Bendung
Bendung merupakan bangunan yang dibuat melintasi sungai dan berfungsi untuk
mengubah karakteristik aliran air. Kegunaan lainnya seperti mencegah terjadinya
banjir, mengukur debit sungai, dan melambatkan aliran sungai. Ada dua macam
bendung yaitu bendung tetap dan bendung gerak. Bendung tetap bermanfaat untuk
menaikkan tinggi muka air hingga batas tertentu supaya air bisa dialirkan ke
irigasi. Sementara itu, bendung gerak memiliki beberapa pintu yang bisa digerak-
gerakkan untuk keperluan mengatur ketinggian muka air di sungai.
Bendung adalah struktur mirip bendungan yang memiliki kepala cukup rendah.
Fungsi dari bangunan ini yaitu untuk menaikkan muka air hingga dapat mengalir
melalui puncak atau mercu bendung. Penerapan bendung paling banyak di
Indonesia adalah untuk kepentingan irigasi, terutama jika ketinggian muka air
sungai lebih rendah daripada ketinggian muka tanah yang akan dialiri air.
Bendungan
Bendungan ialah bangunan yang dirancang untuk menahan laju air dengan
membentuk waduk, danau, maupun tempat rekreasi. Sejumlah bendungan juga
kerap dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air. Konstruksi bendungan
biasanya dilengkapi dengan pintu air sebagai saluran pembuangan air yang tidak
dibutuhkan secara bertahap.
Lumrahnya bendungan terbuat dari material tanah, batu, beton, atau pasangan
bata. Tidak hanya dipakai untuk menampung dan menahan air, tetapi bendungan
PGT-Dam Page 1
juga sering digunakan untuk menampung lumpur dan limbah industri.
Berdasarkan ketinggian strukturnya, bendungan bisa diklasifikasikan menjadi
lima macam. Bendungan besar memiliki tinggi lebih dari 15 meter, bendungan
utama lebih dari 150 meter, bendungan rendah kurang dari 30 meter, bendungan
sedang sekitar 30-100 meter, dan bendungan tinggi lebih dari 100 meter.
Perbedaan
Perbedaan spesifik antara bendung dengan bendungan:
Konstruksi bendung memiliki ukuran yang lebih kecil daripada
bendungan.
Tingkat kerumitan dalam pembuatan bendung juga lebih sederhana
dibandingkan dengan bendungan yang memerlukan perencanaan yang
matang.
Pada dasarnya, bendung berguna untuk menaikkan muka air, sedangkan
bendungan berfungsi untuk menahan laju air.
b. Topografi
Hal ini meliputi bentuk permukaan lokasi bendungan dan daerah genangan,
kemudahan akses ke lokasi, dan akses material konstruksi.
c. Kondisi pondasi dan geologi
PGT-Dam Page 2
Hal ini mencakup kecocokan jenis tanah dan batuan sebagai fondasi dan
kesesuaiannya dengan material tubuh bendungan. Geologi fondasi bendungan
sering menjadi penentu di dalam menetapkan tipe bendungan yang cocok.
Kondisi fondasi dan geologi ini mencakup kekuatan, ketebalan, arah dan
kemiringan lapisan, tingkat lulus air/permeabilitas, kekar, retakan, dan struktur
sesar.
d. Hidrologi
Hal ini berkaitan dengan fluktuasi air waduk. Selain itu, faktor ekonomi
dengan hidrologi, karakteristik aliran dan curah hujan berpengaruh pada biaya
konstruksi, terkait pekerjaan pengelakan sungai dan lama waktu pelaksanaan
konstruksi urugan tanah.
f. Kegempaan
Bendungan tipe urugan batu lebih tahan terhadap gempa dibandingkan urugan
tanah. Bagi bendungan yang berada di daerah gempa, perlu dibuat desain yang
tahan terhadap tambahan bebaan gempa dan tegangan.
PGT-Dam Page 3
Sebaiknya pelimpah dibangun pada galian saluran di bukit tumpuan di luar
atau di dekat tubuh bendungan. Penempatan pelimpah di luar tubuh
bendungan akan menghindarkan perlunya konstruksi pelindung di kaki tubuh
bendungan dari erosi dan turbulensi aliran pelimpah.
Sementara itu, dalam bendungan urugan batu, terdapat lapisan kedap air berupa
membran kedap air di muka lereng hulu. Bendungan ini membutuhkan fondasi
yang penurunannya kecil agar tidak merusak membran. Jenis fondasi yang cocok
adalah batuan atau pasir kerikil yang sangat kompak. Tipe urugan batuan dipilih
bila persediaan material batu cukup banyak, fondasi batuan berada atau di dekat
permukaan tanah, dan musim hujan yang panjang.
Bencana bendungan Baldwin Hills terjadi pada tanggal 14 Desember 1963, ketika
bendungan yang berisi waduk Baldwin Hills mengalami bencana katastropik dan
membanjiri lingkungan perumahan sekitarnya. Peristiwa ini dimulai dengan
tanda-tanda keruntuhan lapisan, diikuti oleh kebocoran serius di abutment timur
bendungan. Setelah tiga jam, bendungan terputus dengan melepaskan volume total
250 juta galon US (950.000 m3), yang mengakibatkan lima orang tewas dan
kehancuran 277 rumah. Upaya penyelamatan besar-besaran dilakukan untuk
menghindari kerugian yang lebih besar.
PGT-Dam Page 4
Baldwin Hills Reservoir setelah
keruntuhan tahun 1963, dilihat
dari arah selatan. Kehancuran
yang terjadi pada bendungan
searah dengan kelurusan sesar.
Bendungan ini terletak di puncak bukit rendah di Baldwin Hills, Los Angeles,
California. Waduk dibangun antara tahun 1947 dan 1951 oleh Los Angeles
Department Water and Power dan terletak langsung pada jalur sesar aktif, yang
merupakan bagian terkenal dari Newport-Inglewood. Strata geologi yang
mendasari dianggap tidak stabil untuk reservoir dan desain lapisan tanah yang
dipadatkan dimaksudkan untuk mencegah rembesan ke dalam pondasi. Jalur sesar
yang dianggap hadir selama tahap perencanaan. dianggap oleh beberapa
(meskipun tidak semua) insinyur dan ahli geologi yang terlibat, tidak signifikan.
PGT-Dam Page 5
bagian dari longsoran lama, tapi ini tidak mungkin untuk hampir semua ahli
geologi dari tahun 1920-an untuk mendeteksi.
View of the dam looking north, with water in its reservoir (February 1927)
PGT-Dam Page 6
Max. water depth 182 ft (55 m)
Komite yang ditunjuk oleh Dewan Kota Los Angeles dalam laporan akhir
menyatakan kesimpulan sebagai berikut:
Jenis dan dimensi bendungan cukup memadai jika berdasarkan pondasi yang
cocok.
Beton yang mana bendungan dibangun memiliki kekuatan yang cukup untuk
menahan tekanan yang normalnya akan dikenakan.
Keruntuhan tidak dapat diletakkan pada pergerakan kerak bumi.
Bendungan gagal sebagai akibat dari fondasi yang rusak.
Keruntuhan ini mencerminkan tidak stabilnya bendungan gravitasi yang
didirikan di atas batuan dasar yang sesuai.
PGT-Dam Page 7
4. Rating faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap runtuhnya suatu
bendungan
Referensi:
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003, Pedoman Kriteria Umum
Desain Bendungan, Kantor Sekretariat Komisi Keamanan Bendungan.
PGT-Dam Page 8