Oleh:
Mochamad Muslim T (001), Johan Rizky F S (003), Feri Gunawan (024), Verrent Hervania
A (041), Mochammad Ilham Y (045), Resa Fondania (064), Rahmadianty Anastya S (085),
Arya Akbar R F (103), dan Muhammad Ahadilah H (123)
KELAS A
ABSTRAK
Seiring berkembangnya teknologi dan penelitian fisika yang ada membawa pengaruh besar
pada dunia geologi, salah satunya pemanfaatan dari sifat fisis cahaya. Cahaya merupakan
fenomena fisis yang unik, salah satunya, yaitu polarisasi. Di mana pemanfaatannya perlu
ditinjau lagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji: (1) Mengkaji
mengenai polarisasi cahaya, (2) Mengkaji mengenai sebab terjadinya polarisasi cahaya, (3)
Mengkaji mengenai konsep dari polarisasi cahaya, dan (4) Mengkaji mengenai aplikasi
polarisasi cahaya dalam ilmu Geologi.
Untuk mengkaji hal tersebut peneliti menggunakan metode studi literatur. Di mana metode
ini dianggap tepat untuk penelitian ini. Dalam menyusun penelitian ini peneliti
mengumpulkan beberapa sumber materi berupa buku, jurnal, dan makalah terpercaya
mengenai polarisasi cahaya.
Hasil dari penelitian ini, yaitu (1) Polarisasi adalah fenomena di mana penyerapan sebagian
cahaya akibat intensitas keluar lebih sedikit dari pada cahaya yang masuk, (2) Polarisasi
dapat disebabkan oleh empat kondisi, yaitu pemantulan, hamburan, pembiasan ganda, dan
absorbsi selektif cahaya, (3) konsep polarisasi cahaya, yaitu mengubah cahaya yang awalnya
menyebar menjadi terkutupkan/ terpolarisasi, dan (4) Aplikasi polarisasi cahaya dalam ilmu
geologi, yaitu terkait mineral optik dalam batuan yang dikaji dalam studi mineralogi petrologi,
dan petrografi.
Kata Kunci: Polarisasi, Cahaya, Aplikasi, Geologi, dan Metode Studi Literatur.
PENDAHULUAN
Seberkas cahaya alami menuju ke Cahaya yang melalui bahan dengan indeks
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi bias ganda akan mengalami pembiasan
secara vertikal yaitu hanya komponen dalam dua arah yang berbeda. Sebagian
medan listrik E yang sejajar sumbu berkas akan memenuhi hukum Snellius
transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi (disebut berkas sinar biasa), sedangkan
menuju analisator. Di analisator, semua sebagian yang lain tidak memenuhi hukum
komponen E yang tegak lurus sumbu Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
transmisi analisator diserap, hanya
komponen E yang sejajar sumbu analisator
diteruskan. Sehingga kuat medan listrik
yang diteruskan analisator menjadi:
E2 = E cos θ
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang Gambar 4. Skema polarisasi akibat
jatuh pada polaroid pertama (polarisator) pembiasan ganda.
memiliki intensitas I0, maka cahaya
4. Polarisasi karena hamburan banyak dihamburkan dan warna itulah yang
sampai ke mata kita.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium,
partikel-partikel medium akan menyerap E. Aplikasi Polarisasi Cahaya dalam
dan memancarkan kembali sebagian cahaya Ilmu Geologi
itu. Penyerapan dan pemancaran kembali
cahaya oleh partikel-partikel medium ini
dikenal sebagai fenomena hamburan.
merah, maka cahaya itulah yang lebih dalam sayatan batuan. Di mana cahaya
yang mulanya acak kemudian
difokuskan oleh lensa sehingga tercermin yang dapat mengidentifikasi mineral
dengan jelas warna dan bentuk mineral tersebut.
optiknya. Contoh salah satu tipe mikroskop
Sifat-Sifat:
polarisasi yang digunakan, yaitu
mikroskop polarisasi tipe Leitz (Doddy 1. Ukuran Mineral
yang terbias atau di belokan dan bukan dari kita dapat mengetauhi genesa dari mineral
cahaya yang terpantul, selain itu tersebut. Berdasarkan bentuk batas suatu
perbendaanya juga terdapat pada bagian – mineral, bentuk mineral dapat dibedakan
5. Belahan
4. Ketembusan Cahaya
yang dapat meneruskan cahaya yang masuk yaitu dengan melalui retakan-retakan yang
namun tidak sepenuhnya transparan. ada pada mineral, akan tetapi retakan yang
dianggap sebagai suatu pecahan memiliki
retakan yang tidak sistematis atau terkesan kristal mineral tersebut. Pleokroisme
berantakan. dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
dengan mengamati ketebalan dan kejelasan pada suatu mineral yang dapat berbentuk
dari batas mineral tersebut. Pengukuran ini padat maupun fluida yang telah
bersifat relatif, pengukuran akan bernilai terperangkap dalam struktur kristal suatu
tinggi apabila batas pada mineral tersebut mineral. Umumnya inklusi merupakan
sangat jelas dan perbedaan indeks biasnya butiran-butiran mineral lain yang terbentuk
Bentuk : Kristal euhedral sampai anhedral Bias rangkap : Kuat,orde – II paling atas
Belahan : Fracture yang tidak teratur umum. Sumbu optis : Dua (biaxial)
Bias rangkap : Kuat, teratas orde ke IIKemb Tanda optis : Positif dan negatif
