forward dengan


Metode GRM Metode Hagiwara offset 15 m sampai 40 m dan time 11,6
ms hingga 26,4 ms dengan titik refraksi
Grafik T-X Surfer Perbandingan Profil
Bawah Permukaan
pada jarak offset 15 m dari source
dengan waktu datang gelombang pada
Perbandingan Perbandingan Perbandingan Perbandingan
11,6 ms. Sedangkan gelombang reverse
Penampang
Kecepatan
Peta
Kecepatan
Peta
Kedalaman
Pemodelan 3D
terlihat direct wave reverse terdapat
pada offset 25 m sampai 40 m dan time 0
Intepretasi

ms hingga 11,2 ms yang kemudian


Kesimpulan
dilanjutkan dengan refracted wave
Selesai
forward dengan offset 0 m sampai 25 m
dan time 14 ms hingga 30 ms dengan
Gambar 3.3. Diagram Alir Pengolahan Data titik refraksi pada jarak offset 25 m dari
source pada waktu datang 11,2 ms. Pada
HASIL DAN PEMBAHASAN proses pengolahan data maka didapat
4.1. Grafik T-X persamaan yang berbeda antara
gelombang yang satu dengan gelombang
yang lainnya.

4.2. Profil Bawah Permukaan

Gambar 4.1Grafik T-X


Pada grafik diatas terbentuk dari
dua buah gelombang yang ditembak
dengan letak source yang berbeda antara
batuan yang ada pada lintasan pertama
tidaklah kompak

