Anda di halaman 1dari 10

Interpretasi Bawah Permukaan menggunakan Metode Seismik

Refraksi untuk Analisis Potensi Tanah Longsor (Studi Kasus:


Lapang Trail Cibiru Wetan)
Nuril Camila Banjari
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode seismik refraksi untuk melakukan interpretasi
bawah permukaan dengan tujuan menganalisis potensi tanah longsor di Lapang Trail Cibiru
Wetan, Kabupaten Bandung. Metode interpretasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode intercept time, di mana model kecepatan dan ketebalan multi-layer dapat diperoleh
dengan inversi langsung. Studi kasus dilakukan di Lapang Trail Cibiru Wetan, lokasi yang akan
dibangun perumahan, memerlukan survei geologi untuk mengetahui daya dukung tanah. Survei
seismik refraksi bertujuan untuk mengidentifikasi kecepatan rambat dan densitas batuan di
bawah permukaan. Pada metode penelitian, akuisisi data lapangan dilakukan dengan 24
geophone pada 5 shot yang terletak pada jarak tertentu. Pengolahan data melibatkan pick first
breaks dengan software Pickwin dan interpretasi menggunakan software Plotrefa. Hasil
interpretasi menunjukkan dua lapisan bawah permukaan dengan perbedaan signifikan dalam
kecepatan rambat gelombang. Lapisan merah muda memiliki cepat rambat 0,42 km/s dan
ketebalan maksimum 6-7 meter, sementara lapisan biru memiliki cepat rambat 1,18 km/s dan
ketebalan maksimum 15 meter. Lapisan merah muda diduga berupa top soil, pasir, dan kerikil
tak jenuh, sedangkan lapisan biru didominasi oleh pasir jenuh, kerikil jenuh, dan alluvium.
Perbedaan ini menjadi indikator potensi terjadinya tanah longsor di Lapang Trail Cibiru Wetan.
Kata kunci: Seimik refraksi, interpretasi, longsor, inntercept time.
ABSTRACT
This research uses refraction seismic method to perform subsurface interpretation with
the aim of analyzing landslide potential in Lapang Trail Cibiru Wetan, Bandung Regency. The
interpretation method used in this study is the intercept time method, in which multi-layer
velocity and thickness models can be obtained by direct inversion. The case study was
conducted at Lapang Trail Cibiru Wetan, a location where housing will be built, requiring a
geological survey to determine the bearing capacity of the soil. Refraction seismic survey aims
to identify the propagation velocity and density of rocks in the subsurface. In the research
method, field data acquisition was carried out with 24 geophones in 5 shots located at a certain
distance. Data processing involved picking first breaks with Pickwin software and
interpretation using Plotrefa software. The interpretation results show two subsurface layers
with significant differences in wave propagation velocity. The pink layer has a propagation
speed of 0.42 km/s and a maximum thickness of 6-7 meters, while the blue layer has a
propagation speed of 1.18 km/s and a maximum thickness of 15 meters. The pink layer is
thought to be top soil, unsaturated sand and gravel, while the blue layer is dominated by
saturated sand, saturated gravel and alluvium. This difference is an indicator of the potential
for landslides in Lapang Trail Cibiru Wetan.
Keywords: Seimic refraction, interpretation, landslide, inntercept time.
PENDAHULUAN
Metode seismik refraksi merupakan teknik umum yang digunakan dalam survai
geofisika untuk menentukan kedalaman batuan dasar, litologi batuan dasar bed rock, sesar, dan
kekerasan batuan. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa besarnya cepat rambat
gelombang P (longitudinal) dalam lapisan batuan dipengaruhi oleh elastisitas dan densitas
batuan, sehingga dengan mengetahui cepat rambat gelombang P pada lapisan batuan maka akan
diketahui tingkat kekerasan lapisan atau densitas batuan tersebut Ada beberapa metode
interpretasi yang dapat digunakan dalam metode seismik refraksi, antara lain metode waktu
tunda, metode intercept time dan metode rekontruksi. Pada penelitian ini, metode interpretasi
yang digunakan adalah intercept time Keunggulan dari metode ini adalah model kecepatan dan
ketebalan multi-layer dapat diperoleh dengan inversi langsung.
Survei seismik refraksi ini dilakukan dengan studi kasus Lapang Trail Cibiru Wetan,
Kabupaten Bandung. Tempat tersebut merupakan lokasi yang akan dilakukan pembangunan
perumahan sehingga perlu dilakukan survei geologi untuk mengetahui daya dukung tanah
tempat berdirinya bangunan tersebut. Survai ini digunakan untuk mengetahui kecepatan rambat
dan densitas batuan tersebut.
TEORI DASAR
Seismik Refraksi
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk
menjalar pada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu.
Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah sinyal pertama first breaks diabaikan, karena
gelombang seismik refraksi merambat paling cepat dibandingkan dengan gelombang lainnya
kecuali pada jarak (offset) yang relatif dekat sehingga yang dibutuhkan adalah waktu pertama
kali gelombang diterima oleh setiap geophone. Kecepatan gelombang P lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan gelombang S sehingga waktu datang gelombang P yang
digunakan dalam perhitungan metode ini. Parameter jarak dan waktu penjalaran gelombang
dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam medium. Besarnya kecepatan rambat
gelombang tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang
dikenal sebagai parameter elastisitas. Gelombang seismik refraksi yang dapat terekam oleh
penerima pada permukaan bumi hanyalah gelombang seismik refraksi yang merambat pada
batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika sudut datang merupakan sudut kritis
atau ketika sudut bias tegak lurus dengan garis normal (r = 90° sehingga sin r = 1). Hal ini
sesuai dengan asumsi awal bahwa kecepatan lapisan dibawah interface lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan diatas interface.
Interpretasi Metode Intercept Time
Pada interpretasi data seismik refraksi, untuk mendapatkan tingkat kekerasan batuan
dengan memanfaatkan hubungan antara densitas atau kerapatan dengan cepat rambat
gelombang dikenal sebagai hukum Gadner, seperti pada persamaan (1) berikut:
1
𝜌 = 𝛼𝑉 4 (1)
Dengan :
ρ = densitas (g/cm3)
α = 0,31
V = kecepatan gelombang P (m/s)

