MIKROTREMOR
OLEH: KELOMPOK 5
HAIKAL HASRAT SELON H061191005
HESTI AYUL LESTARI H061191012
HAERUL FIRMANSYAH H061191030
AISYAH SRI REJEKI H061191043
ANANDA NOVIA H061191058
WILLIAM DESMOND TONAPA H061191066
DIAN MUTMAINNA S. H061191080
DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah subduksi tiga lempeng bumi yang sangat aktif
bergerak satu terhadap yang lainnya yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia dan
Pasifik. Pergerakan lempeng ini memicu berbagai fenomena yang berkaitan dengan
gempa. Indonesia yang memiliki 3 lempeng tersebut juga memiliki pengaruh yang
besar terdapap bagaimana lapisan di wilayah Indonesia terbentuk.
Semuda lapisan yang terdapat pada permukaan bumi memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Salah satu hal yang
membedakan masing-masing lapisan adalah sifat kecepatan gesernya yang erat
kaitannya dengan struktur lapisan tanah. Sifat tersebut sangat penting sebab
berhubungan dengan ketahanan area terhadap gempa. Dengan menggunakan salah
satu metode darigeofisika, kita dapat mengukur besar shear velocity atau kecepatan
geser yang dimiliki di setiap titik pada lokasi yang telah ditentukan.
Mikrotremor adalah vibrasi atau getaran tanah yang dapat disebabkan oleh
sumber alam seperti angin dan gelombang laut yang memiliki periode panjang.
Dalam mikrotremor dikenal metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio).
Metode HVSR adalah metode yang sering digunakan pada seismik pasif
(mikrotremor) tiga komponen. Metode HVSR dilakukan dengan cara estimasi rasio
spektrum Fourier komponen vertikal terhadap komponen horisonta. Oleh karena
hal tersebut dilakukan metode mikrotremor ini untuk mengetahui dan untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah wajib yaitu kuliah lapang.
I. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik dinamika tanah berdasarkan nilai frekuensi natural
(f0), amplifikasi tanah (A0), dan ketebalan sedimen
2. Bagaimana mikrozonasi di daerah Pantai Panrang Luhu, Kec. Bonto Bahari,
Kab. Bulukumba
I. 3 Tujuan Praktikum
Tujuan yang dapat di capai dalam penelitian ini ialah:
1. Untuk menentukan karakteristik dinamika tanah berdasarkan nilai frekuensi
natural
2. Untuk mengetahui mikrozonasi daerah Pantai Panrang Luhu, Kec. Bonto
Bahari, Kab. Bulukumba
I.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui karakteristik tanah
berdasarkan frekuensi natural, amplifikasi tanah, dan ketebalan sedimen di daerah
Pantai Panrang Luhu, Kec. Bonto Bahari, Kab. Bulukumba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Geologi Regional
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan jasirah Sulawesi dengan luas
wilayah sekitar 1.154,7 km2 atau sekitar 2,5 persen dari luas wilayah Sulawesi
Selatan, Di bulukumba terkenal dengan industri perahu phinisi, objek wisata pantai
Bira, dan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan yang melimpah dan
memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas
wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota
Makassar sekitar 153 Km. Kabupaten Bulukumba terletak antara 05°20’ - 05°40’
LS dan 119°58’ - 120°28’ BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas batas
yakni :
• Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;
• Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone dan Pulau Selayar;
• Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;
• Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.
Kabupaten Bulukumba ini tersusun oleh batuan batuan aglomerat, breksi,
breksi laharik, Denudasional Pada Satuan Napal Formasi Camba dan Batuan
Gunungapi Lompobattang. Fluviovulkanik, karst dan pasir. Adapun penyebaran
masing-masing jenis batuan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba sebagai berikut
(Imran dan Koch, 2006):
• Satuan Aglomerat Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada bagian Barat
Laut Kabupaten Bulukumba, berada dalam wilayah Kecamatan Ki ndang,
terletak pada ketinggian 870 - 2300 meter dpal, secara umum kemiringan lereng
> 15 %. Secara genetik satuan bentuk lahan ini merupakan bentuklahan asal
vulkanik dengan material penyusunannya adalah Satuan Aglomerat. Penggunaan
lahan umumnya adalah hutan dan di beberapa tempat telah mengalami perubahan
fungsi sebagai tegalan/kebun.