4.3 Penampang Kecepatan

Gambar 4.2 Profil Bawah Permukaan


Gambar diatas menunjukkan
perbandingan profil kedalaman dengan
dua metode yang berbeda. Metode yang
digunakan dalam pengambilan data kali
ini adalah Delay Time dengan metode
Plus Minus dan GRM. Kedua metode ini
digunakan untuk mengambil data pada
lintasan yang mempunyai offset 40
meter dengan cara pengambilan data
adalah forward dan reverse. Setelah
mendapatkan data yang diambil dengan
cara forward dan reverse maka
selanjutkan akan dicocokan dengan tabel
kecepatan menurut (Telford, 1990)
sehingga akan diketahui litologinya.
Gambar 4.3 Penampang Kecepatan
Pada metode GRM hanya Gambar diatas menunjukkan
didapatkan bahwa litologi yang ada pada perbandingan antara penampang
lintasan pertama adalah soil dimana kecepatan yang menggunakan metode
didapatkan dari kecepatan menurut Plus Minus dan penampang kecepatan
(Telford, 1990). Hal ini juga bisa yang menggunakan metode GRM. Pada
dikorelasikan pada peta kecepatan tiap kedua penampang tersebut
kelompok yang menunjukkan bahwa dilambangkan dengan tiga warna yang
kecepatan pada lintasan pertama melambangkan tiga jenis kecepatan
menunjukkan bahwa kecepatan pada yang berbeda. Pada warna merah
lintasan pertama termasuk berkecepatan melambangkan kecepatan tinggi, pada
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa warna hijau melambangkan kecepatan
batuan yang ada pada lintasan pertama sedang, dan untuk kecepatan rendah
tidaklah kompak ditandai dengan wanra ungu.
Pada metode Plus Minus akan Pada metode Plus Minus
didapatkan kedalaman dari tiap didapatkan bahwa pada tengah lintasan
geophone, selain itu pada metode ini pertama didominasi oleh kecepatan yang
juga dapat menentukan adanya termasuk tinggi. Kecepatan tinggi ini
blindzone yang ada pada daerah dilambangkan dengan warna merah
pengambilan data. Didapatkan bahwa dengan variasi nilai 1324 m/s sampai
litologi yang ada pada lintasan pertama dengan 1327 m/s. Lalu pada sampingnya
jika menggunakan metode Plus Minus akan ditandai dengan kecepatan sedang
juga soil. Pemberian litologi ini dengan warna hijau dan pada akhirnya
didasarkan dari kecepatan menurut akan ditandai dengan kecepatan rendah
(Telford, 1990). Hal ini juga bisa yang ditandai dengan warna ungu. Jika
dikorelasikan pada peta kecepatan tiap dilihat dari variasi kecepatan yang ada,
kelompok yang menunjukkan bahwa maka jika dikorelasikan dengan tabel
kecepatan pada lintasan pertama kecepatan menurut (Telford, 1990)
menunjukkan bahwa kecepatan pada maka litologi yang ada adalah soil.
lintasan pertama termasuk berkecepatan
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
Pada metode GRM didapatkan tidaklah menunjukkan perbedaan yang
bahwa pada tengah lintasan signifikan. Kedua peta tersebut memiliki
menunjukkan kecepatan yang semakin nilai kecepatan yang bervariasi dimana
tinggi apabila kedalamannya bertambha. ditandai dengan tiga jenis pewarnaan,
Hal ini sesuasi dengan asumsi dasar yaitu merah untuk kecepatan tinggi,
seismik yang mengatakan bahwa hijau untuk kecepatan sedang, sementara
semakin bertambah kedalaman maka ungu untuk kecepatan rendah. Pada
akan semakin bertambha juga kecepatan lintasan tujuh memiliki kecepatan yang
gelombang yang merambat. Kecepatan tinggi dengan nilai kecepatan 2000 m/s
tinggi ini dilambangkan dengan warna sampai 3000 m/s untuk metode Plus
merah dengan variasi nilai 1220 m/s Minus dan 1300 m/s sampai 1800 m/s
sampai dengan 1360 m/s. Lalu pada dengan menggunakan metode GRM.
atasnya akan ditandai dengan kecepatan Dengan dasar ini maka bisa dibilang
sedang dengan variasi nilai mulai dari bahwa batuan pada lintasan tujuh
1100 m/s sampai dengan 1400 m/s yang memiliki kekompakan yang lebih besar
dilambangkan dengan warna hijau. Pada daripada batuan pada lintasan lainnya.
lapisan yang paling Untuk lintasan delapan, enam, dan
dangkalberkecepatan rendah yang empat sendiri merupakan lintasan yang
ditandai dengan warna ungu dengan memiliki kecepatan yang rendah dengan
variasi nilai kecepatan mulai dari 940 variasi kecepatan mulai dari 200 m/s
m/s sampai dengan 1060 m/s. Jika sampai 1400 m/s dengan metode Plus
dilihat dari variasi kecepatan yang ada, Minus, sedangkan untuk metode GRM
maka jika dikorelasikan dengan tabel sebesar 300 m/s sampai 1000 m/s.
kecepatan menurut (Telford, 1990) Dengan nilai kecepatan ini bisa dibilang
maka litologi yang ada adalah soil. bahwa batuan pada lintasan ini
merupakan abtuan yang tidak terlalu
4.4 Peta Kecepatan V1 dan V2 kompak jika dibandingkan dengan
batuan yang ada pada lintasan lainnya.
Sementara untuk lintasan lima, tiga, dan
satu memiliki kecepatan yang sedang
dengan ditandai dengan warna hijau
yang menandakan kecepatan sedang
dengan kecepatan pada metode Plus
Minus sebesar 1400 m/s sampai dengan
1300 m/s dan GRM dengan kecepatan
sebesar 800 m/s sampai 1300 m/s.

