Anda di halaman 1dari 17

STUDI MENGENAI CAHAYA POLARISASI DAN

APLIKASINYA DALAM BIDANG ILMU GEOLOGI


MENGGUNAKAN METODE STUDI LITERATUR

Oleh:

Mochamad Muslim T (001), Johan Rizky F S (003), Feri Gunawan (024), Verrent Hervania
A (041), Mochammad Ilham Y (045), Resa Fondania (064), Rahmadianty Anastya S (085),
Arya Akbar R F (103), dan Muhammad Ahadilah H (123)

KELAS A

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PADJADJARAN

ABSTRAK

Seiring berkembangnya teknologi dan penelitian fisika yang ada membawa pengaruh besar
pada dunia geologi, salah satunya pemanfaatan dari sifat fisis cahaya. Cahaya merupakan
fenomena fisis yang unik, salah satunya, yaitu polarisasi. Di mana pemanfaatannya perlu
ditinjau lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji: (1) Mengkaji
mengenai polarisasi cahaya, (2) Mengkaji mengenai sebab terjadinya polarisasi cahaya, (3)
Mengkaji mengenai konsep dari polarisasi cahaya, dan (4) Mengkaji mengenai aplikasi
polarisasi cahaya dalam ilmu Geologi.

Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunakan metode studi literatur. Di mana metode
ini dianggap tepat untuk penelitian ini. Dalam menyusun penelitian ini peneliti
mengumpulkan beberapa sumber materi berupa buku, jurnal, dan makalah terpercaya
mengenai polarisasi cahaya.
Hasil dari penelitian ini, yaitu (1) Polarisasi adalah fenomena di mana penyerapan sebagian
cahaya akibat intensitas keluar lebih sedikit dari pada cahaya yang masuk, (2) Polarisasi
dapat disebabkan oleh empat kondisi, yaitu pemantulan, hamburan, pembiasan ganda, dan
absorbsi selektif cahaya, (3) konsep polarisasi cahaya, yaitu mengubah cahaya yang awalnya
menyebar menjadi terkutupkan/ terpolarisasi, dan (4) Aplikasi polarisasi cahaya dalam ilmu
geologi, yaitu terkait mineral optik dalam batuan yang dikaji dalam studi mineralogi petrologi,
dan petrografi.

Kata Kunci: Polarisasi, Cahaya, Aplikasi, Geologi, dan Metode Studi Literatur.

PENDAHULUAN

1. Latar belakang agak sulit untuk divisualisasikan. Secara


umum, akan sangat membantu untuk
Gelombang Cahaya merupakan gelombang
menggambarkan cahaya yang tidak
elektromagnetik yang merambat melalui
terpolarisasi sebagai gelombang yang
ruang vakum (tanpa udara) di luar angkasa.
memiliki rata-rata setengah getarannya pada
Dapat dikatakan bahwa gelombang
bidang horizontal dan setengah dari
elektromagnetik adalah gelombang
getarannya pada bidang vertikal.
transversal yang memiliki komponen listrik
dan magnetik. Gelombang cahaya Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh
dihasilkan dengan menggetarkan muatan Erasmus Bhartolinus pada tahun 1969.
listrik. Gelombang Cahaya yang bergetar Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya
pada lebih dari satu bidang disebut cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi
yang tidak terpolarisasi. Cahaya yang tegak lurus terhadap arah merambatnya
dipancarkan oleh matahari, oleh lampu di (gelombang transversal) ketika melewati
ruang kelas, atau oleh nyala lilin adalah filter polarisasi, getaran horizontal
cahaya yang tidak terpolarisasi. Gelombang diserap sedang getaran vertikal diserap
cahaya seperti itu diciptakan oleh muatan sebagian. Cahaya alami yang getarannya ke
listrik yang bergetar di berbagai arah, segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi,
sehingga menciptakan gelombang sedang cahaya yang melewati polaroid
elektromagnetik yang bergetar di berbagai hanya memiliki getaran pada satu arah saja,
arah. Konsep cahaya tidak terpolarisasi ini
yaitu arah vertikal, disebut cahaya 3. Metode
terpolarisasi linear.
Penelitian ini merupakan penelitian
Cahaya yang tidak terpolarisasi deskriptif dengan menggunakan metode
dapatdiubahmenjadi cahaya yang studi literatur. Di mana pada metode studi
terpolarisasi. Gelombang cahaya literatur ini mengambil data dan informasi
terpolarisasi adalah gelombang cahaya di darinbuku, jurnal, dan makalah. Kemudian,
mana getaran terjadi dalam satu bidang. setelah pengambilan data dan informasi dari
Polariasi cahaya merupakan suatu gejala sumber, data dan informasi tersebut ditelaah
pengurangan intensitas gelombang yang atau dikaji oleh peneliti.
disebabkan karena hilangnya komponen-
komponen pada gelombang tersebut.
Sebagai gelombang tranversal, cahaya HASIL DAN PEMBAHASAN

