Anda di halaman 1dari 15

Makalah Metode Gravitasi dan Geomagnet

Isostasi dan Kerak Bumi

Kelompok IX

Muhammad Alif Ismail (H061191016)

Muh. Rodjil Gufron (H061191041)

Dominikus Mangopo Palangda (H061191042)

Nudia Hajryana (H061191084)

Nur Fatihah (H061191086)

Nur Annisa Muliana (H061191088)

PRODI GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Adapun judul makalah ini adalah “Isostasi dan Kerak
Bumi”.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan kita semua tentang Isostasi dan Kerak Bumi serta bertujuan untuk
memenuhi tugas Metode Gravitasi dan Geomagnet.

Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 30 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tektonisme adalah peristiwa pergeseran dan perubahan kerak bumi dalam
skala besar, pada umumnya meliputi patahan, lipatan dan tektonik lempeng.
Menurut teori tektonik lempeng bahwa litosfer dipandang terdiri dari dari
beberapa lempeng pejal yang bergerak relatif lambat. Lempeng adalah suatu
bentuk ukuran yang panjang dan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya (contoh
daun pintu, ubin, dan lain-lain)
Menurut konsep isostasi bahwa material kerak bumi mengapung karena
kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh
lapisan fluida. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi (litosfer) terdiri
dari kerak bumi dan bagian padat mantel atas, sampai kedalaman kira-kira 80
km. Material di bawah litosfer yang dianggap cukup panas, sehingga mudah
dibentuk ulang dan mampu mengalir, dinamakan asthenosfer.
Gerak relatip lempeng ada tiga yaitu divergen (saling menjauhi), konvergen
(saling mendeka) dan geseran. Pada batas antara kedua lempeng yang bergerak
divergen, terjadi pelebaran dasar samudra. Begitu. kedua lempeng saling
menjauhi, material lebur panasdan mantel naik untuk mengisi celah yang
terbentuk. Material lebur yang naik mndingin menjadi tanggul dasar samudra.
Dengan kata lain, gunung gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak
bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik
pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan
kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma
atau di antara lempengan- lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan
gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah
"isostasi". Isostasi bermakna sebagai kesetimbangan dalam kerak bumi yang
terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan
gravitasi
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan isostasi?
2. Apa saja model model dalam isostasi?
3. Apa yang dimaksud dengan kompensasi isostatic dan gerakan kerak
vertical?
4. Apa yang dimaksud dengan anomaly gravitasi isostatic?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu isostasy
2. Untuk mengetahui model-model dalam isostasy
5. Untuk mengetahui kompensasi isostatic dan gerakan kerak vertical
3. Untuk mengetahui anomaly gravitasi isostatic
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Isostasi
Isostasi adalah kondisi keseimbangan gravitasi antara lapisan kerak bumi dan
mantel yang mengakibatkan kerak seolah "mengapung" di atas mantel. Konsep
Isostasi menjelaskan mengapa ada perbedaan ketinggian topografi bumi.
Isostasi pertama kali dikenalkan oleh ahli Geologi Amerika Serikat, C.E.
Dutton, dari kata Yunani yang berarti "dalam kesamaan tekanan". Secara istilah
Isostasi adalah suatu kesetimbangan atau keberimbangan antara batuan-batuan
berat dan ringan dalam kerak bumi. Selama belum tercapai keseimbangan maka
kerak bumi akan bergerak mencari keseimbangannya.
Efek dari gaya isostasi dapat dianalogikan seperti gunung es yang mengapung
di lautan. Bila massa es ditambah ke atas, maka gunung es akan semakin tenggelam
ke dalam air. Namun bila massa es dalam gunung dikurangi, maka gunung es akan
semakin naik dari dalam air. Hal ini juga terjadi pada litosfer bumi yang mengapung