Gambar 4.4 Peta Kecepatan V1


Gambar diatas menunjukkan peta
kecepatan V1 pada daerah pengukuran.
Data yang digunakan dalam pembuatan
peta tersebut menggunakan data lintasan
pertama sampai dengan data lintasan
kedelapan. Untuk jarak antar lintasannya
sendiri adalah 6 meter dengan panjang
offset masing – masing linasan adalah
40 meter. Pada pengolahan data kali ini Gambar 4.6 Peta Kecepatan V2
menggunakan metode Delay Time yaitu Gambar diatas menunjukkan peta
dengan metode GRM dan Plus Minus. kecepatan V2 pada daerah pengukuran.
Jika kedua peta kecepaan Data yang digunakan dalam pembuatan
dengan metode GRM dan Plus Minus peta tersebut menggunakan data lintasan
pertama sampai dengan data lintasan
kedelapan. Untuk jarak antar lintasannya
sendiri adalah 6 meter dengan panjang
offset masing – masing linasan adalah
40 meter. Pada pengolahan data kali ini
menggunakan metode Delay Time yaitu
dengan metode GRM dan Plus Minus.
Jika kedua peta kecepaan
dengan metode GRM dan Plus Minus
tidaklah menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Kedua peta tersebut memiliki
nilai kecepatan yang bervariasi dimana Gambar 4.7 Peta Kedalaman
ditandai dengan tiga jenis pewarnaan, Gambar diatas merupakan
yaitu merah untuk kecepatan tinggi, perbandingan peta kedalaman metode
hijau untuk kecepatan sedang, sementara GRM dan Plus Minus. Jika dilihat
ungu untuk kecepatan rendah. Pada dari variasi warna yang ada pada peta
lintasan tujuh dan dua memiliki maka terbagi menjadi tiga jenis
kecepatan yang tinggi dengan nilai warna. Mulai dari warna merah yang
kecepatan 2000 m/s sampai 3000 m/s menunjukkan kedalaman dangkal,
untuk metode Plus Minus dan 1700 m/s warna hijau yang menunjukkan
sampai 2600 m/s dengan menggunakan lintasan dengan kedalaman sedang,
metode GRM. Dengan dasar ini maka sampai lintasan biru tua sampai ungu
bisa dibilang bahwa batuan pada yang menunjukkan kedalaman yang
lintasan tujuh dan dua memiliki dalam.
kekompakan yang lebih besar daripada Pada peta diatas sebagian
batuan pada lintasan lainnya. Untuk besar didominasi oleh kedalaman
lintasan delapan, enam, dan empat yang dangkal pada sebagian besar
sendiri merupakan lintasan yang peta sedangkan hanya menunjukkan
memiliki kecepatan yang rendah dengan bagian dalam pada bagian tengah
variasi kecepatan mulai dari 500 m/s peta. Sebagian besar peta memiliki
sampai 1200 m/s dengan metode Plus kedalaman 0.5 meter sampai -3 meter
Minus, sedangkan untuk metode GRM untuk metode Plus Minus yang
sebesar 500 m/s sampai 1100 m/s. ditandai dengan warna merah sampai
Dengan nilai kecepatan ini bisa dibilang warna kuning. Untuk metode GRM
bahwa batuan pada lintasan ini juga didominasi oleh kedalaman
merupakan abtuan yang tidak terlalu dangkal dengan variasi 1 meter
kompak jika dibandingkan dengan sampai -3 meter yang juga ditandai
batuan yang ada pada lintasan lainnya. dengan warna merah sampai kuning.
Sementara untuk lintasan lima, tiga, dan Pada bagian atas dan bawah
satu memiliki kecepatan yang sedang peta didominasi oleh lapisan dangkal.
dengan ditandai dengan warna hijau Namun pada kedua peta juga
yang menandakan kecepatan sedang menunjukkan adanya lapisan dalam
dengan kecepatan pada metode Plus pada tengah peta yang ditandai
Minus sebesar 1300 m/s sampai dengan dengan warna ungu. Untuk variasi
1900 m/s dan GRM dengan kecepatan kedalamannya sendiri adalah -9
sebesar 900 m/s sampai 1200 m/s. meter sampai -12.5 meter dengan
metode Plus Minus sedangkan
metode GRM menunjukkan
kedalaman sedalaman -6 meter
sampai dengan -9 meter.
Jika dilihat dari
4.5 Peta Kedalaman kedalamannya maka dapat diketahui
bahwa bawah permukaaannya
memiliki undulasi yang beragam Dari data kedalaman yang
dengan nilai undulasi yang makin didapatkan dapat diketahui apabila
dalam apabila semakin ke tangah. dengan pemodelan 3D ini masih
Dengan didapatkan kedalaman yang dibutuhnya dengan metode geofisika
makin dalam dapat dipastikan bahwa lain untuk membuktikannya, seperti
kecepatan gelombang pada lapisan metode geofisika yang bersifat
tersebut akan makin cepat juga sounding. Karena jika hanya interpretasi
sehingga bisa diketahui litologi menggunakan pemodelan 3D diatas
batuannya. maka hasilnya akan tidak jelas.

