Anda di halaman 1dari 13

Studi Batubara Cekungan Lariang-Karama Kabupaten

Mamuju, Sulawesi Barat Sebagai Salah Satu Daerah


Potensial Batubara Wilayah Timur Indonesia
Resa Fondania (270110170064)
Kelas A
Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dan masih belum tergantikannya
fungsi batubara di masyarakat sebagai sumber energi. Hal tersebut menyebabkan perlunya
pemahaman terkait mengenai kajian-kajian yang mendetail terkait batubara di Indonesia,
terkait dengan litofasies, lingkungan pengendapan, tipe, kualitas dan prospek batubara.
Kajian –kajian ini terutama diperlukan pada daerah timur Indonesia, salah satunya yaitu
Daerah Mamuju, Sulawesi Barat. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan
mengkaji: (1) Cekungan Batubara Lariang-Karama, Kabupaten Mamuju; (2) Analisis
litofasies Cekungan Batubara Lariang-Karama, Kabupaten Mamuju; (3) Jenis dan kualitas
Cekungan Batubara Lariang-Karama, Kabupaten Mamuju; (4) Analisis lingkungan
pengendapan berdasarkan nilai Gelification Index (GI) dan Tissue Preservation Index (TPI)
di Cekungan Batubara Lariang-Karama, Kabupaten Mamuju; (5)Potensi sumberdaya-
cadangan batubara dan prospek pengembangan lapangan di Kabupaten Mamuju.
Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunakan metode studi literatur. Di mana
metode studi literatur ini dirasa tepat untuk penelitian ini. Dalam menyusun penelitian ini
peneliti mengumpulkan beberapa sumber materi berupa buku, jurnal dan makalah terkait
batubara di Derah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Hasil dari penelitian ini, yaitu: (1) Cekungan Lariang-Karama di Kabupaten
Mamuju terbentuk dan dipengaruhi oleh struktur geologi berupa Sesar Palu-Koro, Sesar
Talaya dan Sesar Karama. Cekungan Lariang-Karama ini memiliki anggota Formasi Toraja
(keberadaan batubara); (2) Fasies batubara pada Kabupaten Mamuju ini merupakan Fasies
Delta Plain. (3) Jenis dan kualitas batubara Blok Bonehua, Kalumpang dan Tommo,
didominansi oleh batubara peringkat subbituminous dan berjenis batubara energi rendah-
tinggi; (4) Lingkungan pengendapan batubara berada di marsh atau fen sampai wet forest
swamp; (5) Daerah prospek atau potensial batubara terletak pada Kecamatan Bonehau,
Tommu dan Kalumpang yang dapat dimanfaatkan dalam usaha pertambangan skala kecil
hingga besar.
Kata Kunci: Potensi, Fasies, Batubara, Cekungan Batubara Lariang-Karama, Mamuju.

1
PENDAHULUAN industri semen dsan lainnya (Irwandy
Arif, 2014).
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
Saat ini konsumsi energi
pengekspor nomor satu batubara dan
selaras dengan meningkatnya jumlah
menjadi produsen batubaraterbesar
manusia, perkembangan ilmu
kedua di dunia (World Coal Institute,
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
2013). Hal sesuai dengan potensi
Tingginya konsumsi energi ini telah
batubara di Indonesia, yaitu memiliki
didukung dengan peningkatan atau
jumlah atau total sumberdaya sebesar
penemuan-penemuan energi alternatif
161 milyar ton dan memiliki
dan terbarukan dengan maksud
cadangan batubara sekarang, yaitu
mengurangi penggunaan bahan bakar
sebesar 28 milyar ton (Badan
fosil sebagai energi. Namun,
Geologi, 2011 dalam Irwandy Arif,
kenyataannya masyarakat saat ini
2014). Di mana batubara ini terbentuk
masih tidak dapat lepas dari
pada banyak daerah, yaitu pada
penggunaan bahan bakar fossil salah
Provinsi Pulau Jawa hingga Papua.
satunya, yaitu batubara. Batubara
Potensi batubara di Indonesia tidak
sendiri merupakan batuan sedimen
hanya berada pada wilayah barat saja,
padat yang berasal dari tumbuhan,
yaitu pada Pulau Sumatera dan Pulau
berwarnna cokelat sampai hitam
Kalimantan. Namun potensi batubara
yasng dapat terbakar dan sejak
dapat terbentuk di Wilayah timur,
pengendapannya telah terkena atau
yaitu salah satunya terdapat di Daerah
dipengaruhi oleh proses kimia dan
Kabupaten Mamuju, Provinsi
fisika sehingga meningkatkan niklai
Sulawesi Barat. Batubara di daerah
batubaranya (Sukasndarrumidi, 1955
Mamuju.
dalam Irwandy Arif, 2014). Saat
inipemanfaatan batubara memiliki Dalam mempelajari potensi
andil peran yang besar bagi dari batubara maka penting untuk
pembangunan perekonomian mengetahui jenis, tipe lingkungan
masyarakat, yaitu sebagai bahan pengendapan, lithofasies dan kualitas
pembangkit listrik, kepentingan batubara. Maka dari itu untuk

