Anda di halaman 1dari 10

Metode Seismik Refleksi

Metode seismik refleksi merupakan metode geofisika aktif yang memanfaatkan sumber
seismik buatan (dapat berupa ledakan, pukulan, dll). Setelah gelombang buatan tersebut
diberikan, maka gelombang tersebut akan merambat melalui medium tanah/batuan di bawah
permukaan, dimana perambatan gelombang tersebut akan memenuhi hukum-hukum elastisitas
ke segala arah dan mengalami pemantulan maupun pembiasan sebagai akibat dari adanya
perbedaan kecepatan ketika melalui pelapisan medium yang berbeda. Pada jarak tertentu di
permukaan, gerakan partikel tersebut direkam sebagai fungsi waktu. Berdasarkan data rekaman
tersebut selanjutnya dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan.
Bumi sebagai medium rambat gelombang seismik tersusun dari perlapisan batuan yang
memiliki sifat fisis yang berbeda-beda, terutama sifat fisis densitas batuan (ρ) dan cepat rambat
gelombang (v). Sifat fisis tersebut adalah sifat fisis yang mempengaruhi refleksivitas seismik.
Dengan berdasar konsep tersebut sehingga dapat dilakukan perkiraan bentuk lapisan/struktur
bawah permukaan. Penerapan konsepnya kemudian disebut sebagai Impedansi Akustik,
dimana sebagai karekteristik akustik suatu batuan dan merupakan perkalian antara densitas dan
cepat rambat gelombang pada medium, yang dinyatakan sebagai :

Apabila terdapat dua lapisan batuan yang saling berbatasan dan memiliki perbedaan
nilai impedansi akustik, maka refleksi gelombang seismik dapat terjadi pada bidang batas
antara kedua lapisan tersebut. Besar nilai refleksi yang terjadi kemudian dinyatakan sebagai
Koefisien Refleksi :

Gambar 1.1 Skema pemantulan gelombang seismik pada batas dua medium berbeda nilai
AI-nya.
Koefisien refleksi menunjukkan perbandingan amplitudo (energi) gelombang pantul
dan gelombang datang, dimana semakin besar amplitudo seismik yang terekam maka
semakin besar koefisien refleksinya.
Gambar 1.2 Ilustrasi survey metode seismik.
Dalam penerapannya, metode seismik refleksi memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. Dengan seismik dapat diketahui dan dipetakan
gambaran kondisi struktur bawah permukaan secara lateral maupun vertikal, dapat digunakan
dalam studi stratigrafi dan beberapa kenampakan pola pengendapan, dapat digunakan dalam
studi petrofisika (porositas, permeabilitas, kompaksi batuan), hingga memungkinkan untuk
mendeteksi langsung keberadaan hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Sehingga metode ini
dijadikan sebagai salah satu garda terdepan dalam eksplorasi minyak dan gas bumi.
1. Akuisisi Data Seismik
Akuisisi data seismik, tidak lain adalah tahapan pengukuran guna mendapatkan data
seismik berkualitas baik di lapangan. Data seismik yang diperoleh dari tahapan ini akan
menentukan kualitas hasil tahapan berikutnya. Sehingga, dengan data yang baik akan
membawa hasil pengolahan yang baik pula, dan pada akhirnya, dapat dilakukan interpretasi
yang akurat, yang menggambarkan kondisi bawah permukaan sebagaimana mestinya.
Untuk memperoleh data berkualitas baik perlu diperhatikan pemilihan desain survey
dan beberapa faktor terkait. Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi pada khususnya, ada
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yang akan mempengaruhi kegiatan survey,
termasuk juga kualitas data, yaitu :
- Kedalaman jebakan hidrokarbon yang menjadi target
- Resolusi vertikal
- Kualitas refleksi pada batuan
- Sumber gangguan/noise yang dominan
- Ciri-ciri jebakan hidrokarbon
- Kemiringan target paling curam
Kemungkinan adanya proses lain yang perlu dilakukan Medan pengukuran seismik
mencakup pengukuran di darat, di laut, dan di lingkungan transisi. Selain itu, survey seismik
juga dapat dilakukan secara 2 dimensi maupun 3 dimensi. Masing-masing kondisi tersebut akan
memerlukan desain survey dan teknologi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan
tujuannya.
Gambar 1.3 Survey seismik refleksi darat.

Gambar 1.4 Survey seismic reflaksi laut


2. Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik, pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data seismik
lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik yang kemudian dapat dilakukan
interpretasi darinya. Sedangkan tujuan pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan
penampang seismik dengan kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa mengubah
bentuk kenampakan-kenampakan refleksi/pelapisan batuan bawah permukaan, sehingga dapat
dilakukan interpretasi keadaan dan bentuk dari struktur pelapisan bawah permukaan bumi
seperti kenyataannya. Atau dapat dikatakan bahwa pengolahan data seismik didefinisikan
sebagai suatu taha pan untuk meredam noise dan memperkuat sinyal.