di atas astenosfer.
Menurut konsep isostasi bahwa material kerak bumi mengapung karena
kesetimbangan antara berat material dengan gaya ke atas yang dikerjakan oleh
lapisan fluida. Dalam teori tektonik lempeng, lapisan luar bumi (litosfer) terdiri dari
kerak bumi dan bagian padat mantel atas, sampai kedalaman kira-kira 80 km.
Material di bawah litosfer yang dianggap cukup panas, sehingga mudah dibentuk
ulang dan mampu mengalir, dinamakan asthenosfer.
Dari bukti seismik diketahui bahwa kerak benua (tebal 30–40 km). Enam-
delapan kali lebih tebal daripada kerak oseanik (5 km). Kerak benua juga punya
densitas yang lebih rendah (2,7 g/cc) dibandingkan kerak oseanik (2,9 g/cc).
Akibatnya, karena prinsip isostasi, kerak benua yang lebih tebal dan lebih ringan
harus duduk lebih tinggi daripada kerak oseanik yang lebih tipis dan lebih berat.
2.2 Model-Model dalam Isostasi
Penjelasan tentang defleksi garis tegak lurus anomali diajukan oleh G. B. Airy
pada tahun 1855 dan J. H. Pratt pada tahun 1859. Airy adalah Astronomer Royal
dan direktur Greenwich Observatory. Pratt adalah seorang diakon agung (wakil
uskup gereja anglikan) dari gereja Anglikan di Calcutta, India, dan seorang
ilmuwan yang berbakti. Hipotesis mereka memiliki kesamaan kompensasi
tambahan massa gunung di atas permukaan laut dengan wilayah yang kurang padat
di bawah permukaan laut. Dibawah kedalaman kompensasi tertentu, tekanan yang
diberikan oleh semua ruang vertikal dari material kerak pun sama. Kemudian
tekanannya itu hidrostatik, seolah-olah pada bagian dalam berlaku seperti fluida.
Karenanya, kompensasi isostatik setara dengan menerapkan prinsip Archimedes ke
lapisan paling atas Bumi.
Model Pratt dan Airy memperoleh kompensasi secara lokal dengan
menyamakan tekanan di bawah ruang vertikal dan di bawah beban topografi. Model
tersebut sangat berhasil dan banyak digunakan oleh ahli geodesi, dan
dikembangkan lebih lanjut. Pada tahun 1909-1910, J.F.Hayford di Amerika Serikat
menurunkan model matematika untuk menggambarkan hipotesis Pratt. Akibatnya,
teori isostasy ini sering disebut sebagai skema kompensasi Pratt-Hayford. Antara
1924 dan 1938 W. A. Heiskanen menurunkan kumpulan tabel untuk menghitung
koreksi isostatik berdasarkan model Airy. Konsep kompensasi isostatik sejak itu
telah disebut sebagai skema Airy-Heiskanen. Maka jelas bahwa kedua model
memiliki kekurangan yang sangat berat dalam keadan yang memerlukan
kompensasi atas wilayah yang lebih besar. Pada 1931 M, Vening Meinesz, ahli
geofisika Belanda, mengusulkan model ketiga, di mana kerak bumi bertindak
sebagai lempeng elastis. Seperti pada model lainnya, lapisan kulit mengapung di
atas lapisan bawah, tetapi kekakuan yang melekat menyebarkan beban topografi di
wilayah yang lebih luas
a. Model Airy-Heiskanen
Menurut model isostatik Airy-Heiskanen kompensasi lapisan atas bumi
“melayang" pada lapisan bawah seperti magma yang lebih padat, seperti halnya
gunung es mengapung di air. Lapisan atas disamakan dengan kerak dan lapisan
bawah dengan mantel. Ketinggian gunung di atas permukaan laut jauh lebih sedikit
daripada ketebalan kerak di bawahnya, sama seperti ujung gunung es yang terlihat
jauh lebih kecil daripada bagian bawah permukaan. Kerapatan kerak dan mantel
diasumsikan konstan; ketebalan daerah asal bervariasi sesuai dengan ketinggian
topografi.
Analogi untuk gunung es tidak tepat, karena di bawah permukaan laut
tingkat kerak "normal" sekitar 30–35 km; daerah asal kompensasi dari gunung
terletak di bawah kedalaman tersebut. Kerak samudera hanya setebal 10 km, lebih
tipis dari kerak "normal". Antara mantel dan kerak dasar samudera pada kedalaman
kerak normal terkadang disebut anti-root dari cekungan samudera.
Model Airy-Heiskanen mengasumsikan lapisan atas dengan
kerapatan/massa jenis yang konstan mengambang pada lpisan bawah yang lebih
padat. Ini memiliki zona akar dari ketebalan yang dapat berubah yang proporsional