2
mengetahui prospek dan menghkaji 4. Bagaimana analisis
lebih dalam terkait potensi batubara di lingkungan
Kabupaten Mamuju, Sulawesi pengendapan
Tenggara harus juga diloakukan berdasarkan nilai
pengkajian terkait dengan jenis, tipe Gelification Index (GI)
lingkungan pengendapan, lithofasies dan Tissue
dan kualitas batubara melalui Preservation Index
penelitian deskriptif yang dilakukan (TPI) di Cekungan
saat ini. Batubara Lariang-
Karama, Kabupaten
Mamuju?
Rumusan Masalah 5. Bagaimana potensi

Penelitian ini sumberdaya-cadangan

memilikirumusan masalah sebagai batubara dan prospek

berikut: pengembangan
lapangan di Kabupaten
1. Bagaimana Cekungan
Mamuju?
Batubara Lariang-
Karama, Kabupaten
Mamuju? Tujuan
2. Bagaimana analisis
Penelitian dilakukan dengan
litofasies Cekungan
tujuan untuk mengetahui dan
Batubara Lariang-
mengkaji mengenai:
Karama, Kabupaten
Mamuju? 1. Cekungan Batubara
3. Bagaimana jenis dan Lariang-Karama,
kualitas Cekungan Kabupaten Mamuju;
Batubara Lariang- 2. Analisis litofasies
Karama, Kabupaten Cekungan Batubara
Mamuju? Lariang-Karama,
Kabupaten Mamuju;

3
3. Jenis dan kualitas informasi tersebut ditelaah atau dikaji
Cekungan Batubara oleh peneliti.
Lariang-Karama,
Kabupaten Mamuju
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Analisis lingkungan
pengendapan berdasarkan A. Cekungan Batubara

nilai Gelification Index Lariang-Karama, Kabupaten

(GI) dan Tissue Mamuju

Preservation Index (TPI) di


Cekungan Batubara
Lariang-Karama,
Kabupaten Mamuju;
5. Potensi sumberdaya-
cadangan batubara dan
prospek pengembangan
lapangan di Kabupaten
Mamuju.

Gambar 1. Peta Geologi Regional


METODE Daerah Penelitian Hasil Interpretasi
Citra Landsat TM (M.H. Hermianto,
Penelitia ini termasuk dalam
dkk., 2010)
penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode studi literatur.
Di mana pada metode studi literatur
Daerah penelitian secara
ini mengambil data dan informasi dari
regional merupakan jalur magmatik
buku, jurnal dan makalah terkait
batuan vulkanik berumur
dengan potensi batubara Daerah
Kenozoikum dan batuan plutonik. Di
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
mana, regional daerah penelitian juga
Kemudian, setelah pengambilan data
termasuk dalam daerah Cekungan
dan informasi dari sumber, data serta
LariangKarama. Cekungan Lariang-