Gambar 1.5 Proses pengolahan data, dan data seismik mentah (raw data). (sumber:various)
3. Interpretasi Data Seismik
Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik kemudian
diinterpretasikan/ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah menggali dan mengolah
berbagai informasi-informasi geologi bawah permukaan dari penampang seismik. Pada
eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoar
hidrokarbon di bawah permukaan.
Pada umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang waktu (time
section), namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang kedalaman (depth section) setelah
melalui beberapa tahapan perhitungan tertentu.

Gambar 1.6 Interpretasi seismik. (sumber:various)


Metode Gravity
Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang
memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip
eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface.
a. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data di darat adalah:
- Gravimeter La Coste Romberg G-502
- Piringan
- GPS
- Tali sebagai meteran jarak antar stasiun
- Peta Geologi dan peta Topografi
- Penunjuk Waktu
- Alat tulis
- Kamera
- Pelindung Gravitimeter
b. Alat yang digunakan dalam pengambilan data di laut
- Kapal laut yang memiliki navigasi dilengkapi dengan peralatan pendukung lainny Altimeter
adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut. Biasanya alat ini
digunakan untuk keperluan navigasi dalam penerbangan, pendakian, dan kegiatan yang
berhubungan dengan ketinggian.
- Gravimeter La Coste Romberg G-502
- GPS
Pengukuran metoda gayaberat dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: penentuan titik ikat
dan pengukuran titik-titik gayaberat. Sebelum survei dilakukan perlu menentukan terlebih
dahulu base station, biasanya dipilih pada lokasi yang cukup stabil, mudah dikenal dan
dijangkau. Base station jumlahnya bisa lebih dari satu tergantung dari keadaan lapangan.
Masing-masing base station sebaiknya dijelaskan secara cermat dan terperinci meliputi posisi,
nama tempat, skala dan petunjuk arah. Base station yang baru akan diturunkan dari nilai
gayaberat yang mengacu dan terikat pada Titik Tinggi Geodesi (TTG) yang terletak di daerah
penelitian. TTG tersebut pada dasarnya telah terikat dengan jaringan Gayaberat Internasional
atau ”International Gravity Standardization Net”, (IGSN 71).Base station berada di Hotel Sari
Bakung kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung. Base
station diturunkan dari TTG.2327 yang berada di pertigaan jalan terminal Panarakan-
Menggala-Panarakan depan kuburan, 800 m membesar dari km.121 TB;km.2 Menggala;
km.20 Panarakan. Penurunan tersebut dilakukan dengan metode kitaran/looping.
Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran metode gravity
- Kalibrasi terhadap data / titik pengukuran yang telah diketahui nilai gravitasi
absolutnya, misalnya IGSN’71
- Melakukan pengikatan pada base camp terhadap titik IGSN’71 terdekat yang telah
diketahui nilai ketinggian dan gravitasinya, dengan cara looping.
- Bila perlu di base camp diamati variasi harian akibat pasang surut dan akibat faktor
yang lainnya. Setelah melakukan hal di atas barulah pengamatan yang sebenarnya
dilakukan.
Metode kitaran/looping diharapkan untuk menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh
pergeseran pembacaan gravity meter. Metode ini muncul dikarenakan alat yang digunakan
selama melakukan pengukuran akan mengalami guncangan, sehingga menyebabkan
bergesernya pembacaan titik nol pada alat tersebut.
Pengolahan Data Gravity
Pemrosesan data gayaberat yang sering disebut juga dengan reduksi data gayaberat,
secara umum dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu: proses dasar dan proses lanjutan.
Proses dasar mencakup seluruh proses berawal dari nilai pembacaan alat di lapangan sampai
diperoleh nilai anomali Bouguer di setiap titik amat. Proses tersebut meliputi tahap-tahap
sebagai berikut: konversi pembacaan gravity meter ke nilai milligal, koreksi apungan (drift
correction), koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi lintang (latitude correction),
koreksi udara bebas (free-air correction),koreksi Bouguer (sampai pada tahap ini diperoleh
nilai anomali Bouguer Sederhana (ABS) pada topografi.), dan koreksi medan (terrain
correction). Pemrosesan data tersebut menggunakan komputer dengansoftware MS. Excel.
Proses lanjutan merupakan proses untuk mempertajam kenampakan/gejala geologi pada daerah
penyelidikan yaitu pemodelan dengan menggunakan software Surfer 8 dan GRAV2DC.
Beberapa koreksi dan konversi yang dilakukan dalam pemrosesan data metoda gayaberat,
dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Konversi Pembacaan Gravity Meter
Pemrosesan data gaya berat dilakukan terhadap nilai pembacaan gravity meter untuk
mendapatkan nilai anomali Bouguer. Untuk memperoleh nilai anomali Bouguer dari setiap titik
amat, maka dilakukan konversi pembacaan gravity meter menjadi nilai gayaberat dalam satuan
milligal. Untuk melakukan konversi memerlukan tabel konversi dari gravity meter tersebut.
Setiap gravity meter dilengkapi dengan tabel konversi.
b. Posisi dan Ketinggian
Penentuan posisi menggunakan GPS, sedangkan pengukuran ketinggian menggunakan
barometer aneroid dan termometer. Pengukuran ketinggian dilakukan secara diferensial yaitu
dengan menggunakan dua buah barometer dan termometer. Pengukuran tersebut dilakukan
dengan menempatkan satu alat di base station sedangkan alat yang lain dibawa untuk
melakukan pengukuran pada setiap titik amat.
Metode GPR (Groun Penetrating Radar)

Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika
yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan
menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar menggunakan
gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang memperlihatkan refleksi
seperti pada metode seismik refleksi.Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan
metode yang tepat untuk mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi
(0,1-3 meter) dengan resolusi yang tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi
rendah.Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi.
Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity
Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman,
dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Teori Dasar
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai
pendeteksi gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa
yang tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode
konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik.
Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena. sedangkan
moded bistatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai
dengan karaketristik antena tersebut (10 MHz – 4 GHz). Receiver diset untuk melakukan scan
yang secara normal mancapi 32-512 scan per detik. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar
monitor (real-time) sebagai fungsi waktu two-way traveltime, yaitu waktu yang dibutuhkan
gelombang EM menjalar dari transmitter, target dan ke receiver. Tampilan ini disebut
radargram.Fenomena elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan Maxwell.
Persamaan ini terdiri dari 4 persamaan medan dan untuk tiap-tiap persamaan merupakan
hubungan antara medan dengan distribusi sumber yang bersangkutan.

Persamaan yang menghubungkan sifat fisik medium dengan medan yang timbul pada medium
tersebut dapat dinyatakan dengan :
Keterangan :
H = intensitas medan magnet (ampere/m)
D = perpindahan listrik (coulomb/m2)
є = permitivitas listrik (farad/m)
σ = konduktivitas (1/ohm-m)

Prinsip Kerja GPR


Prinsip kerja alat GPR yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio
Detection and Ranging) ke dalam medium target dan selanjutnya gelombang tersebut
dipantulkan kembali ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver), dari hasil
refleksi itulah barbagai macam objek dapat terdeteksi dan terekam dalam radargram.
Mekanisme kerja GPR dan contoh rekaman radargram ditunjukan oleh gambar

Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan perbedaan parameter kelistrikan dari medium
yang dilewati gelombang radar. Perbedaan parameter kelistrikan itu antara lain permitivitas
listrik, konduktivitas dan permeabilitas magnetik.
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan air
didalamnya, dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan kecepatan
gelombang radar dan atenuasi gelombang elektromagnetik dalam material. Reynold dalam
bukunya An Introduction to Applied and Evironmental Geophysics, menyatakan bahwa
kecepatan gelombang radar dalam suatu medium tergantung pada kecepatan cahaya dalam
ruang hampa (c = 0.3 m/ns), konstanta dielektrik relatif medium (εr) dan permeabilitas
magnetic relatif (μr).
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang ditimbulkan oleh
radiasi gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan antara konstanta dielektrik
relatif antara lapisan yang berbatasan.
Perbandingan energi yang direfeleksikan disebut koefesien refeleksi (R) yang
ditentukan oleh perbedaan cepat rambat gelombang elektromagnetik dan lebih mendasar lagi
adalah perbedaan dari konstanta dielektrik relatif dari medium yang berdekatan.
Dalam perambatannya, amplitudo sinyal akan mengalami pelemahan karena adanya
energi yang hilang, sebagai akibat terjadinya refleksi / trasmisi di tiap batas medium dan terjadi
setiap kali gelombang radar melewati batas antar medium. Faktor kehilangan energi
disebabkan oleh perubahan energi elektromagnetik menjadi panas. Penyebab dasar terjadinya
atenuasi merupakan fungsi kompleks dari sifat dielektrik dan sifat listrik medium yang dilewati
oleh sinyal radar. Faktor atenuasi tergantung pada konduktivitas, permitivitas, dan
permeabilitas magnetic medium, dimana sinyal tersebut menjalar, serta frekuensi sinyal itu
sendiri.
Skin depth ( adalah kedalaman dimana sinyal telah berkurang menjadi 1/e (yaitu
Hubungan antara konstanta dielektrik dan cepat rambat gelombang radar dapat dilihat pada
tabel dibawah ini. Untuk material geologi, berada pada rage 1-30, sehingga range jarak cepat
rambat gelombang menjadi besar yaitu sekitar 0.03 sampai 0.175 m/ns (Reynolds, 1997).
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

TUGAS GEOLOGI EKSPLORASI

METODE EKSPLORASI DALAM GEOFISIKA

SUGIONO

R1C1 15 086

KENDARI

2018

Anda mungkin juga menyukai