dengan topografi atasnya. Skenario ini sesuai secara luas dengan bukti seismik
untuk ketebalan kerak bumi. Kerak benua jauh lebih tebal daripada kerak samudera.
Ketebalannya sangat bervariasi, karena terbesar di bawah rantai gunung, meskipun
ketebalan terbesar tidak selalu di bawah topografi tertinggi. kompensasi model Airy
menyarankan bahwa keseimbangan hidrostatik tersebut antara kerak dan mantel
b. Model Pratt-Hayford
Model isostatik Pratt-Hayford menggabungkan lapisan luar Bumi yang
bertumpu pada lpisan bawah magmatik yang lemah. Pengembangan yang berbeda
dari material dalam kolom vertikal dari lapisan luar menyumbang topografi
permukaan, sehingga semakin tinggi kolom di atas dasar maka semakin rendah
kerapatan rata-rata batuan di dalamnya. Kolom vertikal memiliki kerapatan konstan
dari permukaan ke dasarnya pada kedalaman D di bawah permukaan laut
Model Pratt-Hayford dan Airy-Heiskanen menyatakan kompensasi isostatik
lokal, di mana setiap kolom memberikan tekanan yang sama pada tingkat
kompensasi. Pada saat model-model tersebut diusulkan sangat sedikit yang belum
diketahui tentang struktur internal Bumi. Kemudian hanya diuraikan setelah
perkembangan seismologi pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua
puluh. Setiap model diidealkan, baik yang berkaitan dengan distribusi kerapatan
dan perilaku material Bumi. Sebagai contoh, lapisan atas diasumsikan tidak
memiliki ketahanan terhadap tegangan geser yang muncul dari pencocokan vertikal
antara kolom yang berdekatan. Namun lapisan tersebut memiliki kekuatan yang
cukup untuk menahan tegangan akibat perbedaan kepadatan horisontal. Tidak
mungkin bahwa fitur topografi kecil memerlukan kompensasi pada kedalaman yang
besar; lebih mungkin, bahwa sepenuhnya didukung oleh daya kerak bumi.
c. Model Pelat Elastis Vening Meinesz
Pada 1920-an F. A. Vening Meinesz melakukan survei gravitasi yang luas
di laut. Pengukurannya dilakukan di kapal selam untuk menghindari gangguan
gerakan gelombang. Beliau mempelajari hubungan antara topografi dan anomali
gravitasi atas fitur topografi yang menonjol, seperti parit laut dalam dan busur pulau
di Asia Tenggara, dan menyimpulkan bahwa kompensasi isostatik seringkali tidak
sepenuhnya lokal. Pada tahun 1931 ia mengusulkan model kompensasi isostatik
regional yang, seperti model Pratt-Hayford dan Airy- Heiskanen, membayangkan
lapisan atas yang ringan yang mengapung di atas lapisan cairan yang lebih padat.
Namun, dalam model Vening Meinesz lapisan atas berperilaku seperti pelat elastis
yang menutupi cairan yang lemah. Daya lempeng mendistribusikan beban fitur
permukaan (misalkan Pulau atau gunung) pada jarak horizontal yang lebih lebar
dari fitur (Gbr. 2.64c). Beban topografi membengkokkan pelat ke bawah ke dalam
lapisan bawah fluida, yang didorong ke samping. Daya apung dari fluida yang
dipindahkan mendorongnya ke atas, memberikan bantuan pada pelat yang tertekuk
pada jarak yang jauh dari penurunan pusat. Pembelokkan pelat yang
memperhitungkan kompensasi regional dalam model Vening Meinesz tergantung
pada sifat elastis litosfer
2.3 Kompensasi Isostatik dan Gerakan Kerak Vertikal
Dalam model Pratt-Hayford dan Airy-Heiskanen, lapisan kulit yang lebih
ringan mengapung dengan bebas di mantel yang lebih tebal. Sistem ini berada
dalam kesetimbangan hidrostatik, dan kompensasi isostatik lokal adalah penerapan
sederhana dari prinsip Archimedes. Ketebalan kerak "normal" untuk daerah pantai
permukaan laut diasumsikan (biasanya 30-35km) dan kedalaman tambahan dari
zona akar di bawah tingkat ini sebenarnya sebanding dengan ketinggian topografi
di atas permukaan laut. Topografi kemudian sepenuhnya dikompensasi. Namun,
kompensasi isostatik seringkali tidak lengkap.
Ketidakseimbangan geodinamik menyebabkan gerakan kerak vertikal.
Pegunungan mengalami erosi, yang dapat mengganggu kompensasi isostatik. Jika