4
Karama terdiri dari tiga pola utama, merupakan gambar kolom stratigrafi
yaitu baratlaut-tenggara, timurlaut- Formasi Toraja di daerah penelitian.
baratdaya dan utara-selatan yang
diakibatkan aktivitas sesaryaitu
adanya Sesar Talaya, Palu-Koro, dan
Karama (Indonesia Basin Summaries,
2006 dalam M. Abdurachman
Ibrahim dan Fatimah, 2015). Di mana
akibat aktivitas sesar ini akan
memunculkan daerah graben yang
akan terisi oleh akumulasi sedimen.
Anggota Formasi terdiri atas Formasi Gambar 2. Kolom Stratigrafi
Toraja (Tetr), berumur Eosen, terdiri Formasi Toraja (A) Lintasan Sungai
dari batugamping numulit dan Taranusi (B) Lintasan Sungai Putan
batugamping terhablur ulang, (Wahyono drr., 2000 dalam M. H.
sebagian tergerus. Formasi yang Hermianto., dkk. 2010)
mengisi cekungan ini, yaitu Formasi
Latimajong, Formasi Toraja
(keberadaan batubara), Formasi Berdasarkan gambar kolom
Sekala dan Formasi Budong-Budong. stratigrafi yang diteliti oleh Wahyono
tahun 2000 menunjukkan bahwa:

Lintasan A (Lintasan Sungai


B. Analisis Litofasies Cekungan
Taranusi)
Batubara Lariang-Karama,
Kabupaten Mamuju • Fasies 1, yaitu batulempung
Fokus pembahasan berupa karbotan (batulempung ini
potensi batubara maka tidak dapat memiliki karakteristik warna
lepas dari bahasan mengenai Formasi abu-abu kehitaman, ketebalan
Toraja. Hal ini terjadi karena Formasi perlapisan mencapai 10 cm
Toraja ini merupakan formasi yang dan struktur sedimen laminasi
menggandung batubara. Berikut sejajar). Fasies ini dapat

5
terbentuk di lingkungan • Fasies 4, yaitu batupasir
pengendapan fluvial, lagoon, berbutir halus hingga sedang
laut dangkal, delta plain yang diendapkan setelah
lainnya. fasies 3, (batupasir ini
• Fasies 2, yaitu fasies yang memiliki karakteristik
diendapkan setelah fasies 1, berwarna abu-abu gelap,
berupa batubara (batubara ini menyudut tanggung -
memiliki karakteristik hitam membundar tanggung,
kecoklatan, kusam, berlapis, terpilah sedang, struktur
agak lunak hingga agak keras, sedimen laminasi sejajar dan
retakan umumnya tegak lurus perlapisan bersusun dengan
terhadap bidang perlapisan sisipan-sisipan sangat tipis
dan umumnya diisi oleh lapisan batubara (0,5 - 2,0
mineral karbonat dan pirit). mm) dan batulempung).
Fasies ini dapat terbentuk di Fasies ini dapat terbentuk di
lingkungan pengendapan lingkungan pengendapan
fluvial, lagoon, delta plain delta plain.
laut dangkal lainnya. • Fasies yang terendapkan
• Fasies 3, terendapkan setelah terakhir pada zaman Eosen di
fasies 2, yaitu Batulanau lintasan A, yaitu fasies yang
karbonan (Batulanau ini diendapkan setelah fasies 2
memiliki karakteristik berupa batulempung
berwarna abu-abu gelap (Batulempung ini memiliki
hingga kehitaman berlapis karakteristik berwarna abu-
baik dan bagian atas anu gelap hingga kehitaman,
memperlihatkan struktur berlapis dan struktur laminasi
laminasi sejajar, dibagian atas sejajar). Fasies ini dapat
dijumpai sisipan batubara terbentuk di lingkungan
setebal 0,5 cm). Fasies ini pengendapan fluvial, lagoon,
dapat terbentuk di lingkungan delta plain laut dangkal
pengendapan delta plain. lainnya.