• Satuan Breksi Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada bagian Barat Laut
dengan letak di bawah Lereng Atas Satuan Aglomerat yang melampar dengan
arah Barat Daya– Timur Laut di wilayah Kecamatan Kindang, Rilau Ale (Barat
laut), dan Bulukumpa, terletak pada ketinggian 518 – 870 meter dpal, kemiringan
lereng > 10 %. Secara genetic satuan bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan
asal vulkanik oleh proses lahari dengan material penyusunnannya adalah batuan
satuan breksi laharik, Penggunaan lahan umumnya adalah kebun, sawah, hutan
dan permukiman.Satuan Breksi Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada
bagian tengah Kabupaten Bulukumba, meliputi Kecamatan Gantaran (bagian
atas), Kindang (bagian bawah), Rilau Ale (bagian atas), dan Bulukumpa, terletak
pada ketinggian 220 - 518 meter dpal, kemiringan lereng secara umum 3 – 23 %
dan > 30 pada tebing sungai dan sekitarnya. Secara genetik satuan bentuk lahan
ini merupakan bentuk lahan asal vulkanik oleh proses laharik dengan material
penyusunnya adalah Satuan Breksi Laharik. Penggunaanlahan umumnya adalah
kebun, sawah, hutan, dan permukiman.Betang Pantai, Penyebaran pada bagian
Selatan sepanjang pantai Kabupaten Bulukumba, meliputi Kecamatan Ujung
Bulu dan sebagian Bontobahari, terletak pada ketinggian 0 – 2 meter dpal,
kemiringan lereng < 5 %. Secara genetik satuan bentuk lahan ini merupakan
bentuk lahan asal marin. Material penyusunannya adalah pasir lepas. Penggunaan
lahan umumnya adalah permukiman, tegalan, dan tambak (Imran dan Koch,
2006)
4
𝜆+2𝜇 𝐾+ 𝜇
𝑉𝑝 = √ =√ 3
(2.1)
𝜌 𝜌
𝜇
𝑉𝑠 = √𝜌 (2.2)
dengan Vp adalah kecepatan gelombang P. Kecepatan gelombang P (Vp)
tergantung dari konstanta Lame (), rigiditas/kekakuan batuan (),
densitas/kerapatan batuan () serta Modulus Bulk (K). Satuan Vp dan Vs adalah
km/detik.
Kedalaman akan membuat kecepatan gelombang seismik bertambah,
sehingga intasan gelombang seismik akan membentuk lengkungan cekung ke
permukaan bumi. Selain gelombang body, terdapat juga gelombang permukaan.
Gelombang permukaan adalah salah satu gelombang seismik. Gelombang
permukaan terdapat pada batas permukaan medium. Berdasarkan sifat gerak
partikel media elastik, gelombang permukaan adalah gelombang yang bersifat
kompleks dengan frekuensi rendah dan amplitudo besar. Gelombang ini menjalar
karena ada efek free surface akibat perbedaan sifat elastik.
II.3 Mikrotremor
Mikrotremor merupakan getaran tanah selain gempa bumi, bisa berupa
getaran akibat aktivitas manusia maupun aktivitas alam. Mikrotremor bisa terjadi
karena getaran akibat orang yang sedang berjalan, getaran mobil, getaran
mesinmesin pabrik, getaran angin, gelombang laut atau getaran alamiah dari tanah.
Mikrotremor mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempa bumi,
periodenya kurang dari 0,1 detik yang secara umum antara 0.05 –2 detik dan untuk
mikrotremor periode panjang bisa 5 detik, sedang amplitudenya berkisar 0,1 –2,0
mikron. Mikrotremor dapat juga disebut dengan suatu getaran yang memiliki
periode pendek yang merupakan akumulasi akibat dari efek gelombang laut,
interaksi angin dengan tanaman dan kegiatan atmosfer (Toiba dkk).