memiliki komponen-komponen yang saling A. Pengertian Polarisasi Cahaya dan


tegak lurus antara satu dengan yang lainnya. Cahaya Polarisasi
Nah karena adanya komponen yang hilang
Polarisasi cahaya terdiri atas dua kata, yaitu
ini, maka terciptalah peristiwa polarisasi
polarisasi dan cahaya. Polarisasi sendiri
cahaya. Proses mengubah cahaya yang tidak
merupakan suatu peristiwa di mana berkas
terpolarisasi menjadi cahaya terpolarisasi
cahaya mengalami penyerapan sebagian
dikenal sebagai polarisasi.
akibat intensitas keluar lebih sedikit dari
pada cahaya yang masuk (Vani Sugiyono,

2. Tujuan 2009). Sedangkan cahaya polarisasi


merupakan cahaya yang berubah arah
Penelitian ini bertujuan untuk:
getarannya. Sehingga, proses polarisasi yang
Mengkaji mengenai polarisasi cahaya terjadi pada suatu gelombang cahaya dapat
mempengaruhi arah getaran dari gelombang
Mengkaji mengenai sebab terjadinya
cahaya itu sendiri.
polarisasi cahaya

Mengkaji mengenai konsep dari polarisasi


cahaya B. Sebab Terjadinya Polarisasi Cahaya

Mengkaji mengenai aplikasi polarisasi Polarisasi cahaya dapat dibagi menjadi


cahaya dalam ilmu Geologi menjadi 4 jenis berdasarkan penyebab
terjadinya (Vani Sugiyono, 2009), yaitu:
1.Polarisasi karena pemantulan Gambar 2. Skema Hamburan (I Made Yulira,
2016)
Cahaya yang terpolarisasikan dapat terjadi
pada fenomena pemantulan cahaya.Dimana, 3.Polarisasi karena absorbsi selektif
apabila cahaya melewati medium yang
Polarisasi akibat absorbsi selektif yang
berbeda, hal tersebut sesuai dengan Hukum
terjadi ketika cahaya melewati polaroid.
sudut Brewsters, di mana terdapat sebagian
Polaroid merupakan filter polarisasi cahaya.
cahaya yang diteruskan dan sebagian
Di mana polaroid ini menyaring gelombang
dipantulkan, dan membentuk sudut
yang sejajar dengan sumbu polarisasi.
polarisasi (sudut Brewsters) seperti ilustrasi
gambar di bawah ini.

Gambar 3. Skema Absorbsi Selektif (I Made


Yulira 2016)
Gambar 1. Skema Pemantulan (I Made
Yulira,2016) 4.Polarisasi karena pembiasan ganda

2. Polarisasi karena hamburan Polarisasi cahaya juga dapat dihasilkan


akibat pembiasan ganda. Hal ini terjadi
Polarisasi dapat terjadi akibat peristiwa
apabila suatu cahaya melewati indeks bias
hamburan. Hal ini terjadi ketika cahaya
berbeda Contohnya saat cahaya terpolarisasi
melewati partikel-partikel berbentuk garis,
pada kuarsa dan kalsit yang berbeda indeks
sehingga cahaya akan terserap sebagian dan
biasnya.
dipantulkan sebagian. Contoh fenomena
polarisasi akibat hamburan, yaitu fenomena
langit biru.

Gambar 4. Skema Pembiasan (I Made


Yulira, 2016)
C. Konsep dari Polarisasi Cahaya = 90° atau r = 90° – ip . Dengan demikian,
berlaku pula
Pada umumnya sifat cahaya salah satunya
menyebar ke segala arah. Maka dari itu,
untuk membuat suatu cahaya
terpolarisasikan dapat menggunakan
Jadi, diperoleh persamaan
instrumen optik, yaitu polariser/ polarisator.
Di mana konsepnya membuat cahaya tidak
terpolarisasi (menyebar acak) menjadi Dengan n2 adalah indeks bias medium
terporarisasikan, seperti gambar di bawah tempat cahaya datang n1 adalah medium
ini. tempat cahaya terbiaskan,
sedangkan ip adalah sudut pantul yang
merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di
atas merupakan bentuk matematis dari
Hukum Brewster.

Gambar 5. Kosep Polarisasi (I Made Yulira,


2016)

D. Metode Cahaya Polarisasi


Gambar 1. Polarisasi karena refleksi
Polarisasi cahaya memiliki beberapa metode
2. Polarisasi karena absorbsi selektif
atau cara , yaitu refleksi (pemantulan),
absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi)
ganda dan hamburan.

1. Polarisasi karena refleksi / pemantulan

Pemantulan akan menghasilkan cahaya


terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar
Gambar 2. Skema polarisasi selektif
biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar
menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya
sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar
dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi
dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar
polaroid yang diteruskan.
pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan terpolarisasi yang melewati polarisator
bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid adalah: I1 = ½ I0
bersifat meneruskan cahaya dengan arah
Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian
getar tertentu dan menyerap cahaya dengan
menuju analisator dan akan keluar dengan
arah getar yang lain. Cahaya yang
intensitas menjadi:
diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya
sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ

3. Polarisasi karena pembiasan ganda

Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca,


kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke
segala arah. Hal ini karena kaca bersifat
homogen, indeks biasnya hanya memiliki
satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal
Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan
pertama disebut polarisator dan polaroid cahaya di dalamnya tidak seragam karena
kedua disebut analisator dengan sumbu bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks
transmisi membentuk sudut θ bias (birefringence).

Seberkas cahaya alami menuju ke Cahaya yang melalui bahan dengan indeks
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi bias ganda akan mengalami pembiasan
secara vertikal yaitu hanya komponen dalam dua arah yang berbeda. Sebagian
medan listrik E yang sejajar sumbu berkas akan memenuhi hukum Snellius
transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi (disebut berkas sinar biasa), sedangkan
menuju analisator. Di analisator, semua sebagian yang lain tidak memenuhi hukum
komponen E yang tegak lurus sumbu Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
transmisi analisator diserap, hanya
komponen E yang sejajar sumbu analisator
diteruskan. Sehingga kuat medan listrik
yang diteruskan analisator menjadi:

E2 = E cos θ

Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang Gambar 4. Skema polarisasi akibat
jatuh pada polaroid pertama (polarisator) pembiasan ganda.
memiliki intensitas I0, maka cahaya
4. Polarisasi karena hamburan banyak dihamburkan dan warna itulah yang
sampai ke mata kita.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium,
partikel-partikel medium akan menyerap E. Aplikasi Polarisasi Cahaya dalam
dan memancarkan kembali sebagian cahaya Ilmu Geologi
itu. Penyerapan dan pemancaran kembali
cahaya oleh partikel-partikel medium ini
dikenal sebagai fenomena hamburan.

Pada peristiwa hamburan, cahaya yang


panjang gelombangnya lebih pendek
cenderung mengalami hamburan dengan
intensitas yang besar. Hamburan ini dapat
diamati pada warna biru yang ada di langit Gambar 6. Diagram Hubungan Geologi
kita. dengan Polarisasi Oleh Peneliti

Dari gambar diagram tersebut


menggambarkan hubungan antara ilmu
geologi dengan fenomena fisis berupa
polarisasi cahaya. Hubungan keduanya
terkait dengan mineral optik. Di mana ilmu
geologi sendiri mempelajari mengenai bumi
(Agung Mulyo, 2009), dan secara khusus
mempelajari mengenai batuan dan mineral
sebagai komponen penyusun bagian bumi.
Gambar 5. Warna biru langit akibat Studi ini dipelajari di ilmu mineralogi,
fenomena polarisasi karena hamburan petrologi, dan petrografi. Dalam analisis
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari petrografi, fenomena polarisasi dibutuhkan
telah melalui partikel-partikel udara di dalam penggunaan mikroskop polarisasi,

atmosfer sehingga mengalami hamburan yaitu cahaya yang disinarkan ke obyek


oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh sayatan batuan akan dipolarisasikan

karena cahaya biru memiliki panjang beberapa kali untuk menghasilkan


gelombang lebih pendek daripada cahaya gambaran mengenai mineral-mineral

merah, maka cahaya itulah yang lebih dalam sayatan batuan. Di mana cahaya
yang mulanya acak kemudian
difokuskan oleh lensa sehingga tercermin yang dapat mengidentifikasi mineral
dengan jelas warna dan bentuk mineral tersebut.
optiknya. Contoh salah satu tipe mikroskop
Sifat-Sifat:
polarisasi yang digunakan, yaitu
mikroskop polarisasi tipe Leitz (Doddy 1. Ukuran Mineral

S.Graha, 1987). Ukuran mineral dapat dinyatakan


secara absolut dalam millimeter (mm) atau
dalam centimeter (cm) dan sebagainya
F. Aplikasi Polarisasi Pada Mineral
(Judith, 1981: 93). Pada mineral hand-
Kemampuan mata manusia normal memiliki sample biasanya pengukuran dapat
batasan tersendiri, maka dari itu untuk dilakukan menggunakan penggaris, namun
pengamatan mineral penyusun batuan yang pada mineral yang bersifat mikroskopis
lebih detailnya dibutuhkan bantuan alat akan dilakukan pengukuran menggunakan
yang dinamakan mikrioskop. Mikroskop ini skala yang sudah tertera pada bagian dari
tidak seperti mikroskop pada umumnya, lensa okuler mikroskop.
tetapi mikroskop yang digunakan saat
2. Bentuk Mineral
mengamati mineral yang ada pada batuan
adalah mikroskop polarisasi. Perbedaan Bentuk mineral dapat dibedakan

antara mikroskop polarisasi dengan berdasarkan batas dari mineral tersebut.

mikroskop pada umumnya adalah, Batas-batas mineral dapat dipengaruhi oleh

mikroskop polarisasi menggunakan cahaya proses kristalisasi suatu mineral sehingga

yang terbias atau di belokan dan bukan dari kita dapat mengetauhi genesa dari mineral

cahaya yang terpantul, selain itu tersebut. Berdasarkan bentuk batas suatu

perbendaanya juga terdapat pada bagian – mineral, bentuk mineral dapat dibedakan

bagian mikroskop itu sediri seperti keeping menjadi 3 jenis, yaitu:

analisator, polarisator, komoensator, dan 1. Euhedral : Bentuk mineralnya dibatasi


lensa amici Bertrand. Pengamatan dengan bentuk mukanya sendiri, mineral ini
Polarisasi Cahaya adalah pengamatan yang terbentuk pada awal dari proses pembekuan
menggunakan suatu alat berupa polarisator. magma.
Tujuan dari pengamatan mineral
2. Subhedral : Bentuk mineralnya dibatasi
menggunakan polarisasi cahaya adalah
oleh muka mineralnya dan bidang muka
untuk mengamati sifat-sifat optis mineral
kristal lainnya.
3. Subhedral : Bentuk mineralnya dibatasi Transparant : merupakan mineral-mineral
oleh kristal-kristal yang berbeda dari bidang yang dapat meneruskan cahaya, dan
muka mineral tersebut. sekaligus tembus sehingga akan
menunjukkan kenampakan yang bening
ataupun colourless.

5. Belahan

3. Warna Belahan merupakan suatu


keterkaitan dengan bidang lemah pada
Warna merupakan kenampakan
struktur mineral tersebut. Belahan dapat
suatu mineral yang dapat menjadi ciri utama
diidentifikasi pada bidang permukaan yang
untuk pembeda jenis mineral apabila terkena
datar maupun bidang planar. belahan dapat
suatu cahaya. Terdapat 2 sifat warna mineral,
dilihat dari adanya retakan yang sejajar dan
yaitu Allokromatik(Memiliki varian warna
sistematis.
pada mineral dan bergantung pada pengotor
mineral tersebut) dan
Idiokromatik(Memiliki warna yang tetap).

4. Ketembusan Cahaya

Ketembusan cahaya adalah kemampua


mineral untuk meneruskan cahaya yang
masuk ke lensa. Terdapat 3 jenis sifat
ketembusan cahaya suatu mineral, yaitu: 6. Pecahan

Opaque : merupakan mineral-mineral yang Pecahan merupakan sebuah


tidak dapat mentrasmit cahaya, pada proses kemampuan dari suatu mineral untuk pecah
pengamatan, mineral akan terlihat hitam. melalui bidang yang tidak rata dan tidak

Translucent : merupakan mineral-mineral teratur. Identifikasinya sama dengan belahan

yang dapat meneruskan cahaya yang masuk yaitu dengan melalui retakan-retakan yang

namun tidak sepenuhnya transparan. ada pada mineral, akan tetapi retakan yang
dianggap sebagai suatu pecahan memiliki
retakan yang tidak sistematis atau terkesan kristal mineral tersebut. Pleokroisme
berantakan. dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

-Monokroik : Memiliki 1 pleokroisme

-Dikroik : Memiliki 2 pleokroisme

-Trikroik : Memiliki 3 pleokroisme


Pecahan

7. Relief dan Indeks Bias

Relief merupakan sifat optis mineral yang


dihasilkan akibat perbedaan indeks bias dari
9. Inklusi
mineral dan indeks bias dari bahan perekat
preparat (Balsam Kanada). Relief diamati Inklusi merupakan material asing

dengan mengamati ketebalan dan kejelasan pada suatu mineral yang dapat berbentuk

dari batas mineral tersebut. Pengukuran ini padat maupun fluida yang telah

bersifat relatif, pengukuran akan bernilai terperangkap dalam struktur kristal suatu

tinggi apabila batas pada mineral tersebut mineral. Umumnya inklusi merupakan

sangat jelas dan perbedaan indeks biasnya butiran-butiran mineral lain yang terbentuk

kecil, sebaliknya pengukuran akan bernilai pada proses pembekuan magma.

rendah apabila batas dari mineral tersebut 10. Produk Alterasi


tidak terlalu jelas dan perbedaan indeks
Produk Alterasi merupakan material
biasnya cukup besar.
alterasi atau alterasi dari keseluruhan
mineral. Alterasi dapat menyebabkan
mineral menjadi lebih transparan ketimbang
mineral yang belum teralterasi pada proses
pengamatan.
8. Pleokroisme

Pleokroisme merupakan perubahan


warna mineral apabila stage(meja
mikriskop) diputar. Perbedaan warna ketika
stage diputar diakibatkan oleh perbedaan
tingkat penyerapan cahaya pada tiap sumbu
Berikut adalah ciri optis pada mineral mafic Relief : Tinggi
A. OLIVINE Pleokroisme : -

1. FORSTERITE (Mg, Fe2SiO4) Indeks bias : n mineral > n. K-balsam

Sifat Optis Belahan : paralel tidak sempurna (010), peca

Warna absorbsi : Tidak berwarna han tidak teratur

Bentuk : Kristal euhedral sampai anhedral Bias rangkap : Kuat,orde – II paling atas

Relief : Tinggi Kembaran : kadangkadang dijumpai

Pleokroisme : - Sudut pemadaman : Paralel

Indeks bias : n mineral > n. K-balsam Orientasi optis : Length slow

Belahan : Fracture yang tidak teratur umum. Sumbu optis : Dua (biaxial)

Bias rangkap : Kuat, teratas orde ke IIKemb Tanda optis : Positif dan negatif

aran : -Sudut pemadaman : Paralel Keterangan : Mineral yang sering membuat

Orientasi optis : Length slow kekeliruan dengan olivine adalah diopside,

Sumbu optis : Dua (biaxial) tetapi diopside mempunyai belahan

Tanda optis : Positif yang baik, sudut pemadaman yang miring, d

Keterangan : Forsterite juga ditemukan an kadang

dalam banyak meteorit besi-nikel. Bukan kadang bias rangkap lemah. Sedangkan

hanya sebagai butir Kristal kecil tapi olivine yang kaya

signifikan sebagai ukuran kadang oksida besi dinamakan Hyalosideri

menduduki lebih dari 50% dari volume terdiridari 50% Fe2 SiO4 Biasanya olivine

meteorit. terubah menjadi antigori dan


magnetik sekunder pada bagian pecahan.
Olivine mineral yang
umumdalambatuanbekumafik-ultramafik,
sepertibasa nitedunite dan peridotite.