6
bersusun dan dijumpai
lapisan lensa-lensa karbon
Lintasan B (Lintasan Sungai Putan)
yang sangat tipis dan berkilap
• Fasies 1, yaitu fasies batubara kaca). Fasies ini terendapksan
(Batubara ini memiliki setelah fasies 1. Fasies ini
karakteristik berwarna hitam kemungkinan terbentuk di
kecoklatan, mengkilap- laut dangkal ataupun fluvial.
kusam, keras-sedang, • Fasies yang paling muda pada
sebagian agak berat, pecahan lintasan ini, yaitu fasies
konkoidal dengan kilap kaca- batubara (batubara ini
tanah, gores umumnya memiliki karakteristik
berwarna coklat, retakan umumnya berwarna hitam
tidak teratur dan sebagian kecoklatan mengkilat,
terisi oleh mineral pirit halus struktur berlapis, tingkat
berwarna kuning pucat, kekerasan keras-sedang, agak
bagian bawah dialasi oleh berat, sebagian mempunyai
batupasir karbonatan). Hal ini pecahan konkoidal dan
menunjukkan bahwa berkilap kaca, retakan
batubara ini terendapkan di umumnya tegak lurus
laut dangkal akibat adanya terhadap bidang perlapisan
batupasir karbonatan dan dan sebagian terisi oleh
adanya mineral pirit. mineral pirit kuning pucat
• Fasies 2, yaitu batupasir dan mineral karbonat serta
karbonatan (batupasir ditemukan lensa-lensa
berwarna abu-abu gelap ini batupasir gampingan berbutir
memiliki karakteristik halus). Berdasarkan adanya
berbutir halus-sedang dan, mineral pirit, mineral
sangat keras, di bagian atas karbonat dan adanya lensa-
umumnya gampingan, lensa pasir menunjukkan
struktur sedimen laminasi bahwa batubara ini
dan juga dijumpai perlapisan terendapkan di laut dangkal-

7
fluvial akibat adanya Berdasarkan analisis
batupasir karbonatan dan laboratorium batubara
adanya mineral pirit. Formasi Toraja memiliki nilai
kalori batubara yang tinggi,
yaitu berkisar 6.000 – 7.000
Berdasarkan analisis litofasies kal/gr. Hasil analisis
pada Formasi Toraja ini didapatkan proksimat menunjukkan
hasil bahwa batubara pada formasi ini bahwa batubara di daerah
diendapkan di lingkungan Bonehau memiliki kandungan
pengendapan diantara laut dangkal karbon yang tertambat,
sampai fluvial, yaitu merupakan sebesar 45 – 57%, kandungan
Fasies Delta Plain. air (M) 1,6 – 5,1%, zat terbang
(VM) 33 – 43%, kandungan
abu (Ash) 2 – 13%,
C. Jenis dan Kualitas Cekungan
kandungan sulfur (TS) 1,1 –
Batubara Lariang - Karama,
8,0% (adb), HGI 51 – 101, dan
Kabupaten Mamuju
berat jenis 1,27 – 1,37.
Tingkat kualitas dari batubara
Hasil analisis petrografi
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu
batubara daerah Bonehau
tekanan, suhu dan umur (Faisol
memiliki nilai reflektansi
Mukarrom, 2017). Kualitas batubara
vitrinit 0,51 – 0,71%.
dapat diketahui berdasarkan
Komposisi dari maseral
pengamatan secara megaskopis dan
didominasi oleh maseral
mikroskopis melalui analisa
vitrinit. Komposisi maseral
laboratorium. Analisis laboratorium.
vitrinit 70 – 93%, inertinit 0,4
Hasil analisis berupa analisis
– 4,2%, dan liptinit 1,7 –
petrografi, proksimat, dan nilai kalori
9,7%. Plot nilai reflektansi
batubara (Irwandy Arif, 2014).
vitrinit menunjukkan
1. Blok Bonehau klasifikasi peringkat batubara
berdasarkan ASTM di daerah
Bonehau berada pada