Mikrotremor diperkenalkan pertama kali oleh Aki dan Kanai (1957) dengan
tujuan untuk mempelajari serta mengetahui karateristik dari batuan sedimen
struktur tanah bawah permukaan berhubungan dengan daerah dinamis pada suatu
titik pengukuran. Mikrotremor biasa disebut juga sebagai ambient noise. Ambient
noise adalah suatu getaran yang berasal dari tanah dengan amplitudo tertentu serta
dapat menggambarkan keadaan geologi pada daerah tersebut yang diakibatkan oleh
peristiwa alam ataupun buatan, seperti angin, getaran kendaraan atau gelombang
laut. Pada Penelitian mikrotremor berdasarkan parameter periode dominan dan
amplifikasi maka dapat diketahui karakteristik lapisan tanah. Dan parameter yang
terukur antara lain frekuensi dominan (f0) dan ketebalan sedimen. Mikrotremor
adalah getaran tanah yang secara terus menerus dan sangat kecil yang berasal dari
getaran aktivitas manusia, angin, lalu lintas, dan lain-lain (Kanai, 1983). Kaitannya
dengan mikroseismik, mikrotremor merupakan getaran tanah yang menjalar dalam
bentuk gelombang yang disebut gelombang mikroseismik. Belakangan ini aplikasi
mikrotremor digunakan untuk mengidentifikasi resonansi frekuensi natural
bangunan dan tanah sebagai patokan sumber mikrotremor (Jamiluddin, 2020).
Tabel II.2 Sumber Mikrotremor Berdasarkan frekuensi natural
Seismic Noise Source Guttenberg (1958) Aaten (1978,1984)
𝑆
𝑇𝐻= 𝑆 𝐻𝑆 (2.3)
𝐻𝐵
𝑆𝑉𝑆
𝑇𝑣= (2.4)
𝑆𝑉𝐵
6. Dalam keadaan ini, karena rasio spektrum antara komponen horizontal dan
komponen vertikal mendekati nilai satu, maka noise yang terekam pada
permukaan lunak memungkinkan dapat dihilangkannya pengaruh dari
gelombang Rayleigh (Erw). Sehingga hanya ada pengaruh yang disebabkan
oleh site Effect.
𝑆𝑅 𝐻
𝑆𝐸 = 𝐸𝑟𝑤 = 𝑆 𝑠 (2.9)
𝑝
Untuk T0 adalah periode dominan dan F0 frekuensi dominan. Dalam hal ini
Kanai, Omote, dan Nakajima juga telah mengklasifikasikan tanah berdasarkan
periode dominan tanah. Dan zhao mengklasifikasikan tanah kedalam empat kelas
yang mengacu pada site classification dari NEHRP (National Eartquake Hazard
Reduction Program).
Metode HVSR dilakukan yaitu dengan cara estimasi rasio spektrum Fourier
komponen vertikal terhadap komponen horisontal. HVSR yang terekam pada tanah
digunakan untuk karakterisasi geologi di daerah setempat, frekuensi natural dan
amplifikasi yang berhubungan dengan parameter fisik bawah permukaan
(Haerudin, 2019).
Metode HVSR digunakan dengan beberapa asumsi yaitu:
1. Mikrotremor sebagian besar terdiri dari gelombang geser.
2. Yang diamplifikasi lapisan tanah lunak hanya komponen horisontal sedangkan
komponen vertikal gelombang tidak.
3. Gelombang tersebarkan ke segala arah pada batuan dasar (basement).
4. Gelombang Rayleigh diasumsikan sebagai noise mikrotremor dan diusulkan
metode untuk mengeliminasi efek gelombang Rayleigh.
Pada metode HVSR, terdapat dua data komponen horisontal NS dan EW serta
satu data komponen vertikal. Penggabungan kedua data horisontal, biasanya
dilakukan berdasarkan aturan Phytagoras dalam fungsi frekuensi. Yang dinyatakan
sebagai berikut:
Dimana, R (f) adalah spektrum rasio HVSR, HEW (f) adalah spektrum komponen
horisontal barat-timur, HNS (f) adalah spektrum komponen horisontal utara-
selatan, dan VUD (f) adalah spektrum komponen vertikal
dimana, (H) Ketebalan dari Lapisan Atas dan (Vs) Kecepatan Gelombang Geser.
Pada gempabumi dihasilkan perubahan informasi spasial (ruang) dengan
mengansumsikan bahwa nilai Vs adalah konstan. Sedangkan penggunaan pada
gunung api dihasilkan perubahan variasi temporal (waktu) dengan menganggap
nilai H adalah konstan. Berdasrkan teori konsep dasar amplifikasi gelombang
seismik, tanah memiliki beberapa lapisan dan ketebalan yang berbeda-beda. Pada
besarnya nilai kontras impedansi (kecepatan dan densitas), di gunung api besar
densitas dari sedimen lebih kecil dari densitas basement. Di gunung api densitas
sedimen memiliki nilai yang kecil, maka nilai H tetap untuk satu titik Vs nya
berubah. Sedangkan titik pengukuran pada gempa diambil berbeda-beda, apabila
memiliki sedimen yang besar, maka nilai H berubah
Berkaitan dengan HVSR maka perlu diketahui parameter-parameter bawah
permukaan yang mempengaruhi amplifikasi dan frekuensi natural untuk
karakterisasi geologi lokal. Hal ini mempunyai 3 tujuan.
1. Interpretasi mikrozonasi dengan HVSR dapat dilakukan secara tepat.
2. Dapat diketahuinya secara pasti penyebab kerusakan akibat gempa.
3. Sebagai pertimbangan dalam mengekstraksi parameter bawah permukaan
dengan kurva HVSR.
Tabel II.3 Klasifikasi Tanah berdasarkan Nilai Frekuensi Predominan
Mikrotremor
Klasifikasi Frekuensi Klasifikasi Tanah Deskripsi Tanah
tanah Dominan
Tipe Jenis (Hz)
I I <2,5 Batuan alluvial yang Ketebalan permukaan
terbentuk dari sedimen sangat tebal
sedimentasi delta. Top
soil, lumpur kedalaman
30m atau lebih
III I 2,5-4 Batuan alluvial dengan Ketebalan permukaan
ketebalan sedimen sedimen masuk dalam
>5m. terdiri dari sandy- katagori tebal, sekitar
gravel, sandy hard clay, 10-30m
loam
IV I 4-10 Batuan alluvial dengan Ketebalan sedimen
ketebalan 5m terdiri permukaan masuk
dari sandy-gravel, dalam katagori
sandy hard clay, loam menengah, 5- 10m
II 6,667-20 Batuan tersier atau lebih Ketebalan permukaan
tua. Terdiri dari batuan sedimen tipis
hard sandy, gravel didominasi batuan
keras
II.5 Mikrozonasi
Mikrozonasi mikrotremor merupakan suatu proses pembagian daerah
berdasarkan parameter tertentu memiliki karakteristik yang dipertimbangkan yaitu
getaran tanah, periode dominan dan faktor penguatan (amplifikasi). Secara umum,
mikrozonasi mikrotremor merupakan proses untuk memperkirakan tingkah laku
dan respon dari perlapisan tanah ataupun sedimen terhadap adanya gempabumi
(Haerudin, 2019).
Klasifikasi tanah permukaan merupakan salah satu faktor penting yang
dapat dijadikan pertimbangan dalam kegiatan pembangunan bangunan tahan
gempa. Hal ini dikarenakan pada suatu wilayah sangat memungkin untuk terjadi
amplifikasi atau pembesaran gelombang karena jenis medium yang dilewati oleh
gelombang. Karena secara teoritis area yang sangat berisiko terhahap kerusakan
yang akan terjadi akibat gempabumi adalah area yang memiliki lapisan tanah yang
lunak begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan terjadinya pelemahan atau
atenuasi pada medium ini.
Pembangunan dengan rancangan kontruksi yang baik dapat dilakukan
secara merata di semua lokasi namun tidak efisien. Oleh karena itu, pembangunan
perlu memperhatikan peta distribusi tingkat risiko pada masing-masing daerah
untuk melakukan efisiensi. Peta risiko tingkat bahaya gempabumi pada skala besar
(Nasional) atau yang disebut zonasi gempa telah dibuat oleh pemerintah dan dirilis
5 tahun sekali. Sedangkan peta risiko tingkat bahaya gempabumi dengan skala kecil
seperti wilayah tingkat Kecamatan dan Kabupaten dapat disebut peta mikrozonasi.
Pengukuran nilai rata-rata kecepatan gelombang geser pada kedalaman sampai
dengan 30 meter dari permukaan (Vs30), frekuensi natural tanah (f0), amplifikasi
dan Peak Ground Acceleration (PGA) merupakan salah satu faktor yang menjadi
parameter di dalam peta mikrozonasi. Nilai-nilai ini dapat memberi informasi
mengenai potensi rawan gempabumi di beberapa wilayah