Perhitungan yang digunakan pada metode intercept time yaitu menghitung waktu pertama kali
gelombang yang berasal dari sumber yang diterima oleh receiver. Dengan mengetahui jarak
setiap receiver dengan sumber serta waktu perambatan gelombang pertama kali samapai
receiver kemudian dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara jarak dan waktu (travel time).
Untuk mengetahui kedalaman lapisan pertama, dituliskan pada persamaan (2) berikut :

𝑇𝑖 𝑉1 𝑉2
𝑧1 = (2)
2√𝑉22 − 𝑉12

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Lapang Trail Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung


(6°54'51.9"S 107°44'10.2"E) pada 27 Mei 2023. Akuisisi data dilakukan sebanyak 1 lintasan,
dengan panjang 120 meter. Jumlah geophone yang digunakan sebanyak 24, dengan masing-
masing jarak antar geophone yaitu 5 meter serta shot sebanyak 5 yang mana masing-masing
shot tersebut berada pada jarak 20 m, 40 m, 60 m, 80 m, 100 m. Instrumentasi yang digunakan
pada akuisisi data lapangan yaitu 24-Channels Seismograph for Refraction Model GEA-24.
Posisi geophone, shot, dan lintasan dapat dilihat pada Gambar (1) berikut:

Gambar (1). Ilustrasi posisi geophone, shot dan lintasan.

Gambar (2). Seismograph for Refraction Model GEA-24.


Diagram alir metode penelitian dijabarkan pada Gambar (3) berikut:

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

Pengolahan data lapangan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu Pick First Breaks menggunakan
software Pickwin dan interpretasi menggunakan software Plotrefa.

Pick First Breaks

Picking first breaks pada seismik refraksi mengacu pada proses identifikasi dan penentuan
waktu kedatangan gelombang pertama (first arrival) yang tiba di permukaan perekam seismik.
Gelombang pertama ini biasanya adalah gelombang longitudinal (P-wave) yang merambat
melalui lapisan batuan di bawah permukaan.