8
peringkat batubara high volatile bituminous”. (Nanan
volatile bituminous B hingga S. Kartasumantri dan
high volatile bituminous Hadiyanto, 1999). Batubara
(M.H. Hermianto, dkk., 2010) ini berjenis batubara energi
dan berjenis batubara energi rendah-tinggi.
rendah. 3. Blok Tommo
Pada blok ini memiliki
2. Blok Kalumpungan
nilai kalori rendah, yaitu
Berdasarkan nilai kalori
<5100 kal/gr. Sedangkan
yang cukup tinggi berkisar
batubara pada formasi ini,
dari 5.860-7.140 kal/gr, hal
yaitu subbituminous dan lignit
tersebut diduga akibat
serta tergolong dalam jenis
pengaruh dari adanya intrusi
batubara tingkat rendah (Suci
batuan terobosan yang
Lestari, 2014). Penelitian dan
berumur Miosen Akhir-
analisis batubara pada daerah
Pliosen Awal, sedangkan
ini belum ditemukan pada
kadar Abu 2,1-21,8%; Kadar
sumbernya, dimungkinkan
Sulfur 1,39-7,02 %; Zat
memang belum dilakukan
Terbang 34,5-41,4 %;
penelitian detail pada block
Kandungan Air Total 4,0-13,0
ini.
%.
Berdasarkan analisis dari Berdasarkan studi literatur
petrografi batubara yang penelitian terdahulu tersebut, dari
menunjukan nilai reflektansi ketiga blok didominansi oleh
vitrinit berkisar antara 0,56- batubara peringkat subbituminous
0,80%. Berdasarkan hasil dengan rentang kalori dan merupakan
analisis kimia dan fisik, maka batubara berjenis batubara energy
jenis batubara daerah rendah-tinggi.
Kalumpang dan sekitarnya di
Cekungan Batubara Lariang-
Karama termasuk peringkat
batubara subituminous - high

9
D. Analisis Lingkungan lingkungan pembentukan batubara
Pengendapan Berdasarkan Nilai pada daerah peralihan limno-
Gelification Index (GI) dan Tissue telmatik serta dipengaruhi kegiatan
Preservation Index (TPI) di mikroorganisme. Nilai GI yang tinggi
Cekungan Batubara Lariang- menggambarkan lingkungan
Karama, Kabupaten Mamuju batubara berada pada lingkungan
basah. Berdasarkan hasil kombinasi
dari harga GI dan TPI. yang telah
digambar ke dalam Diagram Diessel,
maka batubara Cekungan Batubara
Lariang-Karama diendapkan pada
lingkungan basah, tepatnya marsh
atau fen sampai wet forest swamp.
Sedangkan, apabila dicocokan
dengan hasil analisis litofasies
Gambar 3. Plotting Lingkungan didapatkan hasil berupa lingkungan
Pengendapan Berdasarkan Nilai TPI pengendapan fluvial hingga laut
dan GI dangkal.

Dalam menentukan atau


menganalisis suatu lingkungan
E. Potensi Sumberdaya-
pengendapan batubara dapat
Cadangan Batubara dan Prospek
dilakukan dengan plotting nilai
Pengembangan Lapangan di
Gelification Index (GI) dan Tissue
Lapangan Kabupaten Mamuju
Preservation Index (TPI) serta
dengan cara menelaah adanya
mineral tertentu dari batubara. Nilai
TPI pada batubara Cekungan
Batubara Lariang-Karama memiliki
nilai yang hampir sama yaitu berkisar
antar 1 – 1,01, mengindikasikan

10
Tinggi 6100-7100 kal/gr 1,8 juta ton),
Batubara Tamalea 2 ((Kelas Tinggi
6100-7100 kal/gr 4,20 juta ton),
Batubara Blok Pure (Kelas sedang
5100-6100 kal/gr 0,16 juta ton),
Batubara Bonehau 3 (Kelas sedang
5100-6100 kal/gr 15,13 juta ton),
Gambar 4. Sebaran Potensi Batubara Mamuju-Kalumpang (Kelas
Batubara di Kabupaten Mamuju, Tinggi 6100-7100 kal/gr 0,78 juta
Sulawesi Barat (Diakses Oleh ton), Batubara Tommo (kelas rendah
Peneliti Melalui Aplikasi GeoRIMA) <5100 kal/gr).
Berdasarkan uraian tersebut,
blok di Kecamatan Benehau,
Kecamatan Tamalea dan Kecamatan
Kalumpang. Selain itu berdasarkan
jumlah dari sumberdaya batubara
(baik masih berupa sumberdaya
batutara hipotetik, tereka, terunjuk
Gambar 5. Tabel Nilai Potensi
dan terukur) dan cadangan batubara
Batubara Kabupaten Mamuju,
(baik berupa cadangan yang terkira
Sulawesi Barat (Diakses Oleh
maupun sudah terbukti) blok
Peneliti Melalui Aplikasi GeoRIMA)
Bonehau, Tamalea dan Kalumpang
merupakan blok yang potensial
Berdasarkan pada gambar digunakan untuk usaha pertambangan
potensi batubara Formasi Toraja di skala kecil hingga besar.
Kabupaten Mamuju, terdapat 7 blok
yang berada di Kecamatan Bonehau,
KESIMPULAN
Kecamatan Tommo, Kecamatan
Berdasarkan penelitian yang
Kalumpang yaitu Batubara Bonehau
dikaji peneliti dengan metode studi
1 (Kelas sedang <5100 kal/gr 8,13
juta ton), Batubara Tamalea 1 ((Kelas