2. FAYALITE ((Fe, Mg) SiO2


OLIVINE ((Mg,Fe)
OLIVINE ((Mg,Fe4SiO2 )

Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna-warna
Bentuk : Anhedral dengan bentuk poligonal
dan berupa fenokris
Sifat Optis Pleokroisme : -
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai ke Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
kuningan atau netral Belahan : Paralel tidak sempurna (010), pec
Bentuk : Euhedral, Kristal anhedral ahan tidak teratur
Relief : Sangat tinggi Bias rangkap : Sedang merah orde –I
Pleokroisme : LemahIndeks bias : n mineral Kembaran : Kadang-kadang dijumpai
> n. K balsam Sudut pemadaman : Paralel
Belahan : paralel tidak sempurna dalam satu Orientasi optis : Length slow
arah (010) Sumbu optis : Dua (biaxial)Tanda optis : Ne
Bias rangkap : Kuat gatif
Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel Keterangan : Monticellita adalah mineral
Orientasi optis : Length slow yang agak sulit dikenal karena tidak
Sumbu optis : Dua (biaxial) mempunyai sifat yang jelas, mempunyai
Tanda optis : Negatif Keterangan : forster dan olivine tetapi mempunyai bias
rangkap lemah daripada lainnya, merupakan
Fayalite juga ditemukan banyak besi-nikel mineral cirri metamorf kotak
dalam meteorit, bukan hanya sebagai butiran dari batugamping dan dolomite tetapi
kecil tetapi sebagai Kristal besar kadang- kadang-kadang juga didapatkan dalam
kadang menduduki lebih dari 50% dari batuan beku seperti : alnoiteplizenit dan
volume meteorit. nepheline basah.

3. MONTICELLITE (CaMgSiO4)

B. PYROXENE

1. ORTHOPYROXENE ESTANTITE
SifatOptis
(MgSiO3)
Warna absorbsi : Tidak berwarna
SifatOptis
Bentuk : Granular, berupa kristal anhedral-
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai net
subhedral dan prismatic panjang
ral
Relief : Agak Tinggi
Bentuk : Kristal prismatic. Inklusi- Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai ke
inklusi umum dan menghasilkan struktur merah-mudaan
schiler. Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Relief : Tinggi Belahan : Paralel (110),(010),(100)
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai ke Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai
merah-mudaan merah orde –I
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Belahan : Paralel (110),(010),(100) Orientasi optis : Length slow
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai Sumbu optis : Dua (biaxial)
merah orde –I Tanda optis : Negatif
Kembaran : - Keterangan :
Sudut pemadaman : Paralel Hyipersthene
Orientasi optis : Length slow Menyerupai beberapa macam andalusite,
Sumbu optis : Dua (biaxial) tetapi andalus lenght-fast hyipersthene
Tanda optis : Negatif Didapatkan dalam batuan beku, cirri utama
Keterangan : Enstatite Lebih umum dari norite hypersthene
terbentuk pada batuan beku jika bukan
untuk kelimpahan besi di sebagian besar
magma.

3. CHLYNOPYROXENE AUGITE
(Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3)

SifatOptis
Warna absorbsi : Hampir tidak berwarna, ne
2. HYIPERSTHENE ((Mg,Fe)SiO3
tral coklat kehijauan muda ataukeunguan
SifatOptis
muda
Warna absorbsi : Netral-
Bentuk : Kristal prismatik pendek
hijau muda/merah muda
Relief : Tinggi
Bentuk : Kristal subhedral prismatik
Pleokroisme : Tidak ada sampai lemah
Relief : Tinggi
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110), dalam dua arah pada sudut Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
87 dan 93 .satu arahdalam sayatan Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 5
loditudinal pararel 6ᵒ dan 124ᵒ
Bias rangkap : Sedang kira- Bias rangkap :Sedang, ditengah orede kedua
kira ditengah orde-II Kembaran : Agak umum
Kembaran : Umum, polisintetik, kombinasi Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitud
polisintetik yang dikenalsebagai struktur inal bervariasi dari 12ᵒ sampai 30ᵒ
herring bone Orientasi optis : Length slow
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 36 samp Sumbu optis : Dua (biaxial)
ai 45 (C^X) Tanda optis : Negatif
Orientasi optis : Length fast kadang- Keterangan : Hornblende berbeda dari augit
kadang length slow e dalam belahan, pleokronisme dan sudut pe
Sumbu optis : Dua (biaxial) madaman. Hornlende coklat menyerupai
Tanda optis : Positif biotite mempunyai belahan yang baik
Keterangan : Augite sulit dibedakan dar (satuarah) dan parallel sudut pemadamannya.
diopside, tetapi diopside mempunyai sudut Hornblende sangat umum didapatkan dan
pemadaman yang kecil dan warna yang merupakan mineral yang tersebar
terang. Augite teralterasi menjadi
hornblende .