pegunungan yang terkikis tidak lagi cukup tinggi untuk membenarkan zona akar
yang dalam, topografi secara isostatis terkompensasi berlebihan. Daya apung
diciptakan, seperti halnya balok kayu yang mengapung di air ditekan ke bawah,
bagian bawah air menjadi terlalu besar sebanding dengan jumlah di atas permukaan.
Jika tekanan jari dihilangkan, penghalang melambung untuk mengembalikan
keseimbangan hidrostatik.
Demikian pula, gaya apung yang dihasilkan dari kompensasi topografi
pegunungan yang berlebihan menyebabkan peningkatan vertikal. Skenario
sebaliknya juga dimungkinkan. Jika topografi yang tampak memiliki sumber yang
terlalu kecil, topografi secara kompensatorik isostatis. Keadaan seperti ini dapat
terjadi, misalnya ketika gaya tektonik mendorong penghalang kerak di atas satu
sama lain. Keseimbangan hidrostatik kini tercapai dengan penurunan wilayah yang
terangkat
Contoh yang paling pentig dan paling diamati dari gerakan kerak vertikal
karena ketidakseimbangan isostatik terkait dengan fenomena melambungnya es
yang sangat dingin yang diamati di Kanada utara dan di Fennoscandia. Selama
zaman es terbaru, wilayah-wilayah ini ditutupi oleh lapisan es tebal. Berat es
menekan kerak yang mendasarinya. Selanjutnya pencairan tutup es menghilangkan
beban tambahan pada kerak, dan sejak itu telah pulih kembali. Kemudian es yang
mencair menghilangkan muatan tambahan pada kerak, dan pada saat itu telah
melambung kembali.
Pada kedudukan di perisai Fennoscandian, pengamatan pengukuran pasang
surut modern dan survei penyamarataan presisi yang dibuat bertahun-tahun
memungkinkan perhitungan pada saat ini terukur dengan cepat. Garis kontur
dengan peningkatan kecepatan yang sama tidak akurat di area yang luas karena
ketidak lengkapan data dari wilayah yang tidak dapat dilalui. Namun demikian, pola
umum kenaikan es yang dingin yang melambung jelas dapat diketahui, dengan
tingkat peningkatan hingga 8 mm tahun 1
2.4 Anomali Gravitasi Isostatik
Perbedaan derajat dari kompensasi isostatik menghasilakan pernyataan dalam
anomali gravitasi. Anomali gravitasi udara-bebas kecil di dekat pusat wilayah yang
besar sehingga dikompensasi secara isostatis; anomali Bouguer sangat negatif.
Dengan mengasumsikan bahwa keseluruhan kompensasi isostatik, sehigga ukuran
dan bentuk zona akar/daerah asal dapat ditentukan dari ketinggian topografi. Sesuai
dengan perbedaan adari kerapatan, anomali gravitasi yang dimodelkan dari zona
akar sehingga dapat dihitung; karena zona akar memiliki kerapatan yang lebih
rendah daripada batuan mantel yang berdekatan, juga negatif. Anomali gravitasi
isostatik didefinisikan sebagai perbedaan antara anomali gravitasi Bouguer dan
anomali yang dihitung dari zona akar yaitu
Sebuah survei gravitasi nasional dari Swiss yang dilakukan pada 1970-an
memberikan peta berkualitas tinggi anomali gravitasi Bouguer. Data seismik
memberikan parameter representatif untuk kerak dan mantel Eropa Tengah:
ketebalan kerak 32 km tanpa topografi, dan kepadatan rata-rata 2670 untuk
topografi, 2810 untuk kerak dan 3310 untuk mantel. Menggunakan model
kompensasi Airy-Heiskanen, sebuah peta anomali gravitasi isostatik di Swiss
diturunkan setelah mengoreksi peta gravitasi untuk efek sedimen berkerapatan
rendah di cekungan Molasse di utara Alpen dan material berkerapatan tinggi yang
terisi anomali Ivrea di selatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Isostasi adalah kondisi keseimbangan gravitasi antara lapisan kerak bumi dan
mantel yang mengakibatkan kerak seolah "mengapung" di atas mantel. Konsep
Isostasi menjelaskan mengapa ada perbedaan ketinggian topografi bumi. Adapun
model-model dalam isostasy adalah model Airy-Heiskanan, model Pratt-Hayford,
dan model pelat elastis Vening Meinesz
3.2 Saran
Adapun saran untuk kedepanya adalah perlunya tambahan referensi terkait yang
diperlukan dalam penyusunan makalah ini
Daftar Pertanyaan