dalam banyak meteorit besi-nikel. Bukan kadang bias rangkap lemah. Sedangkan
menduduki lebih dari 50% dari volume terdiridari 50% Fe2 SiO4 Biasanya olivine
Sifat Optis
Warna absorbsi : Tidak berwarna-warna
Bentuk : Anhedral dengan bentuk poligonal
dan berupa fenokris
Sifat Optis Pleokroisme : -
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai ke Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
kuningan atau netral Belahan : Paralel tidak sempurna (010), pec
Bentuk : Euhedral, Kristal anhedral ahan tidak teratur
Relief : Sangat tinggi Bias rangkap : Sedang merah orde –I
Pleokroisme : LemahIndeks bias : n mineral Kembaran : Kadang-kadang dijumpai
> n. K balsam Sudut pemadaman : Paralel
Belahan : paralel tidak sempurna dalam satu Orientasi optis : Length slow
arah (010) Sumbu optis : Dua (biaxial)Tanda optis : Ne
Bias rangkap : Kuat gatif
Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel Keterangan : Monticellita adalah mineral
Orientasi optis : Length slow yang agak sulit dikenal karena tidak
Sumbu optis : Dua (biaxial) mempunyai sifat yang jelas, mempunyai
Tanda optis : Negatif Keterangan : forster dan olivine tetapi mempunyai bias
rangkap lemah daripada lainnya, merupakan
Fayalite juga ditemukan banyak besi-nikel mineral cirri metamorf kotak
dalam meteorit, bukan hanya sebagai butiran dari batugamping dan dolomite tetapi
kecil tetapi sebagai Kristal besar kadang- kadang-kadang juga didapatkan dalam
kadang menduduki lebih dari 50% dari batuan beku seperti : alnoiteplizenit dan
volume meteorit. nepheline basah.
3. MONTICELLITE (CaMgSiO4)
B. PYROXENE
1. ORTHOPYROXENE ESTANTITE
SifatOptis
(MgSiO3)
Warna absorbsi : Tidak berwarna
SifatOptis
Bentuk : Granular, berupa kristal anhedral-
Warna absorbsi : Tidak berwarna sampai net
subhedral dan prismatic panjang
ral
Relief : Agak Tinggi
Bentuk : Kristal prismatic. Inklusi- Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai ke
inklusi umum dan menghasilkan struktur merah-mudaan
schiler. Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Relief : Tinggi Belahan : Paralel (110),(010),(100)
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai ke Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai
merah-mudaan merah orde –I
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam Kembaran : -Sudut pemadaman : Paralel
Belahan : Paralel (110),(010),(100) Orientasi optis : Length slow
Bias rangkap : Agak lemah, kuning sampai Sumbu optis : Dua (biaxial)
merah orde –I Tanda optis : Negatif
Kembaran : - Keterangan :
Sudut pemadaman : Paralel Hyipersthene
Orientasi optis : Length slow Menyerupai beberapa macam andalusite,
Sumbu optis : Dua (biaxial) tetapi andalus lenght-fast hyipersthene
Tanda optis : Negatif Didapatkan dalam batuan beku, cirri utama
Keterangan : Enstatite Lebih umum dari norite hypersthene
terbentuk pada batuan beku jika bukan
untuk kelimpahan besi di sebagian besar
magma.
3. CHLYNOPYROXENE AUGITE
(Ca(Mg,Fe)(SiO3)2(Al2Fe)2O3)
SifatOptis
Warna absorbsi : Hampir tidak berwarna, ne
2. HYIPERSTHENE ((Mg,Fe)SiO3
tral coklat kehijauan muda ataukeunguan
SifatOptis
muda
Warna absorbsi : Netral-
Bentuk : Kristal prismatik pendek
hijau muda/merah muda
Relief : Tinggi
Bentuk : Kristal subhedral prismatik
Pleokroisme : Tidak ada sampai lemah
Relief : Tinggi
Indeks bias : n mineral > n. K-balsam
Belahan : (110), dalam dua arah pada sudut Indeks bias : n.mineral > n.k-balsam
87 dan 93 .satu arahdalam sayatan Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 5
loditudinal pararel 6ᵒ dan 124ᵒ
Bias rangkap : Sedang kira- Bias rangkap :Sedang, ditengah orede kedua
kira ditengah orde-II Kembaran : Agak umum
Kembaran : Umum, polisintetik, kombinasi Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitud
polisintetik yang dikenalsebagai struktur inal bervariasi dari 12ᵒ sampai 30ᵒ
herring bone Orientasi optis : Length slow
Sudut pemadaman : Bervariasi dari 36 samp Sumbu optis : Dua (biaxial)
ai 45 (C^X) Tanda optis : Negatif
Orientasi optis : Length fast kadang- Keterangan : Hornblende berbeda dari augit
kadang length slow e dalam belahan, pleokronisme dan sudut pe
Sumbu optis : Dua (biaxial) madaman. Hornlende coklat menyerupai
Tanda optis : Positif biotite mempunyai belahan yang baik
Keterangan : Augite sulit dibedakan dar (satuarah) dan parallel sudut pemadamannya.
diopside, tetapi diopside mempunyai sudut Hornblende sangat umum didapatkan dan
pemadaman yang kecil dan warna yang merupakan mineral yang tersebar
terang. Augite teralterasi menjadi
hornblende .
D. BIOTITE (K 2(Mg,Fe)2(OH)2(AlSi3O10)
C. AMPHIBOLES SifatOptis
DAFTAR PUSTAKA
cahaya yang masuk. Polarisasi dapat dan Optik. Bekasi: Ganeca Exact, Pp. 15-16.