11
literatur, maka dapat ditarik konklusi Tissue Preservation Index”
atau kesimpulan sebagai berikut: (TPI), maka batubara yang
diendapkan di Cekungan
1. Cekungan Lariang-Karama
Lariang-Karama di
di Kabupaten Mamuju
Kabupaten Mamuju berada
terbentuk dan dipengaruhi
di lingkungan pengendapan
oleh struktur geologi berupa
marsh atau fen sampai wet
Sesar Palu-Koro, Sesar
forest swamp.
Talaya dan Sesar Karama.
5. Daerah Kecamatan
Cekungan Lariang-Karama
Bonehau, Tommu dan
ini memiliki anggota
Kalumpang di batubara
Formasi Toraja (keberadaan
yang dapat dimanfaatkan
batubara)
dalam usaha pertambangan
2. Litofasies menunjukkan
skala kecil hingga besar.
bahwa batubara pada
Kabupaten Mamuju ini
merupakan fasies delta
DAFTAR PUSTAKA
plain.
3. Blok Bonehua, Kalumpang Arif, Irwandy. 2014. Batubasra

dan Tommo, jenis dan Indonesia. Jakarta: Gramedia

kualitas batubara Pustaka Utama, hal. 70-75.

didominansi oleh batubara Badan Geologi, 2011 dalam Arif,


peringkat subbituminous Irwandy. 2014. Batubasra
dan merupakan batubara Indonesia. Jakarta: Gramedia
berjenis batubara energi Pustaka Utama, hal. 70-75.
rendah-tinggi.
Hermianto, M. H., dkk. 2010.
4. Berdasarkan analisis
Lingkungan Pengendapan
lingkungan pengendapan
Batubara, Formasi Kalumpang
dengan metode plotting
di Daerah Mamuju. JSDG, vol.
Diagram Diessel
20, no. 4, hal. 179-187.
menggunakan nilai
Gelification Index dan

12
Indonesia Basin Summaries, 2006 Keguruan UIN Syarif
dalam Ibrahim, Abdurachman ., Hidayatullah, hal- v; hal.70.
dan Fatimah. 2015.
Mukarrom, Faisol. 2017. Ekonomi
Penyelidikan Batubara Daerah
Mineral Indonesia Ed. 1.
Bonehau dan Sekitarnya,
Yogyakarta: ANDI, hal. 49.
Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat. Bandung: Sukasndarrumidi, 1955 dalam Arif,

Pusat Sumber Daya Geologi. Irwandy. 2014. Batubasra


Indonesia. Jakarta: Gramedia
Lestari, Suci. 2014. Identifikasi Jenis-
Pustaka Utama, hal. 70-75.
Jenis Batuan Di Kabupaten
Mamuju Provinsi Sulawesi Wahyono drr., 2000 dalam

Barat (Penelitian pada Hermianto, M. H., dkk. 2010.

Ekspedisi Negara Kesatuan Lingkungan Pengendapan

Republik Indonesia Koridor Batubara, Formasi Kalumpang

Sulawesi 2013). Jakarta: di Daerah Mamuju. JSDG, vol.

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan 20, no. 4, hal. 179-187.

13

Anda mungkin juga menyukai