1. Dahlia (H061191067) dari klp 6


Mengapa pembelokan pelat dalam model Vening Meinesz bergantung pada
sifat elastis litosfer?? Atau adakah hal lain selain sifat elastis litosfer yang
berpengaruh dlm hal tersebut??
Muh. Rodjil Gufron (H061191041) menjawab
Untuk pembelokan pelat model vening tergantung pada elastisitas,
ketebalan, dan berat beban di permukaan lempeng. Jika ketebalannya tinggi
dan elastisitasnya rendah melebihi beban makan tidak terjadi isostasi. Dan
jika elastisitas lempeng tinggi dan ketebalannya rendah maka akan terjadi
isostasy
2. Haerul Firmansyah dari kelompok 7
Kenapa kompensasi isolatik sering tidak lengkap dan apa penyebabnya serta
apa akibatnya jika tidak lengkap?
Muhammad Alif Ismail (H061191016) menjawab
Pegunungan mengalami erosi, yang dapat mengganggu kompensasi
isostatik. Jika pegunungan yang terkikis tidak lagi cukup tinggi untuk
membenarkan zona akar yang dalam, topografi secara isostatis
terkompensasi berlebihan. Daya apung diciptakan, seperti halnya balok
kayu yang mengapung di air ditekan ke bawah, bagian bawah air menjadi
terlalu besar sebanding dengan jumlah di atas permukaan. Jika tekanan jari
dihilangkan, penghalang melambung untuk mengembalikan keseimbangan
hidrostatik. Demikian pula, gaya apung yang dihasilkan dari kompensasi
topografi pegunungan yang berlebihan menyebabkan peningkatan vertikal.
Skenario sebaliknya juga dimungkinkan. Jika topografi yang tampak
memiliki sumber yang terlalu kecil, topografi secara kompensatorik
isostatis. Keadaan seperti ini dapat terjadi, misalnya ketika gaya tektonik
mendorong penghalang kerak di atas satu sama lain. Keseimbangan
hidrostatik kini tercapai dengan penurunan wilayah yang terangkat
3. Devi Cintya Andini (H061191050) dari kelompok 1
Pada slide kompensasi isostatic dan gerakan kerak vertical, apa yang
menyebabkan kompensasi isostatic seringkali tidak lengkap?
Dominikus Mangopo Palangda (H061191042) menjawab
Reduksi isostatik ini disebabkan oleh massa topografi yang berlebih atau
Berkurang ,pada kompensasi isostatic lengkap itu memiliki massa topografi
yang seimbang Sedangkan kompensasi isostatic berlebihan itu memiliki
massa topografi yang berlebih ,sedangkan pada isostatic rendah itu memiliki
massa topografi yang kecil/tidak cukup.
4. Ismi Zalsabilla dari kelompok 7
Pada slide materi penjelasan anomali kurang di jlskan lebih rinci menganai
gambarnya. mungkin bisa jlskan apa2 sja perbedaan dan penyebab
terjadinya dari ketiga gambar tersebut
Nur Annisa Muliana (H061191088) menjawab
Perbedaan nya terlihat pada kerapatan zona real root dan computed root,
dapat dilihat pada gambar complete anomaly memiliki kerapatan yang
sangat tinggi dan pada anomaly gravitynya ∆g1 = 0. pada gambar
overcompensation anomaly computed root berada diatas real root
,sedangkan anomaly gravity nya ∆g1 dibawah nol yang berarti termasuk
anomaly negatif, pada gambar undercompensation anomaly real root berada