Gambar (4). Import File


Gambar (5). Mengatur koordinat shot dan jarak antar geophone

Gambar (6). Melakukan picking secara manual

Gambar (7). Picking First Breaks


Gambar (8). Save Pick File

Interpretasi

Metode intercept time adalah salah satu metode yang digunakan dalam interpretasi data seismik
refraksi. Metode ini fokus pada perhitungan waktu tempuh gelombang (travel time) melalui
lapisan-lapisan batuan di bawah permukaan.

Gambar (9). Import Pick File


Gambar (10). Term Time Layer 2 Arrivals
Term time inversion layer 2 arrivals menunjukkan bahwa metode inversi waktu (time
inversion) digunakan untuk menginterpretasi data seismik refraksi yang melibatkan
kedatangan gelombang pada dua lapisan.

Gambar (11). Do Term Time


Gambar (12). Mengatur Koordinat Shot, Panjang Lintasan, dan Jarak Antar Geophone

Gambar (13). Nilai Error


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Gambar (14). Model Hasil Interpretasi


Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi, Gambar (12) menunjukan lapisan
bawah permukaan di tempat penelitian. Terdapat dua lapisan dengan warna yang berbeda.
Perbedaan warna lapisan tersebut menunujukan perbedaan cepat rambat gelombang ketika
melewati material atau lapisan bawah tanah. Gambar (12) menunjukan kedalaman atau elevasi
yang dijangkau mencapai 15 meter. Lapisan berwarna merah muda memiliki ketebalan
maksimum 6 sampai 7 meter dengan kecepatan rambat gelombangnya sebesar 0,42 km/s atau
420 m/s. Kemudian untuk lapisan berwarna biru memiliki ketebalan maksimum 15 meter
dengan kecepatan rambat gelombangnya sebesar 1,18 km/s atau 1180 m/s.
Lapisan berwarna merah muda memiliki cepat rambat gelombang yang lebih rendah
dari lapisan berwarna biru. Cepat rambat gelombang 420 m/s menunjukan kondisi bawah
permukaan dengan jenis batuan beuoa top soil, pasir dan kerikil tak jenuh. Sedangkan untuk
lapisan berwarna biru memiliki cepat rambat gelombang yang lebig besar dari pada lapisan
berwarna merah muda. Cepat rambat gelombang 120 m/s menunjukan lapisan tersebut
didominasi oleh materail berupa pasr jenuh, kerikil jenuh dan alluvium.
Perbedaan signifikan antar lapisan menjadi indikator potensi terjadinya tanah longsor.
Lapisan yang berada di atas merupakan material tidak jenuh. Lapisan tersebut memiliki
material dengan porositas yang tinggi sehingga mampu meloloskan air dengan baik. Sedangkan
lapisan yang berada di bawahnya merupakan lapisan jenuh yang mana material tersebut tidak
dapat meloloskan ari dengan baik. Ketika lapisan yang berada di atas sudah tidak dapat
menampung air, kemudian air turun ke lapisan yang berada di bawahnya, sedangkan lapisan
yang berada di bawahnya tidak mampu meloloskan air dengan baik maka akan terjadi
longsoran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil interpretasi terdapat dua lapisan bawah permukaan. Terdapat
perbedaan cepat rambat gelombang yang siginfikan antara kedua lapisan tersebut. Perbedaan
siginfikan tersebut menunjukan adanya potensi longsor di daerah penelitian.
REFERENSI

Hiden, Hiden, et al. "Accuracy and Automatic Computation of Seismic Refraction: a


case of Forward Modeling and Inversion." Gravitasi 13.1 (2014).

Nurdiyanto, Boko, et al. "Penentuan tingkat kekerasan batuan menggunakan metode


seismik refraksi." Jurnal Meteorologi dan Geofisika 12.3 (2011).

Nurcandra, Nakif, and S. Koesuma. "Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan


Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Jatikuwung Karanganyar." Indonesian Journal of
Applied Physics 3.1 (2013): 29.

Hudha, Saiful Nurul, et al. "Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan


Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Lapangan Panas Bumi Diwak dan Derekan,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang." Youngster Physics Journal 3.3 (2014): 263-268.

Refki, Muhammad. Identifikasi Lapisan Lapuk Dan Bidang Gelincir Menggunakan


Metode Seismik Refraksi Di Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan. Diss.
Universitas Gadjah Mada, 2022.

Anda mungkin juga menyukai