D. BIOTITE (K 2(Mg,Fe)2(OH)2(AlSi3O10)

C. AMPHIBOLES SifatOptis

1.HORNBLENDE Warna absorbsi : Cokelat kekuning-


(Ca2(Mg,Fe,Al)5(OH)2(Si,Al)4(O11)2) kemerahan cokelat, hijau zaitun
Sifat optis Bentuk : Kristal euhedral, tabular lamenar d
Warna absorbsi : Hijau atau coklat an agak melengkung
Bentuk : Kristal prismatik Relief : Sedang
Relief : Agak tinggi Pleokroisme : Lemah
Pleokroisme : Kuat Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : Sempurna dalam satu arah (001) pemantulan, hamburan, pembiasan ganda,
Bias rangkap : Kuat merah ,orde II dan absorbsi selektif cahaya. Cara kerja dari
Kembaran : Kadang-kadang ada peristiwa polarisasi cahaya, yaitu mengubah
Sudut pemadaman : Pararel dengan belahan cahaya yang awalnya menyebar menjadi
3ᵒ terkutupkan/ terpolarisasi. Aplikasi
Orientasi optis : Length Low polarisasi cahaya dalam ilmu geologi, yaitu
Sumbu optis : Dua (biaxial) terkait penggunaan polarisasi pada
Tanda optis : Negatif mikroskop polarisasi dengan obyek mineral
Keterangan : Biotite dibedakan optik. mineral optik dalam batuan yang
dengan Phlogopite dengan warna gelap dan dikaji dalam studi mineralogi, petrologi,
sudut aborsikuat. Dari Hornblende cokelat dan petrografi. Tujuan dari pengamatan
umum dibedakan dengan sudut pemadaman mineral menggunakan polarisasi cahaya
yang kecil dan perbedaan belahan. Biotite adalah untuk mengamati sifat-sifat optis
sering teralterasi menjadi Chlorite, juga mineral yang dapat mengidentifikasi mineral
menjadi Vermiculitte Biotite mineral yang tersebut. Identifikasi mineral dari Sifat-
tersebar luasdan umum terdapat dalam Sifatnya yaitu : Ukuran Mineral, Bentuk
batuan beku hampir seluruh tipe, juga dalam Mineral, Warna, Ketembusan Cahaya,
Schist dan Gneiss dan zona metamorf Belahan, Pecahan, Relief dan Indeks Bias,
kontak. Biotite umum dalam sediment Pleokroisme, Inklusi dan Produk Alterasi.
detrital.

DAFTAR PUSTAKA

Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral.


Bandung: NOVA,Pp. 44.

Mulyo, Agung. 2009. Pengantar Ilmu


Kebumian. Bandung:Pustaka Setia, Pp.13

KESIMPULAN Sugiyono, Vani. 2009. Jurus Sakti


Menaklukkan Fisika SMA 1,2, & 3.
Polarisasi adalah fenomena di mana
Surabaya: Kawan Pustaka, Pp. 142.
penyerapan sebagian cahaya akibat
intensitas keluar lebih sedikit dari pada Utami,Hestty P. 2007. Mengenal Cahaya

cahaya yang masuk. Polarisasi dapat dan Optik. Bekasi: Ganeca Exact, Pp. 15-16.

disebabkan oleh empat kondisi, yaitu


Yulira, I Made. 2016. Polarisasi. Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Pp.
1-7.

Polarisasi Cahaya dan Penentuan Nilai


Indeks Bias dengan Metode Sudut Brewster.
Alamat
Web :www.researchgate.net/publication/329
611978_Polarisasi_Cahaya_dan_Penentuan
_Nilai_Indeks_Bias_dengan_Metode_Sudut
_Brewster . Diakses pada tanggal 03 Maret
2019 pukul 19.00 wib

Polarisasi Cahaya. Alamat Web :


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendi
dikan_1_dir/c1ec6f9b89889b3d310f22afe8f
9974a.pdf. Diakses pada tanggal 03 Maret
2019 pukul 19.45 wi

Anda mungkin juga menyukai