diatas computed root dan pada anomaly gravitynya Vg1 berada diatas nol
yang berarti anomali positif. penyebab terjadinya adalah dapat berupa kerak
samudra mengalami penunjaman (anomali positif), defisiensi massa air dan
sedimen (anomali negatif), dan lain sebagainya
5. Muh. Haqqul Fahmi, H061191020 dari kelompok 1.
Saya ingin bertanya mengenai hipotesis Airy dan Pratt. Keduanya itu
mempunyai perbedaan pendapat mengenai perbedaan ketinggian
permukaan bumi, dari kedua pendapat tersebut, hipotesis mana yang
digunakan oleh ahli geologi/geofisika saat ini?
Nur Fatihah (H061191086) menjawab
Mengenai isostasi, ada dua hipotesis yang terkenal dikalangan ahli geologi
yaitu hipotesis Pratt dan hipotesis Airy. Pratt mengatakan bahwa massa
benua lebih tinggi daripada massa dasar laut, tetapi densitas batuan yang
menyusun dasar laut lebih besar daripada densitas batuan di benua. Dengan
kata lain adanya perbedaan ketinggian antara benua dan dasar laut adalah
karena perbedaan kepadatan batuan yang menyusun kerak bumi di kedua
bagian bumi tersebut. Ketinggian dikompensasikan oleh densitas batuan.
Pratt memberikan ilustrasi dengan menggunakan berbagai logam yang tidak
sama berat jenisnya tetapi berat dan penampangnya dibuat sama, kemudian
diapungkan di dalam air raksa. Ternyata logam yang berat jenisnya lebih
besar hanya sedikit tersembul di atas permukaan air raksa, sedang logam
yang berat jenisnya kecil banyak tersembul di atas permukaan air raksa.
Airy mengemukakan hipotesisnya pada tahun 1855 dengan jalan pikiran
yang agak berbeda dengan Pratt. Airy membenarkan bahwa batuan yang
menyusun kerak bumi tidak sama densitasnya, namun perbedaan densitas
batuan tidak terlalu besar untuk menghasilkan perbedaaan ketinggian
permukaan bumi yang sedemikian besarnya. Airy memberikan ilustrasi
yang mirip dengan ilustrasi Pratt, hanya menggunakan logam yang sejenis,
penampangnya juga dibuat sama tetapi tebalnya tidak sama. Setelah logam
dimasukkan kedalam air raksa, ternyata logam yang lebih tebal tersembul
lebih tinggi di atas permukaan air raksa daripada logam yang tipis. Dengan
demikian Airy berkesimpulan bahwa perbedaan ketinggian permukaan
bumi bukan disebabkan oleh perbedaan densitas batuan tetapi akibat dari
perbedaan tebal lapisan kerak bumi. Itulah sebabnya hipotesis Airy ini
sering pula disebut the Roots of Mountains hypothesis of isostasi. Pendapat
Airy ini lebih banyak dianut oleh para ahli geologi, namun tidak berarti
bahwa pendapat Pratt salah. Densitas batuan penyusun kerak bumi memang
tidak sama, demikian juga tidak semua pegunungan akarnya jauh masuk
kedalam bumi. Dengan demikian keduanya saling melengkapi. Leon Long
memberikan penilaian 65% untuk Airy dan 35% untuk Pratt.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/416436795/ISOSTASI-pdf

https://dokumen.tips/documents/konsep-isostasi.html

Anda mungkin juga menyukai