4.6 Pemodelan 3D KESIMPULAN


Selama melakukan pengolahan data
dan menghasilkan output dari data
tersebut didapatkan beberapa
kesimpulan. Kesimpulan yang
didapatkan dengan menggunakan
metode GRM dan Plus Minus adaah
sebagai berikut :
 Pada grafik T-X ditemukan
bahwa gelombang terefraksikan
pada titik ke empat dan ke enam
masing – masing pada forward
dan reverse. Untuk
Gambar 4.8 Pemodelan 3D
kecepatannya sendiri adalah
Gambar diatas menunjukkan 11.6 ms pada forward dan 11.2
perbandingan pemodelan 3D yang pada reverse.
diambil menggunakan metode Plus  Litologi yang ditemukan
Minus dan juga metode GRM. Jika menggunakan metode Plus
dilihat dari warna yang digunakan maka Minus dan GRM adalah soil.
warna biru menunjukkan nilai  Pada metode Plus Minus
kedalaman yang dangkal sementara didapatkan adanya blindzone
semakin dalam maka akan yang terdapat pada kedalaman -
dilambangkan dengan warna hijau. Pada 4 meter sampai dengan -6 meter.
kedalaman yang menggunakan metode Blindzone tersebut diapit
Plus Minus yang mendominasi adalah dengan dua litologi yang sama
warna putih sedangkan pada metode yaitu soil.
GRM adalah warna cokelat.
 Pada penampang kecepatan
Jika dilihat dari titik titik
lintasan pertama menunjukkan
terdalam maka pada metode Plus Minus
bahwa semakin bertambahnya
menunjukkan kedalaman yang lebih
kedalaman maka kecepatan
dalam dengan nilai -12 meter
gelombang juga akan semakin
dibandingkan dengan nilai kedalaman
bertambah.
metode GRM yang hanya sedlaman -8.5
 Pada perbandingan kecepatan
meter. Namun jika dilihat dari pola 3D
V1 dan V2 jug menunjukkan
yang ada pada metode Plus Minus
bahwa kecepatan pada V2 lebih
pemodelan didominasi oleh kedalaman
cepat daripada V1. Hal ini
yang sedang dengan nilai -2 meter
selaras dengan asumsi dasar
sampai dengan -4.5 meter berbeda
seismik dimana semakin dalam
dengan metode GRM yang
kedalaman maka akan semakin
pemodelannya didominasi oleh
cepat gelombang tersebut.
kedalaman yang dalam dengan nilai
variasi -3.5 meter sampai dengan -6.5  Pada pemodelan 3D berguna
meter. untuk menunjukkan pola
persebaran kedalaman pada
semua lintasan yang ada dengan
menggunakan nilai kedalaman
dari tiap titik receiver yang ada
pada tiap lintasan.

DAFTAR PUSTAKA
Ekaristi, Kevin G.B.2013.Aplikasi
Metode Delay Time Untuk
Menentukan Pondasi
Bangunan Gedung Teknik
Geofisika Di Lapangan
Softball Upn “Veteran”
Yogyakarta.Yogyakarta:
Program Studi Teknik
Geofisika, Universitas
Pembangunan Nasional “
Veteran”Yogyakarta.
Enisahlatun, F, Supriyadi dan Ian
Yulianti. 2015. Visualisasi Bawah
Permukaan Tanah Menggunakan
Generalized Reciprocal Method
Berdasarkan Data Seismik
Refraksi di Daerah Trangkil
Gunungpati. Semarang : UNS.
Palmer, D. (1980). The Generalized
Reciprocal Method of Seimic
Refraction Interpretation.
Oklahoma: Society of Exploration
Geophysicists.
Priyantari, N. & Suprianto, A. 2009.
Penentuan Kedalaman Bedrock
Menggunakan Metode Seismik
Refraksi di Desa Kemuning Lor
Kecamatan Arjasa Kabupaten
Jember, Jurnal ILMU DASAR
Vol. 10 No.1 . 2009: 6 – 12.
Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik
Geofisika. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Salim, Ashadi. 2012. Analisis Data
Seismik Refraksi Dengan Metode
Generalized Reciprocal. Jakarta:
Binus University.
Staff Asisten Seismik Refraksi. 2015.
Modul Praktikum Seismik
Refraksi. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
Telford, M W. Geldart, L P. Sheriff, R
E. Keys, D A. 1976. Applied
Geophysics. New York:
Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai